Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN

KEPALA UPTD PUSKESMAS WATUKAPU


NOMOR : Ksr.032.1/11/WTK/AKR/ / /2024

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS UPTD PUSKESMAS WATUKAPU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS WATUKAPU

Menimbang : a. bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)


merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama memiliki tugas dan fungsi untuk
memberikan pelayanan kesehatan perseorangan;
b. bahwa dalam rangka menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perseorangan maka perlu dibuatkan sebuah
kebijakan yang mengatur mekanisme pelayanan klinis di
UPTD Puskesmas Watukapu;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Watukapu;
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 38 tahun
2014 tentang Keperawatan;
4. Undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun
2019 tentang Kebidanan;
5. Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun
2023 tentang Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
di Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan pekerjaan dan
praktik Tenaga Gizi;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
13 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
89 Tahun 2015 tentang Upaya Kesehatan Gigi dan
Mulut;
10. Peraturan Menteri Kesehatan No 67 Tahun 2016
tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Imunisasi;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
16. Peraturan Menteri Kesehatan Repupblik Indonesia
Nomor 26 tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Pelayanan Kontrasepsi Dan Pelayanan Kesehatan
Seksual;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 24 tahun 2022 tentang Rekam Medik;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2022 Tentang Akreditasi Pusat
Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi;
21. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.02.02/Menkes/251/2015 Tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Anestesiologi dan
Terapi Intensif;
22. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
23. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.01.07/Menkes/165/2023 Tentang Standar
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat;
24. Pedoman Proses Asuhan Gizi Di Puskesmas Oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2018;
25. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit Oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2021;

MEMUTUSKAN
Menetapka : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS WATUKAPU
n
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS UPTD
PUSKESMAS WATUKAPU.
Kesatu : Kebijakan pelayanan klinis UPTD Puskesmas Watukapu
sebagimana terlampir pada keputusan ini.
Kedua : Kebijakan pelayanan klinis yang telah ditetapkan harus
dilaksanakan oleh seluruh pegawai pemberi asuhan.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Watukapu
pada tanggal :
Kepala UPTD Puskesmas Watukapu,

MATEUS JAWA

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
WATUKAPU
NOMOR Ksr.032.1/11/WTK/AKR/ / /2024
TANGGAL
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS UPTD
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS UPTD PUSKESMAS WATUKAPU

A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Penyelenggaraan pendaftaran dilakukan oleh tenaga yang kompeten.
2. Pendaftaran pasien dilaksanakan sesuai antrian prioritas dan antrian
umum berdasarkan hasil skrining
3. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga terkait pelayanan wajib
dilakukan yakni mengenai :
a. Hak dan kewajiban pasien
b. Tata tertib
c. Tarif pelayanan
d. Jadwal pelayanan
1. Hari senin – kamis
Jam 08.00 – 12.00 WITA
2. Hari Jumat
08.00 – 11.30 WITA
3. Pada hari sabtu, minggu dan hari libur pelayanan dibuka bagi
pasien dengan kondisi kegawatan dan pasien bersalin.
e. Jenis-jenis pelayanan
f. Petugas pemberi layanan
g. Alur pelayanan
h. Informasi rujukan dan rumah sakit tempat merujuk
4. Pendaftaran dilanjutkan setelah pasien/keluarga setuju untuk
melanjutkan pendaftaran dengan menanandatangani general
consent/persetujuan umum setelah memahami penjelasan yang
diberikan.
5. Identitas pasien yang digunakan untuk proses pendaftaran minimal
dengan dua dari cara identifikasi berikut:
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir pasien
c. Nomor Induk Kependudukan (NIK)
d. Nomor rekam medis
e. Nomor kepesertaan BPJS bagi yang memiliki
6. Skrining risiko jatuh terhadap pasien wajib dilakukan menggunakan
format yang disediakan yakni :
a. Get and go up test untuk pasien rawat jalan
b. Morse scale untuk pasien rawat inap dewasa
c. Humpty dumpty untuk pasien rawat inap anak
d. Triase untuk pasien gawat darurat
7. Pada pasien gawat darurat, pendaftaran dilakukan oleh keluarga, bila
pasien tanpa keluarga pelayanan tetap dilakukan sambil menunggu
keluarga/kondisi pasien stabil.
8. Bila pasien dengan gangguan jiwa pendaftaran dilakukan oleh
keluarga/pendamping.
9. Bila pasien tanpa identitas, pasien didaftarkan sebagai Tn. X untuk laki-
laki dan Ny. Y untuk perempuan dan dilampirkan foto pasien di dalam
rekam medik pasien, sambil menunggu konfirmasi dari keluarga/orang
yang mengenal pasien.
B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN DAN PEMBERIAN ASUHAN PASIEN
1. Pengkajian, rencana asuhan dan pemberian asuhan dilakukan oleh
tenaga yang kompeten.
2. Bila tenaga yang kompeten tidak tersedia maka dilakukan
pelimpahan/pendelegasian wewenang. Pendelegasian wewenang baik
dalam kajian maupun keputusan layanan harus dilakukan melalui
proses pendelegasian wewenang. Pendelegasian wewenang diberikan
kepada tenaga kesehatan profesional yang memenuhi persyaratan dan
memuat rincian kewenangan klinis yang akan dilakukan.
3. Kajian awal kepada pasien dilakukan secara paripura meliputi status
fisis/neurologis/ mental, psikospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan,
riwayat alergi, assement nyeri, assement risiko gizi, kebutuhan edukasi
dan rencana pemulangan.
4. Kajian lanjutan dilakukan dengan mengisi SOAP (Subject, Object,
Assment, Plan). Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut,
dilakukan anamnesis (data subjektif = S) serta pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (data objektif = O), analisis data dan informasi
yang diperoleh yang menghasilkan masalah, kondisi, dan diagnosis
untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien (asesmen atau analisis = A),
dan membuat rencana asuhan (perencanaan asuhan = P) yaitu
menyusun solusi untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan
pasien.
5. Kajian dilakukan sesuai profesi masing-masing, dan ditutup dengan
diagnosa kerja sesuai dengan standar keprofesian.
6. Perencanaan dan pemberian asuhan sesuai diagnosa kerja dan harus
melibatkan keluarga dan pasien.
7. Bila melakukan tindakan medik maka sebelum pelaksanaan tindakan
diperlukan pemberian informasi dan persetujuan/penolakan medik
(informed consent) oleh pasien dan keluarga.
C. PENYULUHAN DAN PENDIDIKAN PASIEN/KELUARGA PASIEN
1. Pasien/keluarga memperoleh penyuluhan kesehatan dengan pendekatan
yang komunikatif dan bahasa yang mudah dipahami.
2. Penyuluhan kesehatan mencakup informasi mengenai penyakit,
penggunaan obat, peralatan medik, dan rencana lanjutan.
3. Keluarga dan pasien dilibatkan dalam memberikan penyuluhan/edukasi
yang diberikan agar tujuan pelayanan dapat tercapai.
D. PELAYANAN GAWAT DARURAT
1. Pelayanan pasien gawat darurat dilaksanakan dengan efektif dan efisien,
ramah dan responsif terhadap kebutuhan pasien oleh petugas yang
kompeten sebagai prioritas pelayanan.
2. Pelayanan Kegawatdaruratan yang dilaksanakan di Puskesmas
menggunakan prinsip triase.
3. Prinsip Triase adalah pemberlakuan sistem prioritas dengan
penentuan/penyeleksian pasien yang harus didahulukan untuk
mendapatkan penanganan, yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa
yang timbul.
4. Pelaksanaan triase mengikuti kaidah ATS (Australia Triage Scalea) dalam
pemeriksaan primer ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Environment).
5. Pembagian pasien triase menurut ATS (Australia Triage Scalea) antara
lain:
a. ATS kategori 1 (Merah)
Penilaian dan pengobatan stimulasi segera (kondisi yang
mengancam kehidupan atau resiko besar akan kerusakan dan
memerlukan tindakan segera).
b. ATS Kategori 2 (orange)
Penilaian dan pengobatan dalam waktu 10 menit (kondisi pasien
yang cukup serius atau memburuk sangat cepat sehingga ada
potensi ancaman terhadap kehidupan, kegagalan sistem organ jika
tidak diobati dalam waktu 10 menit dari kedatangan.
c. ATS kategori 3 (kuning)
Penilaian dan pengobatan dalam waktu 30 menit, kondisi pasien
dapat berlanjut atau meningkatkan morbiditas yang signifikan jika
penilaian dan pengobatan tidak dimulai dalam waktu tiga puluh
menit kedatangan.
d. ATS kategori 4 (hijau)
Penilaian dan pengobatan dalam waktu 60 menit.
e. ATS kategori 5 (biru)
Kondisi pasien dengan penilaian dan pengobatan dapat di tunda
hingga 120 menit.
f. Pasien Meninggal (hitam)
6. Status Triase harus dinilai ulang terus-menerus karena kondisi pasien
dapat berubah sewaktu-waktu. Apabila kondisi pasien berubah maka
dilakukan retriase.
7. Stabilisasi dan resusitasi dilakukan secara simultan dengan penilaian
status triase pasien.
8. Pelayanan gawat darurat harus melibatkan keluarga dan pasien serta
memperhatikan prinsip keselamatan pasien dan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI).
E. PELAYANAN RUJUKAN
1. Pasien gawat darurat yang telah stabil dan perlu dirujuk ke FKTRL,
harus dikomunikasikan kepada keluarga dan pasien dan dimintai
persetujuan rujukan.
2. Komunikasi dengan FKTRL tujuan perlu dilakukan sebelum melakukan
rujukan.
3. Ceklist persiapan pasien yang akan dirujuk terdiri atas :
a. Surat Persetujuan Rujukan
b. Surat rujukan
c. Petugas yang berkompeten
d. Keluarga yang mendampingi
e. Transportasi rujukan
4. Rujukan balik perlu dilakukan pengkajian dan perencanaan serta
pemberian asuhan memperhatikan asuhan dari FKTRL yang mengirim
rujukan balik.
F. PELAYANAN ANESTESI LOKAL DAN TINDAKAN
1. Anastesi lokal merupakan tindakan yang bertujuan untuk
menghilangkan sensasi nyeri dengan menggunakan obat dimana
penderita masih dapat melakukan respon secara normal meskipun
sensibilitas nyeri menurun serta fungsi respirasi dan kardiovaskular
tidak dipengaruhi.
2. Pelayanan anestesi lokal dan tindakan dilakukan oleh tenaga yang
kompeten.
3. Pelayanan anastesi lokal memerlukan persetujuan pasien dan keluarga.
4. Jenis anastesi yang dapat dilakukan di puskesmas yakni:
a. Anastesi block
b. Anastesi infiltrat
c. Anastesi spray/topical
5. Perlu dilakukan pemantauan status fisiologis pemberian anastesi lokal.
6. Tindakan pembedahan dilakukan oleh tenaga yang kompeten.
7. Tindakan pembedahan yang dilakukan di puskesmas merupakan
tindakan pembedahan minor.
8. Tindakan pembedahan memerlukan prosedur sign in, time out dan sign
out.
G. PELAYANAN GIZI
1. Pelayanan gizi dilakukan oleh tenaga yang kompeten.
2. Terapi Gizi kepada pasien dengan resiko gangguan gizi di Puskesmas
diberikan secara reguler sesuai dengan rencana asuhan berdasarkan
hasil penilaian status gizi dan kebutuhan pasien sesuai Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT) yang tercantum di dalam Pedoman Pelayanan Gizi
di Puskesmas.
3. Disusun rencana asuhan gizi berdasar kajian kebutuhan gizi pada pasien
sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pasien.
4. Pasien dan/ atau keluarga diberi edukasi tentang pembatasan diit pasien
dan keamanan/kebersihan makanan, bagi pasien.
5. Proses kolaboratif dengan professional pemberi asuhan digunakan untuk
merencanakan, memberikan dan memantau terapi gizi.
6. Respons pasien terhadap terapi gizi dipantau dan dicatat dalam rekam
medisnya.
H. PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN
1. Pemulangan dan tindak lanjut pasien yang bertujuan untuk
kelangsungan layanan dipandu oleh prosedur yang baku yang telah
ditetapkan.
2. Dokter/dokter gigi, perawat/bidan, dan pemberi asuhan yang lain
melaksanakan pemulangan sesuai dengan rencana yang disusun dan
kriteria pemulangan.
3. Pemulangan pasien dilakukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan
pasien untuk memastikan bahwa kondisi pasien layak untuk
dipulangkan dan akan memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah
dipulangkan.
4. Kriteria pemulangan pasien dan atau tindak lanjut mencakup:
a. Pasien dengan kegawatan
1. Mendapat persetujuan/ acc dari dokter penanggung jawab
2. Pasien mengalami kemajuan keadaan klinis, tanda vital dalam
batas normal atau dapat dikontrol dengan rawat jalan
3. Pulang atas permintaan pasien/keluarga
b. Ibu pasca salin
1. Mendapat persetujuan/ acc dari dokter penanggung jawab
2. Ibu dalam kondisi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Bayi baru lahir
1. Mendapat persetujuan/ acc dari dokter penanggung jawab
2. Bayi dalam kondisi sehat dan bugar
5. Petugas memastikan bahwa informasi yang disampaikan dipahami oleh
pasien/keluarga pasien.
6. Resume medis diberikan kepada pasien dan pihak yang bekepentingan
saat pemulangan agar pasien/keluarga memahami tindak lanjut yang
perlu dilakukan untuk mencapai hasil pelayanan yang optimal.

Kepala UPTD Puskesmas Watukapu,

MATEUS JAWA

Anda mungkin juga menyukai