DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS LABUHAN RATU
Jl. Soekarno-Hatta (By Pass) No. 15 A Labuhan Ratu Telepon 081273481600
BANDAR LAMPUNG 35143
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS LABUHAN RATU
TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS UPT
PUSKESMAS LABUHAN RATU.
Pasal 1
Dalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan:
1. Pelayanan klinis adalah pemberian asuhan kepada pasien sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi.
2. Pelayanan rujukan adalah pelayanan dengan memberikan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab atas masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik baik
kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi (rujukan vertikal) ataupun kepada unit
pelayanan lain di puskesmas Labuhan Ratu (rujukan horizontal/internal).
Pasal 2
Tujuan penyelenggaraan pelayanan klinis adalah:
1. Terselenggaranya pelayanan yang berkualitas yang berorientasi kepada kebutuhan
pelanggan dan keselamatan pasien.
2. Terselenggaranya pelayanan klinis yang tersistem dengan baik.
Pasal 3
Penyelenggaraan pelayanan klinis :
1. Pelayanan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi.
2. Pelayanan mulai dari pendaftaran, anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan sampai dengan pasien pulang atau dirujuk
harus dijamin kesinambungannya.
3. Pelaksanaan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) memperhatikan
ketepatan identitas pasien sesuai dengan KTP/KK dan atau kartu jaminan kesehatan.
4. Ketersediaan media informasi yang mudah diakses pasien di ruang pendaftaran.
5. Informasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (4) berupa informasi sarana
pelayanan, alur pelayanan, tarif, dan rujukan.
6. Praktisi klinis melakukan pencatatan lengkap pada Rekam Medis (RM) dan adanya
koordinasi/ komunikasi untuk mencegah pengulangan yang tidak perlu.
7. Kerjasama inter profesi dibutuhkan untuk pengambilan keputusan pada kasus-kasus
tertentu.
8. Penyusunan rencana layanan dan layanan terpadu dengan mempertimbangkan kebutuhan
biologis, psikososial, spiritual, dan tata nilai budaya disusun dengan tahapan yang jelas.
9. Pada kondisi tertentu dengan alasan pemenuhan hak pasien, pasien dapat memilih dokter
yang menanganinya.
10. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat (9) berupa telah tertangani kondisi
gawat daruratnya, adanya kedekatan dan kepercayaan lebih secara psikologis terhadap
dokter tertentu.
11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya setelah diberikan informasi;
12. Praktisi klinis berkewajiban untuk mengidentifikasi resiko yang mungkin terjadi seperti
jatuh, alergi obat dan lain-lain.
13. Perubahan rencana dan pelaksanaan pelayanan klinis berdasarkan perkembangan/kondisi
pasien.
14. Pemberian obat/cairan intravena, anastesi dan tindakan medis harus dilaksanakan dengan
prosedur yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
15. Pelayanan anastesi dan sedasi yang dilakukan berupa;
a. Anastesi lokal dengan lidocaine 2 %
b. Sedasi per rectal untuk anak dengan kejang demam dengan Diazepam
c. Sedasi per oral untuk pasien demam tinggi dengan riwayat kejang, dengan
menggunakan phenobarbital
16. Pelayanan anestesi berupa anastesi spray dan infiltrasi lokal dilaksanakan oleh dokter,
dokter gigi, perawat, perawat gigi, dan bidan.
17. Monitoring selama pemberian anastesi/sedasi perlu dilakukan oleh petugas yang
melakukan anatesi/sedasi.
18. Kasus gawat darurat diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan pasien
gawat darurat.
19. Kasus-kasus berisiko tinggi seperti varicela, herpes, klinis campak, suspek TB diberikan
jalur khusus (didahulukan) untuk mengurangi penularan.
20. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan, ditindak lanjuti dan
memberikan umpan balik.
21. Praktisi klinis berkewajiban memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada pasien.
Pasal 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pelayanan klinis tercantum dalam lampiran
tentang Pedoman Pelayanan Klinis yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Keputusan ini.
Pasal 5
1. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan klinis dilakukan oleh, Kepala
Puskesmas, Wakil Manajemen Mutu (WMM), dan Penanggung Jawab UKP.
2. Auditor internal puskesmas melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pelayanan
klinis.
3. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (1) dilaksanakan
melalui :
a. Advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis;
b. Pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia; dan/ atau
c. Monitoring dan evaluasi.
Pasal 6
Surat Keputusan Penyelenggaraan Pelayanan Klinis ini mulai berlaku pada tanggal
diterbitkan.
Ditetapkan di : Bandar Lampung
Pada tanggal : 02 Januari 2023
KEPALA
UPT PUSKEMAS LABUHAN
RATU,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Puskesmas dapat
ditentukan dari pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Upaya untuk mencapai tujuan
tersebut dibutuhkan penyelenggara pelayanan yang tersistem dan terkelola dengan baik
disamping adanya sumber daya yang dimiliki baik sumber daya manusia maupun sumber
daya lainnya. Mengingat pentingnya hal tersebut dalam pelayanan maka dibutuhkan acuan
dalam penyelenggaraan pelayanan sehingga tujuannya adalah meningkatnya kepuasan
pasien atas pelayanan yang di berikan serta pelayanan yang berorientasi pada keselamatan
pasien, petugas dan masyarakat sekitar lingkungan UPT Puskesmas Labuhan Ratu.
B. Tujuan
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan klinis di UPT Puskesmas Labuhan Ratu.
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua penyelenggaran pelayanan klinis baik itu staf
medis, paramedis, ahli gizi, kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medis,
tenaga farmasi dan administrasi loket dan rekam medis serta pasien yang terkait untuk
bekerjasama dalam pelaksanaan pelayanan klinis di UPT Puskesmas Labuhan Ratu.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan klinis ini adalah pelayanan rawat jalan yang meliputi;
1. Pendaftaran.
2. Pengkajian awal pasien.
3. Pengkajian pasien.
4. Penyusunan rencana layanan.
5. Pelaksanaan rencana layanan.
6. Pelayanan rujukan.
E. Batasan Operasional
a. Pendaftaran merupakan Pelayanan loket dan rekam medis meliputi pelayanan dalam
hal pendataan dan pencatatan data pasien, pemberian informasi terkait pelayanan serta
melakukan pengelolaan terhadap informasi dan rekam medik.
b. Kajian awal pasien adalah proses pengumpulan data/ informasi pada setiap pasien baru
baik tentang kesehatan dirinya, keluarga, riwayat penyakit maupun mengenai
kebiasaan dan psikososial pasien sebagai penunjang identifikasi masalah kesehatan
dan kebutuhan pasien.
c. Pengkajian pasien adalah proses kajian yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan sebagai dasar untuk menentukan rencana
layanan klinis pasien.
d. Rencana layanan klinis adalah rencana atas diri pasien yang disimpulkan oleh dokter,
bidan ataupun perawat setelah melakukan pengkajian pasien.
e. Pelayanan klinis adalah pemberian asuhan kepada pasien sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi.
f. Pelayanan rujukan adalah pelayanan dengan memberikan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab atas masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik baik
kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi (rujukan vertikal) ataupun kepada unit
pelayanan lain di puskesmas Labuhan Ratu (rujukan horizontal/ internal)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Sumber Daya Manusia (SDM) di puskesmas merupakan salah satu faktor yang
menentukan baik buruknya pelayanan yang diberikan, oleh karena itu perlu melakukan
suatu analisa pola ketenagaan yang meliputi analisa kebutuhan dan analisa beban kerja
setiap tahunnya sehingga dengan jumlah dan beragamnya profesi dapat memberikan
pelayanan yang efektif dan efisien.
f. Untuk tenaga kesehatan yang ditugaskan di ruang tindakan ada syarat kompetensi yang
harus dipenuhi yaitu pernah mengikuti ACLS dan atau ATLS untuk dokter, BCLS
untuk perawat, dan pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan maternal neonatal
untuk tenaga bidan.
g. Jika poin pada huruf f tidak terpenuhi maka tenaga kesehatan yang ditugaskan di UGD
wajib untuk mengikuti pelatihan/on the job training oleh petugas yang bersertifikasi
dan tetap berproses untuk mengikuti diklat sesungguhnya.
h. Dalam suatu keadaan dimana pemberi pelayanan berhalangan yang sifatnya sementara
maka dapat dilakukan pendelegasian wewenang yang diberikan kepada tenaga
kesehatan profesional dibawahnya yang memenuhi persyaratan.
i. Pendelegasian wewenang harus ada kejelasan tertulis kepada siapa dan wewenang apa
yang diberikan.
j. Jika dalam keadaan khusus, tidak tersedianya tenaga kesehatan yang memenuhi
persyaratan maka kepala puskesmas akan memberikan kewenangan khusus kepada
tenaga kesehatan yang telah dilatih sebelumnya oleh tenaga yang memiliki kualifikasi
dan kompetensi di bidangnya untuk memberikan pelayanan.
k. Untuk menjamin SDM tersebut memiliki keterampilan sesuai dengan kualifikasi dan
kompetensinya, tim kredensial melakukan pemutakhiran data setiap tahunnya.
B. Distribusi Ketenagaan
Penataan distribusi SDM merupakan bagian dari upaya pengelolaan SDM kesehatan.
Penataan ini dilakukan agar lebih merata dan memastikan pemberi pelayanan memiliki
kualifikasi dan kompetensi yang sesuai. Distribusi ketenagaan berdasarkan analisa
kebutuhan dan masukan dari tim kredensial.
C. Jadwal Kegiatan
Untuk memperlancar jalannya pelayanan perlu adanya kepastian mengenai jenis dan
jadwal pelayanan, dan juga perlunya hal tersebut dilakukan sosialisasi kepada klien dalam
hal ini adalah pasien dan masyarakat.
BAB III
SARANA PRASARANA
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
Tata ruang puskesmas diatur untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dengan
memperhatikan akses, keamanan, dan kenyamanan. Pengaturan tata ruang harus
mengakomodasi kepentingan disabilitas, anak-anak, dan lansia.
Peralatan puskesmas harus disediakan sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan sesuai
standar pelayanan.
Peralatan medis dan non medis yang memerlukan izin harus memiliki izin yang
berlaku.
Pengadaan peralatan kesehatan dengan mempertimbangkan ketersediaan suku cadang,
biaya operasional (listrik, bahan habis pakai), kebutuhan sarana dan kebutuhan
prasarana. Pengadaan mengacu pada sisdur Pengadaan Barang dan Jasa UPT
Puskesmas BLUD Kota Bandar Lampung.
Perencanaan perlu dilakukan sebelum proses pengadaan berdasarkan analisa
kebutuhan, dan penentuan prioritas kebutuhan alat kesehatan dengan melihat
pentingnya alat dan kondisi alat kesehatan yang ada.
Perencanaan dilakukan dengan melibatkan pengguna alat. Perencanaan meliputi
pengadaan dan pemeliharaan.
Sarana, prasarana, dan peralatan puskesmas harus dipelihara dengan baik dan
diupayakan berfungsi dengan baik untuk menunjang akses, keamanan, dan kelancaran
pelayanan.
Bendahara barang dan petugas pemeliharaan barang melakukan Inventarisasi alat
kesehatan dengan kriteria pengujian atau kalibrasi dan membuat jadwal pemelihataan,
membuat lembar kerja serta membuat surat pengajuan kepada institusi penguji,
dengan melampirkan formulir yang memuat informasi tentang nama alat kesehatan,
merk, tipe, waktu pelaksanaan. Melakukan pengisian hasil pengujian atau kalibrasi,
melakukan pencatatan ke kartu pemeliharaan dan pengarsipan.
Pengujian atau Kalibrasi wajib dilakukan pada peralatan dengan kriteria belum
memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi, masa berlaku sertifikat
atau tanda lulus pengujian telah habis, diketahui penunjukkannya atau kinerjanya tidak
sesuai lagi walaupun sertifikat dan tanda lulus uji masih berlaku, dan telah mengalami
perbaikan walupun sertifikat dan tanda lulus masih berlaku.
Untuk peralatan tertentu dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan pengguna
peralatan untuk pengoperasian alat. Penguna mempelajari operasional dari manual dan
standar operasional prosedur peralatan dan atau mengikuti pelatihan pengoperasian
peralatan yang dilakukan oleh distributor atau instansi lain.
Penggunaan prosedur yang benar dan tepat untuk pemeliharaan peralatan akan dapat
meningkatkan kinerja peralatan yang benar dan berfungsi baik.
Petugas pengguna barang melakukan inspeksi dan pemeliharaan preventif/ preventif
maintenance (IPM) secara terjadwal untuk memastikan peralatan berfungsi benar
dengan cara melakukan pemeriksaan sebelum alat digunakan atau pemeriksaan harian.
Petugas pengelola barang melakukan inspeksi dan pemeliharaan preventif/ preventif
maintenance (IPM) secara terjadwal untuk memastikan peralatan berfungsi benar.
Koordinator ruangan bertanggung jawab pada pemanfaatan, pemeliharaan, dan
penyimpanan peralatan di ruangannya.
C. KEAMANAN LINGKUNGAN
Keamanan lingkungan fisik puskesmas meliputi keselamatan dan keamanan.
Keamanan adalah proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan atau akses
serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.
Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana gedung, halaman, dan peralatan
tidak menimbulkan bahaya atau resiko bagi pasien, staf, dan pengunjung.
Keamanan dari bahan berbahaya meliputi pengamanan, penyimpanan dan penggunaan
bahan berbahaya
Keamanan dari keadaan emergensi yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana
Keamanan dari bahaya kebakaran dan perlindungan dari resiko kegagalan
pengoperasian system utilitas yaitu air, listrik, dan system pendukung lainnya.
Kepala Puskesmas menunjuk bendahara barang sebagai koordinator pemantauan
keamanan untuk memantau kinerja petugas dalam melakukan pengontrolan
lingkungan yang akan berkoordinasi dengan PJ keselamatan pasien terkait
keselamatan lingkungan.
Tim Keselamatan Pasien melakukan identifikasi sarana prasarana yang berpotensial/
memiliki resiko cedera/keselamatan setiap tahun dan melakukan pemantauan
penempatan alat yang dapat menimbulkan resiko dan melakukan upaya perbaikan
berdasarkan prioritas (metode Paretto).
Kepala Puskesmas menunjuk bendahara barang sebagai koordinator petugas
pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan, yang terdiri dari
petugas pemantau alat kesehatan, infrastruktur dan kendaraan.
Untuk keamanan alat terkait dekontaminasi, dilakukan oleh Tim PPI dengan
melakukan pengelolaan alat yang habis digunakan untuk membedakan perlakuan
(cuci, desinfeksi, sterilisasi).
Kepala Puskesmas menunjuk tim siaga bencana bertanggung jawab terhadap
pencegahan pencegahan bencana dan kebakaran.
Petugas melakukan pengecekan APAR setiap bulannya dan mengadakan pelatihan/
refresing penggunaan APAR, simulasi jika gempa atau bencana lainnya setiap tahun
sekali.
Pengelolaan limbah berbahaya dikelola setiap hari setelah jam pelayanan dengan cara
petugas kebersihan mengumpulkan dan memilah limbah dari ruangan penghasil
limbah dan menyimpan di penampungan sementara.
Paling lama setiap tiga bulan atau limbah telah sampai ≥ 50 kg, limbah padat akan
dikirim ke RS yang bekerjasama untuk pemusnahan limbah.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
2. Pengkajian pasien
a. Pengkajian awal pada setiap pasien baru meliputi kajian medis, kajian
keperawatan, kajian kebidanan, dan kajian lain seperti kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual, dan tata nilai budaya pasien yang akan menjadi
pertimbangan dalam penyusunan rencana layanan, terdapat dalam rekam medis
pasien.
b. Proses kajian dilakukan dengan mengacu standar profesi dan standar asuhan.
c. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan
yang tidak perlu dengan mencatat kajian pada rekam medis secara lengkap dan
kewajiban perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk mengingatkan dokter
jika terjadi pengulangan tidak perlu.
d. Pengkajian pasien oleh tenaga profesional kesehatan meliputi anamnesa/
alloanamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan
serta kajian sosial untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan harapan
pasien dan keluarga pasien.
e. Proses pengkajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah S-O-A-P.
Subjektif (S) merupakan informasi yang didapat dari auto dan atau
alloanamnesis meliputi minimal keluhan utama dan riwayat penyakit. Objektif
(O) merupakan informasi yang didapat dari pemeriksaan tanda vital,
pemeriksaan fisik sesuai keluhan pasien dan pemeriksaan penunjang.
Assesment (A) merupakan diagnosa yang merupakan kesimpulan dari hasil
pemeriksaan.
f. Kajian dan rencana asuhan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional
yang berkompeten.
g. Adanya komunikasi dan koordinasi dengan petugas lain
h. Adanya kasus kasus yang membutuhkan kajian bersama antar profesi dengan
mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan tata
nilai budaya pasien untuk menghasilkan rencana layanan yang komprehensif.
i. Hasil kajian dicatat dalam catatan medis pasien sebagai informasi.
g. Adanya koordinasi dan komunikasi dengan unit lain melalui kegiatan briefing
siang setiap hari selasa dan kamis, dan melalui jejaring media sosial (WA grup)
untuk memperlancar pelayanan pasien.
j. Petugas ruang tindakan elaksanakan triase untuk memperioritaskan pasien
dengan kebutuhan emergensi.
k. Melaksanakan identifikasi risiko yang mungkin terjadi seperti jatuh, alergi obat
dan lain-lain.
4. Pelaksanaan Layanan
a. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian layanan.
b. Pelaksanaan layanan dipandu dengan prosedur pelayanan klinis dan
dilaksanakan sesuai dengan rencana layanan.
c. Prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis, keperawatan,
kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
d. Pelaksanaan layanan/perkembangan pasien termasuk jika terjadi perubahan
rencana dilaksanakan secara tepat, terencana dan tercatat dalam rekam
medis untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.
e. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada
pasien dan atau keluarga sebelum mendapatkan persetujuan pasien
(informed consent) dan didokumentasikan dalam rekam medis.
f. Pemberian obat/cairan intravena, anastesi dan tindakan medis harus
dilaksanakan dengan prosedur yang baku dan mengikuti prosedur aseptik
dan petugas wajib melakukan monitoring status fisiologi pasien selama
pemberian serta tercatat dalam rekam medis.
g. Pelayanan anestesi berupa anastesi spray dan infiltrasi lokal dilaksanakan
oleh dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigi, dan bidan.
h. Pelayanan sedasi yang dilakukan berupa;
- Anastesi lokal dengan lidocaine 2 %
- Sedasi per rectal untuk anak dengan kejang demam dengan Diazepam
- Sedasi per oral untuk pasien demam tinggi dengan riwayat kejang,
dengan menggunakan phenobarbital
i. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak
lanjuti.
j. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai
prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
k. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi
harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan
(kewaspadaan universal)
l. Kasus-kasus berisiko tinggi seperti varicela, herpes, klinis campak,
TBC/terduga TBC diberikan jalur khusus (didahulukan) untuk mengurangi
penularan dan harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus
berisiko tinggi.
m. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan
ditindak lanjuti.
n. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan layanan sampai dengan
pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
o. Pasien berhak untuk menolak pengobatan atau menolak jika dirujuk ke
sarana kesehatan lain. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan,
wajib diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan,
dan diinfokan juga tentang konsekuensi dan tanggung jawab menolak atau
tidak melanjutkan pengobatan.
p. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dan keluarga dilaksanakan
sesuai dengan rencana layanan, mencakup informasi mengenai penyakit,
aspek etika di puskesmas, penggunaan obat, dan PHBS.
5. Rujukan
a. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
rujukan dan menindaklanjuti umpan balik dari fasilitas rujukan, dan
memberikan alternatif pelayanan jika pasien tidak mungkin dirujuk.
b. Pelaksanaan stabilisasi pasien sebelum merujuk.
c. Rujukan pasien disertai dengan resume klinis, yang meliputi: nama pasien,
kondisi klinis, prosedur/tindakan yang telah dilakukan, dan kebutuhan akan
tindak lanjut
d. Pasien diberi informasi tentang tindak lanjut layanan berupa alasan dirujuk,
sarana tujuan rujukan, dan kapan rujukan harus dilakukan dan hak untuk
memilih tempat rujukan.
e. Selama proses rujukan, pasien dimonitor oleh petugas yang berkompeten.
f. Kriteria merujuk pasien meliputi; pasien yang sudah tidak dapat dilakukan
pengobatan maupun tindakan medis di puskesmas.
g. Puskesmas harus memastikan kesiapan rumah sakit rujukan untuk
menerima pasien.
BAB V
PENGELOLAAN INFORMASI
b. Kewajiban Pasien
1. mematuhi peraturan yang berlaku di puskesmas;
2. memberikan ijin kepada fasilitas pelayanan kesehatan terhadap akses
rekam medis, baik rekam medis non elektronik maupun rekam medis
elektronik;
3. menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggung jawab ;
4. memberikan informasi yang jujur,lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
6. mematuhi rencana terapi yang direkomendasikanoleh tenaga kesehatan
dan disetujui oleh pasien yang bersangkutansetelah mendapatkan
penjelasan sesuai peraturan perundang-undangan;
7. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk
menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan
dan atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
c. Kewajiban Petugas
1. Petugas berkewajiban mematuhi undang-undang dan kode etik sesuai
status kepegawaian;
2. Petugas berkewajiban berkerja menurut standar profesi mencakup
kebutuhan bio - psiko - sosio - religius;
3. Petugas berkewajiban memberikan informasi selengkap-lengkapnya
kepada pasien tentang penyakit yang diderita;
4. Petugas berkewajiban melindungi hak-hak pasien;
5. Petugas berkewajiban memegang teguh rahasia jabatan
d. Hak Petugas
1. Petugas berhak mendapatkan perlindungan hukum;
2. Petugas berhak menolak permintaan pasien/ keluarga pasien untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan profesi maupun hukum
yang berlaku;
3. Petugas berhak mendapatkan informasi selengkapnya dari pasien atau
keluarga pasien untuk kepentingan pengobatan;
4. Petugas berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan jujur;
5. Petugas berhak mendapatkan imbalan jasa atau profesi yang diberikan s
esuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Akses Pelayanan
Upaya untuk memudahkan masyarakat/ pasien dalam mendapatkan pelayanan
di UPT Puskesmas Labuhan Ratu, berupa
a. Informasi jenis pelayanan dalam bentuk plang puskesmas, banner, leaflet
dan media informasi lainnya.
b. Informasi mengenai alur pelayanan dalam bentuk banner, leaflet dan media
informasi lainya.
c. Informasi tentang akses petugas berupa name tag, foto dan nama petugas
tiap unit pelayanan serta dalam leaflet jenis pelayanan puskesmas.
d. Informasi tentang tarif pelayanan.
e. Informasi tentang rujukan (daftar rumah sakit dan klinik yang bekerjasama
dengan Puskesmas Labuhan Ratu)
f. Informasi tentang jadwal kegiatan
- UPT Puskesmas Labuhan Ratu melakukan pelayanan rawat jalan setiap
hari kerja, mulai dari senin sampai dengan sabtu.
- Jadwal pelayanan rawat jalan UPT Puskesmas Labuhan Ratu;
B. Pengelolaan Informasi
Pengelolaan informasi meliputi :
- Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung dan luar gedung.
- Pengolahan data.
- Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.
- Memelihara Bank Data.
- Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan
manajemen unit pelayanan.
- Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
yang berkepentingan.
C. Rekam Medik
Isi rekam medik:
1. Rekam medis rawat jalan sekurang-kurangnya meliputi;
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis (mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit);
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan, pengobatan dan atau tindakan;
g. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
h. Untuk pasien kasus gigi dan mulut dilengkapi dengan odontogram klinik;
i. Persetujuan tindakan.
D. Sistem Pengkodean
Singkatan yang sering digunakan dalam pelayanan klinis di UPT Puskesmas Labuhan
Ratu adalah :
No Kategori Singkatan Keterangan
I Hasil Pemeriksaan KU Keadaan Umum
PF Pemeriksaan Fisik
BB Berat Badan
TB Tinggi Badan
T/TD Tensi/ Tekanan Darah
S Suhu
N Nadi
RR Respiratori Rate
UKK Ujud Kelainan Kulit
Dbn Dalam Batas Normal
APS Atas Permintaan Sendiri
Presbo Presentasi Bokong
Presmuk Presentasi Muka
Preskep Presentasi Kepala
Let-li Letak lintang
II Diagnosis
Pengobatan Umum DM Diabetus Melitus
NIDDM Non Insulin Dependent DM
DD Demam Dengue
DBD Demam Berdarah Dengue
DSS Dengue Syok Sindrome
ISK Infeksi Saluran Kencing
GO Gonorhoe
CKD Cronik Kidney Desease
TB Tuberculosis
PPOK Penyakit Paru Obstruksi
Menahun
Brpn Bronkopneumonia
ISPA Infeksi Saluran Nafas Akut
CC Common Cold
RA Rematoid Artritis
OA Osteoartritis
CHF Cronic Heart Failure
HT Hipertensi
AMI Acut Miocart Infark
SNH Stroke Non Haemoragik
SH Stroke Haemoragik
LBP Low Back Pain
CTS Carpal Tunel Sindrom
OMA Otitis Media Akut
OMP Otitis Media Perforasi
GEA Gastro Enteritis Akut
DADRS Diare Akut dengan Dehidrasi
Ringan Sedang
DADSB Diare Akut dengan Dehidrasi
Sedang Berat
App Appendisitis
CKR Cedera Kepala Ringan
CKS Cedera Kepala Sedang
CKB Cedera Kepala Berat
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Penyimpanan rekam medis dalam satu tempat dalam personal folder dan sesuai
dengan nomor urut rekam medis.
2. Rekam medis pasien wajib disimpan sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat.
3. Setelah batas waktu 5 (lima) tahun dilampaui rekam medis dapat dimusnahkan kecuali
ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik yang harus disimpan dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya.
BAB VI
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
3. Kepala Puskesmas, tim mutu dan seluruh pelaksana UKP berpartisipasi dalam upaya
peningkatan mutu/kinerja UKP dan keselamatan pasien secara menyeluruh dan
berkesinambungan dalam rangka memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat.
4. Upaya mulai dari penetapan indikator, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi.
5. Dalam upaya perbaikan mutu/kinerja puskesmas dan keselamatan pasien juga
melibatkan/memberdayakan lintas sektor, lintas program, dan masyarakat sebagai
pengguna pelayanan untuk berperan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
evaluasi, dan tindak lanjut program-program kegiatan mutu/kinerja puskesmas dan
keselamatan pasien.
6. Puskesmas Labuhan Ratu mengupayakan keselamatan pasien dengan tujuan menyediakan
sistem asuhan yang lebih aman denga ciri-cirinya yaitu assesment risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan dampak tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera.
Input untuk perbaikan mutu adalah
1. Perencanaan sd evaluasi
2. Penetapan area prioritas
3. Penetapan indikator klinis
4. Monitoring, evaluasi, tindak lanjut
5. Prosedur Indek Kepuasan Pasien
Penerapan budaya mutu dan keselamatan pasien tercermin dalam;
1. Tata nilai budaya yang disepakati bersama dan menjadi acuan dalam
pemberian pelayanan kepada masyarakat
2. Pembakuan standar operasional prosedur layanan klinis yang disusun
berdasarkan acuan yang jelas sebagai acuan pelayanan.
3. Pengukuran mutu layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien.
4. Pendokumentasian seluruh kegiatan upaya peningkatan mutu klinis dan
keselamatan pasien.
BAB VII
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Klinis UPT Puskesmas Labuhan Ratu sebagai acuan yang diperlukan
dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan pelayanan klinis di UPT Puskesmas Labuhan
Ratu sehingga tujuan penyelenggaraan pelayanan klinis dapat tercapai.
Dengan tersusunnya kebijakan ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi seluruh tenaga
klinis di UPT Puskesmas Labuhan Ratu sehingga pelayanan klinis dapat berjalan lancar dan
meminimalisir terjadinya resiko yang tidak diharapkan.
KEPALA
UPT PUSKEMAS LABUHAN RATU,