Anda di halaman 1dari 31

PUSKESMAS KECAMATAN SETIABUDI

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS


KECAMATAN SETIABUDI KOTA ADMINISTASI JAKARTA SELATAN

NOMOR : 15 TAHUN 2022

TENTANG

PELAYANAN KLINIS
PUSKESMAS KECAMATAN SETIABUDI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN SETIABUDI


KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis Puskesmas dilaksanakan


sesuai kebutuhan pasien;

b. bahwa pelayanan klinis Puskesmas perlu


memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;

c. bahwa mengingat point a dan b, perlu ditetapkan


Keputusan Kepala Puskesmas Kecamatan
Setiabudi tentang Pelayanan Klinis Puskesmas
Kecamatan Setiabudi.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran;

2. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik;

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang


Tenaga Kesehatan;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


269/MENKES/PER/III 2008 Tahun 2008 Tentang
Rekam Medis;
-2-

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


290/MENKES/PER/III/2008 Tahun 2008 Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun


2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016


tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2016


tentang Akreditasi;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017


tentang Keselamatan Pasien;

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 tahun 2019


Tentang Penyelenggaraan Telemedicine antara
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019


Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021


Tentang Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko Sektor Kesehatan;

14. Peraturan Gubernur Nomor 386 Tahun 2016


tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas);

15. Instruksi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI


Jakarta Nomor 12 tahun 2021 tentang Pelayanan
COVID 19 melalui Telemedicine dan Telekonsultasi
bagi Puskesmas dan RSUD dan RSKD.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN


SETIABUDI TENTANG PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS
KECAMATAN SETIABUDI.

Kesatu : Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Kecamatan


Setiabudi sebagaimana tercantum dalam lampiran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.

Kedua : Dengan diterbitkannya Surat Keputusan ini, maka Surat


Keputusan Nomor 35 Tahun 2021 tentang Pelayanan
Klinis di Puskesmas Kecamatan Setiabudi dinyatakan
tidak berlaku.
-3-

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan


akan berlaku selama 3 (tiga) tahun, atau jika ada
perubahan peraturan perundang-undangan terkait dan
atau adanya kebutuhan yang mendesak.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Agustus 2022

KEPALA PUSKESMAS
KECAMATAN SETIABUDI,

GAFAR HARTATIYANTO
NIP 197506122006041003
-4-

Lampiran I :Keputusan Kepala Puskesmas


Kecamatan Setiabudi

Nomor 15 Tahun 2022


Tanggal 25 Agustus 2022

PELAYANAN KLINIS
PUSKESMAS KECAMATAN SETIABUDI

A. Jenis Pelayanan Klinis


Berikut ini jenis pelayanan klinik di Puskesmas Kecamatan Setiabudi:
1. Layanan/Klinik ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
2. Layanan/Klinik Ratu (TB dan Kusta)
3. Layanan 24jam/Gawat Darurat
4. Layanan Bersalin (RB) / Persalinan Normal
5. Layanan/Klinik Umum
6. Layanan/Klinik Lansia (Lanjut Usia)
7. Layanan/Klinik PTM (Penyakit Tidak Menular)
8. Layanan/Klinik MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) / MTBM
(Manajemen Terpadu Balita Muda)
9. Layanan/Klinik PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
10.Layanan/Klinik ARSA (VCT-IMS-HIV)
11.Layanan/Klinik Catin (Calon Pengantin)
12.Layanan/Klinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
13.Layanan/Klinik KB (Keluarga Berencana)
14.Layanan/Klinik Imunisasi
15.Layanan/Klinik Konsultasi Gizi
16.Layanan/Klinik Kirana (Kesehatan Jiwa)
17.Layanan/Klinik Kesehatan Gigi dan Mulut
18.Layanan/Klinik Psikologi
19.Layanan/Klinik Sanitasi (Kesehatan Lingkungan)
20.Layanan/Klinik KtPA (Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak)
21.Layanan/Klinik Akupuntur dan Akupresur
22.Pelayanan Perawatan Rumah (homecare)

Layanan Penunjang/Lainnya terkait:


23.Layanan Laboratorium
24.Layanan Farmasi
25.Layanan Loket terdiri dari:
a. Layanan Loket Pendaftaran Pasien
b. Layanan BPJS Center
c. Layanan CSO (Customer Service Officer)

Layanan Khusus Selama Masa Pandemi COVID-19:


26.Layanan Swab
27.Layanan Vaksinasi COVID-19

B. Pendaftaran Pasien
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas,
yang dapat dilakukan melalui pemberian informasi secara langsung
maupun melalui media promosi kesehatan lainnya
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang berkompeten yang
memenuhi kriteria berikut :
a. Menguasai operasional komputer
b. Pendidikan minimal SMA atau sederajat
-5-

c. Memiliki latar belakang kompetensi sebagai perekam medis atau


petugas yang telah mengikuti program “On The Job Training”
(OJT) sebagai perekam medis
d. Mengikuti sosialisasi serta monitoring evaluasi rutin sebagai tim
pendaftaran pendaftaran
e. Mengikuti pelatihan/pengayaan terkait pengembangan
kompetensinya
3. Proses pendaftaran memperhatikan keselamatan pasien dengan
standar identifikasi pasien yaitu sebagai berikut :
a. Pemilahan pasien sejak dari mulai datang ke Puskesmas oleh
Satpam/Tenaga Kesehatan lainnya dengan diidentifikasi
(pemilahan pasien berdasarkan triase, kebutuhan layanan dan
kebutuhan disabilitas pasien)
b. Lokasi Loket Pendaftaran:
1) Loket pendaftaran lantai 1, melayani:
a) Layanan Klinik ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
b) Layanan Klinik Ratu (TB dan Kusta)
c) Layanan 24jam/Gawat Darurat
d) Layanan Bersalin (RB) / Persalinan Normal
e) Layanan Laboratorium dari klinik lantai 1
2) Loket pendaftaran lantai 2, melayani:
a) Layanan/Klinik Umum
b) Layanan/Klinik Lansia (Lanjut Usia)
c) Layanan/Klinik PTM (Penyakit Tidak Menular)
d) Layanan/Klinik MTBS (Manajemen Terpadu Balita
Sakit) / MTBM (Manajemen Terpadu Balita Muda)
e) Layanan/Klinik PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja)
f) Layanan/Klinik ARSA (VCT-IMS-HIV)
g) Layanan/Klinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
h) Layanan/Klinik KB (Keluarga Berencana)
i) Layanan/Klinik Imunisasi
j) Layanan/Klinik Konsultasi Gizi
k) Layanan/Klinik Kirana (Kesehatan Jiwa)
l) Layanan/Klinik Kesehatan Gigi dan Mulut
m) Layanan/Klinik Psikologi
n) Layanan/Klinik Sanitasi (Kesehatan Lingkungan)
o) Layanan/Klinik Catin (Calon Pengantin)
c. Loket pendaftaran lantai 1 memilah kartu pasien Klinik ISPA
dan Klinik Ratu untuk dilakukan pelayanan lebih utama.
d. Prioritas Pelaksanaan Pelayanan selama Pandemi COVID-19:
1) Skrining awal pasien dengan kriteria tanda dan gejala COVID-
19 (demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, hilang rasa
penciuman, hilang pengecapan, diare, sesak nafas) diarahkan
untuk mendaftar ke Loket pendaftaran lantai 1,
2) Pasien tanpa kriteria dan gejala COVID-19 diarahkan ke loket
pendaftaran lantai 2
4. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari
cara identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir pasien,
alamat/tempat tinggal domisili dan nomor NIK/kepesertaan BPJS.
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan
informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif,
jenis pelayanan, jadwal pelayanan disesuaikan dengan kondisi atau
keadaan pada waktu tertentu, ketersediaan tempat tidur untuk
perawatan/rawat inap Rumah Bersalin dan informasi tentang
-6-

kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain harus dapat


disediakan di tempat pendaftaran.
6. Informasi yang dibutuhkan pasien diidentifikasi, didokumentasikan
dan ditindak lanjuti dalam bentuk Logbook.
7. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan
proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.
8. Petugas pendaftaran melaksanakan koordinasi dan komunikasi
dengan petugas terkait.
9. Petugas pendaftaran melakukan kegiatan monitoring atau rapat
unit untuk membahas suatu pekerjaan, indikator mutu, tindak
lanjut atas penilaian kepuasan layanan serta perkembangan
informasi terkini.
10. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang lain wajib
diidentifikasi dan ditindak lanjuti.

C. Pengkajian, Keputusan, Dan Rencana Layanan


1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang
kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian
kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
3. Kajian awal juga mencakup informasi kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan tata nilai budaya pasien.
4. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar
asuhan.
5. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu, diantaranya pemeriksaan penunjang
dan pemberian terapi.
6. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi
kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis
7. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah sesuai
prosedur yang berlaku.
8. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan
dalam pelayanan.
9. Bila ditemukan pasien dengan kriteria tanda dan gejala COVID-19
(demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, hilang rasa penciuman,
hilang pengecapan, diare, sesak nafas) di arahkan ke loket
pendaftaran lantai 1 untuk didaftarkan ke Klinik ISPA/Klinik
Infeksius.
10. Pada kondisi tertentu, pasien dapat dirujuk internal ke klinik
ISPA/Klinik Infeksius.
11. Semua Ibu bersalin yang datang ke Ruang Bersalin (RB) Puskesmas
tanpa membawa hasil Swab PCR/Swab Antigen maka akan
dilakukan pemeriksaan swab antigen di Puskesmas
12. Penanganan persalinan di Puskesmas ditentukan berdasarkan hasil
pemeriksaan petugas kesehatan terkait.
13. Ibu bersalin terkonfirmasi positif COVID-19 direncanakan untuk
dirujuk atau ditangani di Puskesmas dengan pertimbangan tertentu
14. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional yang kompeten.
15. Jika dilakukan pelayanan secara tim, maka tim kesehatan antar
profesi harus tersedia.
16. Penanganan kasus yang membutuhkan penanganan secara tim
antar profesi bila dibutuhkan (termasuk pelaksanaan perawatan
kesehatan masyarakat/home care).
-7-

17. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian maupun keputusan


layanan harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.
18. Petugas memakai APD (Alat Pelindung Diri) sesuai dengan zonasi
penggunaan APD selama Pandemi COVID 19 sesuai dengan aturan
kebijakan Puskesmas.
19. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan
profesional yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Lulusan Akademi Keperawatan/Kebidanan;
b. Mempunyai sertifikasi BTCLS;
c. Melaksanakan pendelegasian wewenang sesuai dengan SOP
pendelegasian wewenang.
20. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan
dengan peralatan dan tempat yang memadai.
21. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien
dan petugas.
22. Peralatan dan sarana yang digunakan untuk pelayanan dipelihara
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
23. Menjamin keamanan peralatan digunakan termasuk tidak boleh
menggunakan ulang atau reuse peralatan yang dispossible.
24. Untuk baju APD reuse yang digunakan sebagai kelengkapan APD
level 2, maka dilakukan pencucian sesuai dengan prosedur dan
standar yang berlaku
25. Selama pandemi terdapat jadwal pelaksanaan desinfeksi ruangan
dengan tujuan memastikan area pelayanan terjamin keselamatan
baik bagi pasien maupun petugas.
26. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur
klinis yang dibakukan.
27. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal,
rencana layanan, dan pelaksanaan layanan disusun secara
kolaboratif dalam tim layanan yang terpadu.
28. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien dan melibatkan pasien.
29. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai
budaya pasien.
30. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas
dengan memperhatikan efisiensi sumber daya.
31. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus
diidentifikasi, misal :
a. Risiko kesalahan identifikasi pasien
b. Risiko komunikasi yang tidak efektif
c. Risiko keamanan dan kewaspadaaan obat, termasuk pemberian
obat LASA;
d. Risiko tidak tepat lokasi, tidak tepat prosedur, tidak tepat pasien
operasi
e. Risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;
f. Risiko pasien jatuh
32. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan
harus diinformasikan kepada pasien.
33. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
34. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien.

D. Pelaksanaan Layanan;
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur
pelayanan klinis.
-8-

2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,


keperawatan, kebidanan, asuhan gizi dan pelayanan profesi
kesehatan yang lain.
3. Pada saat pelaksanaan pengkajian klinis awal, seluruh petugas
melakukan pengkajian dengan lengkap, bila ditemukan adanya
pasien dengan tanda gejala COVID 19 maka akan dilakukan
rujukan internal pasien ke klinik ISPA atau klinik Infeksius
4. Pada saat pelaksanaan pengkajian klinis awal untuk ibu hamil
dan ibu bersalin, seluruh petugas melakukan pengkajian dengan
lengkap.
5. Pertolongan persalinan di Puskesmas ditentukan setelah
pemeriksaan petugas terkait.
6. Apabila bila ditemukan adanya pasien ibu hamil dengan kasus
emergensi dan ibu bersalin yang terkonfirmasi COVID-19 dan
ditemukan tanda dan gejala maka akan di arahkan ke ruang
isolasi RB dan dilakukan pemeriksaan RT antigen
7. Apabila dari hasil pengkajian klinis awal pada Ibu hamil yang
akan melahirkan ditemukan kondisi pembukaan lengkap, dengan
kepala bayi berada di Hodge II, III dan IV, maka akan dilakukan
pertolongan persalinan di Puskesmas
8. Pada ibu hamil akan dilakukan pemeriksaan RT PCR mulai usia
kehamilan 35 minggu sampai kondisi inpartu.
9. Bayi yang dilahirkan di Puskesmas akan diperiksa serta dilakukan
penanganan sesuai standar opersional prosedur yang berlaku
10. Pada saat pelayanan selama pandemi seluruh petugas memakai
APD sesuai dengan zonasinya.
11. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
12. Pelaksanaan layanan klinis dan perkembangan pasien harus
dicatat dalam rekam medis.
13. Pelaksanaan layanan klinis dipadukan dengan layanan penunjang
sehingga tercipta pelayanan yang berkesinambungan.
14. Proses pelayanan pemeriksaan penunjang dilakukan dengan
memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang tidak perlu
atau di dokumentasikan dalam rekam medis.
15. Bila ditemukan hasil pemeriksaan penunjang dengan hasil kritis,
petugas mengkomunikasikan langsung kepada dokter yang
mengirim pemeriksaan dilakukan dengan pelayanan secara
interprofesi.
16. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam
rekam medis.
17. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan
pada pasien sebelum mendapatkan persetujuan.
18. Pemberian informasi, persetujuan pasien dan penolakan pasien
(informed consent) wajib didokumentasikan.
19. Bila pasien tidak setuju terhadap pelayanan diberikan informasi
yang adekuat tentang alternatif pelayanan lain dan informasi
kemungkinan bila pasien tidak mengikuti prosedur penanganan
dan pengobatan.
20. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dianalisa
dan ditindak lanjut.
21. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan
dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
22. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan
prosedur pelayanan kasus berisiko tinggi.
-9-

23. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap


terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan
prosedur pencegahan (kewaspadaan universal).
24. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan
mengikuti prosedur aseptik.
25. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan
indikator yang jelas.
26. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat
pemberian layanan.
27. Pasien berhak untuk memilih tenaga kesehatan jika
memungkinkan.
28. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan
dan ditindak lanjuti.
29. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana
untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu antara lain:
a. Penulisan lengkap dalam rekam medis,
b. Pemeriksaan penunjang diagnostik,
c. Pelaksanaan tindakan medis,
d. Pengobatan kepada pasien.
30. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan layanan,
penyuluhan pemberian obat/tindakan, sampai dengan pasien
pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
31. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
32. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan
lain.
33. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk
rujukan dipandu oleh prosedur yang baku.
34. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib
diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat
keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab mereka
berkenaan dengan keputusan tersebut.
35. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan
prosedur baku.
36. Jenis–jenis anastesi lokal yang dapat dilakukan di Puskesmas
adalah :
a. Pemberian lidocain injeksi;
b. Pemberian ethyl clorida spray
c. Pemberian lidocain+epinephrine injection.
37. Jenis–jenis sedasi yang dapat dilakukan di Puskesmas adalah:
a. Pemberian diazepam tablet;
b. Pemberian diazepam supositoria;
c. Pemberian diazepam injeksi.
38. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh
petugas yang kompeten.
39. Terkait dengan tindakan rawat jalan yang memerlukan proses
anestesi dan pembedahan, dapat dilakukan pendelegasian
wewenang pelaksanaan dari dokter kepada perawat yang telah
memiliki kewenangan klinis sesuai hasil kredensial/rekredensial.
40. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus
mendapatkan informed consent.
41. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan
pembedahan.
- 10 -

42. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan


sesuai dengan rencana layanan.
43. Materi penyuluhan kesehatan mencakup informasi mengenai
penyakit, penggunaan obat, peralatan medik, aspek etika di
Puskesmas dan PHBS.
44. Tersedia metode dan media penyuluhan/pendidikan kesehatan
bagi pasien dan keluarga dengan memperhatikan kondisi
sasaran/penerima informasi (misal bagi yang tidak bisa membaca
edukasi dapat berupa materi audio visual)
45. Dilakukan penilaian terhadap efektivitas penyampaian informasi
kepada pasien/keluarga pasien agar mereka dapat berperan aktif
dalam proses layanan dan memahami konsekuensi layanan yang
diberikan
46. Pelayanan Klinik Kesehatan Gigi dan Mulut selama masa pandemi:
a. Melakukan konsultasi kesehatan gigi dengan syarat pasien
membawa foto gigi terlebih dahulu sebelum melakukan
konsultasi.
b. Pelaksanaan pelayanan dilakukan sesuai dengan rekomendasi
organisasi profesi,
c. Pembukaan pelayanan tindakan harus memenuhi prosedur,
standar pelayanan dan arahan yang berlaku.
47. Mekanisme pelayanan Laboratorium dan Farmasi dijelaskan lebih
lanjut dalam kebijakan terkait Laboratorium dan Farmasi.

E. Persetujuan Tindakan Kedokteran, Resume Medis, Dan Sistem


Rujukan;
1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
a. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu
kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau
pengampunya.
b. Tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa
preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
c. Tindakan invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung
dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
d. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak
menurut peraturan perundang-undangan atau telah/pernah
menikah, tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu
berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran
perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit
mental sehingga mampu membuat keputusan secara bebas.

1.1. Bagian Penjelasan/Pemberian Informasi

1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan


langsung kepada pasien dan/atau keluarga terdekat, baik
diminta maupun tidak diminta
2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak
sadar, penjelasan diberikan kepada keluarganya atau yang
mengantar
3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
- 11 -

c. Alternatif tindakan lain dan risikonya


d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f. Perkiraan pembiayaan
4) Penjelasan dicatat dan didokumentasikan dalam berkas
lembar persetujuan/penolakan tindakan oleh dokter atau
dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan
mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan tanda tangan
pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.

2.2. Bagian Persetujuan/Penolakan


1) Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2) Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi
atau bersifat invasif harus memperoleh persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan.
3) Tindakan kedokteran yang tidak mengandung risiko tinggi
atau tidak bersifat invasif dapat diberikan dengan
persetujuan lisan.
4) Persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk
penandatanganan berkas persetujuan/penolakan tindakan
oleh pasien atau yang berhak memberikan persetujuan.
5) Persetujuan lisan dapat diberikan dalam bentuk ucapan
setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang
dapat diartikan sebagai ucapan setuju.
6) Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan dianggap
meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis
7) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa
pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan tindakan kedokteran.
8) Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau
ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan sebelum
dimulainya tindakan.
9) Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus
dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan
10) Segala akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan
tindakan kedokteran menjadi tanggung jawab yang
membatalkan persetujuan.

2. Resume Medis atau ringkasan pulang adalah ringkasan seluruh masa


perawatan dan pengobatan yang dilakukan para tenaga kesehatan
kepada pasien.
a. Resume medis harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang
melakukan perawatan pada pasien.
b. Isi resume medis sekurang-kurangnya memuat:
1) Identitas pasien;
2) Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
3) Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,
diagnosis akhir, pengobatan dan tindak lanjut; dan
4) Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang
memberikan pelayanan kesehatan.
c. Resume medis dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien
atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang
berhak untuk itu.
- 12 -

d. Resume medis diberikan atas permintaan oleh pasien atau


keluarga pasien dan tidak secara rutin diberikan.
e. Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai:
1) Alat bukti dalam proses penegakan hukum;
2) Alat bukti penegakkan disiplin kedokteran dan kedokteran
gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika
kedokteran gigi;
3) Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan.
3. Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal.
a. Rujukan pelayanan kesehatan di dalam lingkup puskesmas
terdiri dari rujukan internal dan rujukan eksternal
b. Rujukan internal ditujukan untuk rujukan antar klinik di
masing-masing puskesmas kecamatan dan puskesmas
kelurahan Setiabudi.
c. Rujukan eksternal ditujukan untuk rujukan ke luar puskesmas,
yang teridiri dari rujukan horizontal dan vertikal.
1) Rujukan eksternal horizontal adalah rujukan yang
dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu
tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
2) Rujukan eksternal vertikal adalah rujukan yang dilakukan
antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat
dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
3) Rujukan eksternal vertikal dari tingkatan pelayanan yang
lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi
dilakukan apabila:
1. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik atau subspesialistik;
2. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan.
d. Sistem rujukan berjenjang diwajibkan bagi pasien yang
merupakan peserta BPJS (badan penyelenggara jaminan sosial).
e. Setiap orang yang bukan peserta BPJS (badan penyelenggara
jaminan sosial) dapat mengikuti sistem rujukan.
f. Ketentuan sistem rujukan berjenjang dikecualikan pada
keadaan gawat darurat, bencana, dan kekhususan
permasalahan kesehatan pasien.
g. Pada keadaan gawat darurat, rujukan harus mendapatkan
persetujuan dari pasien atau keluarganya
h. Persetujuan sebagaimana dimaksud diberikan setelah pasien
atau keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga
kesehatan yang berwenang.
i. Penjelasan sebagaimana dimaksud meliputi:
1) Diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang
diperlukan;
2) Alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
3) Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
4) Transportasi rujukan; dan
- 13 -

5) Risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam


perjalanan.
j. Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:
1) Melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan
stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta
sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan
pasien selama pelaksanaan rujukan;
2) Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan
memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima
pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat;dan
3) Membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan
kepada penerima rujukan
k. Surat pengantar rujukan sebagaimana dimaksud memuat:
1) Identitas pasien
2) Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;
3) Diagnosis kerja
4) Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
5) Tujuan rujukan; dan
6) Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan

F. Rencana Rujukan Dan Pemulangan


1. Pemulangan pasien rawat inap dipandu oleh prosedur yang baku.
2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses pemulangan/rujukan.
3. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh
dokter yang menangani.
4. Bagi pasien yang terkonfirmasi COVID-19, akan dirujuk ke pusat
isolasi terkendali atau rumah sakit penanganan COVID-19 sesuai
dengan kondisi pasien.
5. Bagi Ibu Hamil terkonfirmasi COVID-19 akan dirujuk ke Rumah
Sakit penanganan COVID-19 yang menerima pasien ibu hamil.
6. Bayi Baru Lahir dari ibu yang terkonfirmasi positif Covid 19
dilakukan pemeriksaan Swab Antigen/ RT PCR.
7. Apabila ibu dan bayi mendapatkan hasil positif Covid akan di
rujuk bersama ke Rumah Sakit Penanganan Covid 19.
8. Apabila hasil pemeriksaan Swab Antigen/RT PCR pada bayi
negatif maka bayi akan di pulangkan
9. Pada saat merujuk pasien terkonfirmasi COVID-19, petugas
merujuk ke Pusat Isolasi Terkendali atau Rumah Sakit dengan
memakai APD level 3.
10. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, Puskesmas wajib memberikan
alternatif pelayanan.
11. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
12. Resume klinis meliputi: nama pasien, kondisi klinis,
prosedur/tindakan yang telah dilakukan, dan tindak lanjut.
13. Pasien/keluarga yang akan di akan dirujuk diberikan informasi
tentang alasan rujukan, sarana tujuan rujukan, dan kapan
rujukan harus dilakukan
14. Pasien/keluarga mempunyai hak untuk dirujuk sesuai pilihan
pasien/keluarga yang tersedia di sistem rujukan
15. Selama proses rujukan secara langsung, semua pasien selalu
dimonitor oleh staf yang kompeten.
16. Kriteria merujuk pasien sesuai dengan SOP Rujukan
- 14 -

17. Petugas harus memastikan ketersediaan tempat di fasilitas


kesehatan yang menjadi tujuan rujukan tersebut.
18. Pada saat pemulangan, pasien/keluarga pasien harus diberi
informasi tentang tindak lanjut layanan.
19. Petugas mengetahui bahwa informasi yang disampaikan dipahami
oleh pasien/keluarga pasien Petugas mengetahui bahwa informasi
yang disampaikan dipahami oleh pasien/keluarga pasien
20. Dilakukan evaluasi periodik terhadap prosedur pelaksanaan
penyampaian informasi tersebut

G. Makanan/Nutrisi, Pelayanan Konsultasi dan Terapi Gizi


1. Petugas menyiapkan makanan atau nutrisi yang sesuai untuk
pasien unit Ruang Bersalin (RB) secara reguler
2. Petugas melakukan pemesanan dan pencatatan makanan yang
akan diberikan kepada pasien rawat inap di unit Ruang Bersalin
(RB).
3. Petugas membuat variasi menu makanan disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan pasien
4. Petugas memberikan edukasi pada keluarga tentang pembatasan
diit pasien, bila keluarga ikut menyediakan makanan bagi pasien.
5. Petugas menyiapkan makanan dengan cara yang baku untuk
mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan
6. Petugas menyimpan makanan dengan cara yang baku untuk
mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan
7. Petugas melakukan distribusi makanan secara tepat waktu, dan
memenuhi permintaan dan/atau kebutuhan khusus
8. Puskesmas melayani pelayanan konsultasi gizi
9. Pasien yang pada kajian awal berada pada risiko nutrisi,
mendapat terapi gizi.
10. Petugas merencanakan suatu proses kerjasama untuk
merencanakan, memberikan dan memonitor pemberian asuhan
gizi
11. Petugas melakukan penilaian dan monitoring respon pasien
terhadap asuhan gizi
12. Petugas melakukan pencatatan respon pasien terhadap asuhan
gizi dalam rekam medis

H. Penilaian Kepuasan Layanan Klinis


1. Puskesmas memfasilitasi pelanggan untuk memberikan penilaian
terhadap kepuasan layanan klinis
2. Penilaian kepuasan terhadap pelayanan klinis diberikan melalui:
a. Koin kepuasan pelanggan yang diberikan di setiap unit layanan
klinis, unit loket pendaftaran, unit laboratorium dan unit
layanan farmasi dengan mekanisme:
1) Unit layanan memberikan koin kepuasan pelanggan setelah
pelanggan memperoleh layanan klinis
2) Dilakukan perhitungan nilai koin kepuasan pelanggan di
setiap bulan dengan target pencapaian minimal 85% oleh
tim layanan UKP Puskesmas
3) Jumlah responden pengisi koin kepuasan pelanggan
minimal senilai 30 koin/bulan
4) Dilakukan analisa terhadap hasil penilaian kepuasan
pelanggan
- 15 -

5) Dilakukan rencana tindak lanjut yang diperlukan atas hasil


penilaian koin kepuasan pelanggan.
6) Dilakukan evaluasi terhadap rencana tindak lanjut yang
telah dilakukan (proses PDCA)

b. Survei Kepuasan Pelanggan yang dilakukan Puskesmas


minimal setahun sekali dengan mekanisme:
1) Pelaksanaan dan Perhitungan Survei Kepuasan Pelanggan
yang dilakukan Puskesmas secara mandiri dilakukan secara
kolaborasi antara Tim Unit Layanan, Tim Humas dan Tim
Mutu Puskesmas
2) Membuat analisa atas hasil Survei Kepuasan Pelanggan
(SKM) mandiri
3) Menentukan Rencana Tindak Lanjut (RTL) secara kolaborasi
4) Membuat Laporan Survei Kepuasan Pelanggan (Mandiri) dan
melaporkannya kepada Dinas Kesehatan DKI Jakarta
5) Membuat Laporan Monitoring Evaluasi Rencana Tindak
Lanjut (RTL) Survei Kepuasan Masyarakat (Mandiri)

c. Survei Kepuasan Pelanggan yang dilakukan berkolaborasi


dengan tim TGUPP melalui Survei SISURTI yang dilaksanakan
setiap tri wulan dari tahun anggaran berjalan dengan
mekanisme:
1) Melakukan perhitungan responden sesuai ketentuan dari
Tim TGUPP/Survei SISURTI
2) Melakukan Survei SISURTI sesuai teknis yang ditetapkan
oleh Tim TGUPP/Survei SISURTI secara kolaborasi antara
Tim Unit Layanan, Tim Humas dan Tim Mutu Puskesmas
3) Menerima hasil perhitungan yang dilakukan oleh Tim
TGUPP/Survei SISURTI
4) Membuat analisa atas hasil Survei Kepuasan Pelanggan
(SKM) SISURTI
5) Menentukan dan membuat laporan Rencana Tindak Lanjut
(RTL) secara kolaborasi
6) Melaporkan Laporan Rencana Tindak Lanjut (RTM) Survei
SISURTI kepada Dinas Kesehatan DKI Jakarta
7) Membuat Laporan Monitoring Evaluasi Rencana Tindak
Lanjut (RTL) Survei Kepuasan Masyarakat (Mandiri)

I. Penanganan Keluhan, Saran dan Aduan


1. Puskesmas memfasilitasi pelanggan untuk memberikan keluhan,
saran dan aduan terhadap kepuasan layanan klinis
2. Penilaian keluhan terhadap pelayanan klinis diberikan melalui:
a. Keluhan langsung
b. Kotak Saran
c. Media Sosial
3. Puskesmas mempunyai prosedur dan ketentuan untuk menangani
keluhan, saran dan aduan
4. Keluhan pelanggan ditangani dan ditindaklanjuti sesuai dengan
prosedur dan ketentuan terkait
5. Keluhan dan tindak lanjut keluhan pelanggan didokumentasikan

J. Pemantauan Pelaksanaan Pelayanan Klinis


1. Pimpinan Puskesmas menetapkan indikator monitoring dan
evaluasi pelayanan klinis
- 16 -

2. Ada proses pemantauan dan penilaian terhadap layanan klinis


dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif
3. Melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk
mengetahui pencapaian tujuan dan hasil pelaksanaan layanan
klinis
4. Melakukan analisa terhadap indikator yang dikumpulkan
5. Dilakukan tindak lanjut terhadap hasil analisia tersebut untuk
perbaikan layanan klinis

K. Pemeriksaan Jenazah
1. Puskesmas memberikan pelayanan pemeriksaan jenazah.
2. Pemeriksaan jenazah dilakukan dengan tujuan menentukan
penyebab kematian yang tertulis di dalam form autopsi verbal
3. Pemeriksaan jenazah dilakukan oleh dokter dan paramedis
didampingi oleh keluarga.
4. Apabila kematian disebabkan oleh hal yang wajar, maka akan
diterbitkan Surat Keterangan Penyebab Kematian (SKPK)
5. Apabila kematian disebabkab hal yang tidak wajar, maka petugas
kesehatan akan berkoordinasi dengan lintas sektor
6. Pada kondisi di mana pasien datang ke Puskesmas dengan kondisi
“Death on Arrival” (DOA), maka petugas melakukan pemeriksaan
jenazah, menentukan penyebab kematian dan mengeluarkan
Surat Keterangan Penyebab Kematian (SKPK).
7. Pada pasien yang meninggal saat proses berobat di Puskesmas,
maka petugas melakukan pemeriksaan jenazah, menentukan
penyebab kematian dan mengeluarkan Surat Keterangan
Penyebab Kematian (SKPK).

L. Layanan Telemedicine
1. Definisi Pelayanan
Layanan Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak
jauh oleh petugas kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan,
pencegahan penyakit dan cedera, untuk kepentingan peningkatan
kesehatan individu dan masyarakat.
Layanan Telekonsultasi adalah bentuk konsultasi tanpa tatap muka
langsung dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
yang dilakukan pasien kepada petugas kesehatan di Puskesmas
maupun petugas kesehatan di Puskesmas kepada petugas kesehatan
yang ada di RSUD ataupun di RSKD pengampu.
2. Lingkup layanan telemedicine
Pemberian layanan telemedicine dan telekonsultasi sebanyak 1x (sekali)
pada awal masa isolasi mandiri oleh tim layanan Telemedicine dan
Telekonsultasi dari Puskesmas Kelurahan atau Tim Kesehatan
Puskesmas untuk Wilayah Kelurahan Guntur dan Wilayah Kelurahan
Karet Semanggi.
3. Tim Layanan telemedicine dan telekonsultasi diatur dengan kebijakan
Puskesmas
4. Nomor telepon layanan telemedicine dan telekonsultasi:
a. Puskesmas Kelurahan Setiabudi
Nomor Kontak Layanan: 087-8888-19820
b. Puskesmas Kelurahan Karet
Nomor Kontak Layanan: 0878-2128-2177
c. Puskesmas Kelurahan Karet Kuningan
Kontak Layanan: 0896-6783-5954
d. Puskesmas Kelurahan Kuningan Timur
- 17 -

Kontak Layanan: 0812-8106-7653


e. Puskesmas Kelurahan Menteng Atas
Kontak Layanan: 0851-6161-8377
f. Puskesmas Kelurahan Pasar Manggis
Kontak Layanan: 0819-1523-7876
g. Wilayah Kelurahan Guntur
Kontak Layanan: 0821-1256-1055
h. Wilayah Kelurahan Karet Semanggi
Kontak Layanan: 0811-1200-822
5. Teknis pelayanan telemedicine dan telekonsultasi diatur dengan
kebijakan Puskesmas.
6. Ketentuan khusus layanan telemedicine:
a. Telemedicine dan telekonsultasi hanya dilakukan melalui aplikasi
teknologi informasi dan komunikasi
b. Catatan yang harus ada di diskusi teknologi informasi dan
komunikasi:
1) Anamnesa
2) Konsultasi, informasi dan edukasi
3) Diagnosa dan rencana terapi
4) Foto/video jika diperlukan
5) Resep jika diperlukan
6) Edukasi pemakaian obat (jika ada resep)
7) Konfirmasi bahwa obat sudah diterima oleh pasien/keluarga
c. Puskesmas tidak menanggung biaya pengantaran obat
d. Telemedicine dan telekonsultasi tidak berlaku untuk layanan
tindakan.

M. KETENTUAN LAINNYA
1. Layanan yang dilakukan di unit Layanan 24 Jam/UGD dan
Layanan Ruang Bersalin (RB) merupakan suatu kesatuan yang
dikoordinir oleh dokter jaga shift Layanan 24 Jam/UGD.
2. Para petugas jaga shift di Layanan 24 jam/UGD dan Layanan
Ruang Bersalin (RB) bekerjasama dalam melaksanakan pelayanan
pasien dan saling mengisi untuk kelancaran pelayanan pasien.

Ditetapkan di Jakarta,
pada tanggal 25 Agustus 2022

KEPALA PUSKESMAS
KECAMATAN SETIABUDI,

GAFAR HARTATIYANTO
NIP 197506122006041003
- 18 -

Lampiran II :Keputusan Kepala Puskesmas


Kecamatan Setiabudi

Nomor 15 Tahun 2022


Tanggal 25 Agustus 2022

Lembar Resume Medis


- 19 -

Lembar Persetujuan Tindakan Medis


- 20 -

Lembar Penolakan Tindakan Medis


- 21 -

Lembar Komunikasi Rujukan Gawat Darurat


- 22 -

Lembar Pemberian Edukasi Terpadu Pasien ANC Trimester III Dengan Indikasi
- 23 -

Rujuk Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut

Formulir Persiapan Pasien Rujukan


- 24 -

Lembar Pendelegasian Wewenang


- 25 -

Lembar Kontrol Monitoring Pasien Rujukan


- 26 -

Lembar Permintaan Laboratorium

Lembar Permintaan Tindakan


- 27 -

Lembar Resep Internal

Surat Keterangan Dokter


- 28 -

Surat Rujukan Non-BPJS

Lembar Hasil Pemeriksaan Laboratorium


- 29 -

Lembar Hasil Pemeriksaan Narkoba


- 30 -

Surat Kewaspadaan Kesehatan


- 31 -

Anda mungkin juga menyukai