Anda di halaman 1dari 26

KEPUTUSAN

KEPALA PUSKESMAS CICALENGKA DTP KABUBAPTEN BANDUNG


NOMOR......./....../PKM.CLK/I/2019

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI PUSKESMAS CICALENGKA DTP


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA PUSKESMAS CICALENGKA DTP,

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis Puskesmas dilaksanakan


berdasarkan kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan klinis Puskesmas perlu
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis
dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien, bermutu,
dan memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas
Cicalengka;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu
ditetapkan Surat Keputusan Kepala Puskesmas
Cicalengka DTP tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
di Puskesmas Cicalengka;
1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
2. Undang – undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik;
Mengingat : 3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor.269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/MENKES/Per/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
50/MENKES/SK/I/1998 tentang penggunaan kode
diagnosis ICD-10;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
13. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.
78/Yan.Med/RS.Um.DIK/YMU/I/91 tentang
pengisian rekam medis;
14. Peraturan Bupati Bandung No.17 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Minimal Pada BLUD
UPTD Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bandung;
15. Peraturan Bupati Bandung No.52 Tahun 2015
tentang Pedoman Penilaian Kinerja BLUD di
Kabupaten Bandung;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS CICALENGKA DTP


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI
PUSKESMAS CICALENGKA DTP
KESATU : Kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas Cicalengka DTP
sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Cicalengka
Pada tanggal : 2 Februari 2019
KEPALA PUSKESMAS CICALENGKA DTP,

YANTI FADILLAH
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS CICALENGKA DTP
NOMOR : ......../..../PKM.CLK/......../2019
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN
KLINIS

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS CICALENGKA DTP

A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:..
a. Memiliki ijazah minimal SLTA/sederajat;
b. Mampu mengoperasikan komputer;
c. Berpenampilan menarik; dan
d. Mampu berkomunikasi secara efektif (komunikatif) Identitas
pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara
identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir pasien,
alamat/tempat tinggal, dan nomor rekam medis.
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
4. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi
lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif, jenis
pelayanan, ketersediaan tempat tidur, dan informasi tentang
kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain harus dapat
disediakan di tempat pendaftaran.
5. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan dan diinformasikan
pada keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.
6. Hak-hak pasien meliputi :
a. Berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban
pasien.
b. Berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi.
c. Berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
d. Berhak memperoleh layanan yang efektif dan efesien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
e. Berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
f. Berhak memilih dokter sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di puskesmas.
g. Berhak meminta konsultasi dan penyuluhan kesehatan
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter/ petugas
lain yang mempunyai surat izin praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar puskesmas.
h. Berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya.
i. Berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan
tatacara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan.
j. Berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yang dideritanya, termasuk menolak pengobatan dan menolak
jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.
k. Berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
l. Berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
lainnya.
m. Berhak memperoleh keamanan dan keelamatan atas pelakuan
puskesmas terhadap dirinya.
n. Berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
o. Berhak menggugat dan atau menuntut puskesmas apabila
puskesmas diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar baik secara perdata ataupun pidana dan.
p. Berhak mengeluhkan pelayanan di puskesmas yang tidak
sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
7. Kewajiban pasien meliputi :
a. Berkewajiban mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;
b. Berkewajiban menggunakan fasilitas Puskesmas secara
bertanggungjawab;
c. Berkewajiban menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan
hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di
Puskesmas;
d. Berkewajiban memberikan informasi yang jujur, lengkap dan
akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya;
e. Berkewajiban memberikan informasi mengenai kemampuan
finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya;
f. Berkewajiban mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan
oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan disetujui oleh pasien
yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Berkewajiban menerima segala konsekuensi atas keputusan
pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
h. Berkewajiban memberikan imbalan jasa atas pelayan an yang
diterima.
8. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan
dipandu oleh prosedur yang baku.
9. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang lain wajib
diidentifikasi dan ditindak lanjuti
10. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib
diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan,
akibat dari keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan
dengan keputusan tersebut.
11. Obat anti hipertensi bagi pasien hipertensi di Layanan Lansia
diberikan selama 1 bulan bagi yang terdaftar dalam program
PROLANIS, sedangkan pasien hipertensi yang tidak terdaftar dalam
program PROLANIS diberikan obat anti hipertensi selama tiga hari
dan dianjurkan untuk kontrol lanjutan ke Layanan setelah obat
tersebut telah habis.
12. Anestesi lokal dan sedasi harus dilakukan oleh Dokter umum
dan/atau Dokter gigi yang bekerja di Puskesmas Cicalengka DTP
yang memiliki surat izin praktek.
13. Jenis-jenis sediaan anestesi lokal di Puskesmas Cicalengka DTP ,
sebagai berikut :
a. Lidocain;
b. Chlorethyl;
14. Jenis-jenis sediaan sedasi bentuk tablet yang tersedia di Puskesmas
Cicalengka, sebagai berikut :
a. Diazepam 2 mg;
b. phenobarbital 30 mg;
c. Haloperidol 5 mg;
d. amitriptilin;
e. stesolid rectal 5 mg;
15. Merencanakan angket hambatan komunikasi dan budaya untuk
dilaksanakan setiap enam bulan sekali oleh Tim Mutu Puskesmas.
16. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang lain wajib
diidentifikasi dan ditindak lanjuti, misalnya terdapat perbedaan arti
dan prsepsi meskipun satu kata yang sama, diantaranya :
a. Lambung (dalam bahasa Jawa), yang sebenarnya adalah
pinggang.
b. Mancur-mancur (dalam bahasa Jawa), yang sebenarnya adalah
diare / mencret.
c. Bayu (dalam bahasa Jawa), yang sebenarnya adalah pembuluh
darah vena.
d. Otot (dalam bahasa Jawa maknanya pembuluh darah), yang
sebenarnya adalah daging.

B. PENGKAJIAN, KEPUTUSAN, DAN RENCANA LAYANAN


1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang
kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian
kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
3. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar
asuhan.
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu.
5. Kajian awal memberikan informasi untuk :
a. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien;
b. Menetapkan diagnosis awal;
c. Mengetahui riwayat pasien terhadap pengobatan sebelumnya;
d. Memahami respons pasien terhadap pengobatan sebelumnya;
e. Memilih jenis pelayanan/tindakan yang terbaik bagi pasien
serta rencana tindak lanjut dan evaluasi;
6. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi
kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
7. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP
(Subjektif, Objektif, Assesment, Plan).
8. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan
dalam pelayanan.
9. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional yang kompeten.
10. Jika dilakukan pelayanan secara tim, tim kesehatan antar profesi
harus tersedia.
11. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian mapun keputusan
layanan harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.
12. Pendelegasian wewenang jika tidak tersedia tenaga kesehatan yang
memenuhi persyaratan dilaksanakan dengan melimpahkan tugas
kepada tenaga keselahatan lain yang memiliki kompetensi dan/atau
pengalaman berdasarkan pelatihan yang sesuai dengan tugas yang
harus dijalankan.
13. Pelimpahan wewenang dapat dilakukan antar tenaga kesehatan
Puskesmas Kecamatan dengan Puskesmas Kelurahan dan/atau
antar tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan dengan Puskesmas
Kelurahan.
14. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan
profesional yang memenuhi persyaratan, begitu pula dengan
interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium.
15. Prosedur pelimpahan tugas dokter kepada paramedic sebagaimana
tercantum pada Lampiran II keputusan ini.
16. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan
dengan peralatan dan tempat yang memadai.
17. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien
dan petugas.
18. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur
klinis yang dibakukan.
19. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal,
rencana layanan, dan pelaksanaan layanan disusun secara
kolaboratif dalam tim layanan yang terpadu.
20. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien.
21. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai
budaya pasien.
22. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan
meperhatikan efisiensi sumber daya.
23. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus
diidentifikasi.
24. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus
diinformasikan kepada pasien.
25. Rencana layanan harus di catat dalam rekam medis.
26. Rencana layanan harus memuat pendidikan / penyuluhan pasien.

C. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur
pelayanan klinis.
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,
keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
3. Persyaratan pelayanan klinis Puskesmas berpedoman pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dan Pedoman Peralatan
Puskesmas Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013.
4. Standar layanan klinis didasarkan pada sepuluh penyakit terbanyak
di Puskesmas Cicalengka DTP , sebagai berikut :
1) Ispa
2) Penyakit Pulpa & Jaringan Periapikal
3) Hypertensi
5. Pelayana
4) Gastritis
5) Syndroma Dyspepsia n
6) Myalgia sepuluh
7) Diare penyakit
8) Dermatitis
9) Kelainan Dentofasial Tmsk Moluklusi
10) Tbc Paru

terbanyak dilaksanakan berdasarkan Standar Prosedur Operasional


dari masing-masing penyakit, serta dilakukan monitoring dan
evaluasi setiap bulan berdasarkan sasaran mutu pelayanan.
6. Dokumen eksternal yang dijadikan acuan dalam penyusunan
standar layanan klinis, antara lain :
a. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 2003. Pedoman Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
b. Direktorat Laboratorium Kesehatan. Pedoman Prakterk
Laboratorium yang Benar. 2004. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
c. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Bina
Kesehatan Ibu. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
d. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Subdit Pengendalian Penyakit Jantung dan
Pembuluh Daerah. 2010. Pedoman Pengendalian Obesitas.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
e. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Direktorat Bina Kesehatan Ibu. Pedoman Pelayanan Antenatal
Terpadu (Edisi Kedua). 2013. Pedoman Pelayanan Antenatal
Terpadu. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
f. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. 2013. Pedoman
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil – Balita. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
g. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Subdit
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Daerah. 2013.
Pedoman Pengendalian Stroke. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
h. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Subdit
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Daerah. 2013.
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
i. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2013. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi HIV Bagi Petugas Kesehatan di Pelayanan Kesehatan.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
j. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2013. Modul Peserta Pelatihan Pendekatan Praktis Kesehatan
Paru (Practical Approach To Lung Health / PAL). Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
k. Ikatan Dokter Indonesia. 2013. Panduan Pelayanan Klinis Dokter
di Pelayanan Primer. Jakarta.
l. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) dengan Stiker : Dalam Rangka Mempercepat Penurunan
Angka Kematian Ibu. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
m. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman
Pelaksanaan : Simulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta :
Kementerian Kesehatan.
7. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
8. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam
rekam medis.
9. Dokter wajib menulis rekam medis pasien yang diperiksanya secara
lengkap, termasuk jika dilakukan perubahan rencana layanan.
10. Isi rekam medis terdiri dari anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa
dan terapi (termasuk semua pemeriksaan penunjang diagnostik
tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien).
11. Dokter dan/atau perawat lain yang memasukkan data rekam medis
pasien ke dalam Sistem Informasi Kesehatan dan Register wajib
memberitahu dokter yang bersangkutan, apabila dalam pengisian
terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam pemberian obat maupun
pemeriksaan fisik yang tidak sesuai penyakit yang di derita oleh
pasien.
12. Kesinambungan layanan klinis dilakukan melalui penyesuaian
antara layanan klinis yang diberikan kepada pasien dengan obat dan
kemampuan tenaga klinis Puskesmas, apabila tidak memadai maka
pasien di rujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut.
13. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan
pada pasien sebelum mendapatkan persetujuan.
14. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
15. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak
lanjuti.
16. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut.
17. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan
sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
18. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur
pelayanan kasus berisiko tinggi.
19. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya
infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan
(kewaspadaan universal).
20. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti
prosedur aseptic.
21. Daftar obat dan/atau cairan intravena yang tersedia di Puskesmas
Cicalengka DTP , yaitu :

No NAMA OBAT
1 LARUTAN RL 500 ml
2 RANITIDIN

3 LARUTAN GLUKOSA 5% 500 ml


4 LARUTAN NaCl ml

5 GENTAMISIN INJEKSI
6 DIPHENHYDRAMINE INJEKSI

7 RANITIDINE INJEKSI
8 ONDANCENTRONE INJEKSI
9 CEFTRIAXONE INJEKSI
10 ANTALGIN INJEKSI

11 DEXAMETASONE INJEKSI
12 AMINOFILLYN INJEKSI

13 MgSO 4 INJEKSI
14 OXYTOCIN INJEKSI

15 METHERGIN INJEKSI
16 VITAMIN K INJEKSI

17 EPHINEHPRIN INJEKSI
18 SULFAS ATROPIN INJEKSI
19 KETOROLAC INJEKSI

22. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan


indikator yang jelas.
23. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian
layanan.
24. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan
ditindak lanjuti.
25. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana
untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.
26. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian
obat/tindakan, sampai dengan pasien pulang atau dirujuk harus
dijamin kesinambungannya.
27. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
28. Pasien berhak untuk menolak jika di rujuk ke sarana kesehatan lain
Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan
dipandu oleh prosedur yang baku.
29. Jika pasien meolak untuk pengobatan atau rujukan,wajib di berikan
informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan,akibat dari
keputusan,dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan
keputusan tersebut.
30. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan
prosedur baku.
31. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh
petugas yang kompeten.
32. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus mendapatkan
informed consent.
33. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan
pembedahan.
34. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai
dengan rencana layanan.
35. Pasien, dokter, perawat, dan petugas kesehatan yang lain bekerja
sama untuk memantau pasien yang mendapat obat, guna
mengevaluasi efek pengobatan terhadap gejala pasien atau
penyakitnya dan untuk mengevaluasi pasien terhadap Kejadian yang
Tidak DIharapkan (KTD).

D. PENGELOLAAN REKAM MEDIS


1. Pembuatan rekam medis dilakukan oleh petugas pendaftaran dan
diatur dengan mengelompokan berdasarkan kepala keluarga pasien.
2. Pengisian rekam medis dilakukan oleh petugas pelayanan
medis/dokter mencakup tanggal berobat, anamnesis & pemeriksaan
F/ME/PEN, BLK, Diagnosis, Tindakan, dan Paraf petugas medis.
3. Pengisian diagnosis menggunakan standarisasi kode klasifikasi
diagnosis ICD 10, serta terminologi lain yang konsisten dan
sistematis.
4. Terminologi lain yang konsisten dan sistematis disusun oleh
Puskesmas.
5. Pengaksesan rekam medis merupakan hak pasien pemilik isi rekam
medis, petugas medis, petugas penilai rekam medis, serta pihak-
pihak dengan keperluan tertentu yang telah mendapat persetujuan
dari Kepala Puskesmas CICALENGKA DTP .
6. Rekam medis pasien hanya dapat di akses oleh petugas untuk
keperluan informasi sebagai berikut :
a. Kepentingan kesehatan pasien;
b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan;
c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
e. Kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang
tidak menyebutkan identitas pasien.
7. Pengaksesan atau peminjaman rekam medis baik oleh pihak internal
maupun pihak eksternal wajib melalui persetujuan Kepala
Puskesmas yang didelegasikan kepada Kepala Satuan Pelaksana
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
8. Rekam medis pasien diberikan kode berupa beberapa digit angkat
sesuai dengan tahun pasien mendaftar dan dikelompokkan
berdasarkan kepala keluargadalam bentuk family folder sesuai
dengan Kartu Keluarga pasien.
9. Penyimpanan rekam medis pasien dilakukan dengan mengurutkan
rekam medis pasien (family folder) sesuai dengan kode rekam medis
dan tahun kartu berobat pasien dibuat. Diantaranya aturan
penyimpanan rekam medik :
a. Rekam Medis disimpan oleh petugas pendaftaran sesuai dengan
nomor urut pendaftaran pasien/KK.
b. Rekam medis pasien rawat jalan disimpan sekurang-kurangnya
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat
c. Setelah batas waktu 5 (lima) tahun terlampaui, rekam medis dapat
dimusnahkan kecuali persetujuan tindakan medis
d. Persetujuan tindakan medis disimpan dalam jangka waktu 10
(sepuluh) tahun, terhitung dari tanggal pembuatan persetujuan
tindakan medis tersebut.
10. Dokumentasi Rekam Medis
Pasien yang terdaftar di Puskesmas Cicalengka dicatat di dalam
buku pendaftaran pasien sesuai nomor urut pendaftaran pasien,
penomoran dilakukan sesuai dengan nomor urut Kepala Keluarga.

E. RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN


1. Pelayanan terpadu Puskesmas dilakukan dengan menggunakan
sistem rujukan internal.
2. Petugas yang mempunyai kewenangan untuk memonitor dan
mendampingi pasien saat rujukan disesuaikan dengan kondisi atau
keadaan kesehatan pasien.
3. Pemulangan pasien rawat inap dipandu oleh prosedur yang baku.
4. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses pemulangan/rujukan.
5. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh dokter
yang menangani.
6. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib memberikan
alternatif pelayanan.
7. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
8. Resume klinis meliputi: nama pasien, kondisi klinis,
prosedur/tindakan yang telah dilakukan, dan kebutuhan akan
tindak lanjut.
9. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan.
10. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas
yang kompeten.
11. Kriteria merujuk pasien meliputi :
a. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu
diatasi;
b. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis
ternyata tidak mampu diatasi dan apabila telah diobati dan
dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu;
c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,
tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan;
d. Pasien dirujuk 1x24 jam sejak diagnosa ditegakkan kecuali
untuk rujukan rawat jalan(Dinas Kesehatan membuat suatu
sistem rujukan secara online antara puskesmas dengan seluruh
RS yang ada di Kab Bandung, Jawa Barat dan membuat
kebijakan dimana pasien gawat darurat yang akan dirujuk dapat
ditangani di RS terdekat tanpa pembatasan wilayan dan jaminan
kesehatan).
12. Untuk kasus-kasus rujukan tertentu, seperti kasus penyakit dengan
pre Eklamsi berat, DBD, Diabetes, Hipertensi, harus: (Terlampir
pedoman rujukan dengan kasus tertentu):
a. Rujukan dengan kasus PEB: sebelum dirujuk ke fasilitas lain,
maka pasien memiliki salah satu gejala dari pre eklamsia berat,
seperti Tekanan darah yang tinggi, Proteinuria 500 gr/24 jam
atau ≥ 2+ dipstik maupun Edema, pandangan kabur, nyeri di
epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen,
sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat. Tidak perlu
dirujuk jika pasien tidak memiliki salah satu gejala dari Pre-
Eklamsia Berat.
b. Rujukan dengan kasus Diabetes Melitus tipe 2: Pada pasien yang
terdiagnosis diabetes tipe 2 baru, puskesmas dapat merujuk ke
dokter spesialis di rumah sakit untuk menentukan apakah
terdapat komplikasi dari penyakit tersebut, untuk nantinya
mendapat rujukan balik beserta terapi yang dapat diberikan di
puskesmas. Setelah menjalani terapi selama 2-3 bulan, pasien
baru dapat dirujuk kembali apabila target gula darah tidak
tercapai dengan 2 obat dan diet yang sehat. Namun bila pasien
menunjukkan penyakit lain seperti seperti KAD, nefropati,
neuropati, retinopati, cardiomyopati atau DM tipe 1 atau 2
dengan insulin dependent atau Diabetes Gestasional pasien
dapat dirujuk ke rumah sakit.
c. Rujukan dengan kasus Diabetes Melitus: Sebelum dirujuk pada
fasilitas kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria
untuk dirujuk seperti adanya kerusakan target organ atau
komplikasi dari diabetes seperti KAD, nefropati, neuropati,
retinopati, cardiomyopati atau DM tipe 1 atau 2 dengan insulin
dependent atau Diabetes Gestasional. DM tipe 2 tanpa
komplikasi dapat dirujuk apabila setelah pemberian 2 obat dan
diet sehat pasien tidak mengalami perbaikan selama 2-3 bulan.
d. Rujukan dengan kasus Hipertensi: Sebelum dirujuk pada fasilitas
kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria seperti
pasien memiliki hipertensi non esensial atau pasien tidak
mencapai target tekanan darah setelah 2-3 bulan pengobatan.
Pada kondisi hipertensi non esensial dilakukan rujukan ke dokter
spesialis untuk dilakukan evaluasi dan pengobatan terlebih
dahulu. Jika pasien dalam kondisi stabil dan dapat ditangani di
Puskesmas, maka rumah sakit melakukan rujukan balik ke
Puskesmas
13. Pada saat pemulangan, pasien/keluarga pasien harus diberi
informasi tentang tindak lanjut layanan.

Ditetapkan di : Cicalengka
Pada tanggal : 2 Februari 2019
KEPALA PUSKESMAS CICALENGKA DTP,

YANTI FADILLAH
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS CICALENGKA DTP
NOMOR : ......../..../PKM.CLK/......../2019
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN
KLINIS

PROSEDUR PELIMPAHAN TUGAS DOKTER KEPADA PARAMEDIS

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PUSKESMAS KECAMATAN CICALENGKA

1. Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP berwenang untuk
menyelenggarakan praktik kedokteran yang meliputi :
a. Mewawancarai pasien
b. Memeriksa fisik dan mental pasien
c. Menentukan pemeriksaan penunjang
d. Menegakkan diagnosa
e. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien
f. Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
g. Menulis resep obat dan alat kesehatan
h. Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi
i. Memberikan pertolongan pada keadaan darurat guna penyelamatan
nyawa, dokter atau dokter gigi dapat melakukan tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi diluar kewenangan klinisnya sesuai dengan
kebutuhan medis.
2. Perawat yang telah mempunyai SIP di lingkungan puskesmas se-
Kecamatan Cicalengka dapat melakukan praktek keperawatan yang
meliputi :
a. Pelaksanaan asuhan keperawatan, meliputi: pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
keperawatan.
- Implementasi keperawatan meliputi penerapan perencanaan dan
pelaksanaan tindakan keperawatan
- Tindakan keperawatan meliputi pelaksanaan prosedur keperawatan,
observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
obat bebas (logo biru) dan/atau obat bebas terbatas (logo hijau).

b. Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan


masyarakat
c. Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer
Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/ pasien dan
tidak ada dokter di tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan sebagaimana yang tercantum dalam poin
sebelumnya.

3. Perawat Gigi memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan asuhan


keperawatan gigi dan mulut, meliputi :
a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut, meliputi :
- Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat
- Pelatihan kader
- Penggunaan alat peraga gigi
b. Upaya pencegahan penyakit gigi, meliputi :
- Pemeriksaan plak
- Tehnik sikat gigi yang baik
- Pembersihan karang gigi
- Pencegahan karies gigi dengan fluor dengan tehnik kumur-kumur
dan pengolesan fluor pada gigi
- Pengisian pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealant
c. Tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi terbatas, meliputi :
- Tindakan kegawatdaruratan pada kasus gigi dan mulut sesuai
dengan standar pelayanan
- Perawatan paska tindakan (hanya dilakukan berdasarkan
permintaan dari dokter gigi)
d. Pelayanan hygiene kesehatan gigi, meliputi :
- Hygiene petugas kesehatan gigi dan mulut
- Steilisasi alat kesehatan gigi
- Pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi
- Lingkungan kerja
- Pencegahan infeksi silang
Selain kewenangan pada poin sebelumnya perawat gigi dapat
melaksanakan tindakan medik terbatas berdasarkan pelimpahan
tindakan secara tertulis dari dokter gigi atau penugasan Pemerintah
sesuai kebutuhan, yaitu :

a. Pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan topical atau
infiltrasi anestesi;
b. Penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer, bahan
amalgam atau bahan lain.
4. Bidan yang telah mempunyai SIKB di lingkungan puskesmas se-Kecamatan
Cicalengka dapat melakukan praktek kebidanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa diantara dua
kehamilan Pelayanan kesehatan ibu meliputi :
- Pelayanan konseling pada masa pra hamil
- Pelayanan ANC pada kehamilan normal
- Pelayanan persalinan normal
- Pelayanan ibu nifas normal
- Pelayanan ibu menyusui
- Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Dalam hal ini, bidan berwenang untuk :

- Episiotomy
- Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
- Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
- Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
- Pemberian vit A dosis tinggi pada ibu nifas
- Fasilitasi / bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi ASI
Eksklusif
- Pemberian uterotonika pada manajemen kala tiga dan postpartum
- Penyuluhan dan konseling
- Bimbingan pada kelompok ibu hamil
- Pemberian surat keterangan kematian
- Pemberian surat keterangan cuti bersalin
b. Pelayanan kesehatan anak, yaitu pada bayi baru lahir, anak balita dan
anak pra sekolah.
Dalam hal ini bidan berwenang untuk :

- Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,


pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat
- Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
- Penanganan kegawat daruratan dan dilanjutkan dengan perujukan
- Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
- Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah
- Pemberian konseling dan penyuluhan
- Pemberian surat keterangan kelahiran
- Pemberian surat keterangan kematian
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB, yang meliputi :
- Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan KB
- Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Selain kewenangan yang tersebut, bidan di Puskesmas Kecamatan
Cicalengka berwewenang melaksanakan pelayanan kesehatan meliputi :
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, AKDR, alat kontrasepsi
bawah kulit
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu dilakukan dibawah supervise dokter
c. Penanganan bayi dan balita sakit sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan
d. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
e. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian
kondom, dan penyakit lain
f. Pencegahan penyalahgunaan NAPZA melalui informasi dan edukasi
g. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah
Pelayanan kesehatan yang tertulis pada poin sebelumnya hanya dapat
dilakukan oleh bidan yang telah dilatih.

Ditetapkan di : Cicalengka
Pada tanggal : 2 Februari 2019
KEPALA PUSKESMAS CICALENGKA DTP,

YANTI FADILLAH

Anda mungkin juga menyukai