Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS JATIROKEH
Jl. Raya Jatirokeh – Songgom No 135 Jatirokeh, Kec.Songgom, Brebes 52266
Telepon 08112701108/085870248626
Email : puskesmas.jatirokeh@yahoo.co.id

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS JATIROKEH


Nomor : 013/SK/I/2023
TENTANG
PELAYANAN KLINIS

KEPALA PUSKESMAS JATIROKEH,

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis Puskesmas Jatirokeh


dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan pasien;
b. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis
dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien maka perlu
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien mulai
dari penerimaan pasien hingga pemulangan dan
tindak lanjut;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Kepala Puskesmas tentang
Pelayanan Klinis;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112);
2. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2014
tentang Kewajiban Rumah sakit dan Kewajiban
Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2017
tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan
Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik;
-2-

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017


tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2022
tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan
Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat,
Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, dan Unit
Transfusi Darah;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022
tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat,
Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi
Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/1936/2022 tentang Perubahan
Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/ MENKES/1186/2022 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/MENKES/165/2023 tentang
Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat;
13. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
Nomor HK.02.02/I/3991/2022 Tentang Petunjuk
Teknis Survei Akreditasi Pusat Kesehatan
Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit
Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter,
Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG


PELAYANAN KLINIS.
KESATU : Keputusan Kepala Puskesmas Jatirokeh Nomor
019/SK/I/2020 tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas
Jatirokeh dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Klinis di Puskesmas Jatirokeh
sebagaimana tercantum dalam Lampiran keputusan ini
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini.
-3-

KETIGA : Surat keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di : Jatirokeh
Pada Tanggal : 6 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS JATIROKEH,

AMMAH MUSTOFIYAH
-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS JATIROKEH
NOMOR : 013/SK/I/2023
TENTANG PELAYANAN KLINIS

A. PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN INFORMASI


1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas
2. Tersedia prosedur yang mengatur identifikasi dan pemenuhan
kebutuhan pasien dengan risiko, kendala, dan kebutuhan
khusus.
3. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang
memenuhi kriteria sebagai berikut: minimal lulusan D3 rekam
medis dan informasi kesehatan, mempunyai kemampuan
mengoperasikan komputer (Microsoft Word dan Microsoft
Excel).
4. Pendaftaran pasien dilakukan dengan memperhatikan
keselamatan pasien.
5. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara
dari cara identifikasi sebagai berikut: nama dan tanggal lahir
atau nama dan nomor rekam medis atau nama dan NIK atau
nama dan nomor JKN.
6. Dalam melakukan identifikasi petugas dapat menambahkan
penyebutan alamat pasien.
7. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan
informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi tarif,
jenis pelayanan, dan informasi tentang kerjasama dengan
fasilitas kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat
pendaftaran.
8. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada
keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.
-5-

a. Hak –hak pasien meliputi :


1) Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal atau
sebaik-baiknya sesuai dengan standar profesi
kedokteran
2) Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang
penyakit dan tindakan medis yang akan dilakukan
dokter atau perawat
3) Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan
merawat pasien
4) Hak atas rahasia kedokteran atau data penyakit,
status, diagnosa, dan lain-lain.
5) Hak untuk memberi persetujuan atau menolak atas
tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien
6) Hak untuk menghentikan pengobatan
7) Hak untuk mencari pendapat kedua atau pendapat dari
dokter lain atau rumah sakit lain
8) Hak atas isi rekam medis atau data pasien
9) Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan
kritis
10) Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan
tentang biaya yang dikenakan atau dokumen
pembayaran (bon atau bill)
11) Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi
kelainan dan tindakan yang tidak mengikuti standar
operasi profesi kesehatan
b. Kewajiban pasien meliputi :
1) Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan
perjalanan penyakit kepada petugas kesehatan
2) Mematuhi nasihat petugas kesehatan
3) Harus ikut menjaga kesehatan dirinya
4) Memenuhi imbalan jasa pelayanan
5) Mematuhi alur pelayanan serta tata tertib yang berlaku
9. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang lain wajib
diidentifikasi dan ditindak lanjuti.
-6-

10. Puskesmas mempunyai standarisasi kode klasifikasi diagnosis


dan terminologi yang konsisten dan sistematis.
11. Puskesmas membuat pembakuan singkatan-singkatan yang
digunakan dalam pelayanan sesuai dengan pedoman rekam
medis.
12. Dokumen rekam medis dapat berupa form kajian awal, lembar
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), lembar
inform consent, lembar edukasi dan form lain yang diperlukan
sesuai kebutuhan.
B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN, DAN PENDIDIKAN
PASIEN/KELUARGA
1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga
yang kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian
kebidanan dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
3. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar
asuhan.
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu.
5. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan dan
profesi kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam
rekam medis.
6. Petugas melakukan proses skrining terhadap pasien sebelum
dilakukan proses kajian.
7. Proses skrining meliputi skrining visual, resiko jatuh, skrining
kegawat daruratan, skrining Kesehatan BPJS.
8. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP.
9. Proses kajian pasien oleh profesi pemberi asuhan ditulis dalam
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dan dibubuhi
paraf dan nama pemberi asuhan.
10. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan
dalam pelayanan.
-7-

11. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga


kesehatan profesional yang kompeten.
12. Jika dilakukan pelayanan secara tim, maka harus ada
komunikasi antar praktisi klinis dan tim kesehatan antar profesi
harus tersedia.
13. Pelimpahan wewenang baik dalam kajian maupun keputusan
layanan harus dilakukan melalui proses pelimpahan wewenang.
14. Pelimpahan wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan
profesional yang memenuhi persyaratan.
15. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan
dilakukan dengan peralatan dan tempat yang memadai.
16. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan
pasien dan petugas.
17. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh
prosedur klinis yang dibakukan.
18. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal,
rencana layanan dan pelaksanaan layanan disusun secara
kolaboratif dalam tim layanan terpadu.
19. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan
pasien.
20. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata
nilai budaya pasien.
21. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas
dengan memperhatikan efisiensi sumber daya.
22. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus
diidentifikasi.
23. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan
harus diinformasikan kepada pasien.
24. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
25. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan
pasien.
C. PELAKSANAAN LAYANAN DI PUSKESMAS JATIROKEH
-8-

1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur


pelayanan klinis.
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi : pelayanan
medis, keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi
kesehatan yang lain.
3. Pelaksanaan pelayanan dilakukan sesuai rencana layanan.
4. Pelaksanaan pelayanan dan perkembangan pasien harus dicatat
dalam rekam medis.
5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam
rekam medis.
6. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan
pada pasien sebelum mendapatkan persetujuan.
7. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent)
wajib didokumentasikan.
8. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan
ditindak lanjuti.
9. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut.
10. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan
dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
11. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan
prosedur pelayanan kasus berisiko tinggi.
12. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap
terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan
prosedur pencegahan (kewaspadaan universal).
13. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan
mengikuti prosedur aseptik.
14. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan
indikator yang jelas.
15. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat
pemberian layanan.
16. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan
dan ditindak lanjuti.
-9-

17. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana


untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.
18. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan
layanan, pemberian obat/tindakan, sampai dengan pasien
pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
19. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
20. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan
lain.
21. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk
rujukan dipandu oleh prosedur yang baku.
22. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib
diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat
keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab
merekan berkenaan dengan keputusan tersebut.
23. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan
prosedur baku.
24. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh
petugas yang kompeten.
25. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus
mendapatkan informed consent.
26. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan
pembedahan.
27. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan
sesuai dengan rencana layanan.
D. PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS JATIROKEH
1. Penyelenggaraan makanan di Puskesmas Jatirokeh.
2. Kegiatan pelayanan gizi rawat inap.
3. Peralatan diunit gizi harus dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Pelayanan diunit gizi harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
5. Semua petugas gizi wajib memiliki surat izin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
- 10 -

6. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi


ketentuan dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
7. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika, dan
menghormati hak pasien.
E. PELAYANAN RUJUKAN
1. Petugas yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
menentukan rujukan adalah dokter penanggung jawab pasien.
2. Kriteria pasien yang dirujuk harus memenuhi salah satu atau
beberapa dari kriteria berikut ini;
a. Kriteria “TACC” (Time- Age- Complication- Comorbidity)
berikut
1) Time : Jika perjalanan penyakit dapat digolongkan
kepada kondisi kronis atau melewati Golden Time
Standard.
2) Age : Jika Usia pasien masuk dalam kategori yang
dikhawatirkan meningkatkan risiko komplikasi serta
risiko kondisi penyakit lebih berat.
3) Complication : Jika komplikasi yang ditemui dapat
memperberat kondisi pasien
4) Comorbidity : Jika terdapat keluhan atau gejala
penyakit lain yang memperberat kondisi pasien
b. Kasus yang tidak mampu diatasi di Puskesmas dan
memerlukan sarana perawatan pada fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi
c. Kasus di luar dari daftar 144 penyakit yang harus ditangani
di layanan primer secara tuntas (kompetensi IV).
3. Petugas memberikan pelayanan dan pertolongan pertama sesuai
dengan kompetensi dan ketersediaan sarana, prasarana serta
peralatan yang tersedia dengan tujuan stabilisasi kondisi pasien
selama proses rujukan.
4. Petugas memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau
keluarga pasien mengenai pelayanan rujukan sehingga pasien
- 11 -

atau keluarga pasien memahami dan dapat memberi keputusan


persetujuan atau penolakan rujukan.
5. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh
dokter yang menangani.
6. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, Puskesmas wajib
memberikan alternatif pelayanan.
7. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
8. Resume klinis meliputi : nama pasien, kondisi klinis,
prosedur/tindakan yang telah dilakukan, dan kebutuhan akan
tindak lanjut.
F. KRITERIA PEMULANGAN PASIEN DAN TINDAK LANJUT
1. Pemulangan pasien dipandu oleh prosedur yang baku.
2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk
melaksanakan proses pemulangan pasien.
3. Kriteria pemulangan pasien rawat inap dan tindak lanjut
a. Pasien dalam keadaan sadar
b. Pasien secara klinis sudah menunjukkan tanda-tanda
perbaikan, misalnya tidak demam dalam waktu 24 jam
tanpa pemberian obat antipiretik, GDS dalam keadaan
stabil, dehidrasi sudah teratasi, dan lain-lain.
c. Tidak didapatkan tanda-tanda kegawatdaruratan yang
mengancam jiwa
d. Status hemodinamik stabil
e. Tidak ada kejang dalam 24jam terakhir
f. Nafsu makan membaik
g. Pasien sudah tidak ada keluhan
h. Pasien sudah bisa minum obat secara peroral
i. Mampu kontrol apabila obat habis
4. Kriteria pemulangan pasien gawat darurat dan tindak lanjut
a. Pasien dalam kondisi stabil GCS 4 5 6
b. Tidak didapatkan tanda gawat darurat yang mengancam
jiwa
c. Prognosis pasien baik
- 12 -

d. Mampu minum obat dan mematuhi petunjuk dokter


pemeriksa
e. Apabila terjadi tanda-tanda penurunan kondisi segera
kembali memeriksakan diri
f. Mampu kontrol apabila habis obat
5. Kriteria pemulangan pasien dengan persalinan dan bayi serta
tindak lanjut
a. Ibu dalam kondisi stabil, misalnya kontraksi uterus baik,
keras, perdarahan tidak masif dan BAK normal
b. Status hemodinamika baik
c. Ibu mampu minum obat secara peroral
d. Bayi dalam kondisi stabil, bayi sudah BAK dan BAB
e. Ibu dan keluarga mampu melakukan perawatan secara
mandiri di rumah
f. Mampu kontrol apabila obat habis.

Ditetapkan di : Jatirokeh
Pada tanggal : 6 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS JATIROKEH,

AMMAH MUSTOFIYAH

Anda mungkin juga menyukai