(BASIC LIFE SUPPORT) Cardiac Arrest : terhentinya pompa jantung secara mendadak sifat reversible irreversible ----- tindakan intervensi Cardiac arrest dapat meliputi 1.cardiorespirasi arrest, 2.cardiopulmonary arrest, 3.circulatory arrest -------- dapat berdiri sendiri atau bersamaan BHD =RJP upaya mengembalikan Fs sistim sirkulasi pompa jantung fungsi paru untuk menjamin tercukupinya oksigen---terutama sel otak dan jantung RJP dilakukan bila terjadi • Henti napas:mendadak tidak bernapas • Henti jantung : jantung berhenti berdenyut dengan tidak memompa darah yang ditandai dengan denyut nadi pada arteri besar tidak teraba Pd kegawatan kardiopulmonal pemberian oksigen secepatnya dilakukan--- Oksigen dibutuhkan dalam metabolisme aerob untuk menghasilkan energi. Oksigen yang terdapat di dalam udara bebas hanya sebesar 20 -21% saja, kegawatan kardiopulmonal mengakibatkan hipoksemia dan hipoksia jaringan, Pemberian O2 yang diinspirasi setinggi 100% dianjurkan untuk kegawatan kardiopulmonal. Tujuan : mengoptimalkan tekanan oksigen inspirasi memaksimalkan saturasi oksigen arteri dan memaksimalkan pengangkutan oksigen sistemik Penjelasan pertolongan dengan mouth to mouth udara atmosfir 02 21% dan nitrogen 79%. pernafasan udara ekspirasi mengandung 02 16% hanya 1/4 dari oksigen yang tersedia dalam darah yang diambil oleh sel-sel tubuh dengan demikian O2 dari penolong cukup untuk membantu korban. Udara ekspirasi mengandung C02 5% dan Kematian dini ol masalah jalan nafas disebabkan : • Gagal mengetahui kebutuhan jalan nafas tetap bebas. • Gagal membuka jalan nafas. • Kekeliruan memasang alat bantu nafas atau posisi berubah. • Aspirasi isi lambung. ETIOLOGI • Etiologi primer : Ventrikel fibrilasi Hal ini terjadi karena : iskemik miocard,heard blok, obat obatan, elektrik shok • Etiologi sekunder: Rapid secundare cardiac arrest:Asphyxia, kehilangan darah yang cepat,alveola anosia missal oedem paru akut Slow secundare cardiac arrest: Severe hypoxemia, oedem paru dan cardiogenik shok
Empat macam ritme yang dapat menyebabkan cardiac arrest yaitu:
• Ventricular Fibrillation (VF), • Rapid Ventricular Tachycardia (VT), • Pulseless Electrical Activity (PEA) dan • asistol (American Heart Association (AHA), 2005). Kematian dini karena masalah jalan nafas disebabkan : • Gagal mengetahui kebutuhan jalan nafas tetap bebas. • Gagal membuka jalan nafas. • Kekeliruan memasang alat bantu nafas atau posisi berubah. • Aspirasi isi lambung. Ventrikel Fibrilasi ---henti jantung ter byk jantung kehilangan kemampuan untuk memompa darah secara adekuat. Volume sekuncup jantung (cardiac output) akan mengalami penurunan ----- tidak bisa mencukupi kebutuhan sistemik tubuh, otak dan organ vital lain termasuk miokardium jantung Ventrikular takikardia (VT) : takidisritmia kontraksi ventrikel > 120 x/mnt QRS kompleks yang memanjang. VT monomorfik/polimorfik
jantung hanya bergetar
tdk mampu untuk memeras , CO berkurang , terjadi ketidak mampuan memenuhi kebutuhan oksigenasi tubuh--- berujung pada kematian Asistol : tidak terdapatnya depolarisasi ventrikel sehingga jantung tidak memiliki cardiac output. Asistol 2 yaitu: asistol primer :sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi ventrikel asistol sekunder : sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi seluruh bagian jantung. Pulseless Electrical Activity(PEA). ritme disritmia heterogen tanpa diikuti oleh denyut nadi yang terdeteksi. EKG: terlihat gelombang tetapi denyut nadi nya sudah tidak ada. • patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. • akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. • Dengan Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. • Hipoksia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak (cardiac arrest) -- 5 mnt kematian 10 mnt • Indikasi bantuan hidup jantung dasar diberikan pada penderita dengan : – Henti jantung • secara langsung akan terjadi henti sirkulasi, henti sirkulasi dengan cepat dapat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Henti jantung dapat terjadi oleh beberapa penyebab diantaranya, yaitu : • Gagal jantung • Tamponade jantung • Miokarditis • Kardiomiopati hipertrofi Fibrilasi ventrikel dsb kan : iskemia miokard, infark miokard, tersengat listrik, gangguan elektrolit atau karena konsumsi obat-obatan. Henti nafas : ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan
Henti nafas dapat terjadi pada keadaan :
Sumbatan jalan nafas (benda asing, edema laring, muntahan, spasme laring, tumor) Edema paru Aspirasi Pnemotorak Hematotorak Miastenia gravis Sindroma Guiilan Barre. Tidak sadarkan diri kapan resusitasi dilakukan dan kapan resusitasi tidak dilakukan. Resusitasi dilakukan pada : • Infark jantung • Serangan Adams-Stokes • Hipoksia akut • Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan • Sengatan listrik • Refleks vagal • Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih memberi peluang untuk hidup.
Resusitasi tidak dilakukan pada : • Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat. • Stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan lagi. • Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah ½ – 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP. Penata laksanaan Resusitasi Jantung Paru .Cek kesadaran .pastikan tempat kejadian aman,
.Aktifkan Emergency Medical System RJP dan Airway control Untuk persiapan RJP, . posisi terlentang. .multiple trauma dengan curiga trauma cervical . Buka jalan nafas dengan maneuver Head Tilt dan Chin Lift bila tidak ada trauma kepala atau leher. mencurigai trauma servikal, . maneuver jaw thrust . chin lift tanpa ekstensi kepala. • Breathing control .pertahankan jalan nafas agar tetap terjaga, .lihat, dengar dan rasakan (raba) adanya nafas atau tldak. selama 10 detik dan mendapati penderita tidak bernafas berikan nafas bantuan 2 kali.( beberapa center sdh meninggalkan cara ini) • Reevaluasisetiap 5 siklus.
. bayi, kepala relatif lebih besar dengan
oksiput yang menonjol sehingga pada saat kita membebaskan jalan napas gunakan roll bahu untuk mendapatkan posisi yang lebih baik dalam menjaga jalan napas nya Manajemen Bantuan hidup dasar sejak 2010 dimulai dg CAB atau circulation, breathing dan air way • Breathing support Berikan 2 nafas bantuan, tiap satu kali nafas lebih dari satu detik, dengan volume yang cukup sampai terlihat dada mengembang (naik).
tujuan dari ventilasi adalah untuk
mempertahankan oksigenisasi • Defibrillator Ketika AED datang, orang kedua memasang AED tanpa menghentikan kompresi dada.
Kompresi dada boleh dihentikan:
.saat AED menganalisa .saat memberikan shok. --- lanjut kan lagi kompresi dada • Sirkulasi Pemeriksaan Nadi, Ol. tenaga medis atau minimal orang yang sudah terlatih. sulit dalam mencari arteri dpt dilewati. Karena penilaian nadi tidak boleh lebih dari 10 detik maka resusitasi jantung paru harus segera dimulai Mengenali tanda dan gejala gangguan sirkulasi ( dari ringan –berat) • keadaan nadi ; teraba atau tidak • frekueensi Normal 60-100x/ menit (khusus utk olah ragawan ada perkecualiannya) • denyutnya : lemah atau kuat, teratur atau tidak • bila terjadi gangguan syok maka akan terlihat tanda tanda syok • Dalam pengelolaan sirkulasi maka kita harus mengetahui cara kompresi dada. Kompresi ini menghasilkan aliran darah dengan meningkatkan tekanan intra thoraks dan langsung menekan jantung. • Pada korban dengan VF dan SKA, kompresi dada meningkatkan angka keberhasilan. (sama seperti pemberian defribilasi). • Untuk memberikan kompresi dada yang efektif “tekan dengan keras dan cepat” tekan dada penderita pada kecepatan atau tempo 100 x/menit, dengan kedalaman 1.5 sampai 2 inci (±4-5cm) • Teknik kompresi pada : Kompresi dada pada dewasa – Amankan pasien ke tempat yang tidak berbahaya, alas yang keras dan lurus. – Raba arteri karotis untuk menilai ada tidak nya denyut – Tentukan lokasi kompresi di dada dengan cara meletakkan telapak tangan yang telah saling berkaitan di bagian bawah sternum, 2 jari di atas processus xiphoideus – Untuk dewasa berikan kompresi dengan kedalaman minimal sepertiga diameter dinding anterior posterior dada atau pada bayi 4 cm dan pada anak sekitar 5 cm – Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi (minimal 1OOx/menit) – Untuk dewasa berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inci (5 cm) – Jika tidak teraba arteri karotis segera lakukan resusitasi jatung paru yang dapat dilakukan 1 atau 2 penolong yang setiap siklus 30 : 2 (30 kompresi : 2 nafas bantuan) tanpa interupsi – Evaluasi penderita dengan melakukan pemeriksaan denyut arteri karotis setelah 5 siklus kompresi. – Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali secara sempurna setelah setiap kompresi • Kompresi dada pada anak umur 1 - 8 tahun – Letakkan tumit satu tangan pada setengah bawah sternum, hindarkan jari-jari pada tulang iga anak – Menekan sternum sedalam 2,5 - 4 cm kemudian lepaskan dengan rasio menekan, melepas adalah dengan keeepatan 1OOx/menit. – Setelaah 30x kompresi buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas buatan sampai dada terangkat, untuk 1 penolong. – Kompresi dan nafas buatan dengan rasio 15 : 2 (2 penolong) • Kompresi dada pada bayi – Letakkan 2 jari satu tangan pada setengah bawah sternum, Iebar 1 jari berada di bawah garis intermammarii – Menekan sternum sedalam 1,25 - 2,5 cm kemudian angkat tanpa melepas jari dari sternum dengan kecepatan 1OOx/menit. – Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 nafas buatari sampai dada terangkat untuk 1 penolong. – Kompresi dan nafas buatan dengan rasio 15 : 2 untuk 2 penolong Air way • Mengenal air way normal • tidak ada suara napas tambahan • dapat menjawab bila ditanya dengan jawaban yang jelas • tidak ada usaha tambahan pada saat bernapas • Tanda dan gejala gangguan air way • tampak kesulitan dalam bernapas • ada suara napas tambahan, saat inspirasi, ekspirasi atau keduanya • terdapat tanda tanda sianosis
Pengelolaan gangguan airway Head tilt-chin lift dengan alat bantu oropharingeal airway dan nasopharyngeal airway (Oropharingeal hanya boleh diberikan pada pasien sadar karena dapat menyebabkan muntah) Macam macam Sumbatan airway • benda padat : makanan • benda cair : lender, muntahan , darah • bagian tubuh : lidah yang jatuh • penyakit : tumor, abses Derajat sumbatan Total • universal sign of choking • silent cough :tidak dapat bicara, bernapas dan batuk • see - saw breathing masih terdapat usaha bernapas walaupun terlihat berat dimana terlihat gerakan paradoksal dada( dada bergerak turun pada saat paru bergerak naik) • Partial (terdengar suara napas tambahan) – Snoring (mengorok) biasanya karena sumbatan lidah yg jatuh kebelakang terdengar pada saat ekspirasi – Gargling (berkumur) sumbatan karena cairan, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi – Stridor (seperti napas tercepit) bila terjadi pembengkaan laring Breathing Cara penilaian breathing guidelines AHA 2005 dengan look, listen and feel saat ini tidak dilakukan lagi secara khusus (guidelines AHA 2010), tetapi penilaian breathing dilakukan secara similtan Pernapasan normal: • tidak ada usaha napas tambahandengan adanya penggunaan otot otot pernapasan tambahan • dada bergerak naik turun secara bersamaan • penderita dapat berbicara dengan lancer • Frekuensi normal 12-20 kali permenit Hal hal yang dapat menyebabkan gangguan napas: • gangguan otot pernapasan dan diagfragma • gangguan saraf yang mengatur pernapasan • karbondioksida yang meningkat dalam tubuh Pengelolaan gangguan breathing berikan udara tekanan positif yg mengandung oksigen, kemudian biarkan udara mengalir secara pasif hal ini sama dengan mekanisme orang bernapas yaitu inspirasi dan ekspirasi volume udara 6-7 ml/kgBBatau sampai dada terlihat mengembang • pernapasan buatan mulut ke mulut • pernapasan buatan mulut ke hidung • pernapasan buatan mulut ke stoma • pernapasan buatan mulut ke masker ( sungkup muka) • pernapasan dengan bantuan Bag Valve Mask (BVM) RJP dilakukan bila terjadi: • Henti napas; Bila penderita tidak bernapas terlihat tidak adanya gerakan naik turun dari dada • Henti jantung; Tidak adanya denyut nadi pada arteri besar seperti arteri karotis, arteri brachialis dan arteri femoralis
Tanda tanda RJP yang dilakukan berhasil: • napas spontan • gerakan dada mulai terlihat • adanya aliran udara napas • denyut nadi mulai teraba • denyut jantung mulai terdengar dg stethoscope • kulit korban mulai kemerahan yang semula pucat • dapat melakukan gerakan terarah • korban berusaha menelan • refleks pupil positif Manuver Dewasa Anak 1 tahun - Bayi usia dibawah 1 Adolescent tahun Head tilt chin lift pada penderita non trauma, Jaw Trust dan Chin Lift pada Airway penderita curiga trauma cervical Breathing 2x tiap 1 detik (tiupan awal) Nafas bantuan tanpa kompresi dada 10x per menit 20x per menit
Nafas bantuan dengan
10x per menit Airway Definitive Sumbatan jalan nafas Back Blows dan Chest Abdominal Trust karena benda asing Trust
Sirkulasi : Periksa nadi Nadi Carotis Brachialis atau Femoralis
Titik Kompresi dada Pertengahan Stemum Diantara papile mamae
Metode Kompresi Menggunakan dua ibu
Menggunakan tumin Menggunakan satu Tekan dengan keras dan tangan (dua tangan) tangan jari dengan posisi tangan cepat melingkari tubuh bayi
Kedalaman kompresi 1,5 – 2 inch, 4 - 5 cm 1/3 – ½ dada
Jumlah Kompresi ( Compression Rate) 100 / menit
Satu atau dua penolong Satu Penolong 30 : 2
Rasio kompresi : Ventilasi 30 : 2 Dua penolong 15 : 2 Kesalahan dalam tindakan RJP • posisi korban tidak terlentang • alas tidak datar dan lunak • pemberian napas yg tidak adekuat • posisi penolong tidak tepat • kompresi dada yang tidak tepat dan tidak adekuat • Efek samping dalam tindakan RJP Fraktur iga Pneumotoraks Hematotoraks • Luka dan memar pada paru, hepar dan limpa • RJP (CPR) harus dimulai sesegera mungkin dan dilakukan terus menerus sampai • Petugas kelelahan • Penderita telah diserahkan pada petugas kesehatan lain atau petugas RS bila yang pertama menolong adalah orang awam • Penderita sedang diresusitasi • Penderita telah dinyatakan meninggal oleh pihak yang berwenang (dokter)