Anda di halaman 1dari 27

RJP

(RESUSITASI JANTUNG PARU)


Preceptor:
Dr. Wirawan Anggorotomo, Sp.An

Fathur Rahman Alfarizi (21360255)


Derian Subagio (21360246)
Yahdhiani Nurindahsari (22360120)
Pendahuluan
• Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 --> prevalensi
nasional penyakit jantung semua umur sebesar 1.5% dan meningkat
seiring bertambahnya usia

• Usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup


saat terjadi henti jantung mendadak adalah melakukan bantuan hidup
jantung dasar

• Bantuan hidup jantung dasar lebih sering didengar oleh masyarakat


awam di Indonesia dengan nama Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Henti Napas dan
Henti Jantung
Definisi Penghentian RJP
Penyebab Henti Napas Teknik Pelaksanaan
Penyebab Henti Jantung Defibrilasi
Tujuan RJP Perawatan Pasca Henti
Pelaksanaan RJP Jantung
Definisi
Henti napas: Berhentinya pernapasan spontan disebabkan karena gangguan
jalan napas baik parsial maupun total atau karena gangguan di pusat
pernapasan

Henti jantung: Berhentinya sirkulasi peredaran darah karena kegagalan


jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut bisa
disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau penyakit sekunder non
jantung
Indikasi RJP
Keadaan henti napas (Respiratory Arrest),
01 henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat
terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi
ventrikel)

Keadaan henti jantung (Cardiac Arrest)

02 dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:


- Hipoksemia karena berbagai sebab
- Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)
- Gangguan irama jantung (aritmia)
- Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)
Komplikasi

Perdarahan Fraktur Tulang


Pneumothorak
Hebat Iga
Penyebab Henti Napas
Sumbatan jalan napas
Benda asing , Muntahan , edema laring atau bronkus ,
Spasme laring atau bronkus baik akibat radang atau trauma , Tumor

Gangguan paru
Infeksi ,aspirasi , edema paru ,kontusio paru, keadaan tertentu yang
menyebabkan rongga paru tertekan oleh benda asing seperti pneumotoraks,hematotoraks,
efusi pleura

Gangguan neuromuskular
Miastenia gravis , Sindrom Guillain Barre, Multipel sklerosis, Poliomielitis ,
Kiposkoliosis , Muskular distrofi , Penyakit motor neuron
Penyebab Henti Jantung
Beberapa contoh penyebab henti jantung:
• Gagal jantung
• Tamponade jantung
• Miokarditis
• Kardiomiopati hipertrofi
• Fibrilasi ventrikel yang mungkin disebabkan oleh iskemia
miokard, infark miokard, tersengat listrik, gangguan elektrolit,
atau karena konsumsi obat-obatan
Tujuan RJP
Mempertahankan kehidupan, memperbaiki kesehatan,
mengurangi penderitaan, dan membatasi disabilitas tanpa
melupakan hak dan keputusan pribadi

Pelaksanaan RJP
- Penolong harus mengetahui dan memahami hak penderita serta
beberapa keadaan yang mengakibatkan RJP tidak perlu
dilaksanakan.
- Penolong harus mengambil keputusan dalam hitungan detik, tanpa
mengenal penderita maupun permintaan lebih lanjut dari orang
tersebut
Teknik
Pelaksanaan
Circulation (Penilaian Denyut Nadi)

Airway (Pembukaan Jalan Napas)

Breathing (Pemberian Napas Bantuan)


Alasan untuk perubahan sistem ABC menjadi
CAB
1. Henti jantung terjadi sebagian besar pada dewasa
2. Pada langkah A-B-C yang terdahulu kompresi dada seringkali
tertunda karena proses pembukaan jalan nafas (airway) untuk
memberikan ventilasi mulut ke mulut atau mengambil alat
pemisah atau alat pernafasan lainnya.
3. Kurang dari 50% orang yang mengalami henti jantung
mendapatkan RJP dari orang sekitarnya.
Penggunaan Sistem ABC Saat ini

1. Pada korban tenggelam atau henti nafas maka petugas


sebaiknya melakukan RJP konvensional (A-B-C) sebanyak 5
siklus (sekitar 2 menit) sebelum mengaktivasi sistem respon
darurat.
2. Pada bayi baru lahir, penyebab arrest kebanyakan adalah pada
sistem pernafasan maka RJP sebaiknya dilakukan dengan siklus
A-B-C kecuali terdapat penyebab jantung yang diketahui.
Circulation (Penilaian Denyut Nadi)
• Penilaian pulsasi oleh tenaga kesehatan sebaiknya
dilakukan kurang dari 10 detik (5-10 detik)
• Tidak ditemukan  segera lakukan kompresi dada.
• Kompresi dada dilakukan dengan pemberian tekanan
secara kuat dan berirama pada setengah bawah sternum
• Rasio kompresi dan ventilasi adalah 30 kompresi : 2
ventilasi.
• Lakukan 5 siklus kurang lebih 2 menit.
Circulation (Penilaian Denyut Nadi)
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kompresi dada:
• Frekuensi 100-120 kali per menit
• Untuk dewasa; kedalaman 5-6 cm
• Pada bayi dan anak, kedalaman minimal sepertiga diameter dinding anterposterior dada atau 4 cm
(1.5 inch) pada bayi dan sekitar (2 inch) pada anak
• Berikan kesempatan untuk dada mengembang secara sempurna setelah setiap kompresi
• Seminimal mungkin melakukan interupsi
• Hindari pemberian napas bantuan yang berlebihan
Breathing (Pemberian Napas Bantuan)

• Pemberian napas bantuan dilakukan setelah jalan napas terlihat aman.


• Tujuan primer  mempertahankan oksigenasi yang adekuat dengan tujuan sekunder
untuk membuang CO2.
Breathing (Pemberian Napas Bantuan)

Hal yang perlu diperhatikan:


• Berikan napas bantuan dalam waktu 1 detik
• Sesuai volume tidal
• Diberikan 2 kali napas bantuan setelah 30 kali kompresi
• Pada kondisi terdapat dua orang penolong atau lebih, dan telah berhasil memasukkan alat
untuk mempertahankan jalan napas  napas bantuan diberikan setiap 6 detik.
• Pemberian bantuan napas yang berlebihan  dapat menimbulkan distensi lambung serta
komplikasinya, seperti regurgitasi dan aspirasi.
Defibrilasi
• Irama dasar jantung yang paling sering didapat
pada kasus henti jantung mendadak  fibrilasi
ventrikel
• Kemungkinan keberhasilan tindakan defibrilasi
berkurang seiring dengan bertambahnya waktu
• Perubahan irama dari fibrilasi ventrikel menjadi
asistol seiring dengan berjalannya waktu
Defibrilasi
• Fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel tanpa
nadi pada dewasa  360 J pada defibrillator
monofasik / 120-200 J pada defibrillator bifasik.
• Pada anak  2-4 J/kg, dapat diulang dengan
dosis 4-10 J/kg dan tidak melebihi energi yang
diberikan kepada penderita dewasa
Perawatan Pasca Henti Jantung

Fase Stabilisasi Awal Fase Lanjutan


• Manajemen jalan napas (airway) • Evaluasi fungsi neurologis
• Pengelolaan parameter napas • Evaluasi fungsi metabolik dan
(breathing) tangani etiologi henti jantung
• Pengelolaan parameter hemodinamik
(sirkulasi) dan kardiovaskular
Fase Stabilisasi Awal
Manajemen jalan napas (airway)
Pastikan jalan napas aman. Bila belum dipasang intubasi endotrakeal, lakukan jika memang
diindikasikan pada pasien dengan koma. Pada pasien yang sudah terintubasi, cari apakah
terdapat tanda-tanda sumbatan airway (suara gargling).

Pengelolaan parameter napas (breathing)


Hindari hipoksia pada pasien pasca henti jantung  gunakan konsentrasi oksigen yang paling
tinggi yang bisa dicapai sampai saturasi darah atau tekanan oksigen darah dapat diukur.
Fase Stabilisasi Awal
Pengelolaan parameter hemodinamik
(sirkulasi) dan kardiovaskular
Monitoring irama jantung dan tekanan darah secara
kontinyu  rekomendasi: untuk tekanan darah pasca
resusitasi pada level tekanan darah sistolik diatas 90
mmHg dan tekanan arteri rata-rata (mean arterial
pressure/MAP) diatas 65 mmHg.
Fase Lanjutan
Evaluasi fungsi neurologis
Lakukan pemeriksaan yang diperlukan untuk mengevaluasi fungsi neurologis. Pada pasien yang
koma atau tidak dapat mengikuti perintah perlu dilakukan Targeted Temperature Management
(TTM) sesegera mungkin.

Evaluasi fungsi metabolik dan tangani etiologi henti jantung


Libatkan konsultasi ahli untuk manajemen berkelanjutan. Pemberian sedasi seringkali diperlukan
pada pasien dengan ventilasi mekanik.
Sampai kapan RJP dilakukan?
1. Penderita menunjukkan tanda Return of Spontaneous Circulation (ROSC) dan
bernafas sendiri
2. Pertolongan yang lebih advanced (paramedic dan ambulans) telah datang
3. Penolong kelelahan
4. 20 menit tanpa tanda ROSC atau sudah mulai muncul tanda pasti kematian
seperti livor mortis, rigor mortis, algor mortis
Kesimpulan
• RJP adalah usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup saat
terjadi henti jantung
• Dalam beberapa keadaan RJP tidak perlu dilaksanakan dengan pertimbangan hak pasien dan
beberapa keadaan (permintaan keluarga, penyakit stadium akhir)
• Pelaksanaan diawali dengan menilai respons pasien  menepuk / menggoyangkan pasien
sambil memanggil
• Kemudian dilanjutkan dengan penilaian pulsasi  bila tidak ada: kompresi dada
• Prinsip: C-A-B (circulation, airway, breathing)
• Defibrilasi penting dilakukan pada beberapa keadaan seperti VF
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai