Anda di halaman 1dari 32

CARDIAC ARREST

Wisam Wafi Kurniawan


Ifa Rahmawati
Gigih Adetya Junaedi
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung
secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi
pada seseorang yang memang didiagnosa
dengan penyakit jantung ataupun tidak.
Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan,
terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan
tanda tampak (American Heart Associaton,
2010).
Menurut American Heart Association (2010), seseorang risiko
tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:

A. Ada jejas di jantung akibat dari serangan


jantung terdahulu.
Adanya jejas di jantung karena serangan jantung
sebelumnya cenderung untuk mengalami aritmia
ventrikel

B.Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy).


Umumnya karena tekanan darah tinggi, kelainan
katub jantung membuat seseorang cenderung
untuk terkena cardiac arrest.
C. Seseorang yang sedang menggunakan obat-
obatan untuk jantung
Karena beberapa kondisi tertentu,
beberapa obat-obatan untuk jantung (anti
aritmia) justru merangsang timbulnya aritmia
ventrikel dan berakibat cardiac arrest.Kondisi
seperti ini disebut proarrythmic effect.
Pemakaian obat-obatan yang bisa
mempengaruhi perubahan kadar potasium
dan magnesium dalam darah (misalnya
penggunaan diuretik).
Pertolongan Pasien dengan
Serangan jantung
1. KAJI LOKASI KEJADIAN
Pastikan lokasi aman untuk melakukan
pertolongan. Jangan sampai Anda menjadi
korban kedua
2. KAJI TINGKAT KESADARAN
Tepuk atau goyang bahu dengan lembut
sambil bertanya dengan jelas
Halo Pak/Bu apakah Anda baik-baik saja?

JIKA KORBAN TIDAK BERESPON, BERARTI


TIDAK SADAR
Segera panggil bantuan gawat darurat dengan
menghubungi 118
saat memanggil ambulan beritahu :
1. lokasi kejadian
2. apa yang terjadi
3. jumlah korban
4. pertolongan yang sudah dilakukan dilokasi kejadian
5. No telepon yang dipakai
6. minta ambulan untuk segera datang
7. Tutup Telepon Hanya Jika Diminta Oleh Petugas
Circulasi
Cek nadi carotis
Jika tidak ada nadi, lakukan RJP
1. Tentukan lokasi untuk kompresi dada
ditengah-tengah sternum
2. Posisi tangan dan tubuh yang
tepat
3. Melakukan kompresi dada pada kedalaman
yang cukup :
- Dewasa setidaknya 2 inchi / 5 cm
- Anak anak 2 inchi / 5 cm
- Bayi 1,5 inchi / 4 cm

4. Melakukan kompresi dada dalam kecepatan yang


cukup (setidaknya 100x/menit).
dengan hitungan
1,2,3,4,5,1,2,3,4,10,1,2,3,4,15,1,2,3,4,20,1,2,3,4,25,1
,2,3,4,30
Meminimalisir interupsi selama kompresi
Airway
Buka jalan nafas : Head Tilt Chin Lift
Periksa jalan nafas dan lakukan fingerswab jika
terdapat benda asing dijalan nafas

Breathing
Berikan 2 kali nafas buatan yang cukup untuk
mengembangkan dada (tidal volume 500-600
ml)
Lakukan CPR dengan 2 kali nafas buatan dan
30 kalikompresi dada. Ulangi siklus ini
sebanyak 5 kali (2 menit)

Kaji nadi korban setiap 5 siklus


jika nadi tidak teraba lanjutkan RJP
jika nadi teraba, kaji pernafasan korban
jika pernafasan tidak ada, lakukan Rescue
Breathing
Rescue Breathing

Hitung : satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu,


lima ribu dalam setiap tiupan
Berikan 8-10 kali dalam 1 menit
Lakukan pemeriksaan ulang nadi korban tiap 2 menit

Posisi recovery, jika


Nadi dan pernafasan ada
Korban tidak sadar dan tidak ada trauma
Pemberian kompresi dada dihentikan jika:
a) Telah tersedia AED(Automated External
Defibrillator)
b) Korban menunjukkantanda kehidupan
c) Tugas diambil alih oleh tenaga terlatih.
d) Penolong terlalu lelah untuk melanjutkan
pemberian kompresi.
Defibrilasasi cepat
Penggunaan sebaiknya dilakukan setelah alat tersedia datang
ke tempat kejadian. Pergunakan program / panduan yang telah ada,
kenali apakah ritme tersebut dapat diterapi kejut atau tidak. jika iya
lakukan terapi kejut sebanyak 1kali dan lanjutkan RJP selama 2
menit dan periksa kembali ritme. Terapi dilakukan ketika semua
orang sudah tidak menyentuh pasien. Beri terapi dengan 150-200 J
(biphasic) atau 360 J (monophasic).
Terapi dengan memberikan energi listrik dilakukan pada
pasien/korban yang penyebab henti jantung adalah gangguan irama
jantung.Penyebab utama adalah ventrikel takikardi atau ventrikel
fibrilasi. Bagi orang awam tersedia alat Automatic External
Defibrilation (AED). Lakukan langkah tersebut hingga petugas ACLS
(Advance Cardiac Life Support) datang atau korban mulai bergerak .
Untuk penanganan setelah CPR
POST CARDIAC ARREST
MENGAPA DIPERLUKAN ?
Cardiac Arrest

Iskemik

Kemungkinan
Kerusakan Tambahan After CPR
Selama CPR

RSOC
(return of spontaneous circulation)

Perubahan
Hemodinamik

morbiditas dan mortalitas akibat


terjadinya kegagalan multi organ
Tujuan Post Cardiac Arrest
Tujuan inisial :
Mengoptimalkan fungsi kardiopulmoner dan perfusi organ
vital
Transportasi pasien henti jantung ke rumah sakit yang
memiliki sistem fasilitas perawatan pasca henti jantung yang
komprehensif yang terdiri dari intervensi koroner akut,
perawatan neurologi, goal-directed critical care, dan
hipotermia
Transpor pasien henti jantung yang terjadi di rumah sakit ke
critical care unit yang mampu memberikan perawatan pasien
pasca henti jantung secara komprehensif
Melakukan identifikasi dan tatalaksana penyebab henti
jantung dan mencegah terjadinya henti jantung berulang
Tujuan lanjutan :
Mengontrol suhu tubuh untuk mengoptimalkan
keberlangsungan hidup da pemulihan neurologis
Mengidentifikasi dan tatalaksana sindrom koroner
akut
Mengoptimalkan ventilasi mekanik untuk
minimalisasi cedera paru
Menurunkan risiko cedera multiorgan dan
menyokong fungsi organ jika dibutuhkan
Membantu pasien dengan pelayanan rehabilitas saat
dibutuhkan
PENATALAKSANAAN PASCA
CARDIAC ARREST
Optimasi Hemodinamik

Optimasi hemodinamik atau early goal-


directed therapy (EGDT) bertujuan untuk
menjaga keseimbangan antara pengantaran
oksigen dan kebutuhan jaringan akan oksigen.
Ventilasi
Selama perawatan pasca henti jantung sebaiknya hindari
kondisi hiperventilasi maupun hipoventilasi.

Hiperventilasi akan menyebabkan vasokonstriksi serebral


sehingga berpotensi terjadi iskemik. Hiperventilasi juga akan
meningkatkan tekanan intratoraks yang akan menurunakan
cardiac output.

Pada kondisi hipoventilasi, hipoksia dan hiperkarbia dapat


meningkatkan (intracranial presure) ICP segera setelah ROSC.
VASOPRESOR
Obat vasoaktif diberikan pada pasien pasca henti jantung
dengan tujuan meningkatkan cardiac ooutput terutama untuk
meningkatkan aliran darah ke jantung dan otak. Obat dapat
bersifat meningkatkan frekuensi nadi (kronotropik),
meningkatkan kontraktilitas (inotropik), meningkatkan
tekanan arteri (vasokonstriksi), atau yang bertujan untuk
menurunkan afterload (vasodilator). Kebanyakan obat
adrenergik tidak bersifat selektif sehingga seringkali terjadi
ketidakseimbangan antara pasokan oksigen dan kebutuhan
oksigen di jaringan.

Anda mungkin juga menyukai