HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Post di bawah saya dapat dari http://www.bantalkesehatan.com/, buat yang pengen tahu tentang
Sakit GERD beserta gejalanya bisa membaca post berikut:
Penyakit refluks gastoesofageal (gastroesofageal reflux desease/ GERD) adalah suatu keadaan
patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung kedalam esophagus, dengan berbagai gejala
yang timbul akibat keterlibatan esophagus, faring, laring dan saluran nafas.
Apabila katup gastoesofageal tak berfungsi dengan baik, yaitu pintu ini tak tertutup rapat atau
longgar, maka asam lambung pun dapat mengalir balik ke atas, menuju kerongkongan. Hal ini
yang menjadi penyebab terjadi GERD.
Esophagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang
dihasilkan oleh kontraksi LES. Pada orang normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada
saat terjadinya aliran antergrad yang terjadi pada saat proses menelan atau aliran retrograde pada
saat terjadinya sendawa atau muntah. Aliran balik dari gasterke esophagus melalui LES hanya
terjadi jika tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3mmhg)
Refluks spontan yang terjadi pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Namun banyak pasien GERD yang mempunyai tonus LES tonus normal, pada kasus ini refluks
terjadi akibat adanya transient LES relaxation (TLESR), yaitu relaksasi LES spontan dan
berlangsung kurang lebih 5 detik tanpa didahului oleh proses menelan.
Faktor-faktor yang berperan pada bersihan asam dari esophagus adalah gravitasi,peristaltic,
eksresi air liur dan bikarbonat.
Mekanisme ketahanan berbeda dengan lambung dan usus karena esophagus tidak memiliki
lapisan mucus untuk melindungi mukosa esophagus, ketahanan epiteleal esophagus terdiri dari :
Membrane sel
Batas intra selular yang membatasi difusi H+ kejaringan esophagus
Aliran darah esophagus yang mensuplai nutrient , oksigen, dan bikabonat serta
mengeluarkan ion H+ dan CO2
Sel-sel esophagus mempunyai kemampuan untuk mentranspor ion H+ dan Cl-
intraselular dengan Na+ dan bikarbonat ekstraselular.
Factor ofensif dari bahan reflukstat adalah potensi daya rusak yang disebabkan bahan-bahan yanr
terkandung dalam reflukstat seperti asam klorida, pepsin, garam empedu, enzim pancreas.
Derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh refluksatat akan meningkat apabila pH meningkat.
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah timbulnya rasa nyeri / rasa tidak enak diulu hati atau
epigastrium . GERD dapat juga menimbulkan manisfestasi gejala diluar esophagus yang atipik
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
serta bervariasi mulai dari nyeri dada non cardiac (Non cardiac Chest pain /NCCP), suara serak,
laryngitis, batuk karena aspirasi sampai terjadinya brokiektasis atau asma
Sementara itu, beberapa penyakit paru dapat menjadi factor predisposisi terjadi GERD yaitu
yang dapat menimbulkan perubahan anatomis didaerah gastroesofageal high pressures zone
akibat penggunaan obat-obat yang menurunkan tonus LES (teofilin)
Gejala GERD berupa nyeri ulu hati bias juga terjadi pada wanita hamil Nyeri ulu hati yang
terjadi akibat meningkatnya hormone yang mengakibatkan system pencernaan bekerja lebih
lambat. Hormone juga menyebabkan kerja otot yang mendorong makanan keesofagus lebih
lambat. Sebagai tambahan, pertumbuhan uterus menyebabkan lambung terdorong keatas dan
memaksa asam lambung naik kearah esophagus. Tetapi gejala akan membaik setelah partus.
Pengobatan nyeri uluhati pada wanita hamil juga hampir sama dengan penderita GERD pada
umumnya. Modifikasi gaya hidup dan pencegahan penggunaan obat yang dapat menjadi pemicu
merupakan hal yang sangat dianjurkan. Cara yang dapat dilakukan diantaranya ialah:
Banyak penelitian yang membahas hubungan antara GERD dan asma tetapi sampai saat ini
masih belum ada kesimpulan yang jelas apakah GERD yang dapat menjadi penyebab terjadinya
asma ataukah asma yang menjadi penyebab GERD. Yang banyak dijumpai pada pasien GERD
dengan riwayat asma adalah bahwa GERD dapat memperburuk serangan asma. Begitupun
penyakit asma dan beberapa obat nya juga dapat memperburuk gejala yang dialami.
Asam lambung yang mengalir balik ke esophagus juga mengiritasi kerongkongan, jalan
nafas atau bahkan paru-paru. Sehingga menyebabkan sulit untuk inhalasi (bernafas) dan
juga menyebabkan batuk yang terus-menerus.
Asam lambung yang sampai ke esophagus menyebabkan saraf reflex disekitarnya
terangsang menyebabkan tertutupnya jalan nafas untuk mencegah asam lambung masuk
kedalaam saluran nafas tersebut. Penutupan saluran nafas sementara ini mengakibatkan
nafas yang pendek-pendek
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Diagnosa nya…
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, perlu juga dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk menegakan diagnose pasti dari terjadinya GERD. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan antara lain :
Pengobatannya…
Penatalaksaan yang dapat dilakukan untuk pasien GERD meliputi : perbaikan gaya hidup, terapi
medika mentosa, terapi bedah hingga terapi endoskopi yang akhir-akhir ini mulai dilakukan.
Dasarnya adalah untuk mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan. hal yang
dapat dilakukan seperti :
Sampai pada saat ini dasar yang digunakan untuk terapi ini adalah supresi pengeluaran asam
lambung. Ada dua pendekatan yang biasa dilakukan pada terapi medika mentosa
Step up
Awal pengobatan pasien diberikan obat-obat yang kurang kuat menekan sekresi asam seperti
antacid, antagonis reseptor H2 ( simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin) atau golongan
prokinetik (metoklorpamid,domperidon,cisaprid) bila gagal berikan obat-obat supresi asam yang
lebih kuat dengan masa terapi lebih lama (PPI)
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Step down
Pada terapi ini pasien langsung diberikan PPI dan setelah berhasil lanjutkan dengan supresi asam
yang lebih lemah untuk pemeliharaan
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan striktur. Bila terjadi rangsangan asam
lambung yang kronik dapat terjadi perubahan mukosa esophagus dari squamous menjadi
kolumnar yang metaplastik sebagai esophagus barret’s (premaligna) dan dapat menjadi
karsinoma barret’s esophagus
Striktur esophagus
Bila pasien mengeluh disfagia dan diameter strikturnya kurang dari 13 mm maka dapat
dilakukan dilatasi busi, bila gagal juga lakukanlah operasi
Barret’s esophagus
Bila pasien telah mengalami hal ini maka terapi yang dilakukan adalah terapi bedah
(fundoskopi). Selain terapi bedah dapat juga dilakukan terapi endoskopi (baik menggunakan
energy radiofrekuensi,plikasi gastric luminal atau dengan implantasi endoskopi) walapun cara ini
masih dalam penelitian.
penyakit gerd
sakit gerd
gejala gerd
penyakit gerd adalah
apa itu penyakit gerd
tanda tanda sakit gerd
penyebab gerd
gejala sakit gerd
penyakit gred
Tanda tanda penyakit GERD
Maag merupakan penyakit yang hampir diderita oleh semua orang. Jika dibiarkan maka akan
terjadi kanker lambung, menurunnya sistem pertahanan militer tubuh (imunitas), tekanan darah
fluktuatif, gangguan pertumbuhan dan metabolisme tubuh, sampai kepada kematian. Tidak heran
WHO memasukkan penyakit maag dalam 10 penyakit mematikan. Jadi upaya mengobati sakit
sakit maag, GERD dan asam lambung tinggi sampai tuntas harus diupayakan maksimal.
Penyakit Maag timbul akibat adanya luka di lambung. Luka ini muncul oleh beberapa sebab.
Antara lain :
Sering telat makan. Dinding lambung tidak pernah berhenti bergerak. Ketika dalam
kondisi kosong, dinding lambung ini akan bergesekan. Jika ini berlangsung dalam waktu
lama dan berulang-ulang maka timbulah luka
Konsumsi mie instan berlebih. Mie instan bukan untuk dikonsumsi setiap hari. Apalagi
dimakan tanpa sayuran. Kebiasaan ini akan memberat kerja lambung.
Gorengan dan makanan yang dimasak menggunakan minyak goreng. Minyak goreng
bukan jenis makanan yang dapat dicerna dengan mudah. Tumpukan minyak goreng
dalam perut dan usus dapat menjadi toksik yang berbahaya. Toksik ini akan
menimbulkan peradangan dan luka pada lambung dan usus.
Jadi, selama luka lambung belum sembuh, penyakit maag Anda akan terus kambuh. Luka ini
tidak bisa diselesaikan hanya dengan obat-obatan kimia. Seperti yang sering Anda lihat di media
televisi. Fungsinya hanya untuk meredakan sakit maag. Ada juga yang berfungsi hanya
menetralkan asam lambung. Padahal sebab utamanya adalah luka lambung. Anda harus terus
berusaha untuk mendapatkan solusi terbaik mengobati sakit maag, GERD, dan asam lambung
ini.
Salah satu cara terampuh mengobati sakit maag, GERD dan asam lambung ini adalah dengan
mengkonsumsi :
Butylosar. Nutrisi mikro butylosar telah diakui dapat menyembuhkan luka. Baik luka luar
maupun luka dalam seperti luka pada lambung penderita penyakit maag. Butylosar
mampu memperbaiki kerusakan serabut dinding lambung (epitel). Dengan sembuhnya
luka di lambung ini maka sakit maag akan sembuh. Sangat disarankan untuk Anda yang
mengalami maag dengan gejala perih/sakit
Cellulose. Tablet serat ganda terbaik. Terbuat dari serat biji jagung dan bubuk Haw.
Mampu membersihkan toksik berbahaya pada dinding lambung dan usus. Sangat
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
disarankan untuk Anda yang sering mengonsumsi mie instan, makanan berlemak dan
berminyak
Zinc mempercepat penyembuhan luka, mengembalikan nafsu makan, memperbaiki
keseimbangan hormon, dan menguatkan sel T Limfosit pembunuh pada kelenjar getah
bening
Nontren untuk membunuh bakteri helicobacter penyebab maag selalu kambuh.
by : Nunik Triana
Jika didiamkan, kemungkinan akan menyebabkan kanker kerongkongan.
Nunik Triana
nuniktriana@jurnas.com
ANDA punya keluhan dengan asam lambung? Berulang kali diobati dengan obat-obatan mag,
tetapi tidak sembuh? Belum tentu itu gejala mag. Jika hal ini terjadi, mungkin Anda menderita
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).
Merasa asing dengan penyakit ini? Wajar, karena namanya tergolong baru, tetapi gejalanya
sebenarnya sudah dirasakan oleh penderita selama bertahun-tahun.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Para penderita GERD hanya tidak sadar mereka sedang menderita penyakit yang jika didiamkan
kemungkinan akan menyebabkan kanker kerongkongan.
“GERD yang tidak diterapi dengan baik dapat menyebabkan terjadinya komplikasi,” kata Ari
Fahrial Syam, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan dari Divisi Gastroenterologi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS Cipto
Mangunkusumo, di Jakarta, Senin (4/5).
Menurutnya, penyakit ini lebih disebabkan pola hidup masa kini yang kurang memerhatikan
asupan nutrisi dan gizi. “Penyakit ini lima sampai 10 tahun lalu belum ada karena pola hidup
masih bagus,” katanya.
Ari menjelaskan definisi GERD. Menurut Montreal Definition, GERD adalah kondisi adanya
aliran balik dari isi lambung ke kerongkongan yang menyebabkan gejala mengganggu hingga
terjadi komplikasi. Faktor genetika dan kegemukan dilaporkan bisa menjadi penyebab.
Meski gaya hidup disebut juga bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya GERD, menurut Ari,
perubahan diet dan pola konsumsi tidak menjamin dapat mengendalikan penyakit ini. “Gaya
hidup seperti merokok, gemar mengonsumsi makanan berlemak, serta tekanan hidup yang
memicu stres bisa memicu penyakit ini,” katanya.
Asal muasal GERD berasal dari sejumlah faktor, termasuk tekanan yang tidak normal pada katup
yang menghubungkan antara saluran kerongkongan dan lambung, hiatal hernia, dan kontraksi
esofagus yang tidak efektif.
Pada kebanyakan orang dengan refluk, gejala tersebut umumnya akibat terjadinya kontak antara
selaput lendir saluran kerongkongan dengan asam lambung dan pepsin.
Beberapa tanda awal GERD: usia lebih dari 40 tahun, berat badan turun, pucat tanpa sebab,
muntah darah atau buang air besar hitam, sulit menelan, nyeri saat menelan, serta memiliki
riwayat keluarga dengan kanker kerongkongan atau lambung.
Dari proses ini GERD kemudian menimbulkan gejala. Antara lain: heartburn atau rasa seperti
terbakar di bagian belakang tulang dada; biasanya dialami seseorang berulang kali secara rutin,
misalnya dua kali seminggu.
Gejala lain: regurgitasi atau naiknya aliran asam ke rongga mulut, sulit menelan, sendawa, batuk
kronis terutama di malam hari, radang tenggorokan, serta nyeri ulu hati dan nyeri dada.
GERD juga bisa memicu sinusitis kronis, asma, suara serak, serta sesak napas. “Berat gejala
yang dirasakan tidak selalu berarti merujuk pada parahnya penyakit. Hubungan antara intensitas
gejala dan radang kerongkongan atau esophagitis akibat lapisan saluran kerongkongan terluka
hingga kini belum bisa dijelaskan,” kata Ari.
Gejala GERD biasanya sangat samar dan umum, meski ada beberapa yang ditengarai khusus.
“Karena itu, pasien sering menyamakan pengobatan untuk kasus yang dialaminya dengan obat
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
bebas yang ada di pasaran. Padahal, GERD penyakit kronik yang bisa mengarah kepada
komplikasi,” katanya.
Antara lain: penyempitan kerongkongan, pendarahan kerongkongan dan kondisi yang disebut
Barrett’s Esophagus atau terjadi pembentukan jaringan pada dinding kerongkongan seperti
ditemukan dalam usus. Jika ini terjadi, perjalanan penyakit tersebut berhubungan dengan kanker
kerongkongan.
Tak hanya itu, GERD juga potensial menurunkan kualitas hidup pasien karena penyakit ini
membatasi gerak dan aktivitas mereka. “Konsultasi personal dengan dokter profesional penting
mendapatkan terapi akurat sehubungan dengan GERD ini,” katanya.
Angka prevalensi GERD hingga kini belum diketahui pasti. Tetapi GERD setidaknya telah
menyerang empat juta orang Indonesia dengan tanpa mengetahui metode penatalaksanaan gejala
yang efektif, meski secara berkala mengalami gejala serius.
Tetapi, dari rata-rata jumlah penduduk yang mengalami heartburn setidaknya sekali seminggu,
gejala yang paling bisa dirasakan, jumlah penderita GERD di negara-negara Barat adalah 20
persen dari total populasi. Sementara di Asia Timur antara 2-6 persen.
“Meski tak ada angka pasti tentang jumlah penderita GERD, tetapi dari hospital base yang dapat
ditelusuri, ada sekitar 20 persen dari total pasien yang datang ke Departemen Ilmu Penyakit
Dalam menyampaikan keluhan gejala GERD, mulai dari ringan hingga parah,” katanya.
Sementara itu, Mary Josephine dari PT AstraZeneca Indonesia mengatakan, dibanding negara
lain di Asia, pengetahuan masyarakat tentang GERD sangat rendah. “Filipina 17 persen dan
Taiwan 13 persen, sedangkan penduduk Indonesia hanya sekitar 1 persen yang mengenal GERD,
meski mereka sebenarnya telah menderita beberapa tahun, sebelum akhirnya tahu ada solusi
sederhana untuk melegakan rasa sakit mereka,” katanya.
Kutipan:
Pengobatan GERD dalam hal ini harus lewat terapi yang teratur untuk mengendalikan gejala.
Juga, untuk menghindari perlunya kunjungan dokter berulangkali.
Saat ini tersedia banyak obat yang dijual bebas untuk mengobati heartburn, seperti: antasida dan
H2-blockers. Namun obat-obatan tersebut tidak dapat menekan produksi asam yang
berkelanjutan dan hanya dibuat untuk menyembuhkan gejala heartburn sesaat. “Dampak obat-
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
obatan ini sementara, tidak bisa digunakan untuk pengobatan GERD dalam jangka panjang,”
kata Ari.
Esomeprazole magnesium dalam hal ini bekerja dengan cara mengikat dan menghambat pompa
asam yang terdapat pada sel di dalam lambung sehingga menghentikan produksi asam lambung.
Tak hanya itu. Esomeprazole juga menurunkan tingkat keasaman lambung dan membantu proses
penyembuhan erosi pada esophagus atau pada radang lambung serta radang usus duabelas jari.
Tetapi, tak hanya melalui obat-obatan. Karena GERD merupakan penyakit yang terkait erat
dengan gaya hidup, penyesuaian gaya hidup seperti olahraga dan menurunkan berat badan juga
bisa membantu pasien yang memiliki gejala lebih sederhana.
“Para penderita GERD disarankan menghindari rokok, makanan berlemak, asam, pedas, teh,
cokelat, kopi, serta stres karena berpengaruh pada kinerja lambung,” katanya.
Contoh, cokelat dan keju berpengaruh karena dapat menyebabkan pengosongan lambung
menjadi lebih lambat sehingga merangsang dan mempercepat naiknya asam lambung.
GERD tidak hanya menimbulkan rasa sakit. Menurut Ari, penyakit ini juga berpengaruh besar
pada kehidupan seseorang. “Rasa sakit dan ketidaknyamanan akibat heartburn dan gejala GERD
lain bisa menjadi dampak yang harus diperhitungkan dalam aktivitas sehari-hari karena akan
sangat mengganggu,” katanya.
Kegiatan sosial seperti makan bersama dengan keluarga atau teman akan terganggu karena gejala
GERD biasanya terasa saat makan dan setelah makan. Tidur pun tak nyenyak karena gejala
GERD terasa makin mengganggu ketika sedang tidur dalam posisi terlentang.
Menurut Ari, hampir 80 persen pasien sulit tidur karena gejala GERD menggangu kualitas tidur
dan menyebabkan rasa lelah keesokan harinya. “Bahkan, hubungan seksual dan aktivitas sosial
juga bisa terganggu akibat GERD karena penderita menjadi kurang bergairah,” katanya. n Nunik
Glossary
by : Nunik Triana
Lambung
Lambung (ventrikulus) berupa kantong yang terletak di bawah sekat rongga badan. Lambung
dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus, dan pilorus. Kardia adalah bagian
atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan.
Kerongkongan
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Sebuah tabung berotot yang panjangnya sekitar 25 cm dan garis tengah 2 cm, dimulai dari faring
sampai pintu masuk kardiak lambung. Kerongkongan berfungsi mengantarkan bahan makanan
yang dimakan dari faring ke lambung dengan adanya gerakan peristaltik esophagus. Di ujung
kerongkongan yang berbatasan dengan lambung terdapat sfingter esofageal atau sfingter kardiak
yang merupakan penghalang agar bahan makanan tidak balik dari lambung ke kerongkongan.
Asam Lambung
Gastroesophageal Reflux
Gerakan terbalik pada makanan. Asam lambung menuju kerongkongan, kadang menuju mulut.
Stres
Stres adalah respons fisiologis, psikologis, dan perilaku seseorang untuk mencari penyesuaian
terhadap tekanan yang sifatnya internal maupun eksternal.
Fakta:
Penyakit GERD
Dalam dunia kedokteran, penyakit akibat asam lambung disebut gerd (Gastro Esofagheal Reflux
Disease). Penyakit gerd dan asam lambung tinggi merupakan penyakit saluyran cerna bagian atas
karena adanya aliran balik yang terjadi secara spontan dari isi lambung kekerongkongan. Hal
tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi akibat derajat keasaman yang tinggi dari asam
lambung. Lalu apa obat penyakit gerd dan asam lambung tinggi yang ampuh?
GERD yang tidak diterapi secara baik dapat mengakibatkan komplikasi. Antara lain radang,
pendarahan, penyempitan pada kerongkongan, kanker, kesulitan dalam menelan, pencetus asma,
dan batuk menahun. Mengapa asam lambung bila naik jika tidak diobati dengan obat penyakit
gerd dan asam lambung tinggi? Fakta menunjukan bahwa semakin bertambahnya usia, kekuatan
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
otot cincin pada perbatasan kerongkongan lambung melemah. Sehingga , cairan asam lambung
mudah naik keatas.
Penyebab penyakit gerd dan asam lambung tinggi bisa disebabkan oleh pola makan yang tidak
teratur, gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan, sering konsumsi kopi dan teh, minum alkohol,
merokok serta bisa disebabkan stres masalah hidup.
Gejala yang dirasakan penderita gerd dan asam lambung tinggi antara lain : Rasa panas (seperti
terbakar) dibagian belakang tulang dada, rasa tidak nyaman (sakit) waktu menelan, batuk dalam
tempo lama, suara serak, mual, muntah dan sendawa.
Untuk mengobati penyakit gerd dan asam lambung tinggi bisa dengan menggunakan obat
sebagai berikut :
1. Butylosar, untuk menyembuhkan luka pada penderita maag, gertd dan asam lambung
tinggi
2. Cellulose, untuk menetralisir pencernaan
3. Zinc Capsules, sebagai sel T-lifosit pembunuh bakteri penyebab maag, gerd dan asam
lambung tingi
4. Morinda sebagai anti bakteri alami
Kebetulan kemarin saya baru saja menerjemahkan sebuah angket yang berisi tentang GERD
(gastroesophageal reflux disease) yaitu penyakit kronik yang ditandai dengan mengalirnya asam
lambung (refluks) ke dalam esofagus. Meskipun saya tidak membidangi masalah
kesehatan/kedokteran, paling tidak saya berhasil menemukan beberapa sumber yang dapat
digunakan sebagai referensi.
Memang setiap orang pasti ingin sehat, tetapi kadangkala kebiasaan, pola hidup, pola makan,
pola tidur membuat seseorang rentan terhadap berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah
penyakit ini. Penekanan dari hasil pencarian yang saya peroleh, bagi yang mengalami
kegemukan, harap waspada dengan penyakit ini karena . penyakit ini lebih berat dari penyakit
maag. Tidak tahu kenapa orang yang gemuk selalu dekat dengan penyakit, dan yang paling saya
takutkan adalah penyakit seperti hipertensi dan diabetes. Namun ternyata orang gemuk juga
menghadapi risiko dari penyakit “ringan” seperti ini. Rata-rata 20% penduduk Amerika Serikat
dewasa mengalami gejala GERD setidaknya sekali seminggu. GERD parah akan menyebabkan
tukak (ulcers)
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit GERD ini adalah rasa/sensasi panas di dada (atau lebih
tepatnya di belakang tulang dada – seperti yang saya dapet dari hasil menerjemahkan kemarin),
rasa asam naik hingga lidah terasa pahit dan asam (regurgitasi). Hal ini karena timbunan lemak
dan tekanan dalam perut kian besar. Tindakan yang harus dilakukan terhindar dari gejala di atas
yakni mengendalikan berat badan hingga ke proporsi normal.
Penyakit ini tergolong sindrom dispepsia, yang menggambarkan adanya kumpulan atau gejala
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri atau rasa aman di ulu hati. Selain mengendalikan berat
badan, pencegahan lainnya adalah mengendalikan stres dengan menjaga istirahat yang
berkualitas. Selain itu mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok (wah kalau ini
kayaknya susah) dan mengurangi konsumsi obat-obatan tertentu. Hindari juga makanan pedas,
minuman yang memicu meningkatnya asam lambung. Misalnya, kopi atau rasa asam (ini juga
susah).
Namun, GERD tidak hanya mengancam pada seseorang yang mengalami kegemukan, pasien
asma, wanita hamil dan gangguan kejiwaan atau stres psikis pun bisa terserang penyakit ini.
Agar tidak terkena GERD, berikut adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman (dan
pengobatan):
Hindari hal-hal yang dapat meningkatkan produksi asam lambung dan melemahkan LES
seperti makanan dengan tingkat keasaman tinggi dan berlemak (hamburger, jeruk, tomat),
kopi, teh, alkohol, dan cokelat.
Bagi porsi makan Anda menjadi beberapa kali dalam porsi yang lebih kecil daripada
makan berlebihan dalam sekali waktu. Jangan makan larut malam. Jangan berbaring
segera setelah makan.
Kontrol berat badan dan hentikan rokok. Capai berat badan yang ideal sebab kegemukan
akan memberi tekanan ekstra pada LES.
Hentikan rokok karena tembakau akan meningkatkan produksi asam lambung dan
melemahkan LES.
Hindari bungkuk ke depan kecuali memang harus karena hal ini meningkatkan tekanan
pada LES.
Jangan gunakan ikat pinggang ketat atau pakaian yang ngepres.
Naikkan posisi kepala tempat tidur Anda 6-10 inci karena berbaring datar menyebabkan
asam lambung naik ke kerongkongan.
Cek atau konsultasikan dengan dokter sebelum minum obat-obat penghilang rasa sakit
yang dapat membuat gejala-gejala GERD menjadi lebih parah.
Pastikan bahwa dokter Anda mengetahui semua jenis obat yang Anda minum.
Obat-obat yang sering digunakan ialah antasid yang beredar luas di pasaran. Jenis obat ini
merupakan standar terapi pada tahun 1970-an dan efektif dalam mengontrol gejala-gejala GERD
ringan. Umumnya, antasid dikonsumsi setiap kali sesudah makan dan sebelum tidur. Selain
antacid sekresi (pengeluaran) asam lambung dapat juga diturunkan dengan obat-obat dari
golongan antagonis reseptor histamin 2, seperti cimetidine, ranitidine, famotidine, dll. Satu obat
yang sangat efektif ialah dari golongan penghambat pompa proton, seperti omeprazole.
Omeprazole yang sangat efektif ini cukup aman untuk konsumsi jangka panjang
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Saya yakin semua orang ingin hidup sehat, dengan berbagai upaya supaya kondisi kesehatan
tetap terjaga, tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan: di sahat sehat, kita harus ingat di saat
kita sakit, dan di saat sakit kita harus ingat di saat kita sehat, sehingga jika kita ada di salah satu
posisi kita tidak akan lupa dan terlena.
Ketika asam refluks (mengalir balik) kedalam esofagus pada pasien-pasien dengan
PRGE/GERD, serat-serat syaraf pada esofagus distimulasi. Stimulasi syaraf ini berakibat paling
umum pada rasa panas/nyeri di dada (heartburn), nyeri yang adalah karakteristik dari
PRGE/GERD. Heartburn biasanya digambarkan sebagai nyeri yang membakar ditengah dada. Ia
mungkin mulai tinggi diatas perut dan mungkin meluas naik kedalam leher. Pada beberapa
pasen-pasien, bagaimanapun, nyerinya mungkin tajam atau seperti tekanan, daripada rasa
terbakar. Nyeri jenis ini dapat meniru nyeri jantung (angina). Pada pasien-pasien lain, nyerinya
mungkin meluas ke belakang (punggung).
Karena refluks asam adalah lebih umum setelah makan-makan, heartburn adalah lebih umum
setelah makan-makan. Heartburn juga adalah lebih umum ketika individu-individu terbaring
karena tanpa efek dari gaya berat, refluks terjadi lebih mudah, dan asam balik ke lambung lebih
perlahan. Banyak pasien-pasien dengan PRGE/GERD terbangun dari tidur oleh heartburn.
Episode-episode dari heartburn mungkin terjadi seringkali atau jarang, namun episode-episode
cenderung untuk terjadi secara periodik. Ini berarti bahwa episode-episode lebih sering atau lebih
parah untuk periode dari beberapa minggu atau bulan, dan kemudian mereka menjadi jarang dan
kurang parah atau bahkan tidak hadir untuk beberapa minggu atau bulan. Kecenderungan waktu
tertentu ini dari gejala-gejala menyediakan dasar pemikiran untuk perawatan yang sebentar-
sebentar pada pasien-pasien dengan PRGE/GERD yang tidak mempunyai esophagitis. Meskipun
demikian, heartburn adalah persoalan seumur hidup, dan ia hampir selalu kembali.
Muntah
Muntah adalah penampakan dari cairan yang dialirkan balik dalam mulut. Pada kebanyakan
pasien-pasien dengan PRGE/GERD, biasanya hanya kwantitas-kwantitas yang kecil dari cairan
memcapai esofagus, dan cairan menetap dalam esofagus bagian bawah. Adakalanya pada
beberapa pasien-pasien dengan PRGE/GERD, kwantitas-kwantitas cairan yang lebih besar,
adakalanya mengandung makanan, dialirkan balik dan mencapai esofagus bagian atas.
Pada ujung bagian atas dari esofagus adalah sfingter esofagus bagian atas atau upper
esophageal sphincter (UES). UES adalah cincin lingkar dari otot yang adalah sangat serupa
pada LES dalam kerja-kerjanya. Yaitu, UES mencegah isi-isi esofagus membalik naik kedalam
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
tenggorokan. Ketika jumlah-jumlah kecil dari cairan yang di-refluks (dialirkan balik) dan/atau
makanan-makanan menerobs UES dan memasuki tenggorokan, mungkin ada rasa asam dalam
mulut. Jika kwantitas-kwantitas yang lebih besar menerobos UES, pasien-pasien mungkin tiba-
tiba menemukan mulut-mulut mereka dipenuhi dengan cairan atau makanan. Apa yang lebih,
muntah yang seringkali atau berkepanjangan dapat menjurus pada erosi-erosi dari gigi-gigi yang
diinduksi asam.
Mual
Mual adalah umum pada PRGE/GERD. Pada beberapa pasien-pasien, bagaimanpun, ia mungkin
sering atau parah dan mungkin berakibat pada muntah. Faktanya, pada pasien-pasien dengan
mual dan/atau muntah yang tidak dapat dijelaskan, PRGE/GERD adalah satu dari kondisi-
kondisi pertama yang dipertimbangkan. Adalah tidak jelas mengapa beberapa pasien-pasien
dengan PRGE/GERD mengembangkan terutama rasa panas/nyeri di dada (heartburn) dan yang
lain-lain mengembangkan terutama mual.
Komplikasi-Komplikasi PRGE/GERD
Borok-Borok (Ulcers)
Cairan dari lambung yang mengalir balik (refluks) kedalam esofagus merusak sel-sel yang
melapisi esofagus. Tubuh merespon dalam cara yang ia biasanya merespon pada kerusakan, yang
adalah peradangan (esophagitis). Tujuan dari peradangan adalah untuk menetralkan agen yang
merusak dan memulai proses penyembuhan. Jika kerusakannya berjalan dalam kedalam
esofagus, borok terbentuk. Borok adalah hanya pecahan pada lapisan esofagus yang terjadi pada
area peradangan. Borok-borok dan peradanagn tambahan yang mereka bangkitkan mungkin
mengikis kedalam pembuluh-pembuluh darah esofagus dan menimbulkan perdarahan kedalam
esofagus.
transfusi-transfusi darah,
prosedur endoskopi (dimana tabung dimasukan melalui mulut kedalam esofagus untuk
melihat tempat perdarahan dan untuk menghentikan perdarahan), atau
perawatan operasi.
Penyempitan-Penyempitan
Borok-borok dari esofagus sembuh dengan pembentukan luka-luka parut (fibrosis). Dengan
berjalannya waktu, jaringan parut menyusut dan menyempitkan lumen (rongga dalam) dari
esofagus. Penyempitan yang ditinggalkan luka parut ini disebut penyempitan (stricture).
Makanan yang ditelan mungkin tersangkut dalam esofagus sekali penyempitan menjadi cukup
parah (biasanya ketika ia menyempitkan lumen esofagus ke garis tengah dari 1 cm). Situasi ini
mungkin memerlukan pengangkatan makanan yang tersangkut secara endoskopi. Kemudian,
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
untuk mencegah makanan menempel, penyempitan harus diregangkan (diperlebar). Lebih dari
itu, untuk mencegah kekambuhan dari penyempitan, refluks juga harus dicegah.
Barrett's esophagus
PRGE/GERD yang sudah berjalan lama dan/atau yang parah menyebabkan perubahan-
perubahan pada sel-sel yang melapisi esofagus pada beberapa pasien-pasien. Sel-sel ini adalah
bersifat prakanker dan akhirnya menjadi bersifat kanker. Kondisi ini dirujuk sebagai Barrett's
esophagus dan terjadi pada kira-kira 10% dari pasien-pasien dengan PRGE/GERD. Tipe dari
kanker esofagus yang berhubungan dengan Barrett's esophagus (adenocarcinoma) meningkat
dalam frekwensinya. Adalah tidak jelas mengapa beberapa pasien-pasien dengan PRGE/GERD
mengembangkan Barrett's esophagus, namun kebanyakan pasien-pasien tidak.
Barrett's esophagus dapat dikenali secara visual pada saat endoskopi dan dikonfirmasikan oleh
pemeriksaan mikroskopik dari biopsi-biopsi sel-sel lapisan. Kemudian, pasien-pasien dengan
Barrett's esophagus mungkin memerlukan endoskopi-endoskopi pengawasan secara periodik
dengan biopsi-biopsi. Tujuan dari pengawasan adalah untuk mendeteksi perubahan-perubahan
yang bersifat prakanker sehingga perawatan pencegahan kanker dapat dumulai. Juga dipercayai
bahwa pasien-pasien dengan Barrett's esophagus harus menerima perawatan yang maksimum
untuk PRGE/GERD untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada esofagus. Prosedur-prosedur
sedang dipelajari yang mengangkat sel-sel lapisan yang abnormal. Beberapa teknik-teknik
endoskopi yang bukan operasi dapat digunakan untuk mengangkat sel-sel. Teknik-teknik ini
adalah menarik karena mereka tidak memerlukan operasi; bagaimanapun, ada komplikasi-
komplikasi yang terkait, dan keefektifan jangka panjang dari perawatan masih belum ditentukan.
Pengangkatan esofagus secara operasi adalah selalu suatu pilihan.
Banyak syaraf-syaraf berada pada esofagus bagian bawah. Beberapa dari syaraf-syaraf ini
distimulasi oleh asam yang dialirkan balik (refluks), dan stimulasi ini berakibat pada nyeri
(biasanya heartburn). Syaraf-syaraf lain yang distimulasi tidak menghasilkan nyeri. Sebagai
gantinya, mereka menstimulasi syaraf-syaraf lain yang membangkitkan batuk. Pada cara ini,
cairan yang dialirkan balik dapat menyebabkan batuk tanpa pernah mencapai tenggorokan!
Dalam cara yang serupa, pengalira balik kedalam esofagus bagian bawah dapat menstimulasi
syaraf-syaraf esofagus yang menghubung ke dan dapat menstimulasi syaraf-syaraf yang pergi ke
paru-paru. Syaraf-syaraf ini ke paru-paru kemudian dapat menyebabkan tabung-tabung
pernapasan yang lebih kecil untuk menyempit, berakibat pada serangan asma.
Jadi, PRGE/GERD adalah penyebab umum dari batuk yang tidak dapat dijelaskan. Meskipun
PRGE/GERD juga mungkin adalah penyebab dari asma, adalah lebih mungkin bahwa ia
mempercepat serangan-serangan asma pada pasien-pasien yang telah mempunyai asma.
Meskipun batuk kronis dan asma adalah penyakit yang umum, adalah tidak jelas sebagaimana
sering mereka diperburuk atau disebabkan oleh PRGE/GERD.
Jika cairan yang dialirkan balik dapat melewati sfingter esofagus bagian atas, ia dapat memasuki
tenggorokan (pharynx) dan bahkan kotak suara (larynx). Peradangan yang diakibatkannya
dapat menjurus pada sakit tenggorokan dan keparauan suara. Seperti dengan batuk dan asma,
adalah tidak jelas sebagaimana umum PRGE/GERD bertanggung jawab untuk peradangan
tenggorokan dan larynx yang jika tidak tidak dapat dijelaskan.
Cairan yang dialirkan balik (refluks) yang melewati larynx dapat memasuki paru-paru. Refluks
dari cairan kedalam paru-paru (disebut aspiration) seringkali berakibat pada batuk dan tercekik.
Aspiration, bagaimanapun, dapat juga terjadi tanpa menghasilkan gejala-gejala ini. Dengan atau
tanpa gejala-gejala ini, aspiration mungkin menjurus pada infeksi paru-paru dan berakibat pada
pneumonia. Tipe pneumonia ini adalah persoalan yang serius yang memerlukan perawatan
segera. Ketika aspiration tidak disertai oleh gejala-gejala, ia dapat berakibat pada luka parut dari
paru-paru yang perlahan dan progresif (pulmonary fibrosis) yang dapa terlihat pada x-rays
dada. Aspiration lebih mungkin terjadi pada malam hari karena itulah ketika proses-proses
(mekanisme-mekanisme) yang melindungi terhadapa refluks tidak aktif dan refleks batuk yang
melindungi paru-paru juga tidak aktif.
Tenggorokan berhubungan dengan jalan-jalan lintasan hidung. Pada anak-anak kecil, dua
potongan kecil dari jaringan limfa, yang disebut adenoid-adenoid, berlokasi dimana bagian atas
dari tenggorokan bergabung dengan jalan-jalan lintasan hidung. Jalan-jalan lintasan dari sinus-
sinus dan tabung-tabung dari telinga-telinga tengah (Eustachian tubes) terbuka kedalam
belakang dari jalan-jalan lintasan hidung dekat adenoid-adenoid. Cairan yang dialirkan balik
yang memasuki tenggorokan bagian atas dapat meradang adenoid-adenoid dan menyebabkan
mereka untuk membengkak. Adenoid-adenoid kemudian dapat menghalangi jalan-jalan lintasan
dari sinus-sinus dan tabung-tabung Eustachian. Ketika sinus-sinus dan telinga-telinga tengah
tertutup dari jalan-jalan lintasan hidung oleh pembengkakan dari adenoids, cairan berakumulasi
didalam mereka. Akumulasi cairan ini dapat menjurus pada ketidaknyamanan pada sinus-sinus
dan telinga-telinga. Karena adenoid-adenoid menonjol pada anak-anak muda, dan tidak pada
kaum dewasa, akumulasi cairan ini dalam telinga-telinga dan sinus-sinus terlihat pada anak-anak
dan tidak pada kaum dewasa.
Cara yang biasa PRE/GERD didiagnosa — atau paling sedikit dicurigai — adalah dengan gejala-
gejala karakteristiknya, heartburn (rasa panas/nyeri di dada). Heartburn paling sering
digambarkan sebagai perasaan terbakar dari sub-sternal (dibawah bagian tengah dada) yang
terjadi setelah makan-makan dan seringkali memburuk ketika berbaring (terlentang). Untuk
mengkonfirmasi diagnosis, dokter-dokter sering merawat pasien-pasien dengan obat-obat untuk
menekan produksi asam oleh lambung. Jika heartburn kemudian berkurang banyak, diagnosis
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
dari PRGE/GERD dipertimbangkan sebagai konfirmasi. Pendekatan membuat diagnosis ini pada
basis dari respon gejala-gejala pada perawatan umumnya disebut percobaan therapeutic.
Lebih dari itu, seperti dengan segala perawatan, mungkin ada 20% efek placebo, yang berarti
bahwa 20% dari pasien-pasien akan merespon pada pil placebo (tidak aktif) atau, tentu saja, pada
perawatan apa saja. Ini berarti bahwa 20% dari pasien-pasien yang mempunyai sebab-sebab dari
gejala-gejala mereka lain daripada PRGE/GERD (atau borok-borok) akan mempunyai
pengurangan pada gejala-gejala mereka setelah menerima perawatan untuk PRGE/GERD. Jadi,
pada basis dari respon mereka pada perawatan (percobaan therapeutic), pasien-pasien ini
kemudian akan terus menerus dirawat untuk PRGE/GERD, meskipun mereka tidak mempunyai
PRGE/GERD. Apa yang lebih, penyebab yang benar dari gejala-gejala mereka tidak akan dikejar
lebih jauh.
Endoskopi
Esofagus dari kebanyakan pasien-pasien dengan gejala-gejala refluks terlihat normal. Oleh
karenanya, pada kebanyakan pasien-pasien, endoskopi tidak akan membantu dalam diagnosis
dari PRGE/GERD. Bagaimanapun, adakalanya lapisan esofagus nampak meradang
(esophagitis). Lebih dari itu, jika erosi-erosi (pecahan-pecahan yang dangkal dari lapisan
esofagus) atau borok-borok (pecahan-pecahan yang lebih dalam pada lapisan) terlihat, diagnosis
PRGE/GERD dapat dibuat meyakinkan. Endoskopi akan juga mengidentifikasi beberapa
komplikasi-komplikasi dari PRGE/GERD, terutama, borok-borok (ulcers), strictures
(penyempitan-penyempitan), dan Barrett's esophagus. Biopsi-biopsi juga mungkin diperoleh.
Biopsi-Biopsi
Biopsi-biopsi dari esofagus yang diperoleh melalui endoskopi tidak dipertimbangkan sangat
bermanfaat untuk mendiagnosa PRGE/GERD. Mereka bermanfaat, bagaimanapun, dalam
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
X-rays
Sebelum pengenalan endoskopi, x-ray dari esofagus (disebut esophagram) adalah satu-satunya
alat mendiagnosa PRGE/GERD. Pasien-pasien menelan barium (material kontras), dan x-rays
dari esofagus yang diisi dengan barium kemudian diambil. Persoalan dengan esophagram adalah
bahwa ia adalah tes yang tidak sensitif (peka) untuk mendiagnosa PRGE/GERD. Yaitu, ia gagal
untuk menemukan tanda-tanda dari PRGE/GERD pada banyak pasien-pasien yang mempunyai
PRGE/GERD karena pasien-pasien mempunyai sedikit atau tidak ada kerusakan pada lapisan
esofagus. X-rays mampu untuk menunjukan hanya komplikasi-komplikasi PRGE/GERD yang
jarang, contohnya, borok-borok dan penyempitan-penyempitan. X-rays telah ditinggalkan
sebagai alat-alat mendiagnosa PRGE/GERD, meskipun mereka masih dapat bermanfaat bersama
dengan endoskopi dalam mengevaluasi komplikasi-komplikas.
Esophageal acid testing is considered a "gold standard" for diagnosing GERD. As discussed
previously, the reflux of acid is common in the general population. However, patients with the
symptoms or complications of GERD have reflux of more acid than individuals without the
symptoms or complications of GERD. Moreover, normal individuals and patients with GERD
can be distinguished moderately well from each other by the amount of time that the esophagus
contains acid.
The amount of time that the esophagus contains acid is determined by a test called a 24-hour
esophageal pH test. (pH is a mathematical way of expressing the amount of acidity.) For this test,
a small tube (catheter) is passed through the nose and positioned in the esophagus. On the tip of
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
the catheter is a sensor that senses acid. The other end of the catheter exits from the nose, wraps
back over the ear, and travels down to the waist, where it is attached to a recorder. Each time
acid refluxes back into the esophagus from the stomach, it stimulates the sensor and the recorder
records the episode of reflux. After a 20 to 24 hour period of time, the catheter is removed and
the record of reflux from the recorder is analyzed.
There are problems with using pH testing for diagnosing GERD. Despite the fact that normal
individuals and patients with GERD can be separated fairly well on the basis of pH studies, the
separation is not perfect. Therefore, some patients with GERD will have normal amounts of acid
reflux and some patients without GERD will have abnormal amounts of acid reflux. It requires
something other than the pH test to confirm the presence of GERD, for example, typical
symptoms, response to treatment, or the presence of complications of GERD. GERD also may be
confidently diagnosed when episodes of heartburn correlate with acid reflux as shown by acid
testing.
pH testing has uses in the management of GERD other than just diagnosing GERD. For example,
the test can help determine why GERD symptoms do not respond to treatment. Perhaps 10 to 20
percent of patients will not have their symptoms substantially improved by treatment for GERD.
This lack of response to treatment could be caused by ineffective treatment. This means that the
medication is not adequately suppressing the production of acid by the stomach and is not
reducing acid reflux. Alternatively, the lack of response can be explained by a wrong diagnosis
of GERD. In both of these situations, the pH test can be very useful. If testing reveals substantial
reflux of acid while medication is continued, then the treatment is ineffective and will need to be
changed. If testing reveals good acid suppression with minimal reflux of acid, the diagnosis of
GERD is likely to be wrong and other causes for the symptoms need to be sought.
pH testing also can be used to help evaluate whether reflux is the cause of symptoms (usually
heartburn). To make this evaluation, while the 24-hour ph testing is being done, patients record
each time they have symptoms. Then, when the test is being analyzed, it can be determined
whether or not acid reflux occurred at the time of the symptoms. If reflux did occur at the same
time as the symptoms, then reflux is likely to be the cause of the symptoms. If there was no
reflux at the time of symptoms, then reflux is unlikely to be the cause of the symptoms.
Lastly, pH testing can be used to evaluate patients prior to endoscopic or surgical treatment for
GERD. As discussed above, some 20% of patients will have a decrease in their symptoms even
though they don't have GERD (the placebo effect). Prior to endoscopic or surgical treatment, it is
important to identify these patients because they are not likely to benefit from the treatments.
The pH study can be used to identify these patients because they will have normal amounts of
acid reflux.
A newer method for prolonged measurement (48 hours) of acid exposure in the esophagus
utilizes a small, wireless capsule that is attached to the esophagus just above the LES. The
capsule is passed to the lower esophagus by a tube inserted through either the mouth or the nose.
After the capsule is attached to the esophagus, the tube is removed. The capsule measures the
acid refluxing into the esophagus and transmits this information to a receiver that is worn at the
waist. After the study, usually after 48 hours, the information from the receiver is downloaded
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
into a computer and analyzed. The capsule falls off of the esophagus after 3-5 days and is passed
in the stool. (The capsule is not reused.)
The advantage of the capsule over standard pH testing is that there is no discomfort from a
catheter that passes through the throat and nose. Moreover, with the capsule, patients look
normal (they don't have a catheter protruding from their noses) and are more likely to go about
their daily activities, for example, go to work, without feeling self-conscious. Because the
capsule records for a longer period than the catheter (48 versus 24 hours), more data on acid
reflux and symptoms are obtained. Nevertheless, it is not clear whether obtaining additional
information is important.
Capsule pH testing is expensive. Sometimes the capsule does not attach to the esophagus or falls
off prematurely. For periods of time the receiver may not receive signals from the capsule, and
some of the information about reflux of acid may be lost. Occasionally there is pain with
swallowing after the capsule has been placed. Use of the capsule is an exciting use of new
technology although it has its own specific problems.
Esophageal motility testing determines how well the muscles of the esophagus are working. For
motility testing, a thin tube (catheter) is passed through a nostril, down the back of the throat, and
into the esophagus. On the part of the catheter that is inside the esophagus are sensors that sense
pressure. A pressure is generated within the esophagus that is detected by the sensors on the
catheter when the muscle of the esophagus contracts. The end of the catheter that protrudes from
the nostril is attached to a recorder that records the pressure. During the test, the pressure at rest
and the relaxation of the lower esophageal sphincter are evaluated. The patient then swallows
sips of water to evaluate the contractions of the esophagus.
Esophageal motility testing has two important uses in evaluating GERD. The first is in
evaluating symptoms that do not respond to treatment for GERD. The abnormal function of the
esophageal muscle sometimes causes symptoms that resemble the symptoms of GERD. Motility
testing can identify some of these abnormalities and lead to a diagnosis of an esophageal motility
disorder. The second use is evaluation prior to surgical or endoscopic treatment for GERD. In
this situation, the purpose is to identify patients who also have motility disorders of the
esophageal muscle. The reason for this is that in patients with motility disorders, some surgeons
will modify the type of surgery they perform for GERD.
Gastric emptying studies are studies that determine how well food empties from the stomach. As
discussed above, about 20 % of patients with GERD have slow emptying of the stomach that
may be contributing to the reflux of acid. For gastric emptying studies, the patient eats a meal
that is labeled with a radioactive substance. A sensor that is similar to a Geiger counter is placed
over the stomach to measure how quickly the radioactive substance in the meal empties from the
stomach.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Information from the emptying study can be useful for managing patients with GERD. For
example, if a patient with GERD continues to have symptoms despite treatment with the usual
medications, doctors might prescribe other medications that speed-up emptying of the stomach.
Alternatively, in conjunction with GERD surgery, they might do a surgical procedure that
promotes a more rapid emptying of the stomach. Nevertheless, it is still debated whether a
finding of reduced gastric emptying should prompt changes in the surgical treatment of GERD.
Symptoms of nausea, vomiting, and regurgitation may be due either to abnormal gastric
emptying or GERD. An evaluation of gastric emptying, therefore, may be useful in identifying
patients whose symptoms are due to abnormal emptying of the stomach rather than to GERD.
Tes penuangan asam (Bernstein) digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan
oleh refluks asam. Untuk tes ini, tabung kecil dimasukan melalui satu lubang hidung, menuruni
belakang tenggorokan, dan kedalam bagian tengah dari esofagus. Larutan asam yang diencerkan
dan larutan garam normal dituangkan secara bergantian melalui kateter dan kedalam esofagus.
Pasien tidak sadar larutan mana yang sedang di-infuskan. Jika penuangan dengan asam
membangkitkan nyeri pasien yang biasa dan penuangan dari larutan garam tidak menghasilkan
nyeri, kemungkinan adalah bahwa nyeri pasien disebabkan oleh refluks asam.
Tes penuangan asam, bagaimanapun, digunakan hanya secara jarang sekali. Tes yang lebih baik
untuk menghubungkan nyeri dan refluks asam adalah studi 24 jam pH esofagus atau kapsul pH
dimana selama tes ini pasien-pasien mencatat ketika mereka mempunyai neri. Kemudian dapat
ditentukan dari rekaman pH jika ada episode refluks asam pada saat nyeri. Ini adalah cara yang
disukai dalam memutuskan apakah refluks asam menyebabkan nyeri pasien. Ia tidak bekerja
baik, bagaimanapun, untuk pasien-pasien yang mempunyai nyeri yang jarang, contohnya setiap
dua-tiga hari, yang mungkin luput (tidak tertangkap) oleh studi pH satu atau dua hari. Pada
kasus-kasu ini, tes penuangan asam mungkin adalah layak/pantas.
Merawat PRGE/GERD
Perubahan-Perubahan Gaya Hidup
Salah satu dari perawatan-perawatan yang paling sederhana untuk PRGE/GERD dirujuk sebagai
perubahan-perubahan gaya hidup, kombinasi dari beberapa perubahan-perubahan dalam
kebiasaan, terutama yang berhubungan dengan makan.
Seperti didiskusikan diatas, refluks asam adalah lebih berbahaya pada malam hari daripada pada
waktu siang hari. Pada malam hari, ketika individu-individu berbaring terlentang, refluks lebih
mudah terjadi. Penyebab dari lebih mudah terjadi adalah karena gaya berat tidak melawan
refluks, seperti yang ia lakukan pada posisi tegak lurus sewaktu siang hari. Sebagai tambahan,
kekurangan dari efek gaya berat mengizinkan cairan yang dialirkan balik berjalan lebih jauh
keatas esofagus dan menetap dalam esofagus lebih lama. Persoalan-persoalan ini dapat diatasi
sebagian dengan menaikan tubuh bagian atas dalam ranjang. Kenaikan dilakukan dengan
menempatkan balok-balok dibawah kaki-kaki ranjang pada kepala ranjang atau, lebih nyaman,
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
dengan tidur dengan tubuh bagian atas diatas baji (wedge). Maneuver-maneuver ini menaikan
esofagus diatas lambung dan secara parsial memulihkan efek-efek gaya berat. Adalah penting
bahwa tubuh bagian atas dan bukan hanya kepala yang dinaikan. Menaikan hanya kepala tidak
mengangkat esofagus dan gagal untuk memulihkan efek-efek gaya berat.
Pengangkatan tubuh bagian atas pada malam hari umumnya direkomendasikan untuk semua
pasien-pasien dengan PRGE/GERD. Meskipun demikian, kebanyakan pasien-pasien dengan
PRGE/GERD mempunyai refluks hanya pada siang hari dan pengangkatan pada malam hari
hampir tidak bermanfaat untuk mereka. Adalah tidak mungkin untuk mengetahui dengan pasti
pasien-pasien yang mana akan mendapat manfaat dari pengangkatan waktu malam hari kecuali
pengujian asam dengan jelas menunjukan refluks malam hari. Bagaimanapun, pasien-paien yang
mempunyai heartburn, muntah, atau gejala-gejala lain dari PRGE/GERD pada malam hari
mungkin mengalami refluks pada malam hari dan secara definitif harus menggunakan
pengangkatan tubuh bagian atas. Refluks juga terjadi kurang sering ketika pasien-pasien
berbaring pada sisi kirinya daripada pada sisi kanannya.
Makanan-makanan tertentu diketahui mengurangi tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah
dan dengan demikian memajukan refluks. Nakanan-nakanan harus dihindari dan termasuk:
coklat,
peppermint,
alkohol, dan
minuman-minuman yang ber-kafein.
Makanan-makanan berlemak (yang harus dikurangi) dan merokok (yang harus dihentikan) juga
mengurangi tekanan pada sfingter dan memajukan refluks.
Satu pendekatan baru pada perawatan dari PRGE/GERD adalah mengunyah permen karet.
Mengunyah permen karet menstimulasi produksi yang lebih banyak dari air liur yang
mengandung bicarbonate dan meningkatkan kecepatan menelan. Setelah air liur ditelan, ia
menetralkan asam dalam esofagus. Pada efeknya, mengunyah permen karet membesar-besarkan
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
salah satu dari proses-proses normal yang menetralkan asam dalam esofagus. Adalah tidak jelas,
bagaimanapun, seberapa efektifnya mengunyah permen karet sebenarnya dalam merawat
heartburn. Meskipun demikian, mengunyah permen karet setelah makan-makan secara pasti
adalah berharga untuk dicoba.
Antacid-Antacid
Meskipun dengan perkembangan dari obat-obat yang berpotensi untuk perawatan PRGE/GERD,
antacid-antacid tetap sebagai arus utama perawatan. Antacid-antacid menetralkan asam dalam
lambung sehingga tidak ada asam yang dialirkan balik (refluks). Persoalan dengan antacid-
antacid adalah bahwa aksi mereka adalah singkat. Mereka dikosongkan dari lambung yang
kosong dengan cepat, dalam waktu kurang dari satu jam, dan asam kemudian berakumulasi
kembali. Cara terbaik untuk meminum antacid-antacid, oleh karenanya, adalah kira-ira satu jam
setelah makan-makan atau tepat sebelum gejala-gejala dari refluks mulai setelah makan. Karena
makanan dari makan-makan memperlambat pengosongan dari lambung, antacid yang diminum
setelah makan berdiam dalam lambung lebih lama dan efektif lebih lama. Untuk sebab yang
sama, dosis kedua dari antacid-antacid kira-kira dua jam setelah makan mengambil keuntungan
dari pengosongan lambung yang terus menerus yang lebih perlahan setelah makan dan mengisi
kapasitas penetralan asam didalam lambung.
Pelambungan asam, bagaimanapun, telah tidak menunjukan kepentingannya secara klinik. Yaitu,
perawatan dengan calcium carbonate telah tidak ditunjukan kurang efektif atau aman daripada
perawatan dengan antacid-antacid yang tidak mengandung calcium carbonate. Meskipun
demikiaan, fenomena dari pelambungan asam secara teori berbahaya. Pada prakteknya, oleh
karenanya, antasid-antasid yang mengandung calcium semacam Tums dan Rolaids tidak
direkomendasikan. Penggunaan yang adakalanya dari antacid-antacid yang mengandung calcium
carbonate ini, bagaimanapun, tidak dipercayai membahayakan. Keuntungan-keuntungan dari
antacid-antacid yang mengandung calcium carbonate adalah biaya murah mereka , calcium yang
mereka tambahkan pada diet, dan kenyamanan-kenyamanan mereka dibanding pada cairan-
cairan.
Histamine antagonists
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Meskipun antacid-antacid dapat menetralkan asam, mereka lakukan begitu hanya untuk periode
waktu yang singkat. Untuk penetralan asam secara substansiil sepanjang hari, antacid-antacid
akan perlu diberikan seringkali, paling sedikit setiap jam.
Obat pertama yang dikembangkan untuk perawatan yang lebih efektif dan nyaman dari penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan asam, termasuk PRGE/GERD, adalah histamine antagonist,
terutama cimetidine (Tagamet). Histamine adalah kimia yang penting karena ia menstimulasi
produksi asam oleh lambung. Dilepas didalam dinding lambung, histamine melekat pada
reseptor-reseptor pada sel-sel yang menghasilkan asam lambung dan menstimulasi sel-sel untuk
menghasilkan asam. Histamine antagonists bekerja dengan menghalangi reseptor histamine dan
dengan demikian mencegah histamine menstimulasi sel-sel penghasil asam. Histamine
antagonists dirujuk sebagai H2 antagonists karena reseptor spesifik yang mereka halangi adalah
reseptor histamine tipe 2.
Karena histamine adalah terutama penting untuk stimulasi asam setelah makan-makan, H2
antagonists paling baik diminum 30 menit sebelum makan-makan. Sebab untuk pemilihan waktu
ini adalah supaya H2 antagonists akan berada pada tingkat-tingkat puncaknya dalam tubuh
setelah makan ketika lambung dengan aktif menghasilkan asam. H2 antagonists juga dapat
diminum pada waktu tidur untuk menekan produksi asam waktu malam hari.
Tipe obat kedua yang dikembangkan secara spesifik untuk penyakit-penyakt yang berhubungan
dengan asam, seperti PRGE/GERD, adalah proton pump inhibitor (PPI), secara spesifik,
omeprazole (Prilosec). PPI menghalangi pengeluaran (sekresi) asam kedalam lambung oleh sel-
sel yang mengsekresikan asam. Keuntungan dari PPI atas H2 antagonist adalah bahwa PPI
menutup produksi asam lebih dengan sepenuhnya dan untuk periode waktu yang lebih panjang.
Tidak hanya PPI baik untuk merawat gejala-gejala heartburn, namun ia juga baik untuk
melindungi esofagus dari asam sehingga peradangan esofagus dapat sembuh.
PPIs digunakan ketika H2 antagonists tidak menghilangkan cukup gejala-gejala atau ketika
komplikasi-komplikasi dari PRGE/GERD seperti erosi-erosi atau borok-borok, penyempitan-
penyempitan (strictures), atau Barrett's esophagus hadir. Lima PPIs berbeda disetujui untuk
perawatan PRGE/GERD, termasuk omeprazole (Prilosec), lansoprazole (Prevacid),
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Obat-obat pro-motilitas adalah paling efektif ketika diminum 30 menit sebelum makan-makan
dan sekali lagi pada saat tidur. Mereka tidak sangat efektif untuk merawat gejala-gejala atau
komplikasi-komplikasi dari PRGE/GERD. Oleh karenanya, agen-agen pro-motilitas dicadangkan
untuk pasien-pasien yang tidak merespon pada perawatan-perawatan lain atau ditambahkan
untuk meningkatkan perawatan-perawatan lain untuk PRGE/GERD.
Rintangan-Rintangan Busa
Operasi
Obat-obat yang digambarkan diatas biasanya efektif dalam merawat gejala-gejala dan
komplikasi-komplikasi dari PRGE/GERD. Meskipun demikian, adakalanya mereka tidak efektif.
Contohnya, meskipun dengan penekanan asam yang cukup dan pembebasan dari heartburn,
muntah, dengan potensi-potensinya untuk komplilkasi-komplikasi dalam paru-paru, mungkin
masih terjadi. Lebih dari itu, jumlah-jumlah dan/atau angka-angka dari obat-obat yang
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
diperlukan untuk perawatan yang memuaskan adakalanya begitu besar sehingga perawatan obat
adalah tidak layak. Pada situasi-situasi semaca ini, operasi dapat secara efektif menghentikan
refluks.
Prosedur operasi yang dilakukan untuk mencegah refluks secara teknik dikenal sebagai
fundoplication dan disebut operasi refluks atau operasi anti-refluks. Sewaktu fundoplication,
segala kantong hiatal hernial ditarik kebawah diafragma dan dijahit disana. Sebagai tambahan,
bukaan (opening) pada diafragma yang melaluinya esofagus lewat diperketat sekitar esofagus.
Akhirnya, bagian atas dari lambung yang berdekatan pada bukaan dari esofagus kedalam
lambung dibungkus sekitar esofagus bagian bawah untuk membuat sfingter esofagus bagian
bawah tiruan. Semua dari operasi ini dapat dilakukan melalui sayatan pada perut (laparotomy)
atau menggunakan teknik yang disebut laparoscopy. Sewaktu laparoscopy, alat penglihat kecil
dan alat-alat operasi dimasukan melalui beberapa tempat-tempat tusukan yang kecil pada perut.
Prosedur ini menghindari keperluan untuk sayatan perut yang besar.
Operasi adalah sangat efektif dalam menghilangkan gejala-gejala dan merawat komplikasi-
komplikasi dari PRGE/GERD. Kira-kira 80% dari pasien-pasien akan mempunyai pembebasan
yang baik dari gejala-gejala mereka untuk paling sedikit 5 sampai 10 tahun. Meskipun demikian,
banyak pasien-pasien yang telah mempunyai operasi — mungkin sebanyak setengah — akan
terus menerus meminum obat untuk refluks. Adalah tidak jelas apakah mereka meminum obat-
obat karena mereka terus menerus mempunyai refluks dan gejala-gejala refluks atau mereka
meminumnya untuk gejala-gejala yang sedang disebabkan oleh persoalan-persoalan yang lain
daripada PRGE/GERD. Komplikasi yang paling umum dari fundoplication adalah menelan
makanan yang menempel pada sfingter tiruan. Untungnya, penempelan biasanya adalah
sementara. Jika itu bukan sementara, perawatan endoskopi untuk meregangkan (melebarkan)
sfingter tiruan biasanya akan menghilangkan persoalan. Hanya adakalanya perlu untuk operasi
kembali untuk merevisi operasi sebelumnya.
Endoskopi
Tipe kedua melibatkan aplikasi dari gelombang-gelombang frekwensi radio pada bagian bawah
dari esofagus tepat diatas sfingter. Gelombang-gelombang menyebabkan kerusakan pada
jaringan dibawah lapisan esofagus dan bekas luka atau parut (fibrosis) terbentuk. Bekas luka
menyusut dan menarik jaringan sekitarnya, dengan demikian memperketat sfingter dan area
diatasnya.
Tipe ketiga dari perawatan endoskopik melibatkan suntikan dari material-material kedalam
dinding esofagus pada area dari LES. Material yang disuntikan dimaksudkan untuk
meningkatkan tekanan pada LES dan dengan demikian mencegah refluks. Pada satu perawatan
material yang disuntikan adalah polymer. Sayangnya, penyuntikan dari polymer menjurus pada
komplikasi-komplikasi yang serius, dan material untuk suntikan tidak lagi tersedia. Perawatan
yang lain melibatkan suntikan dari pellet-pellet yang dapat mengembang juga telah dihentikan.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Informasi yang terbatas tersedia tentang tipe ketiga dari suntikan yang menggunakan gelatinous
polymethylmethacrylate microspheres.
Relaksasi-relaksasi LES sementara nampaknya menjadi cara yang paling umum dimana refluks
asam tejadi. Meskipun tersedia obat-obat yang mencegah relaksasi-relaksasi, mereka mempunyai
terlalu banyak efek-efek sampingan untuk bermanfaat secara keseluruhan. Banyak perhatian
sedang diarahkan pada perkembangan dari obat-obat yang mencegah relaksasi-relaksasi ini tanpa
penyertaan efek-efek sampingan.
Untuk heartburn yang jarang, gejala yang paling umum dari PRGE/GERD, perubahan-perubahan
gaya hidup dan antacid yang adakalanya mungkin adalah semua yang diperlukan. Jika heartburn
adalah seringkali, H2 antagonists harian yang tidak diresepkan mungkin diperlukan. Rintangan
busa juga dapat digunakan dengan antacid atau H2 antagonist.
Jika perubahan-perubahan gaya hidup dan antacid-antacid, H2 antagonists yang tidak diresepkan,
dan rintangan busa tidak secara cukup menghilangkan heartburn, adalah waktunya untuk
mengunjungi seorang dokter untuk evaluasi lebih jauh dan untuk mempertimbangkan obat-obat
yang berkekuatan resep. Evaluasi oleh dokter harus termasuk penilaian untuk kemungkinan
komplikasi-komplikasi dari PRGE/GERD berdasarkan pada kehadiran gejala-gejala atau
penemuan-penemuan seperti:
batuk,
asma,
keparauan suara,
luka tenggorokan,
kesulitan menelan,
infeksi paru yang tidak dapat dijelaskan, atau
anemia (disebabkan oleh perdarahan dari peradangan atau pemborokan esofagus).
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Jika tidak ada gejala-gejala atau tanda-tanda dari komplikasi-komplikasi dan tidak ada
kecurigaan dari penyakit-penyakit lain, percobaan therapeutic dari penekanan asam denagn H2
antagonists seringkali digunakan. Jika H2 antagonists tidak cukup efektif, percobaan kedua,
dengan PPIs yang lebih kuat, dapat diberikan. Adakalanya, percobaan dari perawatan mulai
dengan PPI dan H2 antagonist dilewati. Jika perawatan menghilangkan gejala-gejala
sepenuhnya, mungkin tidak perlu ada evaluasi lebih jauh dan obat yang efektif, H2 antagonist
atau PPI, diteruskan. Seperti didiskusian sebelumnya, bagaimanapun, ada persoalan-persoalan
yang potensial dengan pendekatan yang digunakan secara umum ini, dan beberapa dokter-dokter
akan merekomendasikan evaluasi yang lebih jauh untuk hampir semua pasien-pasien yang
mereka rawat.
Jika pada saat evaluasi, ada gejala-gejala atau tanda-tanda yang menyarankan PRGE/GERD yang
menyulitkan atau penyakit lain dari PRGE/GERD atau jika pembebasan dari gejala-gejala
dengan H2 antagonists atau PPIs tidak memuaskan, evaluasi lebih jauh dengan endoskopi (EGD)
dengan pasti harus dilakukan.
Ada beberapa kemungkinan hasil-hasil dari endoskopi dan setiapnya memerlukan pedeketan
yang berbeda pada perawatan. Jika esofagusnya normal dan tidak ada penyakit-penyakit lainnya
ditemukan, tujuan dari perawatan adalah hanya membebaskan gejala-gejala. Oleh karenanya,
meresepkan H2 antagonists atau PPIs yang kuat adalah tepat. Jika kerusakan pada esofagus
(esophagitis atau pemborokan) ditemukan, tujuan dari perawatan adalah menyembuhkan
kerusakan. Pada ksus ini, PPIs lebih disukai daripada H2 antagonists karena mereka lebih efektif
untuk penyembuhan.
Jika gejala-gejala dari PRGE/GERD tidak merespon pada dosis maksimum dari PPI, ada dua
pilihan untuk manajemen. Yang pertama adalah melakukan pengujian pH 24 jam untuk
menentukan apakah PPI tidak efektif atau jika penyakit yang lain dari PRGE/GERD
kemungkinan hadir. Jika PPI tidak efektif, dosis PPI yang lebih tinggi mungkin dicoba. Pilihan
kedua adalah berjalan terus tanpa pengujian pH 24 jam dan meningkatkan dosis PPI. Alternatif
lain adalah menambahkan obat lain pada PPI yang bekerja dalam cara yang berbeda dari PPI,
contohnya, obat pro-motilitas atau rintangan busa. Jika perlu, semuanya dari tiga tipe obat-obat
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
dapat digunakan. Jika tidak ada respon yang memuaskan pada perawatan yang maksimal ini,
pengujian pH 24 jam harus dilakukan.
Siapa harus mempertimbangkan operasi atau, mungkin, percobaan perawatan endoskopik untuk
PRGE/GERD? Seperti disebutkan sebelumnya, keefektifan dari perawatan-perawatan
endoskopik yang baru-baru ini dikembangkan tetap masih harus ditentukan. Pasien-pasien harus
mempertimbangka operasi jika mereka mempunyai regurgitasi (muntah) yang tidak dapat
dikontrol dengan obat-obat. Rekomendasi ini terutama penting jika regurgitasi (muntah)
berakibat pada infeksi-infeksi pada paru-paru atau terjadi pada malam hari ketika aspirasi
(penghisapan) kedalam paru-paru adalah lebih mungkin. Pasien-pasien juga harus
mempertimbangkan operasi jika mereka memerlukan dosis-dosis yang tinggi dari PPI atau
beragam obat-obat untuk mengontrol refluks mereka. Masih diperdebatkan apakah keinginan
untuk bebas dari keperluan meminum obat-obat seumur hidup untuk mencegah gejala-gejala dari
PRGE/GERD adalah sebab yang memuaskan untuk mempunyai operasi atau tidak.
Satu hal yang belum terselesaikan pada PRGE/GERD adalah hubungan-hubungan yang tidak
konsisten diantara reflus asam, heartburn, dan kerusakan pada lapisan esofagus (esophagitis dan
komplikasi-komplikasi).
1. Mengapa hanya sedikit dari banyak episode-episode refluks asam yang terjadi pada
pasien-pasien dengan PRGE/GERD menyebabkan heartburn ?
2. Mengapa beberapa pasien-pasien dengan peningkatan refluks asam yang ringan
mengembangkan heartburn, sementyara pasien-pasien yang lain dengan jumlah refluks
asam yang sama tidak ?
3. Mengapa heartburn biasanya terjadi pada esofagus yang tidak mempunyai kerusakan
yang terlihat ?
4. Mengapa beberapa pasien-pasien dengan lebih banyak kerusakan pada esofagus
mempunyai lebih sedikit heartburn daripada pasien-pasien dengan tidak ada kerusakan ?
5. Apakah heartburn tidak berhubungan dengan peradangan namun agaknya pada
penyerapan asam diseluruh lapisan esofagus melalui ruang-ruang yang diperlebar antara
sel-sel lapisan ?
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Dengan jelas, kita harus banyak belajar tentang hubungan-hubungan antara refluks asam dan
kerusakan esofagus, dan tentang proses-proses (mekanisme-mekanisme) yang bertanggung
jawab untuk heartburn. Persoalan ini adalah lebih daripada perhatian yang dilewatkan.
Pengetahuan dari mekanisme-mekanisme yang menghasilkan heartburn dan kerusakan esofagus
menaikan kemungkinan dari perawatan-perawatan baru yang akan mentargetkan proses-proses
selain dari refluks asam.
Salah satu dari teori-teori yang lebih menarik yang telah diusulkan untuk menjelaskan beberapa
dari pertanyaan-pertanyaan ini melibatkan sebab untuk nyeri ketika asam dialirkan balik.
Seringkali diasumsikan bahwa nyeri disebabkan oleh asam yang mengiritasi mengadakan kontak
dengan lapisan esofagus yang meradang. Namun lapisan esofagus biasanya tidak meradang.
Adalah mungkin oleh karenanya bahwa asam menstimulasi syaraf nyeri didalam dinding
esofagus tepat dibawah lapisan. Meskipun ini mungkin adalah kasusnya, penjelasan kedua
didukung oleh kerja dari sekelompok ilmuwan-ilmuwan. Ilmuwan-ilmuwan ini menemukan
bahwa heartburn yang diprovokasi oleh asam dalam esofagus berhubungan dengan kontraksi otot
pada esofagus bagian bawah. Mungkin itu adalah kontraksi otot yang entah bagaimana menjurus
pada nyeri. Adalah juga mungkin, bagaimanapun , bahwa kontraksi adalah epiphenomenon,
yaitu, refluks asam menstimulasi syaraf-syaraf nyeri dan menyebabkan otot untuk berkontraksi,
namun itu bukanlah kontraksi yang menyebabkan nyeri. Lebih banyak studi-studi akan
diperlukan sebelum mekanisme-mekanisme yang tepat yang menyebabkan heartburn jelas.
Hanya 10% dari pasien-pasien dengan PRG/GERD mempunyai Barrett's esophagus. Beberapa
dokter-dokter telah menyarankan bahwa semua pasien-pasien dengan PRGE/GERD harus
disaring dengan endoskopi untuk kehadiran dari Barrett's. Kemudian, jika mereka mempunyai
Barrett's, mereka dapat menjalani pengawasan endoskopik secara teratur untuk perkembangan
dari kanker. Untuk kebanyakan dokter-dokter, bagaimanapun, penyaringan semua pasien-pasien
dengan PRGE/GERD tampaknya tidak layak karena itu akan memerlukan peningkatan yang
sangat besar dalam biaya perawatan unutk pasien-pasien dengan PRGE/GERD.
Satu studi menyarankan bahwa kanker dari esofagus berkembang lebih sering pada pasien-pasien
yang telah mempunyai heartburn lebih seringkali dan/atau untuk periode waktu yang panjang.
Sesuai dengannya, mungkin penyaringan untuk Barrett's esophagus adalah realistik hanya untuk
pasien-pasien PRGE/GERD yang dengan heartburn yang seringkali dan berkepanjangan.
Bagaimanapun, studi-studi harus menunjukan nilai dari pendekatan ini.
Meskipun Barrett's esophagus dengan jelas adalah kondisi pra-kanker, hanya sebagian kecil dari
pasien-pasien dengan Barrett's esophagus akan mengembangkan kanker. Lebih dari itu,
pengawasan endoskopik periodik untuk kanker adalah mahal dan setiap endoskopi menempatkan
pasien pada risiko yang sedikit untuk komplikasi-komplikasi dari endoskopi. Jadi, penyelidik-
penyelidik sedang mencari jalan-jalan yang lebih baik untuk menentukan pasien-pasien yang
mana dengan Barrett's adalah lebih mungkin mengembangkan kanker dan memerlukan lebih
sering pengawasan endoskopik dan pasien-pasien yang mana jarang memerlukan pengawasan
atau, mungkin tidak perlu pengawasan. Sesuai dengannya, mereka sedang mengevaluasi teknik-
teknik baru (contohnya, analisa dari sel-sel DNA) untuk menguji lebih mendetil sel-sel yang
telah berubah pada esofagus dari pasien-pasien dengan Barrett's. Dalam cara ini, penyelidik-
penyelidik sedang mencoba untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan sel yang dapat
memprediksi perkembangan kanker di kemudian hari.
Perawatan standar untuk kanker-kanker dini pada Barrett's esophagus adalah pengangkatan
secara operasi dari bagian esofagus (esophagectomy). Ini adalah operasi besar. Bagaimanpun,
beberapa prosedur-prosedur eksperimental yang tidak memerlukan operasi sedang dievaluasi
untuk merawat kanker-kanker dini. Contohnya, terapi fotodinamik adalah prosedur dimana
kanker-kanker dihancurkan dengan cahaya setelah mereka telah dibuat peka pada cahaya oleh
suntikan intravena dari kimia-kimia yang peka cahaya. Prosedur yang lain secara endoskopik
memotong keluar lapisan dari esofagus yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dari
Barrett's.
Refluks asam secara jelas adalah berbahaya pada esofagus. Bagaimana tentang refluks bukan
asam ? Seperti didiskusikan sebelumnya, ada agen-agen yang berpotensi membahayakan yang
dapat dialirkan balik selain daripada asam, contohnya, empedu. Pengujian asam esofagus secara
akurat mengidentifikasi refluks asam dan telah menjadi sangat bermanfaat dalam mempelajari
efek-efek asam yang berbahaya. Sampai dengan baru-baru ini adalah tidak mungkin atau sulit
untuk secara akurat mengidentifikasi refluks bukan asam dan, oleh karenanya, untuk
mempelajari apakah refluks bukan asam berbahaya atau tidak atau dapat menyebabkan gejala-
gejala.
Teknologi baru mengizinkan penentuan yang akurat dari refluks bukan asam. Teknologi ini
menggunakan pengukuran dari perubahan-perubahan impedansi didalam esofagus untuk
mengidentifikasi refluks cairan, apakah itu asam atau bukan asam. Dengan menggabungkan
pengukuran dari impedansi dan pH adalah mungkin untuk mengidentifikasi refluks dan untuk
memberitahukan apakah refluks adalah asam atau bukan asam. Adalah terlalu dini untuk
mengetahui seberapa pentingnya refluks bukan asam dalam menyebabkan kerusakan esofagus,
gejala-gejala, atau komplikasi-komplikasi, namun ada sedikit keraguan bahwa teknologi baru ini
akan mampu untuk menyelesaikan hal-hal yang mengelilingi refluks bukan asam.
Penyebab PRGE/GERD
Penyebab dari PRGE/GERD adalah kompleks. Mungkin ada berbagai penyebab-penyebab, dan
penyebab-penyebab yang berbeda mungkin bekerja pada individu-individu yang berbeda, atau
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
bahkan pada individu yang sama pada waktu-waktu yang berbeda. Sejumlah kecil pasien-pasien
dengan PRGE/GERD menghasilkan jumlah-jumlah asam yang besarnya abnormal, namun ini
adalah tidak umum dan bukan faktor yang berkontribusi pada mayoritas yang sangat luas dari
pasien-pasien. Faktor-faktor yang berkontribusi pada PRGE/GERD adalah sfingter esofagus
bagian bawah, hiatal hernias, kontraksi-kontraksi esofagus, dan pengosongan dari lambung.
Aksi dari sfingter esofagus bagian bawah atau lower esophageal sphincter (LES) mungkin
adalah faktor (mekanisme) yang paling penting untuk mencegah refluks (pengaliran balik).
Esofagus adalah tabung yang berotot yang memanjang dari tenggorokan bagian bawah ke
lambung. LES adalah cincin dari otot yang khusus yang mengelilingi ujung yang paling bawah
dari esofagus dimana ia bergabung dengan lambung. Otot yang membentuk LES adalah aktif
pada kebanyakan waktu. Ini berarti bahwa ia berkontraksi dan menutup jalan lintas dari esofagus
kedalam lambung. Penutupan dari jalan lintas ini mencegah refluks. Ketika makanan atau air liur
ditelan, LES mengendur untuk beberapa detik untuk mengizinkan makanan atau air liur untuk
lewat dari esofagus kedalam lambung, dan kemudian ia menutup kembali.
Beberapa kelainan-kelainan yang berbeda dari LES telah ditemukan pada pasien-pasien dengan
PRGE/GERD. Dua dari mereka melibatkan fungsi dari LES. Yang pertama adalah kontraksi LES
yang lemahnya abnormal, yang mengurangi kemampuannya untuk mencegah refluks. Yang
kedua adalah pengendoran-pengendoran (relaksasi-relaksasi) dari LES yang abnormal, yang
disebut transient LES relaxations. Mereka adalah abnormal dalam bahwa mereka tidak
menyertai menelan dan mereka berlangsung untuk waktu yang lama, sampai ke beberapa menit.
Relaksasi-relaksasi yang berkepanjangan ini mengizinkan terjadinya refluks dengan lebih
mudah. Transient LES relaxations (relaksasi-relaksasi LES yang sementara) terjadi pada pasien-
pasien dengan PRGE/GERD paling umum setelah makan ketika lambung digelembungkan
dengan makanan. Transient LES relaxations juga terjadi pada indivdu-individu tanpa
PRGE/GERD, namun mereka jarang.
Kelainan yang paling baru-baru ini digambarkan pada pasien-pasien dengan PRGE/GERD
adalah kelemahan dari LES. Secara spesifik, tekanan-tekanan yang menggelembungkan yang
serupa membuka LES lebih besar pada pasien-pasien dengan PRGE/GERD daripada pada
individu-individu tanpa PRGE/GERD. Paling sedikit secara teori, ini akan mengizinkan
pembukaan yang lebih mudah dari LES dan/atau aliran balik yang lebih besar dari asam kedalam
esofagus ketika LES terbuka.
Hiatal Hernia
Hiatal hernias berkontribusi pada refluks, meskipun cara dimana mereka berkontribusi tidak
jelas. Mayoritas dari pasien-pasien dengan PRGE/GERD mempunyai hiatal hernias, namun
banyak yang tidak mempunyai. Oleh karenanya, adalah tidak perlu untuk mempunyai hiatal
hernia dalam rangka untuk mempunyai PRGE/GERD. Lebih dari itu, banyak orang-orang
mempunyai hiatal hernias namun tidak mempunyai PRGE/GERD. Tidak diketahui dengan pasti
bagaimana atau mengapa hiatal hernias berkembang.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Normalnya, LES berlokasi pada tingkat permukaan yang sama dimana esofagus lewat dari dada
melalui diafragma dan kedalam perut. Diafrgama adalah sekat horisontal yang berotot yang
memisahkan dada dari perut. Ketika disana ada hiatal hernia, bagian kecil dari lambung bagian
atas yang menyambung pada esofagus mendorong naik melalui diafragma. Sebagai akibatnya,
sebagian kecil dari lambung dan LES terletak di dada, dan LES tidak lagi pada tingkat
permukaan dari diafragma.
Nampkanya bahwa diafragma yang mengelilingi LES adalah penting dalam mncegah refluks. Itu
adalah, pada individu-individu tanpa hiatal hernias, diafragma yang mengelilingi esofagus
berkontraksi terus menerus, namun kemudian mengendur dengan menelan, tepat seperti LES.
Catat bahwa efek-efek dari LES dan diafragma terjadi pada lokasi yang sama pada pasien-pasien
tanpa hiatal hernias. Oleh karenanya, rintangan pada refluks adalah sama pada jumlah dari
tekanan-tekanan yang dihasilkan oleh LES dan diafragma. Ketika LES bergerak kedalam dada
dengan hiatal hernia, diafragma dan LES terus menerus menggunakan tekanan-tekanan mereka
dan efek rintangan. Bagaimanapun, mereka sekarang lakukan begitu pada lokasi-lokasi yang
berbeda. Sebagai konsekwensi, tekanan-tekanan tidak lagi aditip. Sebagai gantinya, rintangan
tekanan tinggi yang tunggal pada refluks digantikan oleh dua rintangan-rintangan dari tekanan
yang lebih rendah, dan refluks maka terjadi lebih dengan mudah. Jadi, mengurangi rintangan
tekanan adalah satu cara yang hiatal hernia dapat kontribusikan pada refluks.
Ada cara kedua dimana hiatal hernias mungkin berkontribusi pada refluks. Ketika hiatal hernia
hadir, ada kantong hernial, yang adalah kantong kecil dari lambung diatas diafragma. Kantong
terjepit dari esofagus diatas oleh LES dan dari lambung dibawah oleh diafragma. Apa yang
penting tentang situasi ini adalah bahwa kantong dapat menjerat asam yang datang dari lambung.
Jeratan ini mempertahankan asam dekat pada esofagus. Sebagai akibatnya, adalah lebih mudah
untuk asam untuk refluks (mengalir balik) ketika LES mengendor dengan menelan atau relaksasi
sementara (transient relaxation).
Akhirnya, ada cara ketiga dimana hiatal hernias mugkin berkontribusi pada refluks. Esofagus
normalnya bergabung dengan lambung secara miring, yang berarti tidak lurus atau pada sudut 90
derajat. Disebabkan oleh tempat masuk dengan sudut miring ini, penutup dari jaringan terbentuk
antara lambung dan esofagus. Penutup dari jaringan ini dipercayai bekerja seperti katup/klep,
menutup esofagus dari lambung dan mencegah refluks. Ketika disana ada hiatal hernia, tempat
masuk dari esofagus kedalam lambung ditarik keatas kedalam dada. Oleh karenanya, penutup
yang seperti klep menyimpang atau menghilang dan tidak lagi dapat membantu mencegah
refluks.
Kontraksi-Kontraksi Esofagus
Seperti disebutkan sebelumnya, menelan adalah penting dalam mengeliminasi asam dalam
esofagus. Menelan menyebabkan kontraksi dari otot esofagus yang seperti gelombang cincin,
yang menyempitkan lumen (rongga bagian dalam) dari esofagus. Kontraksi, dirujuk sebagai
peristalsis, mulai pada esofagus bagian atas dan berjalan ke esofagus bagian bawah. Ia
mendorong makanan, air liur, dan apa saja dalam esofagus kedalam lambung.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Ketika gelombang dari kontraksi cacat/tidak sempurna, asam yang dialirkan balik tidak didorong
balik kedalam lambung. Pada pasien-pasien dengan PRGE/GERD, beberapa kelainan-kelainan
dari kontraksi telah digambarkan. Contohnya, gelombang-gelombang dari kontraksi mungkin
tidak dapat mulai setelah setiap kali menelan atau gelombang-gelombang dari kontraksi mungkin
hilang lenyap sebelum mereka mencapai lambung. Juga, tekanan yang dihasilkan oleh kontraksi-
kontraksi mungkin terlalu lemah untuk mendorong asam balik kedalam lambung. Kelainan-
kelainan semacam ini dari kontraksi, yang mengurangi pembersihan asam dari esofagus,
ditemukan seringkali pada pasien-pasien dengan PRGE/GERD. Faktanya, mereka ditemukan
paling sering pada pasien-pasien yang dengan PRGE/GERD yang paling parah. Efek-efek dari
kontraksi-kontraksi esofagus yang abnormal akan diharapkan memburuk pada malam hari ketika
gaya berat tidak membantu untuk mengembalikan asam yang dialirkan balik kedalam lambung.
Catat bahwa merokok pada hakekatnya juga mengurangi pembersihan asam dari esofagus. Efek
ini berlanjut untuk paling sedikit 6 jam setelah sigaret terakhir.
Pengosongan Lambung
PRGE/GERD adalah kondisi kronis. Sekali ia mulai, ia biasanya adalah seumur hidup. Jika ada
luka pada lapisan esofagus (esophagitis), ini juga adalah kondisi kronis. Lebih dari itu, setelah
esofagus telah sembuh dengan perawatan dan perawatan dihentikan, luka akan kembali pada
kebanyakan pasien-pasien dalam beberapa bulan. Sekali perawatan untuk PRGE/GERD dimulai,
oleh karenanya, ia biasanya akan perlu diteruskan secara tidak terbatas meskipun diperdebatkan
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
bahwa pada beberapa pasien-pasien dengan gejal-gejala yang sebentar-sebentar dan tidak ada
esophagitis, perawatan dapat sebentar-sebentar dan dilakukan hanya selama periode-periode
simptomatik.
Faktanya, refluks (aliran balik) dari isi-isi yang cair dari lambung kedalam esofagus terjadi pada
kebanyakan individu-individu yang normal. Satu studi menemukan bahwa refluks terjadi sama
seringnya pada individu-individu normal dan pada pasien-pasien dengan PRGE/GERD. Pada
pasien-pasien dengan PRGE/GERD, bagaimanapun, cairan yang dialirkan kembali lebih
seringkali mengandung asam, dan asam tinggal dalam esofagus lebi lama. Juga telah ditemukan
bahwa cairan mengalir kembali ke tingkat yang lebih tinggi dalam esofagus pada pasien-pasien
dengan PRGE/GERD daripada individu-individu normal.
Gaya berat, menelan, dan air liur adalah mekanisme pelindung yang penting untuk esofagus,
namun mereka efektif hanya ketika individu-individu berada pada posisi tegak lurus. Pada waktu
malam hari ketika sedang tidur, gaya berat tidak mempunyai efek, menelan berhenti, dan sekresi
dari air liur berkurang. Oleh karenanya, refluks yang terjadi pada malam hari lebih mungkin
berakibat pada asam yang tertinggal lebih lama dalam esoagus dan menyebabkan kerusakan yang
lebih besar pada esofagus.
DEFINISI
Pada gastroesophageal reflux (penyakit gastroesophageal reflux (GERD)), asam perut dan enzim
mengalir kembali dari perut menuju kerongkongan, menyebabkan peradangan dan nyeri pada
kerongkongan.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Reflux terjadi ketika otot berbentuk cincin yang secara normal mencegah isi perut pada
perut dari mengalir kembali menuju kerongkongan (esophageal sphincter bagian bawah)
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Gejala yang paling umum adalah rasa panas dalam perut (nyeri terbakar dibelakang
tulang payudara).
Diagnosa tersebut didasarkan pada gejala-gejala.
Pengobatan adalah menghindari bahan-bahan pemicu (seperti alkohol dan makanan
asam) dan menggunakan obat-obatan yang mengurangi asam perut.
Lapisan perut melindungi perut dari efek asam itu sendiri. Karena kerongkongan mengeluarkan
lapisan pelindung serupa, asam perut dan enzim yang mengalir ke belakang (reflux) menuju
kerongkongan secara rutin menyebabkan gejala-gejala dan pada beberapa kasus kerusakan.
Asam dan enzim mengalir kembali ketika esophageal sphincter bagian bawah, otot berbentuk
cincin yang secara normal mencegah isi perut mengalir kembali menuju kerongkongan, tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Ketika seseorang berdiri atau duduk, gravitasi membantu untuk
mencegah isi perut mengalir kembali menuju kerongkongan, yang menjelaskan kenapa reflux
bisa memburuk ketika seseorang sedang berbaring. Reflux juga lebih mungkin untuk terjadi
segera setelah makan, ketika jumlah dan keasaman isi di dalam perut lebih tinggi dan otot
sphincter tidak mungkin untuk bekerja sebagaimana mestinya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya reflux termasuk pertambahan berat badan, makanan
berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat, alkohol, merokok tembakau, dan obat-
obatan tertentu. Jenis obat-obatan yang bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian
bawah termasuk apa yang memiliki efek antikolinergik (seperti berbagai antihistamin dan
beberapa antihistamin), Penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat. Alkohol dan kopi
juga berperan dengan merangsang produksi asam. Penundaan pengosongan perut (misal,
disebabkan diabetes atau penggunaan opioid) bisa juga memperburuk refluks.
GEJALA
Rasa panas dalam perut (rasa terbakar di belakang tulang payudara) adalah gejala yang paling
jelas pada gastroesophageal reflux. Kadangkala nyeri tersebut bahkan menjalar ke leher,
tenggorokan, dan wajah. Rasa panas dalam perut kemungkinan disertai dengan muntah, dimana
isi perut mencapai mulut.
Borok kerongkongan, adalah luka terbuka pada lapisan kerongkongan, bisa dihasilkan dari
refluks berulang. Mereka bisa menyebabkan nyeri yang biasanya berlokasi di belakang tulang
payudara atau persis di bawahnya, mirip dengan lokasi panas dalam perut.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Penyempitan (stricture) pada kerongkongan dari reflux membuat menelan makanan keras
meningkat lebih sulit. Penyempitan pada saluran udara bisa menyebabkan nafas yang pendek dan
berbunyi mengik. Gejala-gejala lain pada gastroesophageal reflux termasuk nyeri dada, luka
tenggorokan, suara parau, ludah berlebihan (water brash), rasa bengkak pada tenggorokan (rasa
globus), dan peradangan pada sinus (sinusitis).
Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks berulang, lapisan sel pada
kerongkongan bisa berubah (menghasilkan sebuah kondisi yang disebut kerongkongan Barrett).
Perubahan bisa terjadi bahkan pada gejala-gejala yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah sebelum
kanker dan berkembang menjadi kanker pada beberapa orang.
DIAGNOSA
Gejala-gejala menunjukkan pada diagnosis, dan pengobatan bisa dimulai tanpa tes diagnosa yang
rinci. Tes khusus biasanya disiapkan untuk situasi dimana diagnosa tersebut tidak jelas atau
pengobatan tidak memiliki gejala-gejala terkontrol. Penelitian pada kerongkongan menggunakan
endoskop (pipa pelihat elastis), penelitian sinar X, alat-alat penekan (manometry) pada
esophageal sphincter bagian bawah, dan tes pH kerongkongan (keasaman) kadangkala
diperlukan untuk membantu memastikan diagnosa dan untuk memeriksa komplikasi.
Endoskopi bisa memastikan diagnosa tersebut jika dokter menemukan bahwa orang tersebut
mengalami esophagitis atau kerongkongan barrett. Endoskopi juga membantu mengeluarkan
kanker esophageal. Sinar-X digunakan setelah minum carian barium (sebuah bahan yang
menguraikan secara singkat saluran pencernaan) dan kemudian berbaring pada mencondongkan
kepala lebih rendah dari kaki bisa menunjukkan reflux pada barium dari perut menuju
kerongkongan. Seorang dokter bisa menekan perut untuk meningkatkan kemungkinan reflux.
Sinar X digunakan setelah barium ditelan juga bisa menampakkan borok esophageal atau
penyempitan kerongkongan.
Alat-alat penekan pada esophageal sphincter bagian bawah mengindikasi kekuatan sphincter dan
bisa membedakan sphincter normal dari yang fungsinya buruk. Informasi yag diperoleh dari tes
ini membantu dokter memutuskan apakah operasi adalah pengobatan yang sesuai.
Beberapa dokter meyakini bahwa tes terbaik untuk gastroesophageal reflux adalah tes pH
esophageal. Pada tes ini, pipa tipis, elastis dengan sensor pemeriksa pada ujung dipasang melalui
hidung dan menuju kerongkongan bagian bawah. Ujung lainnya pada pipa ini ditempelkan pada
sebuah monitor yang dipakai orang tersebut pada sabuknya, monitor tersebut merekam kadar
asam pada kerongkongan, biasanya untuk 24 jam.
Disamping memastikan seberapa banyak reflux terjadi, tes ini mengidentifikasi hubungan antara
gejala-gejala dan reflux dan terutama sekali sangat membantu untuk orang yang mengalami
gejala-gejala yang tidak umum pada reflux. Tes pH kerongkongan diperlukan untuk semua orang
yang dipertimbangkan untuk operasi untuk memperbaiki gadtroesophageal reflux. Sebuah alat
baru (menggunakan sebuah pH elektroda kecil yang ditanamkan yang mengirimkan sebuah
sinyal) tersedia untuk orang yang tidak dapat menggunakan pipa di hidung mereka.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
PENGOBATAN
Banyak obat-obatan digunakan untuk mengobati gastritis dan peptic ulcer juga membantu
mencegah dan mengobati gastroesophageal reflux. Antacid digunakan pada waktu tidur,
misalnya, seringkali sangat membantu. Antasid bisa biasanya meringankan nyeri pada borok
kerongkongan dengan mengurangi jumlah asam yang sampai ke kekerongkongan.
Meskipun begitu, proton pump inhibitor, obat-obatan yang paling kuat untuk mengurangi
produksi asam, biasanya pengobatan yang paling efektif untuk gastroesophageal reflux, karena
bahkan asam dalam jumlah kecil bisa menyebabkan gejala-gejala signifikan. Obat-obatan yang
diperlukan untuk penyembuhan yang mengurangi asam perut melebihi periode 4 sampai 12
minggu. Borok tersebut sembuh dengan lambat, cenderung untuk berulang, dan, ketika kronik
dan berat, bisa meninggalkan penyempitan kerongkongan setelah penyembuhan.
Kerongkongan barrett tidak tampak ketika pengobatan meringankan gejala-gejala. Oleh karena
itu, orang dengan kerongkongan barrett diminta untuk melakukan penelitian endoskopi setiap 2
sampai 3 tahun untuk memastikan kondisi tersebut tidak menjadi kanker.
Operasi adalah salah satu pilihan untuk orang yang gejala-gejalanya tidak bereaksi terhadap
obat-obatan untuk orang yang mengalami esophagitis yang berlangsung lama bahkan setelah
gejala-gejala ringan. Sebagai tambahan, operasi kemungkinan pengobatan yang dianjurkan untuk
orang yang tidak suka prospek untuk menggunakan obat-obatan untuk beberapa tahun. prosedur
invasive secara minimal dilakukan melalui laparoscope tersedia. Meskipun begitu, 20 sampai 30
% orang yang mengalami prosedur ini mengalami efek samping, paling umum kesulitan menelan
dan merasa kembung atau perut tidak nyaman setelah makan.
PENCEGAHAN
Beberapa peralatan kemungkinan digunakan untuk meringankan gastroesophageal reflux.
Mengangkat kepala pada tempat tidur kira-kira 6 inci mencegah asam mengalir dari
kerongkongan sebagaimana seseorang tidur. Makanan dan obat-obatan yang menjadi penyebab
harus dihindari, sama seperti merokok.
Seorang dokter bisa meresepkan sebuah obat (misal, bethanechol atau metoclopramide) untuk
membuat sphincter bagian bawah lebih ketat. Kopi, ‘alkohol, minuman yang mengandung asam
seperti jus jeruk, minuman cola, dan saus salad yang berbahan dasar cuka, dan bahan-bahan lain
yang secara kuat merangsang perut untuk menghasilkan asam atau yang menghambat
pengosongan perut harus dihindari sebaiknya.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
ABSTRAK
Penyakit refluks gastroesofageal (gastroesophageal reflux disease, GERD) kurang umum
dijumpai dan derajat keparahan endoskopiknya lebih ringan di Asia dibandingkan di negara-
negara Barat. Namun, data saat ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan frekuensi
penyakit tersebut di Asia. Pemeriksaan baku emas untuk diagnosis GERD erosif adalah
endoskopi saluran cerna atas. Sementara itu, tidak terdapat pemeriksaan baku emas untuk
diagnosis penyakit refluks nonerosif (non-erosive reflux disease, NERD) dan diagnosisnya
mengandalkan gejala atau respons terhadap pengobatan proton pump inhibitor (PPI). Sasaran
pengobatan GERD adalah menyembuhkan esofagitis, memperingan gejala, mempertahankan
pasien tetap bebas gejala, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah komplikasi. Hingga saat
ini, PPI merupakan terapi medikamentosa yang paling efektif. Sesudah pengobatan awal, terapi
on-demand dapat efektif pada beberapa pasien penderita NERD atau esofagitis erosif ringan.
Bedah anti-refluks oleh dokter bedah yang kompeten dapat membuahkan hasil-akhir yang sama,
dengan mortalitas operatif sebesar 0,1 – 0,8%. Keputusan bergantung pada pilihan pasien dan
ketersediaan dokter bedah yang berpengalaman. Pada penderita GERD yang tidak mengeluhkan
gejala peringatan (alarm symptoms) saat pemeriksaan di layanan primer, pengobatan dapat
dimulai dengan PPI dosis standar selama 2 minggu. Bila responsnya sesuai, PPI dilanjutkan
selama 4 minggu sebelum masuk ke terapi on-demand.
Kata kunci: GERD, PPI, terapi on-demand, endoskopi
Pendahuluan
Berdasarkan data epidemiologis, prevalensi GERD di Asia sekitar 2-5% dan esofagitis
endoskopik sebesar 2-5%, lebih rendah dibandingkan prevalensi di negara-negara 1-3 Barat.
Derajat keparahan GERD di Asia-
Pasifik cenderung lebih ringan, dan secara endoskopik normal (non-erosive reflux disease,
NERD); kalaupun didapatkan gambaran esofagitis, sebagian besar kasus (90%) merupakan
esofagitis Los Angeles (LA) 3 grade A atau B. Esofagus Barrett, striktur esofagus, atau
adenokarsinoma esofagus juga lebih jarang ditemukan pada pasien di Asia dibandingkan dengan
pasien di negara Barat. Sebaliknya, prevalensi infeksi Helicobacter pylori di Asia (30-60%) lebih
tinggi dibandingkan di negara Barat.
GERD harus dibedakan dari penyakit saluran cerna atas yang terkait H. pylori, terutama ulkus
peptikum dan kanker lambung.
Definisi
Berdasarkan Genval Workshop, definisi pasien GERD adalah semua individu yang terpapar
risiko komplikasi fisik akibat refluks gastroesofageal, atau mereka yang mengalami gangguan
nyata terkait dengan kesehatan (kualitas hidup) akibat gejala-gejala yang terkait dengan refluks.
Secara sederhana, definisi GERD adalah gangguan berupa regurgitasi isi lambung yang
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Patogenesis
Tidak ada korelasi antara infeksi H. pylori dan GERD. Hanya sedikit bukti yang menunjukkan
bahwa infeksi H. pylori mempunyai peran patogenik langsung terhadap kejadian GERD.
Tidak terdapat korelasi antara infeksi H. pylori dan esofagitis, tetapi infeksi galur (strain)
beruvirulen organisme tersebut, yang ditandai oleh CagA positif, berbanding terbalik dengan
esofagitis, esofagus Barrett (dengan atau tanpa displasia) dan adenokarsinoma esofagus. Setiap
pengaruh infeksi H. pylori pada GERD terkait dengan gastritis yang ditimbulkannya dan efeknya
pada sekresi asam lambung. Efek eradikasi H. pylori pada gejala refluks dan GERD bergantung
pada dua faktor: (i) distribusi anatomis gastritis; dan (ii) ada tidaknya GERD sebelumnya
Diagnosis
Adanya gejala klasik GERD (heartburn danregurgitasi), yang ditemukan melalui anamnesis yang
cermat, merupakan patokan diagnosis. Pada beberapa pasien, GERD perlu dibedakan dari
kondisi lain, misalnya penyakit traktus bilier dan penyakit arteri koroner. Pemeriksaan barium
tidak dapat menegakkan diagnosis GERD. Sekitar 50% pasien GERD simtomatik
memperlihatkan hasil pH-metri yang normal, sementara hanya 25% penderita esofagitis erosif
dan 7% penderita esofagus Barrett yang menunjukkan hasil pH-metri normal. Pemeriksaan
endoskopi pada esofagitis erosif menurut klasifikasi LA mempunyai korelasi positif yang
bermakna dengan pH-metri esofagus 24-jam dan gejala-gejala klinisnya.
Tes PPI
Beberapa uji klinis prospektif terkontrol meneliti penggunaan empiris PPI untuk GERD. Tes PPI
adalah pengobatan PPI selama 2 minggu pada pasien yang mempunyai gejala GERD atau pasien
yang mempunyai
manifestasi GERD atipikal/ekstraesofageal.
Dalam tes ini, PPI diberikan dua kali sehari; sensitivitas tes PPI sebesar 68- 80% untuk diagnosis
GERD. Dari penelitian di Asia, terungkap bahwa 93% penderita yang mempunyai gejala GERD
tipikal dan endoskopinya normal ternyata responsif terhadap terapi PPI selama 2 10 minggu
tersebut.
Tes PPI merupakan sebuah modalitas diagnostik yang bermanfaat, tetapi perlu diingat bahwa
respons positif terhadap tes PPI tidak selalu sebanding dengan diagnosis GERD, begitu juga
respons negatif tidak serta merta dapat menyingkirkan diagnosis GERD.
keharusan bagi pasien GERD, mengingat lebih dari 90% pasien GERD di Asia tidak
menunjukkan kelainan pada pemeriksaan endoskopi (endoscopic-negative). Selain itu, karena
mahalnya biaya pemeriksaan dan tidak semua daerah memiliki fasilitas endoskopi saluran cerna
atas, penggunaan endoskopi sebagai modalitas diagnostik masih terbatas di Indonesia. Setelah
diagnosis klinis ditegakkan, PPI dosis standar dapat diberikan selama 1 atau 2 mingu (tes PPI)
pada penderita dengan gejala yang tipikal. Tes PPI bersifatsensitif dan spesifik untuk
mendiagnosis GERD yang mempunyai gejala tipikal; strategi ini dapat menghemat biaya secara
nyata dan mengurangi penggunaan tes diagnostik yang invasif. Jika responsnya sesuai, pasien
harus melanjutkan pengobatansedikitnya selama 4 minggu. Setelah itu, direkomendasikan untuk
memberikan terapi on-demand mengingat sebagian besar pasien di Asia tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan endoskopi.
Pasien harus dirujuk untuk menjalankan pemeriksaan endoskopi saluran cerna jika tidak
responsif terhadap PPI, mengalami relaps berulang, gejala atipikal, gejala berat, atau gejala
peringatan (alarm symptoms). Gejala peringatan untuk rujukan dini endoskopi saluran cerna atas
meliputi penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena, riwayat kanker lambung dan/
atau esofagus dalam keluarga, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid, disfagia progresif,
odinofagia, dan usia >40 tahun di daerah prevalensi tinggi kanker lambung.
Penatalaksanaan
• Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup tidak direkomendasikan sebagai pengobatan primer GERD. Penelitian
objektif belum memperlihatkan bahwa alkohol, diet, dan faktor psikologis berperan signifikan
dalam GERD. Modifikasi gaya hidup dapat mengurangi episode refluks individual; pasien yang
mengalami eksaserbasi gejala refluks yang berhubungan dengan makanan atau minuman tertentu
dapat direkomendasikan untuk menghindari makanan atau minuman bersangkutan. Sebuah
penelitian observasional menyatakan bahwa merokok merupakan faktor risiko independen
GERD simtomatik. Merokok terkait dengan peningkatan pajanan asam pada esofagus
(berdasarkan pemeriksaan pH-metri). Namun, tidak terdapat penelitian intervensional yang
menunjang penghentian merokok sebagai terapi primer GERD
Penelitian observasional lain memperlihatkan secara konsisten bahwa obesitas merupakan salah
satu faktor risiko GERD. Namun, dari sebuah penelitian yang menggunakan kontrol, belum
terbukti bahwa penurunan berat badan dapat memperingan gejala menyebabkan relaksasi sfingter
esofagus bagian bawah ataupun
mengurangi pajanan asam pada esofagus.
• Terapi Medikamentosa
Sasaran pengobatan GERD adalah menyembuhkan esofagitis, meringankan gejala,
mempertahankan remisi, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah komplikasi. Terapi
medikamentosa untuk memperingan gejala GERD mencakup pemberian antasida, prokinetik,
H2-receptor antagnists (H2-RA), dan PPI. Untuk mengontrol gejala dan penyembuhan esofagitis
pada GERD erosif, saat ini PPI merupakan pilihan yang paling efektif. Hanya satu penelitian
yang memperlihatkan bukti efikasi antasida dalam pengobatan GERD. Uji klinik yang menilai
efikasi famotidine, cimetidine, nizatidine, dan ranitidine memperlihatkan bahwa H2-
RA lebih efektif dibanding plasebo dalam meringankan gejala GERD derajat ringan sampai
sedang, dengan tingkat respons 18-20 60% - 70%. Uji klinik PPI jangka pendek memperlihatkan
penyembuhan yang lebih cepat dan perbaikan heartburn dibandingkan H2-RA atau prokinetik
pada penderita esofagitis erosif. Di antara berbagai PPI, pemberian omeprazole, lansoprazole,
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
pantoprazole, dan rabeprazole dosis standar menghasilkan kecepatan penyembuhan dan remisi
yang sebanding pada kasus esofagitis erosif. Proton pump
inhibitor juga efektif pada penderita esofagitis refluks yang resisten terhadap H2-RA. Dari
penelitian jangka panjang (sampai 11 tahun), penggunaan PPI relatif aman; insidens gastritis
atrofik sebesar 4,7% pada pasien H. pylori-positif dan 0,7% pada pasien H. pylori-negatif, serta
tidak ditemukan displasia ataupun neoplasma.
Atas dasar efikasi dan kecepatan perbaikan gejala, PPI dosis standar dapat diberikan untuk
pengobatan awal GERD erosif. Bedah Anti-refluks Pembedahan, yaitu dengan funduplikasi,
merupakan salah satu alternatif terapi di samping terapi medikamentosa dalam upaya
meringankan gejala dan menyembuhkan
esofagitis. Namun, morbiditas dan mortalitas pasca-operasi bergantung pada keterampilan dokter
bedah. Karena itu, pilihan antara terapi medikamentosa dan tindakan bedah berpulang pada
keputusan pasien maupun ketersediaan dokter bedah.
Simpulan
Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) merupakan kondisi yang insidensnya makin meningkat
di Asia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya walaupun sebagian besar pasien di Asia
hanya mengalami NERD atau esofagitis erosif ringan (grade LA A atau B). Patofisiologi GERD
perlu dimengerti lebih baik lagi. Pengobatan harus diarahkan pada faktor etiologi dan mekanisme
patofisiologi, bukan pada pengontrolan gejala.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kang JY, Ho KY. Different prevalences of reflux oesophagitis and hiatus hernia among
dyspeptic patients in England and Singapore. Eur J Gastroenterol Hepatol.
1999;11(8):845-50.
2. Goh KL, Chang CS, Fock KM, Ke M, Park HJ, Lam SK. Gastro-oesophageal reflux disease in
Asia. J Gastroenterol Hepatol. 2000;15(3):230-8.
3. Wong WM, Lam SK, Hui WM, et al. Long-term prospective follow-up of endoscopic
oesophagitis in southern Chinese--prevalence and spectrum of the disease. Aliment
Pharmacol Ther. 2002;16(12):2037-42.
4. An evidence-based appraisal of reflux disease management--the Genval Workshop Report.
Gut 1999;44 Suppl 2:S1-16.
5. Fock KM, Talley N, Hunt R, et al. Report of the Asia-Pacific consensus on the management of
gastroesophageal reflux disease. J Gastroenterol Hepatol. 2004;19(4):357-67.
6. Martinez SD, Malagon IB, Garewal HS, Cui H, Fass R. Non-erosive reflux disease (NERD)-
acid reflux and symptom patterns. Aliment Pharmacol Ther. 2003;17(4):537-45.
7. Lundell LR, Dent J, Bennett JR, et al. Endoscopic assessment of oesophagitis: clinical and
functional correlates and further validation of the Los Angeles classification. Gut
1999;45(2):172-80.
8. Kahrilas PJ. Diagnosis of symptomatic gastroesophageal reflux disease. Am J Gastroenterol.
2003;98(3 Suppl):S15-23.
9. Fass R, Ofman JJ, Gralnek IM, et al. Clinical and economic assessment of the omeprazole test
in patients with symptoms suggestive of gastroesophageal reflux disease.
Arch Intern Med. 1999;159(18):2161-8.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
10. Wu WC. Ancillary tests in the diagnosis of gastroesophageal reflux disease. Gastroenterol
Clin North Am. 1990;19(3):671-82.
11. Vicari JJ, Peek RM, Falk GW, et al. The seroprevalence of cagA-positive Helicobacter pylori
strains in the spectrum of gastroesophageal reflux disease. Gastroenterology
1998;115(1):50-7.
12. Laheij RJ, Van Rossum LG, De Boer WA, Jansen JB. Corpus gastritis in patients with
endoscopic diagnosis of reflux oesophagitis and Barrett's oesophagus. Aliment
Pharmacol Ther. 2002;16(5):887-91.
13. Schwizer W, Thumshirn M, Dent J et al. Helicobacter pylori and symptomatic relapse of
gastro-oesophageal reflux disease: a randomised controlled trial. Lancet
2001;357(9270):1738-42.
14. Locke GR, 3rd, Talley NJ, Fett SL, Zinsmeister AR, Melton LJ, 3rd. Risk factors associated
with symptoms of gastroesophageal reflux. Am J Med. 1999;106(6):642-9.
15. Pandolfino JE, Kahrilas PJ. Smoking and gastro-oesophageal reflux disease. Eur J
Gastroenterol Hepatol. 2000;12(8):837-42.
16. Kjellin A, Ramel S, Rossner S, Thor K. Gastroesophageal reflux in obese patients is not
reduced by weight reduction. Scand J Gastroenterol. 1996;31(11):1047-51.
17. Weberg R, Berstad A. Symptomatic effect of a low-dose antacid regimen in reflux
oesophagitis. Scand J Gastroenterol. 1989;24:401–6.
18. Paul K, Redman CM, Chen M. Effectiveness and safety of nizatidine, 75 mg, for the relief of
episodic heartburn. Aliment Pharmacol Ther. 2001;15(10):1571-7.
19. Ciociola AA, Pappa KA, Sirgo MA. Nonprescription doses of ranitidine are effective in the
relief of episodic heartburn. Am J Ther. 2001;8(6):399-408.
20. Galmiche JP, Shi G, Simon B, Casset-Semanza F, Slama A. On-demand treatment of gastro-
oesophageal reflux symptoms: a comparison of ranitidine 75 mg with cimetidine
200 mg or placebo. Aliment Pharmacol Ther. 1998;12(9):909-17.
21. Chiba N, De Gara CJ, Wilkinson JM, Hunt RH. Speed of healing and symptom relief in
grade II to IV gastroesophageal reflux disease: a meta-analysis. Gastroenterology
1997;112(6):1798-810.
22. Klok RM, Postma MJ, van Hout BA, Brouwers JR. Meta-analysis: comparing the efficacy of
proton pump inhibitors in short-term use. Aliment Pharmacol Ther.
2003;17(10):1237-45.
23. DeVault KR, Castell DO. Guidelines for the diagnosis and treatment of gastroesophageal
reflux disease. Practice Parameters Committee of the American College of
Gastroenterology. Arch Intern Med. 1995;155(20):2165-73.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
BAB I
A. Latar Belakang
GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit yang jarang terdiagnosis
oleh dokter di Indonesia karena bila belum menimbulkan keluhan yang berat seperti refluks
esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa. Refluks gastroesofagus adalah masuknya isi lambung
ke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang, terutama setelah makan (Asroel,
2002).
GERD adalah penyakit organ esofagus yang banyak ditemukan di negara Barat. Berbagai
survei menunjukkan bahwa 20-40% populasi dewasa menderita heartburn (rasa panas membakar
di daerah retrosternal), suatu keluhan klasik GERD. Di Indonesia, penyakit ini sepintas tidak
banyak ditemukan. Hanya sebagaian kecil pasien GERD datang berobat pada dokter karena pada
umumnya keluhannya ringan dan menghilang setelah diobati sendiri dengan antasida. Dengan
demikian hanya kasus yang berat dan disertai kelainan endoskopi dan berbagai macam
komplikasinya yang datang berobat ke dokter (Djajapranata, 2001).
Prevalensi PRG bervariasi tergantung letak geografis, tetapi angka tertinggi terjadi di
Negara Barat. Trend prevalensi GERD di Asia meningkat. Di Hongkong meningkat dari 29,8%
(2002) menjadi 35% (2003). Sedangkan berdasarkan data salah satu rumah sakit di Indonesi,
RSCM menunjukkan peningkatan signifikan dari 6% menjadi 26% dalam kurun waktu 5 tahun.
Asian Burning Desire Survey (2006) membuktikan bahwa pemahaman tentang GERD pada
populasi di Indonesia adalah yang terendah di Asia Pasifik, hanya sekitar 1%, sedangkan di
Taiwan mencapai 81% dan Hongkong 66%.
Antara laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan insidensi yang begitu jelas,
kecuali jika dihubungkan dengan kehamilan dan kemungkinan non-erosive reflux disease lebih
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
terlihat pada wanita. Walaupun perbedaan jenis kelamin bukan menjadi faktor utama dalam
perkembangan PRG, namun Barrett’s esophagus lebih sering terjadi pada laki-laki.
Gastroesophageal reflux disease (GERD) terdiri dari spektrum gangguan yang terkait,
termasuk hernia hiatus, reflux disease dengan gejala yang terkait, esofagitis erosif, striktur
peptikum, Barrett esofagus, dan adenokarsinoma esofagus. Selain beberapa patofisiologi dan
hubungan antara beberapa gangguan ini, GERD juga ditandai dengan terjadinya komorbiditas
pada pasien yang identik dan oleh epidemiologi perilaku yang serupa diantara mereka.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan
penunjang, terapi, dan komplikasi dari GERD.
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien GERD.
BAB II
A. DEFINISI
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) didefinisikan
sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus
yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra
esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2002).
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan. Karena
sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang
mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak
mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan
refluks fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulang-ulang yang
menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang lama. Istilah
esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan lambung, seperti erosi dan
ulserasi epitel skuamosa esofagus (Susanto, 2002).
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi :
1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
3. Ketahanan epitel esofagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin, garam empedu, HCL.
5. Kelainan pada lambung
6. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks
9. Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat, alkohol,
merokok, dan obat-obatan yang bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah
termasuk yang memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin), penghambat saluran
kalsium, progesteron, dan nitrat.
10. Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan (Yusuf, 2009).
C. PATOFISIOLOGI
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang
dihasilkan oleh kontraksi Lower esophageal sphincter. Pada individu normal, pemisah ini akan
dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau
aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke
esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3
mmHg) (Aru, 2009).
Terjadinya aliran balik / refluks pada penyakit GERD diakibatkan oleh gangguan motilitas /
pergerakan esofagus bagian ujung bawah. Pada bagian ujung ini terdapat otot pengatur (sfingter)
disebut LES, yang fungsinya mengatur arah aliran pergerakan isi saluran cerna dalam satu arah
dari atas ke bawah menuju usus besar. Pada GERD akan terjadi relaksasi spontan otot tersebut
atau penurunan kekuatan otot tersebut, sehingga dapat terjadi arus balik atau refluks cairan atau
asam lambung, dari bawah ke atas ataupun sebaliknya (Hadi, 2002).
Patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari
esophagus dan faktor efensif dari bahan reflukstat. Yang termasuk faktor defensif esophagus,
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
adalah pemisah antirefluks, bersihan asam dari lumen esophagus, dan ketahanan ephitelial
esophagus. Sedangkan yang termasuk faktor ofensif adalah sekresi gastrik dan daya pilorik.
a. Pemisah antirefluks
Pemeran terbesar pemisah antirefluks adalah tonus LES. Menurunnya tonus LES dapat
menyebabkan timbulnya refluks retrograde pada saat terjadinya peningkatan tekanan
intraabdomen. Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai tonus LES yang normal.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES adalah adanya hiatus hernia, panjang LES
(makin pendek LES, makin rendah tonusnya), obat-obatan (misal antikolinergik, beta
adrenergik), dan faktor hormonal. Selama kehamilan, peningkatan kadar progesteron dapat
menurunkan tonus LES.
b. Bersihan asam dari lumen esophagus
Faktor-faktor yang berperan dalam bersihan asam dari esophagus adalah gravitasi, peristaltik,
eksrkresi air liur, dan bikarbonat. Setelah terjadi refluks sebagian besar bahan refluksat akan
kembali ke lambung dengan dorongan peristaltik yang dirangsang oleh proses menelan.
c. Ketahanan epithelial esophagus
Berbeda dengan lambung dan duodenum, esophagus tidak memiliki lapisan mukus yang
melindungi mukosa esophagus. Mekanisme ketahanan ephitelial esophagus terdiri dari :
1. Membran sel
2. Batas intraseluler (intracellular junction) yang membatasi difusi H+ ke jaringan esophagus
3. Aliran darah esophagus yang mensuplai nutrien, oksigen, dan bikarbonat, serta mengeluarkan
ion H+ dan CO2
4. Sel-sel esophagus memiliki kemampuan untuk mentransport ion H+ .
Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya, volume, lamanya, dan hubungannya
dengan makan. Pada proses terjadinya refluks, sfingter esofagus bawah dalam keadaan relaksasi
atau melemah oleh peningkatan tekanan intra abdominal sehingga terbentuk rongga diantara
esofagus dan lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong kuat ke dalam esofagus. Jika isi
lambung mencapai esofagus bagian proksimal dan sfingter esofagus atas berkontraksi, maka isi
lambung tersebut tetap berada di esofagus dan peristaltik akan mengembalikannya ke dalam
lambung. Jika sfingter esofagus atas relaksasi sebagai respon terhadap distensi esofagus maka isi
lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau nasofaring (Hadi, 2002).
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi
Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh evaluasi pasien dengan
dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak selalu disertai kerusakan mukosa yang
dapat dilihat secara mikroskopik dan dalam keadaan ini merupakan biopsi. Endoskopi
menetapkan tempat asal perdarahan, striktur, dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasi
endoskopi).
2. Radiologi
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus
esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 % pasien PRGE menunjukkan refluks barium
secara spontan pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiologi
dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen.
3. Tes Provokatif
a. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa esofagus terhadap asam.
Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL 0,1 % yang dialirkan ke esofagus. Tes Bernstein
yang negatif tidak memiliki arti diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus.
Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri dada asal esofagus menurut kepustakaan berkisar antara
80-90%.
b. Tes Edrofonium
Tes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang disuntikan intravena. Dengan dosis
80 µg/kg berat badan untuk menentukan adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari
rekaman gerak peristaltik esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asal
esofagus.
Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan mukosa esofagus, erosi,
dan striktur.
7. Tes PPI
Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada pasien yang diduga
menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang selama satu minggu. Tes ini mempunyai
sensitivitas 75%.
8. Manometri esofagus
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada pasien NERD.
Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan peristaltik/motilitas esofagus.
9. Histopatologi
Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi bukan untuk
memastikan NERD (Yusuf, 2009).
F. TERAPI
Terapi GERD ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala pasien,
mengurangi frekuensi atau kekambuhan dan durasi refluks esofageal, mempercepat
penyembuhan mukosa yang terluka, dan mencegah berkembangnya komplikasi. Terapi
diarahkan pada peningkatan mekanisme pertahanan yang mencegah refluks dan atau mengurangi
faktor-faktor yang memperburuk agresifitas refluks atau kerusakan mukosa.
1. Modifikasi Gaya Hidup
a. Tidak merokok
b. Tempat tidur bagian kepala ditinggikan
c. Tidak minum alkohol
d. Diet rendah lemak
e. Hindari mengangkat barang berat
f. Penurunan berat badan pada pasien gemuk
g. Jangan makan terlalu kenyang
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
G. KOMPLIKASI
Komplikasi GERD antara lain :
1. Esofagus barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner metaplastik.
2. Esofagitis ulseratif
3. Perdarahan
4. Striktur esofagus
5. Aspirasi
(Asroel, 2002).
H. PENGKAJIAN
a. Keadaan umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan
respon verbal klien.
b. Tanda-tanda vital
Meliputi pemeriksaan :
1. Tekanan darah : sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi
patologis.
2. Pulse rate
3. Respiratory rate
4. Suhu
c. Keluhan utama
Dikaji Awitan, durasi, kualitas dan karakteristik, tingkat keperahan. Lokasi, faktor pencetus,
manifestasi yang berhubungan :
Keluhan tipikal (esofagus) : heartburn, regurgitasi, dan disfagia.
Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak, pneumonia, fibrosis paru,
bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena, odinofagia.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Penyakit gastrointestinal lain
2) Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Data obyektif:
Klien tampak gelisah
9. Interaksi sosial
Data Subyektif:
Klien mengatakan suaranya serak
Klien mengatakan agak susah berbicara dengan orang lain karena suaranya tidak jelas terdengar.
Data obyektif:
Suara klien terdengar serak
Suara klien tidak terdengar jelas.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi
wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos
mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
2. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan
(frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna (meliputi pigmentasi,
sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema.
Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar getah
bening : Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah
servikal anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
4. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran kepala, rambut dan
kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau ada/tidaknya pembengkakan, mata
dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera, pupil, lensa, pada bagian telinga
dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman
pendengaran, hidung dan mulut ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi,
ada tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher : Kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher,
dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan
5. Pemeriksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ paru dan jantung.
Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris apa tidaknya,
pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas pada saat
perkusi didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor atau timpani), apabila udara di paru
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
atau pleura bertambah, redup atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain
serta pada saat auskultasi paru dapat ditentukan suara nafas normal atau tambahan seperti ronchi,
basah dan kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai pada daerah lobus kanan atas, lobus kiri
bawah, kemudian pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks/iktus kordis
dan aktivitas ventrikel, getaran bising (thriil), bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-lain
6. Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang ukuran atau
bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri
tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing yang ditentukan
ada tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus,
rektum serta genetalianya.
7. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya rentang gerak, keseimbangan dan
gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain.
J. DIAGNOSA
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan refluks laring dan glotis
terhadap cairan refluks.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan muntah /
pengeluaran yang berlebihan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah.
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke laring dan tenggorokan.
6. Gangguan menelan berhubungan dengan penyempitan/striktur pada esophagus akibat
gastroesofageal reflux disease.
7. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.
K. INTERVENSI
No. Diagnosa Perencanaan Rasional
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
Jalan nafas
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
paten, mudah
bernafas, tidak
merasa tercekik
dan tidak ada
suara nafas
abnormal skala 4
Hematokrit
menurun skala 4
6. Perlu bantuan
dalam perencanaan
diet yang
memenuhi
kebutuhan nutrisi
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
L. Evaluasi
a. Risiko aspirasi pada klien dapat diatasi
b. Defisit volume cairan dapat diatasi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi pada pasien GERD dapat ditangani.
d. Nyeri akut pada pasien dapat diatasi.
e. Bersihan jalan nafas efektif.
f. Gangguan menelan pada klien dapat diatasi
g. Ansietas pada pasien dapat diatasi.
BAB III
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
A. KESIMPULAN
1. Gastroesofageal reflux disease (GERD) adalah suatu kondisi dimana cairan lambung mengalami
refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar, nyeri di dada,
regurgitasi, dan komplikasi. Manifestasi klinis GERD meliputi gejala tipikal (esofagus) dan
atipikal (ekstraesofagus). Faktor yang berperan untuk terjadinya GERD yaitu mekanisme
antirefluks, kandungan cairan lambung, mekanisme bersihan oleh esofagus, dan resistensi sel
epitel esofagus. Untuk menegakkan diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan analisa
gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
diantaranya endoskopi, radiologi, pengukuran pH, tes perfusi Berstein, tes gastro-esophageal
scintigraphy.
Komplikasi penyakit GERD diantaranya Esofagus barret, esofagitis ulseratif, perdarahan,
striktur esofagus, dan aspirasi. GERD merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengobatan
jangka panjang. Pengobatan yang dapat diberikan pada klien GERD meliputi modifikasi gaya
hidup, terapi endoskopi, terapi medikamentosa, dan terapi komplikasi.
2. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan GERD yaitu :
a. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan refluks laring dan glotis
terhadap cairan refluks.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan muntah /
pengeluaran yang berlebihan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah
d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
e. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke laring dan tenggorokan.
f. Gangguan menelan berhubungan dengan penyempitan/striktur pada esophagus akibat
gastroesofageal reflux disease.
g. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.
B. SARAN
1. Individu yang mengalami keluhan-keluhan refluks gastroesofagus perlu mencari pengobatan
sedini mungkin sehingga keluhan berat dan komplikasi dapat dicegah.
WWW.TOTALKESEHATANANDA.COM/GERD3.HTML
WWW.SPESIALIS.INFO?GASTROESOPHAGEAL-REFLUX-(GERD).1065
2. Bagi tenaga kesehatan maupun tenaga pengajar perlu memberikan sumbangsih penelitian
maupun referensi mengenai penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) mengingat
sedikit dijumpai referensi penunjang mengenai penyakit ini.
3. Makalah ini dapat digunakan sebagai penunjang mahasiswa keperawatan ketika praktik di klinik
dan sebaiknya perlu disempurnakan lagi dengan referensi yang terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Aru, Sudoyo. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid I Edisi IV . Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Asroel, Harry. 2002. Penyakit Refluks Gastroesofagus . Universitas Sumatera Utara :
Fakultas Kedoketeran Bagian Tenggorokan Hidung dan Telinga.
Bestari, Muhammad Begawan. 2011. Penatalaksanaan Gastroesofageal R eflux Disease
(GERD). Divisi Gastroentero-Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran / RS Dr. Hasan Sadikin Bandung CDK 188 / vol. 38 no. 7 /
November 2011.
Djajapranata, Indrawan. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI.
Sujono, Hadi. 2002. Gastroenterologi Edisi VII. Bandung: Penerbit PT Alumni.
Susanto, Agus dkk. 2002. Gambaran Klinis dan Endoskopi Penyakit Refluks
Gastroesofagus. Jakarta : FKUI.
Yusuf, Ismail. 2009. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara Klinis. PPDS Ilmu
Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3, Edition September - November 2009.