Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Penyakit GERD, Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Pengertian penyakit Gerd, Gejala, Penyebab dan Pengobatan. Gastroesophageal reflux disease atau
disingkat dengan GERD adalah salah satu penyakit pencernaan kronis. Banyak orang mengira bahwa
Gerd adalah penyakit Maag, karena gejalanya hampir sama. Tetapi sebenarnya penyakit ini berbeda
sendiri.

GERD terjadi ketika adanya aliran balik dari isi lambung ke kerongkongan yang menyebabkan gejala
yang mengganggu hingga terjadi komplikasi. Aliran balik asam lambung ke kerongkongan tidak hanya
menjadi pemicu sindrom GERD tetapi juga menyebabkan luka pada kerongkongan atau esofagitis. Tidak
hanya itu alur balik isi lambung ini juga dapat menyebabkan atypical syndrome (seperti asthma reflux)
dan sulit diobati.

Gejala Gerd

Tanda atau gejala GERD hampir sama dengan gejala penyakit Maag, seperti:
1. Terasa terbakar di dada (heartburn) yang kadang-kadang dapat menyebar ke tenggorokan bersama
dengan rasa asam di mulut Anda
2. Nyeri pada dada
3. Sulit menelan
4. Batuk kering
5. Sakit tenggorokan biasa disertai dengan suara serak
6. Regurgitasi makanan atau cairan asam (acid reflux)
7. Sensasi benjolan di tenggorokan Anda
Penyebab Gerd

Penyebab terjadinya GERD adalah asam refluks yang sering mengembalikan asam lambung atau empedu
ke kerongkongan. Proses terjadinya arus balik tersebut adalah ketika Anda menelan, yang esophageal
sphincter bagian bawah band melingkar otot sekitar bagian bawah kerongkongan Anda rileks untuk
memungkinkan makanan dan cairan mengalir ke dalam perut Anda. Kemudian menutup lagi. Jika katup
ini melemaskan normal atau melemah, asam lambung bisa mengalir kembali ke kerongkongan,
menyebabkan sering mulas.

Jika sering terjadi, asam bisa mengiritasi lapisan kerongkongan Anda, menyebabkan ia menjadi meradang
(esophagitis). Seiring waktu, peradangan dapat memakai pergi lapisan esofagus, menyebabkan
komplikasi seperti pendarahan, penyempitan esofagus atau kerongkongan Barrett (kondisi pra-kanker).

Pengobatan Gerd

Pengobatan GERD dapat berupa obat medis dan juga pengobatan tradisional. GERD yang tergolong
ringan bisa menggunakan tablet atau sirup antasid. Obat lain seperti bloker H2 dan obat inhibitor pompa
proton juga membantu mengobati GERD. Namun, obat-obatan tersebut pada umumnya hanya bersifat
sementara. Untuk wanita hamil harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengambil obat GERD.

Pencegahan

1. Sebaiknya makan secara teratur dan hindarilah makanan berat pada malam hari.
2. Terapkan diet seimbang
3. Berhenti merokok
4. Kurangi konsumsi alkohol.

Sumber referensi :

http://www.ahlinyaasamlambung.web.id/penyakit-gerd-gejala-penyebab-dan-pengobatannya/ diakses
tanggal 4 maret 2015
http://www.gurudanpenulis.com/3tentang-gerd-penyakit-yang-sering-dikira-maag-dan-harus-cepat-
ditangani.html diakses tanggal 4 maret 2015

Pengertian GERD serta Gejala Dan Pencegahannya. Mungkin sebagian orang masih asing dengan istilah
GERD ! padahal penyakit ini sudah umum dan menjadi masalah bagi masyarakat. Untuk mencegah
penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga pola makan. Untuk lebih jelasnya berikut adalah
penjelasan seputar pengertian GERD. Gejala-Gejala GERD serta cara mencegahnya.

Definisi GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)


GERD atau biasa dikenal dengan istilah Asam Lambung adalah merupakan penyakit saluran pencernaan
yang bersifat kronis. Penyakit ini terjadi ketika asam lambung atau terkadang isi lambung naik kembali
ke esofagus (refluks) sehingga mengakibatkan mual bahkan muntah. Akibat naiknya asam lambung akan
mengiritasi dan membakar esofagus atau kerongkongan yang dapat menimbulkan rasa panas pada dada
(heartburn) hingga ke tenggorokan.

GERD pada umumnya terjadi akibat Lower Esophageal Sphincter (LES), yang tidak berfungsi normal, LES
berupa katup atau cincin yang menghubungkan kerongkongan dan lambung dan berfungsi sebagai pintu
otomatis yang akan terbuka ketika makanan atau minuman turun ke lambung. Setelah makanan masuk,
LES akan menutup untuk mencegah asam dan makanan yang ada di perut agar tidak naik kembali ke
kerongkongan.

Gejala-Gejala GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

1. Nyeri pada dada biasanya terjadi pada dada sebelah kiri.


2. Banyak lendir dan suara serak, terutama di pagi hari.
3. Sesak dan rasa penuh pada dada.
4. Batuk.
5. Aliran balik asam lambung, makanan dari kerongkongan ke mulut.
6. Merasakan Mual
7. Rasa panas terbakar pada dada dan tembus sampai ke punggung.
8. Rasa asam pada mulut dan kesulitan menelan
9. Radang tenggorokan yang tidak sembuh-sembuh

Penyebab GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

1. Hiatal Hernia
2. Stress
3. Makanan atau minuman yang menyebabkan melemahnya fungsi LES, contoh terlalu banyak
kafein, keju, coklat.
4. merokok, alcohol
5. Obat-obatan, contoh golongan NSAID (ibuprofen, alminoprofen, fenbufen, indoprofen, naproxen,
dan ketorolac).
6. Peningkatan tekanan perut, karena obesitas atau kehamilan
7. Bile Reflux
8. Penyakit Scleroderma

Cara Mengatasi GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

1. Hindari makanan yang terlalu asam dan pedas.


2. Jangan tidur dalam waktu 2 jam setelah makan. Langsung tidur setelah makan akan
memudahkan isi lambung termasuk asam lambung akan berbalik arah kembali ke
kerongkongan.
3. Menghindari konsumsi secara bersamaan antara daging dengan jeroan seperti usus, otak, hati,
paru atau limpa.
4. Hindari minum kopi, alcohol atau minuman bersoda yang akan memperburuk timbulnya GERD
tersebut.
5. Menghindari atau mengelola stress
6. Hindari makanan yang mengandung coklat dan keju.
7. Menghindari konsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat, tetap mengonsumsi sayur
dan buah-buahan.
8. Mengontrol berat badan sampai mencapai berat badan ideal.
GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease)
Juni 23, 2009

Definisi

Gastroesophageal Reflux Disease adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan
lambung ke dalam esophagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat dari keterlibatan esophagus,
faring, laring, dan saluran nafas.

Etiologi

Penyakit gastroesofageal refluks bersifat multifaktorial. Hal ini dapat terjadi oleh karena perubahan yang
sifatnya sementara ataupun permanen pada barrier diantara esophagus dan lambung. Selain itu juga, dapat
disebabkan oleh karena sfingter esophagus bagian bawah yang inkompeten, relaksasi dari sfingter
esophagus bagian bawah yang bersifat sementara, terganggunya ekspulsi dari refluks lambung dari
esophagus, ataupun hernia hiatus.

Patogenesis

Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh
kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan
kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau aliran retrograd yang
terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi
apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (< 3 mmHg).

Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi melalui 3 mekanisme :

Refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat


Aliran retrograde yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan
Meningkatnya tekanan intraabdominal

Dengan demikian dapat diterangkan bahwa patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan
antara faktor defensif dari esophagus dan faktor ofensif dari bahan refluksat.

Yang termasuk faktor defensif esophagus adalah :

1. pemisah antirefluks (lini pertama),


2. bersihan asam dari lumen esophagus (lini kedua),
3. dan ketahanan epithelial esophagus (lini ketiga).

Sedangkan yang termasuk faktor ofensif adalah :

1. sekresi gastrik dan daya pilorik.


2. Pemisah antirefluks Pemeran terbesar pemisah antirefluks adalah tonus LES.
3. Menurunnya tonus LES dapat menyebabkan timbulnya refluks retrograde pada saat terjadinya
peningkatan tekanan intraabdomen. Sebagian besar pasien GERD ternyata mempunyai tonus
LES yang normal.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES adalah :

adanya hiatus hernia,


panjang LES (makin pendek LES, makin rendah tonusnya),
obat-obatan (misal antikolinergik, beta adrenergik, teofilin, opiate, dll), dan
faktor hormonal >> Selama kehamilan, peningkatan kadar progesteron dapat menurunkan
tonus LES.

Peranan hiatus hernia pada patogenesis terjadinya GERD masih kontroversial. Banyak pasien GERD
yang pada pemeriksaan endoskopi ditemukan hiatus hernia, namun hanya sedikit yang memperlihatkan
gejala GERD yang signifikan. Hiatus hernia dapat memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk
bersihan asam dari esophagus serta menurunkan tonus LES. Bersihan asam dari lumen esophagus Faktor-
faktor yang berperan dalam bersihan asam dari esophagus adalah gravitasi, peristaltik, ekskresi air liur,
dan bikarbonat. Setelah terjadi refluks, sebagian besar bahan refluksat akan kembali ke lambung dengan
dorongan peristaltic yang dirangsang oleh proses menelan. Sisanya akan dinetralisir oleh bikarbonat yang
disekresi oleh kelenjar saliva dan kelenjar esophagus. Mekanisme bersihan ini sangat penting, karena
makin lama kontak antara bahan refluksat dengan esophagus (waktu transit esophagus) makin besar
kemungkinan terjadinya esofagitis. Pada sebagian besar pasien GERD ternyata memiliki waktu transit
esophagus yang normal sehingga kelainan yang timbul disebabkan karena peristaltic esophagus yang
minimal. Refluks malam hari (nocturnal reflux) lebih besar berpotensi menimbulkan kerusakan esophagus
karena selama tidur sebagian besar mekanisme bersihan esophagus tidak aktif. ketahanan epithelial
esophagus Berbeda dengan lambung dan duodenum, esophagus tidak memiliki lapisan mukus yang
melindungi mukosa esophagus. Nikotin dapat menghambat transport ion Na+ melalui epitel esophagus,
sedangkan alcohol dan aspirin meningkatkan permeabilitas epitel terhadap ion H. Yang dimaksud dengan
faktor ofensif adalah potensi daya rusak refluksat. Kandungan lambung yang menambah potensi daya
rusak refluksat terdiri dari HCl, pepsin, garam empedu, dan enzim pancreas. Faktor ofensif dari bahan
refluksat bergantung dari bahan yang dikandungnya. Derajat kerusakan mukosa esophagus makin
meningkat pada pH < 2, atau adanya pepsin atau garam empedu. Namun dari kesemuanya itu yang
memiliki potensi daya rusak paling tinggi adalah asam.

Faktor-faktor lain yang berperan dalam timbulnya gejala GERD adalah kelainan di lambung yang
meningkatkan terjadinya refluks fisiologis, antara lain dilatasi lambung, atau obstruksi gastric outlet dan
delayed gastric emptying. Peranan infeksi Helicobacter pylori dalam patogenesis GERD relatif kecil dan
kurang didukung oleh data yang ada. Namun demikian ada hubungan terbalik antara infeksi H. pylori
dengan strain yang virulens (Cag A positif) dengan kejadian esofagitis, Barretts esophagus dan
adenokarsinoma esophagus. Pengaruh dari infeksi H. pylori terhadap GERD merupakan konsekuensi
logis dari gastritis serta pengaruhnya terhadap sekresi asam lambung. Pengaruh eradikasi infeksi H. pylori
sangat tergantung kepada distribusi dan lokasi gastritis. Pada pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala
refluks pra-infeksi H. pylori dengan predominant antral gastritis, pengaruh eradikasi H. pylori dapat
menekan munculnya gejala GERD. Sementara itu pada pasien-pasien yang tidak mengeluh gejala refluks
pra-infeksi H. pylori dengan corpus predominant gastritis, pengaruh eradikasi H. pylori dapat
meningkatkan sekresi asam lambung serta memunculkan gejala GERD. Pada pasien-pasien dengan gejala
GERD pra-infeksi H. pylori dengan antral predominant gastritis, eradikasi H. pylori dapat memperbaiki
keluhan GERD serta menekan sekresi asam lambung. Sementara itu pada pasien-pasien dengan gejala
GERD pra-infeksi H. pylori dengan corpus predominant gastritis, eradikasi H. pylori dapat memperburuk
keluhan GERD serta meningkatkan sekresi asam lambung. Pengobatan PPI jangka panjang pada pasien-
pasien dengan infeksi H. pylori dapat mempercepat terjadinya gastritis atrofi. Oleh sebab itu, pemeriksaan
serta eradikasi H. pylori dianjurkan pada pasien GERD sebelum pengobatan PPI jangka panjang.
Walaupun belum jelas benar, akhir-akhir ini telah diketahui bahwa non-acid reflux turut berperan dalam
patogenesis timbulnya gejala GERD. Yang dimaksud dengan non-acid reflux adalah berupa bahan
refluksat yang tidak bersifat asam atau refluks gas. Dalam keadaan ini, timbulnya gejala GERD diduga
karena hipersensitivitas visceral.

Manifestasi Klinik

Gejala klinik yang khas dari GERD adalah

nyeri/rasa tidak enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri biasanya
dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heartburn),
kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan menelan makanan),
mual atau regurgitasi dan
rasa pahit di lidah.
Disfagia yang timbul saat makan makanan padat mungkin terjadi karena striktur atau keganasan
yang berkembang dari Barretts esophagus.
Odinofagia (rasa sakit saat menelan makanan) bisa timbul jika sudah terjadi ulserasi esophagus
yang berat.

GERD dapat juga menimbulkan manifestasi gejala ekstra esophageal yang atipik dan sangat bervariasi
mulai dari nyeri dada non-kardiak (non-cardiac chest pain/NCCP), suara serak, laryngitis, batuk karena
aspirasi sampai timbulnya bronkiektasis atau asma. Di lain pihak, beberapa penyakit paru dapat menjadi
faktor predisposisi untuk timbulnya GERD karena timbulnya perubahan anatomis di daerah
gastroesophageal high pressure zone akibat penggunaan obat-obatan yang menurunkan tonus LES
(misalnya teofilin). Gejala GERD biasanya berjalan perlahan-lahan, sangat jarang terjadi episode akut
atau keadaan yang bersifat mengancam nyawa. Oleh sebab itu, umumnya pasien dengan GERD
memerlukan penatalaksanaan secara medik.

Diagnosis

Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama, beberapa pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosis GERD, yaitu :

Endoskopi saluran cerna bagian atas Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas
merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di
esophagus (esofagitis refluks). Dengan melakukan pemeriksaan endoskopi dapat dinilai
perubahan makroskopik dari mukosa esophagus, serta dapat menyingkirkan keadaan patologis
lain yang dapat menimbulkan gejala GERD. Jika tidak ditemukan mucosal break pada
pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas GERD,
keadaan ini disebut non-erosive reflux disease (NERD). Ditemukannya kelainan esofagitis pada
pemeriksaan endoskopi yang dipastikan dengan pemeriksaan histopatologi (biopsi), dapat
mengkonfirmasikan bahwa gejala heartburn atau regurgitasi tersebut disebabkan oleh GERD.
Pemeriksaan histopatologi juga dapat memastikan adanya Barretts esophagus, displasia, atau
keganasan.
Tidak ada bukti yang mendukung perlunya pemeriksaan histopatologi/biopsy pada NERD.

Terdapat beberapa klasifikasi kelainan esofagitis pada pemeriksaan endoskopi pada pasien GERD, antara
lain klasifikasi Los Angeles dan klasifikasi Savarry-Miller.

Klasifikasi Los Angeles Derajat kerusakan Gambaran endoskopi


1. A Erosi kecil-kecil pada mukosa esophagus dengan diameter < 5 mm
2. B Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter > 5 mm tanpa saling berhubungan
3. C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai/mengelilingi seluruh lumen
4. D Lesi mukosa esophagus yang bersifat sirkumferensial (mengelilingi seluruh lumen esophagus)

Esofagografi dengan barium Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan
seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Pada keadaan
yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus,
atau penyempitan lumen. Walaupun pemeriksaan ini sangat tidak sensitive untuk diagnosis
GERD, namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dari endoskopi,
yaitu pada stenosis esophagus derajat ringan akibat esofagitis peptic dengan gejala disfagia, dan
pada hiatus hernia.
Pemantauan pH 24 jam Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian distal
esophagus. Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan mikroelektroda pH
pada bagian distal esophagus. Pengukuran pH pada esophagus bagian distal dapat memastikan
ada tidaknya refluks gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap
diagnostik untuk refluks gastroesofageal.
Tes Bernstein Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang transnasal dan
melakukan perfusi bagian distal esophagus dengan HCl 0,1 M dalam waktu kurang dari 1 jam.
Tes ini bersifat pelengkap terhadap monitoring pH 24 jam pada pasien-pasien dengan gejala
yang tidak khas. Bila larutan ini menimbulkan rasa nyeri dada seperti yang biasanya dialami
pasien, sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri, maka test ini dianggap positif.
Test Bernstein yang negative tidak menyingkirkan adanya nyeri yang berasal dari esophagus.

Terapi

Walaupun keadaan ini jarang sebagai penyebab kematian, mengingat kemungkinan timbulnya komplikasi
jangka panjang berupa ulserasi, striktur esophagus ataupun esophagus barrett yang merupakan keadaan
premaligna, maka seyogyanya penyakit ini mendapat penatalaksanaan yang adekuat. Pada prinsipnya,
penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya hidup, terapi medikamentosa, terapi bedah serta
akhir-akhir ini mulai dilakukan terapi endoskopik. Target penatalaksanaan GERD adalah :

menyembuhkan lesi esophagus,


menghilangkan gejala/keluhan,
mencegah kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup, dan
mencegah timbulnya komplikasi.

Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan GERD,
namun bukan merupakan pengobatan primer. Walaupun belum ada studi yang dapat memperlihatkan
kemaknaannya, namun pada dasarnya usaha ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks serta
mencegah kekambuhan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam modifikasi gaya hidup adalah :

meninggikan posisi kepala pada saat tidur serta


menghindari makan sebelum tidur dengan tujuan untuk meningkatkan bersihan asam selama
tidur serta mencegah refluks asam dari lambung ke esophagus,
berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol karena keduanya dapat menurunkan tonus LES
sehingga secara langsung mempengaruhi sel-sel epitel, mengurangi konsumsi lemak serta
mengurangi jumlah makanan yang dimakan karena keduanya dapat menimbulkan distensi
lambung,
menurunkan berat badan pada pasien kegemukan serta
menghindari pakaian ketat sehingga dapat mengurangi tekanan intraabdomen,
menghindari makanan/minuman seperti coklat, teh, peppermint, kopi dan minuman bersoda
karena dapat menstimulasi sekresi asam,
menghindari obat-obat yang dapat menurunkan tonus LES seperti antikolinergik, teofilin,
diazepam, opiate, antagonis kalsium, agonis beta adrenergic, progesterone.

Terapi Medikamentosa

Dimulai dengan dasar pola pikir bahwa sampai saat ini GERD merupakan atau termasuk dalam kategori
gangguan motilitas saluran cerna bagian atas. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini terbukti
bahwa terapi supresi asam lebih efektif daripada pemberian obat-obat prokinetik untuk memperbaiki
gangguan motilitas.

Terdapat dua alur pendekatan terapi medikamentosa, yaitu step up dan step down. Pada pendekatan step
up :

pengobatan dimulai dengan obat-obat yang tergolong kurang kuat dalam menekan sekresi asam
(antagonis reseptor H2) atau golongan prokinetik, bila gagal diberikan obat golongan penekan
sekresi asam yang lebih kuat dengan masa terapi lebih lama (penghambat pompa proton/PPI).

Sedangkan pada pendekatan step down yaitu :

pengobatan dimulai dengan PPI dan setelah berhasil dapat dilanjutkan dengan terapi
pemeliharaan dengan menggunakan dosis yang lebih rendah atau antagonis reseptor H2 atau
prokinetik atau bahkan antacid.

Dari berbagai studi, dilaporkan bahwa pendekatan terapi step down ternyata lebih ekonomis (dalam segi
biaya yang dikeluarkan oleh pasien) dibandingkan dengan pendekatan terapi step up. Menurut Genval
Statement (1999) serta Konsensus Asia Pasifik tentang penatalaksanaan GERD (2003) telah disepakati
bahwa terapi lini pertama untuk GERD adalah golongan PPI dan digunakan pendekatan terapi step
down. Pada umumnya studi pengobatan memperlihatkan hasil tingkat kesembuhan diatas 80% dalam
waktu 6-8 minggu. Untuk selanjutnya dapat diteruskan dengan terapi pemeliharaan (maintenance therapy)
atau bahkan terapi bila perlu (on-demand therapy) yaitu pemberian obat-obatan selama beberapa hari
sampai dua minggu jika ada kekambuhan sampai gejala hilang. Pada berbagai penelitian terbukti bahwa
respons perbaikan gejala menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya (perbaikan
esofagitisnya). Hal ini tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif dalam mengatasi gejala pada
tatalaksana GERD. Antasid, Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala
GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat
memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah. Kelemahan obat golongan ini adalah rasanya
kurang menyenangkan, dapat menimbulkan diare terutama yang mengandung magnesium serta konstipasi
terutama antasid yang mengandung aluminium, penggunaannya sangat terbatas pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal.

Antagonis reseptor H2 Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah simetidin, ranitidine,
famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif dalam pengobatan
penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa
komplikasi.

Obat-obatan prokinetik . Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena
penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun, pada prakteknya, pengobatan GERD
sangat bergantung pada penekanan sekresi asam.

Metoklopramid Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Efektivitasnya rendah dalam
mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam kombinasi
dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena melalui sawar darah otak, maka
dapat timbul efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk, pusing, agitasi, tremor, dan diskinesia.

Domperidon Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan efek samping yang lebih
jarang disbanding metoklopramid karena tidak melalui sawar darah otak. Walaupun efektivitasnya dalam
mengurangi keluhan dan penyembuhan lesi esophageal belum banyak dilaporkan, golongan obat ini
diketahui dapat meningkatkan tonus LES serta mempercepat pengosongan lambung.

Cisapride Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat pengosongan lambung
serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan
lesi esophagus lebih baik dibandingkan dengan domperidon.

Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat) Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi
asam, obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam lambung. Obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat
mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara
topikal (sitoproteksi).

Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI) Golongan obat ini merupakan drug of
choice dalam pengobatan GERD. Golongan obat-obatan ini bekerja langsung pada pompa proton sel
parietal dengan mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses
pembentukan asam lambung. Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta
penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive derajat berat serta yang refrakter dengan
golongan antagonis reseptor H2. Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial) yang
dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan (maintenance therapy) selama 4 bulan atau on-demand
therapy, tergantung dari derajat esofagitisnya.
GERD adalah singkatan dari Gastroesophageal reflux disease merupakan penyakit saluran
pencernaan akibat asam lambung yang naik ke esofagus (refluks). Hal ini akan membuat
penderitanya merasa mual bahkan muntah dan juga dada terasa panas seperti terbakar
(heartburn). Akibat naiknya asam lambung ke esofagus atau kerongkongan, maka sifat asam
yang korosif akan mengiritasi dan membakar lapisan permukaan esofagus. Hal ini akan
menimbulkan rasa panas pada dada (heartburn) sampai bagian dalam leher bahkan tenggorokan.
Beberapa juga merasakan sensasi asam pada mulutnya. Penyakit GERD terjadi ketika ada
gangguan pada katup (sphincter)bagian bawah esofagus. Normalnya sphicnter ini tertutup kuat
untuk menahan isi lambung supaya tidak naik kembali. Namun ketika lemah, isi lambung akan
naik ke esophagus. Seperti telihat pada gambar dibawah ini: penyakit GERD penyakit GERD
terjadi ketika sphincter tidak bekerja dengan baik Di kalangan masyarakat awam mungkin istilah
Penyakit GERD masih tergolong asing, mereka mendengar pertama kalinya biasanya dari
diagnosis oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Padahal banyak lho yang mengalami
penyakit GERD ini, namun kebanyakan hanya menyebutnya sebagai sakit maag atau asam
lambung. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini mari kita berkenalan lebih dekat dengan
Penyakit GERD ini. Ciri-ciri dan Gejala GERD Lebih lengkap berikut ciri-ciri dan gejala GERD
yang perlu Anda ketahui: Rasa terbakar di dada (heartburn), kadang-kadang menyebar sampai ke
tenggorokan, bersama dengan rasa asam di mulut. Nyeri dada. Kesulitan menelan (disfagia).
Batuk kering. Suara serak dan/atau sakit tenggorokan. Terasa tak nyaman / ada benjolan di
tenggorokan. Regurgitasi (mual-muntah) makanan atau cairan asam lambung (acid reflux).
Gejala GERD diatas tak selalu muncul semua, karena tergantung pula pada tingkat
keparahannya. Penyebab GERD dan Faktor Resiko Perbatasan antara esofagus dan lambung
terdapat sphincter, yakni otot melingkar yang dapat mengencang (menutup) dan mengendur
(membuka). Ketika kita menelan makanan otot sphincter itu akan melonggar sehingga makanan
dan cairan mengalir menuju lambung dan seketika setelahnya akan kembali menutup. Namun,
jika katup ini melemah atau mengendur abnormal, maka asam lambung maupun isi lambung
akan bisa mengalir kembali ke esofagus (refluks), dan timbullah rasa mulas dan mual. Jika asam
lambung terus-terusan refluks, maka akan mengiritasi lapisan esofagus, membuatnya menjadi
meradang (esofagitis). Seiring waktu, peradangan dapat merusak lapisan esofagus, menyebabkan
komplikasi seperti pendarahan, penyempitan esofagus atau Barretts esophagus (kondisi
prakanker). Baca juga: Muntah Darah Faktor-faktor risiko atau kondisi yang bisa menjadi
penyebab GERD adalah: Obesitas atau kegemukan Hernia hiatus Pengosongan lambung yang
tertunda kehamilan Merokok Mulut kering Asma Diabetes melitus Gangguan jaringan ikat,
seperti skleroderma Pengobatan GERD pengobatan GERD Untuk mengobati GERD agar
berhasil maka setidaknya diperlukan dua macam pengobatan yaitu dengan minum obat GERD
dan mengubah gaya hidup. Obat GERD Obat yang diperlukan untuk GERD adalah pentralisir
asam lambung, mengurangi produksi asal lambung, menguatkan sfinkter, dan mengobati
kerusakan lapisan saluran cerna akibat asam lambung. Berikut obat-obat yang dimaksud:
Antasida Terkenal sebagai obat maag karena sangat banyak tersedia di pasaran maupun iklan di
TV. Obat ini berfungsi menetralisir asam lambung, tersedia dalam bentuk sirup dan tablet.
contohnya antasida doen, promag, mylanta, dsb. H2 Receptor Blocker Obat GERD ini berfungsi
mengurangi produksi asam lambung. Contohnya cimetidine, famotidine, nizatidine, dan
ranitidine. Mungkin obat ini bekerja tidak secepat antasida, tetapi dapat memberikan bantuan
yang lebih lama dan dapat menurunkan produksi asam lambung hingga 12 jam. Inhibitor pompa
proton Blocker kuat terhadap produksi asam daripada H-2-receptor blocker dan memberikan
waktu bagi jaringan esofagus yang rusak untuk memperbaiki diri. Cohtoh obatnya: lansoprazole
dan omeprazole. Penguat Sfingter Obat untuk memperkuat sfingter esofagus bagian bawah yaitu
Baclofen yang dapat menurunkan frekuensi relaksasi dari sfingter esofagus bagian bawah dan
karena itu dapat menurunkan gastroesophageal reflux. Perubahan Gaya Hidup Selain Obat
GERD diatas diperlukan juga pengubahan gaya hidup untuk mengurangi penyakit GERD, antara
lain: Berat Badan Ideal. Usahkan berat badan pada taraf ideal, karena obesitas atau kegemukan
akan memperburuk penyakit GERD. Hal ini karena lemak pada perut akan menambah tekanan
pada lambung. Hindari Pakaian ketat. Pakaian yang ketak disekitar perut atau pinggang
berpotensi menekan lambung sehingga dapat memperburuk gejala GERD. Hindari makanan dan
minuman Pemicu. Setiap orang memiliki pemicu GERD tertentu. Pemicu yang paling sering
yaitu lemak atau makanan yang digoreng, saus tomat, alkohol, cokelat, mint, bawang putih,
bawang merah, dan kafein (kopi) yang dapat membuat gejala penyakit GERD menjadi lebih
buruk. Makan Porsi Kecil. Hindari makan dalam jumlah yang berlebihan atau sekaligus banyak.
Jangan Berbaring Setelah Makan. Tunggu setidaknya 3 jam setelah makan sebelum berbaring
atau tidur. Jangan merokok. Merokok dapat mengurangi kemampuan sphincter esofagus bagian
bawah untuk berfungsi dengan baik. Itulah sekilas pandang mengenai penyakit GERD, Buatlah
janji dengan dokter jika Anda mengalami gejala GERD parah atau sering. Carilah bantuan medis
segera jika Anda mengalami nyeri dada apalagi disertai tanda-tanda dan gejala lain, seperti sesak
napas atau neyeri rahang atau lengan. Ini mungkin tanda-tanda dan gejala serangan jantung.
Bersumber dari: Penyakit GERD : Definisi, Gejala, Penyebab, Pengobatan - Mediskus
Terbaru
5 Hal Sederhana Yang Menjadi Rahasia Panjang Umur Lansia Spanyol

Ini Tips Pintar Atasi Bau Tak Sedap di Botol Tupperware

Inilah 5 Cara Alami Untuk Mengobati Nyeri Datang Bulan

Tak Disangka, 5 Olahraga Ini ternyata Mampu Membakar Kalori Jauh Lebih Banyak Dari Lari

Tips Merawat Mesin Cuci Agar Tetap Awet dan Tahan Lama

Inilah 4 Olahraga Ringan Yang Sangat Ideal Untuk Usia 40-an

5 Olahraga Yang Sangat Dianjurkan Bagi Penderita Asma

5 Olahraga Ini Wajib Dihindari Para Penderita Sakit Pinggang

Tak Disangka Ternyata 5 Buah Ini Mampu Mempercepat Pembentukan Otot Kekar

5 Hal Sederhana Yang Menjadi Rahasia Panjang Umur Lansia Spanyol

Ini Tips Pintar Atasi Bau Tak Sedap di Botol Tupperware

Inilah 5 Cara Alami Untuk Mengobati Nyeri Datang Bulan

Tak Disangka, 5 Olahraga Ini ternyata Mampu Membakar Kalori Jauh Lebih Banyak Dari Lari

Beranda Informasi Kesehatan


Kecantikan Tips Kecantikan
Penyakit Penyakit A-Z
Zodiak Ramalan Bintang
Video Kesehatan

Home Pengobatan Penyakit Tips Kesehatan Pengertian Dan Pencegahan Osteoporosis Yang Benar

Pengertian Dan Pencegahan Osteoporosis


Yang Benar
Andre Fillophy 6:57:00 PM

A+ A- Print Email

Tahukah anda menurut data penelitian Departemen Kesehatan (DEPKES) tahun 2006 lalu menunjukkan
bahwa 1 dari 5 orang Indonesia rentan terkena penyakit osteoporosis dan masih banyak yang belum
mengetahuinya. Hal itu baru akan bisa diketahui jika diperiksakan di lab, dan kebanyakan orang tua tidak
melakukannya karena sudah menganggap sakit pada tulang sudah hal biasa.

Dan tahukah anda ternyata osteoporosis ini bisa dicegah sejak dini sehingga resiko terjadinya
osteoporosis ketua sudah tua akan berkurang dan bahkan tidak terjadi. Untuk itu kami akan
memberikan penjelasan tentang pengertian dan pecegahan osteoporosis itu agar menjadi lebih jelas.
Silahkan disimak beberapa penjelasannya dibawah ini :

Ilustrasi pencegahan osteoporosis dengan olahraga shutterstock


Pengertian osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit yang bisa menyerang siapa saja. Semakin bertambahnya
umur manusia, maka semakin besar pula resikonya untuk terserang osteoporosis. Sehingga disarankan
kepada anda untuk memahami dengan benar pengertian dan pencegahan osteoporosis yang akan
dibahas dalam artikel ini. Yang pertama akan kita bahas adalah mengenai pengertian penyakit
osteoporosis. Osteoporosis merupakan suatu penyakit tulang yang sistemik yang gejalanya adalah
penurunan kualitas dan penurunan kualitas massa tulang. Gejala tersebut tentu mengakibatkan tulang
anda menjadi rapuh dan rentan terjadinya patah tulang. Baca juga : Asupan Protein Tambahan dari Susu
Kedelai untuk Ibu Hamil

Pencegahan osteoporosis
Oleh karena itu sebelum hal tersebut terjadi kepada anda sebaiknya anda melakukan tindakan
pencegahan osteoporosis supaya anda dapat mengatasi penyakit tersebut sejak dini. Karena jika anda
merawat tulang anda sejak dini maka resiko terjadinya osteoporosis akan bisa ditanggulangi dan bahkan
anda akan terhindar dari penyakit tulang tersebut. Baca juga : Pentingnya Peranan

Kalsium Pada Anak Anak dan Remaja

Dalam artikel pengertian dan pencegahan osteoporosis ini yang kedua yang akan kita bahas adalah cara
mencegah osteoporosis. Dan cara mencegah datangnya penyakit osteoporosis ini ada beberapa cara,
yaitu:

1. Perbanyak konsumsi bahan makanan yang banyak mengandung kalsium untuk memenuhi
kebutuhan kalsium dalam tubuh anda, seperti misalnya susu, brokoli, bayam, jenis-jenis
makanan laut dan berbagai makanan lainnya yang mengandung kalisum tinggi.
2. Karena obesitas juga sangat berperan dalam menimbulkan osteoporosis maka sebaiknya anda
selalu melakukan cek berat badan anda supaya berat badan anda selalu terkontrol sehingga
terhindar dari obesitas yang bisa menyebabkan osteoporosis.
3. Jangan sepelekan nyeri tulang. Jika anda sering mengalami nyeri tulang tanpa sebab maka anda
perlu sedikit lebih waspada. Saat mengalami nyeri tulang anda sebaiknya berkonsultasi dengan
dokter.
4. Walaupun obesitas memang menyebabkan osteoporosis namun bukan berarti anda harus
melakukan diet yang berlebihan. Dengan melakukan diet secara ekstrim anda justru akan
kehilangan beberapa nutrisi penting dalam tubuh, termasuk kalsium.
5. Dalam pengertian dan pencegahan osteoporosis diatas menerangkan bahwa Osteoporosis lebih
sering menjangkiti wanita yang telah menopause, sehingga bagi wanita yang telah menopause
sebaiknya memperbanyak konsumsi suplemen kalsium untuk menambah nutrisi kalsium pada
tubuh.

Nah itulah tadi ringkasan mengenai pengertian dan pencegahan osteoporosis yang sudah seharusnya
anda ketahui, terlebih bagi anda yang sudah sering mengalami nyeri sendi dan bagi anda yang sudah
menopause. Kelima cara mencegah penyakit osteoporosis tersebut harus anda pahami dengan seksama
supaya anda bisa menerapkannya dengan baik pada kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkannya ke
dalam kehidupan sehari-hari maka anda akan terhindar dari penyakit tulang osteoporosis.
Setelah anda membaca tentang pengertian dan pencegahan osteoporosis di atas anda tentunya jadi
memahami mengenai penyebab dan cara-cara mencegah penyakit tulang yang satu ini sehingga jika
anda memiliki resiko terserang penyakit osteoporosis anda sebaiknya menerapkan cara-cara
pencegahan diatas sesegera mungkin supaya osteoporosis juga dapat dicegah sedini mungkin. Karena
jika sampai terlambat melakukan pencegahan akan lebih sulit cara penanggulangannya, dan
penyakitpun lebih susah untuk disembuhkan.

Jadi dalam pengertian dan pencegahan osteoporosis tadi bisa diambil kesimpulan bahwa yang
terpenting yang harus anda lakukan adalah anda harus menerapkan gaya hidup yang sehat jika anda
ingin selalu terhindar dari resiko penyakit osteoporosis. Selain itu anda juga harus rajin-rajin berolah
raga. Dengan memperbanyak olahraga, gerakan-gerakan olahraga yang anda lakukan akan membuat
tubuh anda selalu terlatih dan membuat setiap persendian dalam tubuh anda menjadi semakin sehat.
Dengan berolah raga dan menjaga gaya hidup yang sehat akan sangat mambantu anda dalam mencegah
osteoporosis.

Anda mungkin juga menyukai