Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, banyak orang yang sering mengalami sakit maag. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal seperti diet yang tidak teratur, terlambat untuk makan, stress fisik, kondisi medis
dan lain-lain, yang lebih spesifiknya yaitu Maag dan GERD. Maag dapat muncul secara tiba-
tiba dalam waktu yang singkat (akut), waktu yang lama (kronik), atau karena kondisi khusus
seperti adanya penyakit lain. Kebanyakan orang mengonsumsi obat maag ketika rasa sakit
maag terasa. Salah satu contoh obat untuk mengatasi rasa sakit maag yang disediakan di
pasaran adalah promag, antasida merupakan suatu unsur yang terkandung dalam promag.
Lambung kita antara lain berisi zat yang bersifat asam, yaitu asam klorida. Antasida
diberikan secara oral (diminum) untuk mengurangi rasa perih akibat suasana lambung yang
terlalu asam, dengan cara menetralkan asam lambung. Selain menetralkan asam lambung,
antasida juga meningkatkan pertahanan mukosa lambung dengan memicu produksi
prostaglandin pada mukosa lambung.

GERD adalah penyakit organ esofagus yang banyak ditemukan di negara barat.
Berbagai survei menunjukkan bahwa 20-40% populasi dewasa menderita heartburn (rasa
panas membakar di daerah retrosternal), suatu keluhan klasik GERD. Di Indonesia, penyakit
ini sepintas tidak banyak ditemukan. Hanya sebagian kecil pasien GERD datang berobat pada
dokter karena pada umumnya keluhan ringan dan menghilang setelah diobati sendiri dengan
antasida. Dengan demikian hanya kasus yang berat dan disertai kelainan endoskopi dan
berbagai macam komplikasinya yang datang berobat (Djajapranata, 2001).

Prevalensi PRG bervariasi tergantung letak geografis, tetapi angka tertingi terjadi di
negara barat. Trend prevalensi GERD di Asia meningkat. Di Hongkong meningkat dari
29,8% (2002) menjadi 35% (2003). Sedangkan berdasarkan data salah satu rumah sakit di
Indonesia, RSCM menunjukkkan peningkatan signifikan dari 6% menjadi 2% kurun waktu 5
tahun.

1
B. Tujuan

1. Menjelaskan definisi Maag dan Gerd.


2. Mengetahui etiologi dari Maag dan Gerd.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Maag dan Gerd.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Maag dan Gerd.
5. Mengetahui patofisiologi dari Maag dan Gerd.
6. Mengetahui pengobatan farmakologi untuk Maag dan Gerd.
7. Mengetahui pengobatan non-farmakologi untuk Maag dan Gerd.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

1. Maag

Maag adalah kelebihan kadar asam lambung hingga menyebabkan perasaan terbakar
di ulu hati. Ini sering kali terjadi akibat makan makanan berlemak atau akibat terlalu banyak
minum alkohol.Keadaan ini menyebabkan lambung menghasilkan tambahan asam, yang
menimbulkan rasa tidak enak (rasa penuh, sebah) pada bagian lambung atau bagian tengah
dada. Kelebihan asam lambung yang berlarut-larut atau berulang-ulang merupakan tanda
peringatan untuk borok lambung atau usus. Borok lambung atau usus sendiri merupakan luka
menahun pada lambung atau usus halus.Penyakit ini dapat diketahui dengan adanya rasa
nyeri yang menahun dang kadang-kadang menusuk pada ulu hati. Sering kali rasa nyeri
berkurang setelah penderita makan atau minum susu. Namun jika penderita terlambat makan
2 atau 3 jam, makan makanan berlemak dan pedas, atau meminum alkohol,serangan nyeri
akan menghebat.

2. GERD

Penyakit Refluks Gastroesofagul (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)


didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat reflek kandungan lambung ke
dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu di esofagus maupun
ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2002).

Pada orang normal, refluk ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan. Karena
posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir
masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak
mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan
refluks fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulang-ulang
yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang lama.
Istilah esofagus refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan lambung, seperti
erosi dan ulserasi epitel skuamosa esofagus (Susanto, 2002)

3
B. Etiologi

1. Maag

Adapun etiologi penyakit maag :

 Pola makan yang tidak teratur/amburadul.


 Faktor jenis makanan seperti makanan yang asam dan pedas.
 Stres.
 Adanya penyakit seperti luka bakar, pembedahan gagal ginjal, dan lain-lain.
 Alkohol dan rokok
 Serangan bakteri
 Konsumsi obat sembarangan
 Kafein
 Minuman bersoda
 Coklat
Adapun etiologi lain terjadinya maag adalah
 Jadwal makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan dapat
mengakibatkan kelebihan asam lambung dan akan mengiritasi dinding mukosa lambung.
 Stress dapat mengakibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh yang dapat
merangsang sel dalam lambung yang berlebihan.
 Makanan yang teksturnya keras dan di makan dalam keadaan panas.
 Mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh, makanan
pedas, makanan asam dan makanan yang mengandung gas secara berlebihan.

2. GERD

Penyebab dari GERD adalah komplek. Mungkin ada berbagai penyebab-penyebab


dan penyebab-penyebab yang berbeda mungkin bekerja pada individu-individu yang berbeda
atau bahkan pada individu yang sama pada waktu-waktu yang berbeda. Sejumlah kecil
pasien-pasien dengan GERD menghasilkan jumlah-jumlah asam yang besarnya abnormal,
namun ini adalah tidak umum dan bukan faktor yang berkontribusi pada mayoritas yang
sangat luas dari pasien-pasien. Faktor-faktor yang berkontribusi pada GERD adalah sfingter
esofagus bagian bawah, hiatal hernias, kontraksi-kontraksi esofagus dan pengosongan dari
lambung.

4
C. Simptom

1. Maag

Adapun gejala dari maag tersebut :

 Mual dan muntah


 Nyeri epigastrium yang timbul tidak lama setelah makan dan minum
 Pucat
 Lemah
 Keringat
 Nadi cepat
 Nafsu makan menurun drastis
 Suhu badan meningkat
 Sering bersendawa terutama dalam kelaparan.

2. GERD

Gejala yang sering muncul pada GERD adalah :

 Mulas
 Regurgitas
 Kesulitan menelan
 Nyeri dengan menelan
 Peningkatan air liur
 Mual
 Nyeri dada

5
D. Patofisiologi

1. Maag

Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi bakteri H. Pylori yang hidup di bagian
dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walapun tidak spenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. Pylori sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab serin terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic
gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar pengahsil asam lambung perlahan rusak.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingakat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-rasun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara
sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker
lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H pylori kronis tidak mempunyai
kanker dan tidak mempunyai gejala astritis, hal inimengundikasikan bahwa ada penyebab lain
yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yanag lain tidak.

2. GERD

GERD dapat dibagi menjadi dua yaitu erosive esophagitis (EE) dan non-erosive
reflux disease (NERD).Pasien-pasien NERD tidak didapatkan lesi pada esofagus saat
pemeriksaan endoskopi (Singh, 2012). Beberapa hal yang berperan dalam patogenesis
GERD, diantaranya adalah peranan infeksi Helicobacter pylori (H. pylori), peranan
kebiasaan/gaya hidup ala barat dengan diet tinggi lemak, peranan motilitas, dan
hipersensitivitas viseral. Peranan infeksi H. Pylori dalam patogenesis GERD relatif kecil dan
kurang didukung oleh data yang ada. Peranan alkohol, diet serta faktor psikis tidak bermakna
dalam patogenesis GERD, sedangkan rokok dan berat badan berlebih dikatakan sebagai
faktor risiko terjadinya GERD. Beberapa obat-obatan bronkodilator dapat juga
mempengaruhi GERD (PGI, 2013).

Pasien GERD, mekanisme predominan adalah transient lower esophageal spinchter


relaxation (TLESR), menurunnya bersihan esofagus, disfungsi sfingter esofagus, dan

6
pengosongan lambung yang lambat. Peranan refluks non-asam/gas dalam patogenesis GERD
didasarkan atas hipersensitivitas viseral yang memodulasi persepsi neural sentral dan perifer
terhadap rangsangan regangan maupun zat non-asam dari lambung. Secara teori ada tiga
mekanisme mukosa esofagus (Gambar 2.1) yaitu 1) mekanisme pre epitel yang terdiri dari
mukus, ion bikarbonat, dan faktor pertumbuhan epitel, 2) mekanisme pertahanan epitel yang
terdiri dari sel epitel dan kompleks intercelluler junctional, dan 3) mekanisme post
epitelial yang terdiri dari pembuluh darah. Mekanisme pertahanan superfisial pre-epitelial
tidaklah terlalu kuat, jadi sel epitel esofgus lebih mudah terpapar asam refluks dan cairan
duodenum.

E. Pengobatan Farmakologi

1. Maag

Obat-obatan yang biasa digunakan:

a. Antasida (menetralisir asam lambunf dan menghilangkan rasa nyeri)

b. Proton Pump Inhibitor (menghentikan produksi asam lambung dan menghambat infeksi
bakteri helicobacter pylori)

c. Cytoprotective Agent (melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus)

d. Antisekretorik ( mampu menekan sekresi asam)

e.Pankreatin (membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein)

f. Ranitidin (mengobati tukak lambung)

g. Simetidin (menobati dispepsia)

2. Gerd

Terapi farmakologi yabg dapat dilakukan untuk penderota gerd yaitu :

a. preparat antagonis H2 seperti Simetidin (Tagamet)

b. ranitidin (zantac) atau famotidin (pepcid) = terbukti efektif untuk mengurangi jumlah
asam dalam kandungan getah lambung dan dapat mencegah esofagetis.

7
c. omeprazol (prilosec) dan lansoprazol (prepaciv) = merupakan olonan inhibitor pompa
proton juga efektif untuk menyekat produksi asam lambung.

F. Pengobatan non farmakologi

1. Maag

Pengobatan non farmakologi pada penderita penyakit maag meeantur pola makan dan
aktivitas. Untuk penderita maag dianjurkan untuk makan secara teratur bisa jua ditambah
cemilan 2 sampai 3 kali sehari, tetapi yang mesti diperhatikan yaitu jangan tergesa-gesa saat
makan dan kunyahlah makan dengan baik, sebanyak 32 kali kunyahan. Dan biasakan tidak
menyuap makanan dalam jumlah besar agar tidak membebeni saluran cerna.

Jangan lupa menghindari makanan yang nerangsang seperti asam, pedas, kopi, soda
atau alkohol. Ini menimbulkan efek yang sangat cepat. Selama atau setelah makan sebaiknya
tidak melakukan aktivitas berat atau tidur dan dianjurkan tidak duduk tetapi melakukan
aktivitas ringan.

2. GERD

Beberapa penelitian telah meneliti keefektifan terapi pengaturan posisi bagi penderita
gerd. Secara tradisional bagi seseorang yang menderita gerd direkomendasikan posisi duduk
tegak dalam bangku. Belakangan posisi berbaring telungkup dengan kepala ditegakan
terbukti lebih superior dari pada duduk tegak. Meski demikian, penelitian lainnya tidak
menemukan perbedaan yang bermakna antara posisi telungkup rata dan telungkup dengan
kepala ditegakan : penelitian ini menyimpulkan bahwa kelebihan pada posisi telungkup
denan kepala ditegakkan tidak sebanding dengan upaya ekstra yang diperlukan untuk
mempertahankan posisi ini. Oleh karena itu, naik posisi telungkup rata maupun telungkup
dengan kepala ditegakan yang dilaksanakan sesudah makan merupakan tindakan yang tidka
dianjurkan bagi penderita gerd. Penelitian lainnya lebih menyetujui pada saat sesudah makan
untuk menghindari gerd dianjurkan untuk duduk.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Maag adalah kelebihan kadar asam lambung hingga menyebabkan perasaan terbakar
di ulu hati. Ini sering kali terjadi akibat makan makanan berlemak atau akibat terlalu banyak
minum alkohol.Keadaan ini menyebabkan lambung menghasilkan tambahan asam, yang
menimbulkan rasa tidak enak (rasa penuh, sebah) pada bagian lambung atau bagian tengah
dada.

Penyakit Refluks Gastroesofagul (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)


didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat reflek kandungan lambung ke
dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu di esofagus maupun
ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2002).

Pengobatan Farmakologi

1. Maag

Obat-obatan yang biasa digunakan:

a. Antasida (menetralisir asam lambunf dan menghilangkan rasa nyeri)

b. Proton Pump Inhibitor (menghentikan produksi asam lambung dan menghambat infeksi
bakteri helicobacter pylori)

c. Cytoprotective Agent (melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus)

d. Antisekretorik ( mampu menekan sekresi asam)

e.Pankreatin (membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein)

f. Ranitidin (mengobati tukak lambung)

g. Simetidin (menobati dispepsia)

2. Gerd

Terapi farmakologi yabg dapat dilakukan untuk penderota gerd yaitu :

9
a. preparat antagonis H2 seperti Simetidin (Tagamet)

b. ranitidin (zantac) atau famotidin (pepcid) = terbukti efektif untuk mengurangi jumlah
asam dalam kandungan getah lambung dan dapat mencegah esofagetis.

c. omeprazol (prilosec) dan lansoprazol (prepaciv) = merupakan olonan inhibitor pompa


proton juga efektif untuk menyekat produksi asam lambung.

Pengobatan non farmakologi

1. Maag

Pengobatan non farmakologi pada penderita penyakit maag meeantur pola makan dan
aktivitas. Untuk penderita maag dianjurkan untuk makan secara teratur bisa jua ditambah
cemilan 2 sampai 3 kali sehari, tetapi yang mesti diperhatikan yaitu jangan tergesa-gesa saat
makan dan kunyahlah makan dengan baik, sebanyak 32 kali kunyahan. Dan biasakan tidak
menyuap makanan dalam jumlah besar agar tidak membebeni saluran cerna.

Jangan lupa menghindari makanan yang nerangsang seperti asam, pedas, kopi, soda
atau alkohol. Ini menimbulkan efek yang sangat cepat. Selama atau setelah makan sebaiknya
tidak melakukan aktivitas berat atau tidur dan dianjurkan tidak duduk tetapi melakukan
aktivitas ringan.

2. GERD

Beberapa penelitian telah meneliti keefektifan terapi pengaturan posisi bagi penderita
gerd. Secara tradisional bagi seseorang yang menderita gerd direkomendasikan posisi duduk
tegak dalam bangku. Belakangan posisi berbaring telungkup dengan kepala ditegakan
terbukti lebih superior dari pada duduk tegak. Meski demikian, penelitian lainnya tidak
menemukan perbedaan yang bermakna antara posisi telungkup rata dan telungkup dengan
kepala ditegakan : penelitian ini menyimpulkan bahwa kelebihan pada posisi telungkup
denan kepala ditegakkan tidak sebanding dengan upaya ekstra yang diperlukan untuk
mempertahankan posisi ini. Oleh karena itu, naik posisi telungkup rata maupun telungkup
dengan kepala ditegakan yang dilaksanakan sesudah makan merupakan tindakan yang tidka
dianjurkan bagi penderita gerd. Penelitian lainnya lebih menyetujui pada saat sesudah makan
untuk menghindari gerd dianjurkan untuk duduk.

10
Daftar Pustaka

L.Wong.Donna.Dkk.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol.2 Edisi 6.2008.EGC.Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai