Anda di halaman 1dari 8

GASTRITIS

Nomor :
SOP C-VII/…/II/20
18
DinKes Kab. Terbit ke :1
Halmahera No.Revisi :
Selatan
Tgl : 1 Februari
Dibelakukan 2018
Halaman :1/3
Kepala UPTD Puskesmas
ttd
UPTD Puskesmas
Loleojaya
Suprianto Andartomo, S. Kep
NIP. 19870310 201001 1 001

1. Definisi : Gastritis adalah Nyeri epigastrum yang hilang timbul/ menetap


dapat disertai dengan mual/muntah

2. Tujuan : Membantu dokter dalam menegakan diagnose dan pengobatan

3.Etiologi a. Pola Makan


Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis
dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak
teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan,
sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung
meningkat.
b. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik
kualitatif dan kuantitatif.  Secara alamiah makanan diolah
dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut
sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung
sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung
kosong antara 3-4 jam.
c. Jenis Makanan
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak
cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit
gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah,
kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau
mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna,
melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih
lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat
meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi
lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk
waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan
asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati
dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).
d. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran
makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang
harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan
bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan
berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dan
menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan
dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung,
yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung
menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan
atau luka pada lambung (Baliwati, 2004).
e. Kopi
Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi
asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih
asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa
mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu
kafein dan asam chlorogenic.
f. Teh
Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku “The
Miracle of Enzyme” menemukan bahwa orang-orang Jepang
yang meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas
secara teratur, sering menderita penyakit yang disebut
gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak
antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki efek
antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau
menetralisasi efek radikal bebas yang merusak.

g. Rokok
Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain
melemahkan katup esofagus dan pilorus, meningkatkan
refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung,
menghambat sekresi bikarbonat pankreas, mempercepat
pengosongan cairan lambung, dan menurunkan pH duodenum.
Sekresi asam lambung meningkat sebagai respon atas sekresi
gastrin atau asetilkolin. Selain itu, rokok juga mempengaruhi
kemampuan cimetidine (obat penghambat asam lambung) dan
obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada
malam hari, dimana hal tersebut memegang peranan penting
dalam proses timbulnya peradangan pada mukosa lambung.
Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung
(menurunkan sekresi bikarbonat dan aliran darah di mukosa),
memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan
komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga
dapat menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan
risiko kekambuhan tukak peptik (Beyer, 2004).
h. AINS ( Anti Inflamasi Non Steroid)
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif
adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non
steroid (Suyono, 2001).
i. Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh
terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan,
membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental,
fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat
dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Potter,
2005).
j. Stress Psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,
misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa.
Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi
mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan
dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang,
keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif
dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat
cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup (Friscaan,
2010).
k.Stress Fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar,
refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis
dan juga ulkus serta pendarahan pada lambung. Perawatan
terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus
peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan
yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan
mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung (Anonim, 2010).
l.Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup,
terutama dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida.
Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam
membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel
dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu
alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat
dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras
lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol
(Almatsier, 2002).
m. Helicobacter pylori
Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-
kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan
penyebab tersering terjadinya gastritis (Prince, 2005).
n. Usia
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita
gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini
menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia
mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih
cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau
gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda.
Sebaliknya,jika mengenai usia muda biasanya lebih
berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat.
4.Patofisiologi

5.Gejala Klinis Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual,


kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan dengan tanda-
tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan
anamnesis lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan
atau bahan kimia tertentu (Suyono, 2001).
Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan
hemoragi, ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual
dan anoreksia) dan dapat terjadi muntah, serta cegukan beberapa
pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi jika
makanan pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi jika sudah
mencapai usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira dalam
sehari meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2
sampai 3 hari (Ester, 2001).

6. Prosedur : 1. Perawat /bidan memanggil nama pasien


2. Perawat/bidan mencocokkan nama pasien dengan nama di form RM
pasien
3. Perawat/bidan menyapa pasien dan atau keluarganya
4. Perawat /bidan mempersilahkan pasien duduk
5. Perawat/bidan menanyakan keluhan pasien
6. Perawat/bidan melakukan anamnesa, meliputi :
6.1. Apakah pasien mual ?
6.2. Apakah pasien mengalami nyeri ulu hati ?
6.3. Mulai kapan pasien merasakan keluhan ?
6.4. Apakah pola makan sudah benar ?
6.5. Apakah mengalami keluhan lain ?
7. Perawat/bidan melakukan Vital Sign yang meliputi
7.1. Tekanan Darah
7.2. Suhu
7.3. Nadi
7.4. Respiratory
8. Perawat /bidan mencatat hasil anamnesa dan vital sign di rekam medis
pasien
9. Perawat/bidan memberikan catatan rekam medis kepada dokter
10. Dokter memeriksa :
10.1. Apakah ada nyeri epigastum ?
10.2. Apakah Perut kembung?
11. Dokter mencatat hasil dan menuliskan resep di rekam medis pasien
12. Dokter menulis obat di lembar resep :
12.1. Antasid 3 x 1 tablet dikunyah 30 menit sebelum makan
12.2. Cimetidin 3 x 200 mg, ditambah 200 mg sebelum tidur
13. Dokter menyarankan pasien :
13.1. Makan teratur, menghindarai makanan yang merangsang
(sambal, cuka, nanas, kopi, teh kental, alkohol)
13.2. Makan dengan porsi kecil dan sering
13.3. Hindari obat-obatan tertentu, misal : aspirin, AINS
14. Dokter memberikan resep kepada pasien
15. Dokter mempersilahkan pasien untuk mengambil obat di Ruang Obat

7. Prognosis : Prognosis gastritis ditentukan oleh etiologi yang mendasarinya


dan tipe gastritis.

8. Referensi : 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 tahun 2014 tentang


Pedoman Pengobatan Dasar Bagi Dokter di Fasyankes Primer
2. Sudoyo, dkk (2009). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna
Publishing.
3. Kementerian Kesehatan RI (2007). Pedoman Pengobatan
Dasar Di Puskesmas. Hal : 97-98

Anda mungkin juga menyukai