DISUSUN OLEH :
Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam
mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang
penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng
dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah
lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan
lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar
normalnya fungsinya sangat penting.
Penyakit gastritis yang terjadi pada lambung umumnya disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Kuman Helicobacter Pylori merupakan penyebab
tersering. Faktor non infeksi disebabkan oleh hadirnya zat asing yang masuk dalam
tubuh melalui makanan atau minuman yang dapat menyebabkan peradangan
lambung (Dewanto, 2012). Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan
terhadap 8 negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka
kejadian gastritis di dunia, dimulai dari Negara yang angka kejadian gastritisnya
paling tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh
India dengan persentase 43%, lalu beberapa Negara lainnya seperti Inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8%
(Nurlina, 2012).
Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesahatan RI
angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai
91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan
Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat
(Nurlina, 2012).
Pengertian
Klasifikasi
Gastritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastitis akut dan gastritis kronik.
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis
akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang
terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori. (Brunner dan suddart)
gastritis kronis diklasifikasikan lagi berdasarkan gambaran hispatologi dan distribusi
anatomi:
1) Gambaran hispatology
Gastritis kronik superficial
Gastritis kronik atropik
Atrofi lambung
Metaplasia intestinal
Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa
usus halus yang mengandung sel goblet.
2) Distribusi anatomi
Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses
autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan
absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh
kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan
dengan kuman Helicobacter pylori.
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri
atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang
berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau
minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan
melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan
mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Etiologi
1. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan
kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis
juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti inflamasi
non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa
lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).
2. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol,
dan merokok.
Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat
dan makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme.
Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan
sering pula menyebabkan tukak lambung akut.
Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat
menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus
motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding
lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah
lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung mensekresikan hormon gastrin
dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya
berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung (Guyton, 1997: 1021-1022).
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa
lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali
asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. (Long, 1996 : 196).
Fathway Gastritis
Manifestasi Klinis
Komplikasi
Pemeriksaan penunjang
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil
test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi.
2) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau
tidak.
3) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada
lambung.
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan
cara memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini.
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.
1) Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas,
asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya.
Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2) Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa
lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3) Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan
terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung,
sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung.
4) Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
5) Kendalikan stres
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga
dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan
pencernaan.
6) Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan
menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung
Acetaminophen.
Penatalaksanaan
Pengkajian
1. Durasi
- Apakah masalah terjadi kadang – kadang atau menetap?
- Bila masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau intermitten?
2. Kualitas dan Karakteristik
- Minta pasien untuk menggambarkan masalah
3. Tingkat Keparahan
- Apakah ini mempengaruhi kemampuannya melakukan aktivitas kehidupan
sehari – hari seperti biasanya.
4. Lokasi
- Dimana pasien merasakan terjadinya masalah?
- Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang lain?
- Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi manifestasi?
5. Faktor Pencetus
- Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan masalah?
- Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik?
- Kapan ini terjadi?
- Apakah berhubungan dengan makanan, minuman atau aktivitas?
- Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan nyeri?
6. Faktor Penghilang
- Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk mengurangi masalah
- Sudahkah ia mencoba obat – obatan?
- Mengubah posisi atau hal lain yang dapat menghilangkan nyerinya?
Diagnosa keperawatan
Adapun Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah sebagai
berikut :
Intervesi keperawatan
Intervensi/Rasional
Intervensi/Rasional
Kaji dan cata keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya instensitas skala nyeri
(0-10). Rasional : untuk menetukan intervensi dan mengetahui efek terapi.
Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : makanan sebagai penetralisir
asam lambung.
Jelaskan agar klien menghindari makanan yang merangsang lambung,
seperti makanan pedas, asam dan mengandung gas. Rasional : makanan
yang merangsang dapat mengiritasi mukosa lambung.
Atur posisi tidur senyaman mungkin. Rasional : posisi yang nyaman dapat
menurunkan nyeri.
Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam,
mendengarkan music, menonton TV dan membaca. Rasional : teknik
relaksasi dapat mengalihkan perhatian klien sehingga dapat menurunkan
nyeri.
Berikan terapi analgetik dan antasid. Rasional : untuk menghilangkan nyeri
lambung.
Kriteria hasil : makan habis 1 porsi, berat badan meningkat, hasil Laboratorium :
alnumin, Hb normal.
Intervensi/Rasional
Kaji status nutrisi dan pola makan klien. Rasional : sebagai dasar untuk
menetukan intervensi.
Puasakan pasien selama fase akut. Rasional : menurunkan rangsangan
lambung sehingga mencegah muntah.
Berikan nutrisi enteral atau parental, jika klien dipuasakan. Rasional : Untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Berikan minum peroral secara bertahap jika fase akut berkurang. Rasional :
untuk merangsang gaster secara bertahap.
Berikan makan peroral secara bertahap, mulai dari makanan saring.
Rasional : mencegah terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
Jelaskan agar klien menghindari minuman yang mengandung kafein.
Rasional : kafeindapat merangsang aktivitas gaster.
Timbang berat badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama.
Rasional : untuk mengetahui status nutrisi klien.
Berikan terapi multivitamindan antasid sesuai program medik. Rasional :
untuk meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.
Daftar Pustaka