Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Matakuliah : Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Dra. Indrawati,S.Kep,Ns,M.Psi

DISUSUN OLEH :

Nama : Ahmad Faisal Siregar


Nim : P07520120003
Kelas : 3 A D-III Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN D-III KEPERAWATAN
T.A 2022/2023
Latar Belakang

Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam
mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang
penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng
dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah
lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan
lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar
normalnya fungsinya sangat penting.

Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding


lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal
attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.

Gastritis merupakan gangguan kesehatan paling sering di jumpai diklinik karena


diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan hispatologi
(Priyanto, 2008). Gastritis atau radang lambung yang juga dikenal dengan sakit
radang maag.

Penyakit gastritis yang terjadi pada lambung umumnya disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Kuman Helicobacter Pylori merupakan penyebab
tersering. Faktor non infeksi disebabkan oleh hadirnya zat asing yang masuk dalam
tubuh melalui makanan atau minuman yang dapat menyebabkan peradangan
lambung (Dewanto, 2012). Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan
terhadap 8 negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka
kejadian gastritis di dunia, dimulai dari Negara yang angka kejadian gastritisnya
paling tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh
India dengan persentase 43%, lalu beberapa Negara lainnya seperti Inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8%
(Nurlina, 2012).
Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesahatan RI
angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai
91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan
Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat
(Nurlina, 2012).

Pengertian

Gastritis adalah merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat


bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi-
gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronik.(Silvia A.Price dkk., 1994; 376).
Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung,
Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet
yang sembrono (Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ;
Hinchliff, 1999 : 182).

Klasifikasi

Gastritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastitis akut dan gastritis kronik.

a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis
akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang
terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.

b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori. (Brunner dan suddart)
gastritis kronis diklasifikasikan lagi berdasarkan gambaran hispatologi dan distribusi
anatomi:

1) Gambaran hispatology
Gastritis kronik superficial
Gastritis kronik atropik
Atrofi lambung
Metaplasia intestinal
Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa
usus halus yang mengandung sel goblet.

2) Distribusi anatomi
Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses
autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan
absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh
kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan
dengan kuman Helicobacter pylori.

Anatomi dan Fisiologi

Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri
atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang
berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau
minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan
melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan
mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya


sebagai berikut :

1. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan
kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis
juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti inflamasi
non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa
lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).

2. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol,
dan merokok.

Penyebab lain adalah :

 Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat
dan makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme.
 Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan
sering pula menyebabkan tukak lambung akut.

Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat
menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus
motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding
lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah
lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung mensekresikan hormon gastrin
dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya
berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung (Guyton, 1997: 1021-1022).

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa
lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali
asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. (Long, 1996 : 196).

Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena


mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika
asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya
tidak ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin akan merusak
lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai darah,
keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi epitel. Bahan-
bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat menurunkan
produksi mukosa lambung.

Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan


vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-
kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapat berdampak pada
gangguan sel chief dan sel parietal. (Horbo,2000: 9 ; Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066).
Fathway Gastritis 

Fathway Gastritis

Manifestasi Klinis

Gejalanya bermacam – macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya.


Biasanya penderita Gastritis mengalami gangguan pencernaan ( Indigesti ) dan rasa
tidak nyaman diperut sebelah atas.

1). Gastritis Bakterialis


Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
2). Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya
menutupi gejala – gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak.
Segera setelah cedera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung, dalam
beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus. darah bisa turun.
Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.

3). Gastritis Erosif Kronis


Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak
penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri.
Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut
kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya
berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal ( Melena ), muntah darah
( Hematemesis ) atau makanan yang sudah dicerna yang menyerupai endapan
kopi.

4). Gastritis Eosinofilik


Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau
penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.

5). Penyakit Meniere


Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu
makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak
pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan
jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung
yang meradang. Protein yang hilang ini bercampur dengan isi lambung dan
dibuang dari tubuh.

6). Gastitis Sel Plasma


Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan
timbulnya ruam dikulit dan diare.
7). Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar
dibelakang tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang
karena adanya tukak dilambung. Tukak bisa menembus dinding lambung
sehingga isi lambung tumpah kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis
(peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa.

Gejala Gastritis secara umum :

1. Hilangnya nafsu makan.


2. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
3. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat
menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
4. Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
5. Kehilangan berat badan.

Komplikasi

Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada


sel – sel kelenjar dalam mucosa. Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat
infeksi H. Pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. Pylori adalah
MALT (Mucosa associated Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker ini berkembang
secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker
jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.

Pemeriksaan penunjang

Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan


penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.

Pemeriksaan ini meliputi :


1) Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil
test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi.

2) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau
tidak.

3) Pemeriksaan Feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada
lambung.

4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan
cara memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini.

5) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas


Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.
Pencegahan

Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.
1) Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas,
asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya.
Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2) Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa
lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3) Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan
terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung,
sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung.
4) Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
5) Kendalikan stres
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga
dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan
pencernaan.
6) Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan
menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung
Acetaminophen.
Penatalaksanaan

Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin


memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang
jarang pembedahan untuk mengobatinya.

1. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan


Bismuth, Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-tukak
(misalnya Omeprazole).
2. Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan
(penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 %
penderita Gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering
berakibat fatal.
3. Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita
sebaikanya menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti
peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi
lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya Ulkus
karena obat anti peradangan non-steroid.
4. Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis
Eosinofilik, bisa diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
5. Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus
mendapatkan suntikan tambahan vitamin B12.
6. Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau
seluruh lambung.
7. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi
pelepasan asam lambung.
8. Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi
sering.
9. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti
sambal, bumbu dapur dan gorengan.
10. Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu
pasien dengan gastritis.
Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis

Pengkajian

Metode yang dapat digunakan dalam pengkajian berupa wawancara, pemeriksaan


fisik, observasi umum, catatan tertulis dari pelayanan kesehatan profesional lain,
hasil pemeriksaan diagnostik, catat pada waktu masuk RS dan interaksi dengan
perawat, dokter, atau ahli yang lain (Long, 1996).

Pengkajian kesehatan meliputi waktu terjadinya masalah, durasi, faktor pencetus


dan manifestasi – manifestasi yang dirasakannya. Mulai dengan menanyakan
mengapa ia mencari bantuan kesehatan, kapan merasakan gejala, tanyakan pasien
mengenai keluhan utama dan penyakit saat ini berdasarkan: kapan masalah
pertama kali dirasakan? Apakah bertahap atau tiba – tiba? Apa yang dilakukan
pasien bila masalah pertama kali dihadapi? Apakah ini berhubungan dengan
masukan makanan?

1. Durasi
- Apakah masalah terjadi kadang – kadang atau menetap?
- Bila masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau intermitten?
2. Kualitas dan Karakteristik
- Minta pasien untuk menggambarkan masalah
3. Tingkat Keparahan
- Apakah ini mempengaruhi kemampuannya melakukan aktivitas kehidupan
sehari – hari seperti biasanya.
4. Lokasi
- Dimana pasien merasakan terjadinya masalah?
- Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang lain?
- Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi manifestasi?
5. Faktor Pencetus
- Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan masalah?
- Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik?
- Kapan ini terjadi?
- Apakah berhubungan dengan makanan, minuman atau aktivitas?
- Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan nyeri?
6. Faktor Penghilang
- Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk mengurangi masalah
- Sudahkah ia mencoba obat – obatan?
- Mengubah posisi atau hal lain yang dapat menghilangkan nyerinya?

7. Manifestasi yang berhubungan dengan gastritis


- Adakah manifestasi lain yang menggganggu pasien bila masalahnya ada?
- Apakah pasien kehilangan nafsu makan, mual, muntah atau diare?

Pengkajian selanjutnya ialah meliputi biodata pasien, keluhan utama, keluhan


tambahan, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan
pemeriksaan fisik pada pasien dengan Gastritis:

Diagnosa keperawatan

Adapun Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah sebagai
berikut :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang


berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan
pembatasan intake nutrisi, puasa.

Intervesi keperawatan

Diagnosa. 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang


berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.

Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.


Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas normal,
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.

Intervensi/Rasional

 Catat karakteristik muntah dan drainase. Rasional : untuk membedakan


distress gaster.
 Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam. Rasional : perubahan tekan darah
dan nadi indicator dehidarasi.
 Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit, pengisian
kapiler). Rasional : untuk mengidentifikasi terjadinya dehidrasi.
 Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan. Rasional :
untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
 Pertahankan tirah baring. Rasional : untuk menurunkan kerja gaster sehingga
mencegah terjadinya muntah.
 Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid. Rasional :
mencegah refluks dan aspirasi antasid.
 Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam lambung.
 Jelaskan pada klien agar menghindari kafein. Rasional : kafein merangsang
produksi asam lambung.
 Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik. Rasional : untuk
pergantian cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan cairan
 Pasang nasogastrik tube (NGT) pada klien yang mengalami pendarahan akut.
Rasional : untuk membersihkan lambung yang berisi darah supaya terbentuk
ammonia.
 Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB). Rasional : untuk
mengidentifikasi adanya anemia.
 Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai program medik. Rasional :
untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.

Diagosa. 2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.

Tujuan : nyeri teratasi


Kriteria hasil : klien rileks, klien dapat tidur, skala nyeri 0-2.

Intervensi/Rasional

 Kaji dan cata keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya instensitas skala nyeri
(0-10). Rasional : untuk menetukan intervensi dan mengetahui efek terapi.
 Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : makanan sebagai penetralisir
asam lambung.
 Jelaskan agar klien menghindari makanan yang merangsang lambung,
seperti makanan pedas, asam dan mengandung gas. Rasional : makanan
yang merangsang dapat mengiritasi mukosa lambung.
 Atur posisi tidur senyaman mungkin. Rasional : posisi yang nyaman dapat
menurunkan nyeri.
 Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam,
mendengarkan music, menonton TV dan membaca. Rasional : teknik
relaksasi dapat mengalihkan perhatian klien sehingga dapat menurunkan
nyeri.
 Berikan terapi analgetik dan antasid. Rasional : untuk menghilangkan nyeri
lambung.

Diagnosa 3.Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


tundakan pembatasan intake nutrisi, puasa.

Tujuan : pemeuhan kebutuhan nutrisi adekuat.

Kriteria hasil : makan habis 1 porsi, berat badan meningkat, hasil Laboratorium :
alnumin, Hb normal.

Intervensi/Rasional

 Kaji status nutrisi dan pola makan klien. Rasional : sebagai dasar untuk
menetukan intervensi.
 Puasakan pasien selama fase akut. Rasional : menurunkan rangsangan
lambung sehingga mencegah muntah.
 Berikan nutrisi enteral atau parental, jika klien dipuasakan. Rasional : Untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
 Berikan minum peroral secara bertahap jika fase akut berkurang. Rasional :
untuk merangsang gaster secara bertahap.
 Berikan makan peroral secara bertahap, mulai dari makanan saring.
Rasional : mencegah terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
 Jelaskan agar klien menghindari minuman yang mengandung kafein.
Rasional : kafeindapat merangsang aktivitas gaster.
 Timbang berat badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama.
Rasional : untuk mengetahui status nutrisi klien.
 Berikan terapi multivitamindan antasid sesuai program medik. Rasional :
untuk meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.
Daftar Pustaka

1. Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3,


EGC, Jakarta.
2. Ester, M, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem
Gastrointestinal, EGC, Jakarta.
3. Johnson, Marion, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), second
edition, Mosby, United State of American.
4. Hadi, Sujono, 1991, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung.
5. Long, BC, 1996, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan Pajajaran , Bandung.
6. Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 1999, Kapita Selekta Kedokteran ed
3, Media Aesculapius, Jakarta.
7. MC, Closkey, Joanne C, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC),
second edition, Mosby, United State of American.
8. Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006
Definisi dan Klasifikasi, EGC, Jakarta.
9. Priharjo, R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih,
EGC, Jakarta.
10. Reeves, Charlene J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika,
Jakarta.
11. Suharyo, dkk, 1988, Gastroenterologi Anak Praktis, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai