Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS/DISPEPSIA
DI RUANG RAUDOH
RUMAH SAKIT ISLAM FATIMAH

NAMA : AGUS HADI NURYANTO


NIM : 2019.04.068

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2019/2020
Laporan Pendahuluan Gastritis
1.Latar Belakang
Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam mempertahnkan
kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang penting dalam tubuh karena
hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam proses metabolisme dan kelangsungan
hidu setiap sel di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah lambung.
Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan lapisan ukosa lambung
menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding lambung (gastritis)
jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal attau mengkonsumsi jenis obat-
obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit
Dalam (IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya
jinak dan dapat sembuh sendiri (Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di
ICU menderita gastritis akut.
Gastritis merupakan gangguan kesehatan paling sering di jumpai diklinik karena diagnosisnya
sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan hispatologi (Priyanto, 2008). Gastritis
atau radang lambung yang juga dikenal dengan sakit radang maag. Meski dirasa sepele,
kenyataannya penyakit ini tetap saja menjadi momok bagi penderitanya. Tanpa pemeriksaan dan
pengobatan yang tepat, sakit radang maag justru dapat berkembang menjadi kanker lambung.
Sakit radang maag merupakan penyakit yang terjadi saat lambung mengalami perubahan fungsi
maupun peradangan (Dewanto, 2012).
Penyakit gastritis yang terjadi pada lambung umumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan
protozoa. Kuman Helicobacter Pylori merupakan penyebab tersering. Faktor non infeksi
disebabkan oleh hadirnya zat asing yang masuk dalam tubuh melalui makanan atau minuman
yang dapat menyebabkan peradangan lambung (Dewanto, 2012). Badan penelitian kesehatan
WHO mengadakan tinjauan terhadap 8 negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase
dari angka kejadian gastritis di dunia, dimulai dari Negara yang angka kejadian gastritisnya
paling tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India
dengan persentase 43%, lalu beberapa Negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang
14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8% (Nurlina, 2012).
Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesahatan RI angka kejadian
gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu
di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%,
Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan
yang kurang sehat (Nurlina, 2012).

2.Pengertian
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi- gastritis superfisial akut
dan gastritis atrofik kronik.(Silvia A.Price dkk., 1994; 376).Gastrits adalah proses inflamasi pada
lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, Khususnya selaput lendir pada mukosa gaster yang
sering diakibatkan oleh diet yang sembrono (Smeltzer,2001 : 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,,
1999: 181 ; Hinchliff, 1999 : 182).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal
492) Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422) Gastritis
adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara
hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Imu
Penyakit Dalam Jilid II) Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa
lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas Jadi dapat disimpulkan gastritis itu adalah Suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena
perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau
gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang
berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.

3.Klasifikasi
Gastritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastitis akut dan gastritis kronik.
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif.
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam daripada mukosa muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori. (Brunner dan suddart)
gastritis kronis diklasifikasikan lagi berdasarkan gambaran hispatologi dan distribusi
anatomi:
1) Gambaran hispatology
 Gastritis kronik superficial
 Gastritis kronik atropik
 Atrofi lambung
 Metaplasia intestinal
 Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa
usus halus yang mengandung sel goblet.
2) Distribusi anatomi
 Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses
autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan
absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh
kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.
 Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan
dengan kuman Helicobacter pylori.
4.Anatomi dan Fisiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat
dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan
dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung
dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung
mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka.

Lambung
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke
dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada
pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup.
Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung,
dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar –
kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim – enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif
sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa –
mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat
korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan
dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.

5.Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia misal : lisol, alkohol,
merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan
terutama aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh
gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer,
Arif, 1999, hal : 492).
2. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan
kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
Penyebab lain adalah :
 Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan makan-
makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme Faktor psikologi
Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan produksi asam-asam
gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan mendorong gerakan antara makanan dan
dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.
 Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula
menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar
tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman
penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh
penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada
sebelumnya

6.Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan
pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis nervus vagus,
setelah melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem saraf enterik, kemudian
kelenjar-kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung
mensekresikan hormon gastrin dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam
hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung (Guyton, 1997: 1021-
1022).
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa
lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan
pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan peradangan pada mukosa lambung
dan nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dan perdarahan dan
peritonitis (Long, 1996 : 196).
Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena
mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika asam
lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya tidak ada
perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin akan merusak lambung, yang lama-
kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel
mukosal dan regenerasi epitel. Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non
Steroid dapat menurunkan produksi mukosa lambung.
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf yang
terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara lesi dan
asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot
halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri
tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan punggung.
Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat
parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu
nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat netralisasi
asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan mual dan muntah.
Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan vaskularisasi,
sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-kelamaan menyebabkan
atropi gaster dan menipis, yang dapatberdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel
parietal ini berfungsi untuk mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya
antibody maka faktor intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan,
dan akan terjadi anemia perniciosa (Horbo,2000: 9 ; Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066).

7.Fathway Gastritis

Fathway Gastritis
8. Manifestasi Klinis
Gejalanya bermacam – macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya. Biasanya
penderita Gastritis mengalami gangguan pencernaan ( Indigesti ) dan rasa tidak nyaman diperut
sebelah atas.
1). Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
2). Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi
gejala – gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah
cedera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini bisa
berubah menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh
dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai
mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2 – 5 hari setelah terjadinya cedera.
Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung
menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa
meluas dan berakibat fatal.
3). Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak penderita
( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya
merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis
menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman
seperti aspal ( Melena ), muntah darah ( Hematemesis ) atau makanan yang sudah dicerna
yang menyerupai endapan kopi.
4). Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau
penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.
5). Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan,
mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak pernah terjadi
perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan (edema) bisa
disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang
hilang ini bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
6). Gastitis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya
ruam dikulit dan diare.
7). Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar dibelakang
tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak
dilambung. Tukak bisa menembus dinding lambung sehingga isi lambung tumpah
kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri
yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan darurat.
Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan
menyempitnya saluran lambung yang menuju keusus duabelas jari, sehingga terjadi
nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung lambung, sehingga
bakteri dapat masuk kedalam dinding lambung dan menyebabkan nyeri hebat yang
muncul secara tiba – tiba.
 Gejala Gastritis secara umum
 Hilangnya nafsu makan.
 Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
 Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
 Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
 Kehilangan berat badan.

9. Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan
perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko
kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus – menerus pada dinding
lambung dan perubahan pada sel – sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel – sel
kelenjar dalam mucosa. Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. Pylori.
Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT (Mucosa
associated Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada
jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila
ditemukan pada tahap awal.
10. Pemeriksaan penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
1) Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test
yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu
dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah
dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung
akibat Gastritis.
2) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
3) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan
(anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
test ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa
kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.
Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu
sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
5) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan
Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika
dironsen.
11.Pencegahan
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi resiko terkena Gastritis.
1) Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,
gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan
yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan
jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2) Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung
dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3) Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan
terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga
menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker
lambung.
4) Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
5) Kendalikan stres
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat
meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan.
Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah
dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat
yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6) Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan
menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung
Acetaminophen
7) Ikuti rekomendasi dokter
12. Penatalaksanaan
Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan untuk
mengobatinya.
1. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan Bismuth,
Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya
Omeprazole).
2. Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit berat,
cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 % penderita Gastritis karena
stres akut mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan
pencegahan dengan memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat
anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam
lambung). Perdarahan hebat karena Gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan
menutup sumber perdarahan dengan tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut
mungkin seluruh lambung harus diangkat.
3. Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita sebaikanya
menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid
lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa
mengurangi resiko terbentuknya Ulkus karena obat anti peradangan non-steroid.
4. Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis Eosinofilik,
bisa diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
5. Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus mendapatkan
suntikan tambahan vitamin B12.
6. Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung.
7. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi pelepasan
asam lambung.
8. Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi sering.
9. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti sambal,
bumbu dapur dan gorengan.
10. Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan
gastritis.
Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis
1. Pengkajian
Metode yang dapat digunakan dalam pengkajian berupa wawancara, pemeriksaan fisik,
observasi umum, catatan tertulis dari pelayanan kesehatan profesional lain, hasil pemeriksaan
diagnostik, catat pada waktu masuk RS dan interaksi dengan perawat, dokter, atau ahli yang
lain (Long, 1996).
Pengkajian kesehatan meliputi waktu terjadinya masalah, durasi, faktor pencetus dan
manifestasi – manifestasi yang dirasakannya. Mulai dengan menanyakan mengapa ia mencari
bantuan kesehatan, kapan merasakan gejala, tanyakan pasien mengenai keluhan utama dan
penyakit saat ini berdasarkan: kapan masalah pertama kali dirasakan? Apakah bertahap atau
tiba – tiba? Apa yang dilakukan pasien bila masalah pertama kali dihadapi? Apakah ini
berhubungan dengan masukan makanan?
1. Durasi
 Apakah masalah terjadi kadang – kadang atau menetap?
 Bila masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau intermitten?
2. Kualitas dan Karakteristik
 Minta pasien untuk menggambarkan masalah
3. Tingkat Keparahan
 Apakah ini mempengaruhi kemampuannya melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari
seperti biasanya.
4. Lokasi
 Dimana pasien merasakan terjadinya masalah?
 Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang lain?
 Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi manifestasi?
5. Faktor Pencetus
 Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan masalah?
 Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik?
 Kapan ini terjadi?
 Apakah berhubungan dengan makanan, minuman atau aktivitas?
 Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan nyeri?
6. Faktor Penghilang
 Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk mengurangi masalah?
 Sudahkah ia mencoba obat – obatan ?
 Mengubah posisi atau hal lain yang dapat menghilangkan nyerinya?
7. Manifestasi yang berhubungan dengan gastritis
 Adakah manifestasi lain yang menggganggu pasien bila masalahnya ada?
 Apakah pasien kehilangan nafsu makan, mual, muntah atau diare?
 Pengkajian selanjutnya ialah meliputi biodata pasien, keluhan utama, keluhan tambahan,
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik pada pasien
dengan Gastritis:
2.Diagnosa keperawatan
Adapun Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang berlebihan (muntah,
perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
2) Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
3) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan pembatasan
intake nutrisi, puasa.
3.Intervesi keperawatan
Diagnosa. 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang berlebihan
(muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas normal, membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional :
 Catat karakteristik muntah dan drainase. Rasional : untuk membedakan distress gaster.
 Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam. Rasional : perubahan tekan darah dan nadi
indicator dehidarasi.
 Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit, pengisian kapiler).
Rasional : untuk mengidentifikasi terjadinya dehidrasi.
 Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan. Rasional : untuk
mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
 Pertahankan tirah baring. Rasional : untuk menurunkan kerja gaster sehingga mencegah
terjadinya muntah.
 Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid. Rasional : mencegah refluks
dan aspirasi antasid.
 Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam lambung.
 Jelaskan pada klien agar menghindari kafein. Rasional : kafein merangsang produksi
asam lambung.
 Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik. Rasional : untuk pergantian
cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan cairan
 Pasang iNGT) pada klien yang mengalami pendarahan akut. Rasional : untuk
membersihkan lambung yang berisi darah supaya terbentuk ammonia.
 Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB). Rasional : untuk mengidentifikasi adanya
anemia.
 Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai program medik. Rasional : untuk
mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.
Diagosa. 2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien rileks, klien dapat tidur, skala nyeri 0-2.
Intervensi/Rasional
 Kaji dan cata keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya instensitas skala nyeri (0-10).
Rasional : untuk menetukan intervensi dan mengetahui efek terapi.
 Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : makanan sebagai penetralisir asam
lambung.
 Jelaskan agar klien menghindari makanan yang merangsang lambung, seperti makanan
pedas, asam dan mengandung gas. Rasional : makanan yang merangsang dapat
mengiritasi mukosa lambung.
 Atur posisi tidur senyaman mungkin. Rasional : posisi yang nyaman dapat menurunkan
nyeri.
 Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam, mendengarkan music,
menonton TV dan membaca. Rasional : teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian
klien sehingga dapat menurunkan nyeri.
 Berikan terapi analgetik dan antasid. Rasional : untuk menghilangkan nyeri lambung.
Diagnosa 3.Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tundakan
pembatasan intake nutrisi, puasa.
Tujuan : pemeuhan kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : makan habis 1 porsi, berat badan meningkat, hasil Laboratorium : alnumin,
Hb normal.
Intervensi/Rasional
 Kaji status nutrisi dan pola makan klien. Rasional : sebagai dasar untuk menetukan
intervensi.
 Puasakan pasien selama fase akut. Rasional : menurunkan rangsangan lambung sehingga
mencegah muntah.
 Berikan nutrisi enteral atau parental, jika klien dipuasakan. Rasional : Untuk pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
 Berikan minum peroral secara bertahap jika fase akut berkurang. Rasional : untuk
merangsang gaster secara bertahap.
 Berikan makan peroral secara bertahap, mulai dari makanan saring. Rasional : mencegah
terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
 Jelaskan agar klien menghindari minuman yang mengandung kafein. Rasional :
kafeindapat merangsang aktivitas gaster.
 Timbang berat badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama. Rasional : untuk
mengetahui status nutrisi klien.
 Berikan terapi multivitamindan antasid sesuai program medik. Rasional : untuk
meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.
Daftar Pustaka

1. Brunner, A. Suddart, 2015, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3, EGC,
Jakarta.
2. Ester, M, 2011, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal, EGC,
Jakarta.
3. Johnson, Marion, 2005, Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby,
United State of American.
4. Hadi, Sujono, 2012, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung.
5. Long, BC, 2016, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,
Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan Pajajaran , Bandung.
6. Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 2011, Kapita Selekta Kedokteran ed 3, Media
Aesculapius, Jakarta.
7. MC, Closkey, Joanne C, 2010, Nursing Intervention Classification (NIC), second edition,
Mosby, United State of American.
8. Santosa, Budi, 2011, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan
Klasifikasi, EGC, Jakarta.
9. Priharjo, R, 2013, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih, EGC,
Jakarta.
10. Reeves, Charlene J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta.
11. Suharyo, dkk, 2008, Gastroenterologi Anak Praktis, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai