Disusun Oleh :
Anita Widyaastuti C.0105.20.072
Defi Pratiwi C.0105.20.073
Djain
Iin Yuliani C.0105.20.191
Popy Estria Priyanti C.0105.20.078
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinis
D. Klasifikasi
E. Pathway
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Penalaksanaan Klinis
1. Panatalaksanaan Medis
2. Keperawatan
H. Pengkajian keperawatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
5. Pemeriksaan Fisik Sistem
I. Analisa Data
J. Diagnosa Keperawatan
K. Perencanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Perencanaan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulam
B. Saran
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak dijumpai pada anak
- anak maupun dewasa. Menurut global initiative for asthma (GINA) tahun 2015, asma
didefinisikan sebagai “suatu penyakit yang heterogen, yang dikarakteristik oleh adanya inflamasi
kronis pada saluran pernafasan. Hal ini ditentukan oleh adanya riwayat gejala gangguan
pernafasan seperti mengi, nafas terengah- engah, dada terasa berat/tertekan, dan batuk, yang
bervariasi waktu dan intensitasnya, diikuti dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang
bervariasi”, (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-anak hingga
orang dewasa, tetapipenyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak.Menurut para ahli,
prevalensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100 - 150 juta penduduk dunia terserang asma
dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya. (Dharmayanti & Hapsari, 2015) Angka kejadian
asma bervariasi diberbagai negara, tetapi terlihat kecendrungan bahwa penderita penyakit ini
meningkat jumlahnya, meskipun belakang ini obat-obatan asma banyak dikembangkan. Laporan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam world health report 2000 menyebutkan, lima
penyakit paru utama merupakan 17,4 % dari seluruh kematian di dunia, masing-masing terdiri
dari infeksi paru 7,2 %, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%, Tuberkulosis 3,0%,
kanker paru/trakea/bronkus 2,1 %. Dan asma 0,3%. (Infodatin, 2017). Saat ini penyakit asma
masih menunjukkan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA
(2011), di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025
diperkirakan jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat
asma merupakan penyakit yang underdiagnosed. Buruknya kualitas udara dan berubahnya pola
hidup masyarakat diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita asma. Data dari
berbagai negara menunjukkan bahwa prevalensi penyakit asma berkisar antara 1-18% (Infodatin,
2017).Prevalensi asma di Indonesia menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga sebesar 4%.
Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2017, prevalensi asma untuk
seluruh kelompok usia sebesar 3,5% dengan prevalensi penderita asma pada anak usia 1 - 4
tahun sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun sebesar 2,0% (Infodatin, 2017).
Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka kejadian asma dengan merokok dan asap
rokok serta asap karbonsioksida, hindari binatang yang mempunyai bulu yang halus dan menjaga
pola makan agar tidak terjadinya obesitas, karena obesitas juga merupakan faktor resiko
terjadinya asma pada individu.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum dari Penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada
pasien dengan gangguan system pernafasan yaitu Asthma Bronkhial.
Sedangkan tujuan khususnya yaitu:
1. Mengetahui penyakit Asthma Bronkhial
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Asthma Bronkhial
3. Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asthma Bronkhial
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagi Pendidikan keperawatan, untuk membandingkan teori konsep asuhan
keperawatan gangguan system pernafasan yaitu Asthma Bronkhial dengan
penatalaksanaan asuhan keperawatan di lapangan sehingga memberikan gambaran
kepada mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal.
2. Bagi Praktek Keperawatan, meningkatkam pemberian asuhan keperawatan yang
optimal kepada pasien dengan gangguan system pernafasan Asthma Bronkhial yang
disesuaikan kembali dengan perkembangan pendidikan.
3. Bagi Penelitian Keperawatan, untuk mendapatkan intervensi – intervensi baru dalam
mengatasi masalah keperawatan pasien dengan gangguan system Pernafasan terutama
Asthma Bronkhial.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ASTHMA BRONCHIALE
C. Klasifikasi Asthma
Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi:
1. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon
yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan
derajatnya dapat berubah secara spontan atau setelah mendapat pengobatan.
2. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional (Smeltzer,
2001). Status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan
respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007). Status Asmatikus yang
dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas
(adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan
labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis,
respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin
besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi
pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
3. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim Danokusumo
(2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah:
1. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f. BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Rongen paru
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
E. Pathway
F. Diagnosis
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu:
1. Spirometri, untuk mengkaji jumlah udara yang di inspirasi
2. Uji provokasi bronkus
Menurut Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D, Sp.P(K), FCCP Divisi Asma - PPOK Dept.
Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RSUP PERSAHABATAN JAKARTA ,
Uji provokasi bronkus adalah pemeriksaan untuk mengetahui apakah seseorang mempunyai
hipereaktivitas bronkus (HBr). Bila seseorang memiliki keluhan seperti gejala asma, seperti
merasa sesak, terutama bila kena pajanan zat tertentu, atau ada riwayat napas berbunyi mengi.
Sementara pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan, begitu juga hasil pemeriksaan
fungsi paru atau spirometri hasilnya normal. Pada orang seperti inilah uji provokasi bronkus
perlu dilakukan. Bila uji provokasi bronkus hasilnya positif, yaitu nilai faal turun sesudah
diprovokasi sebesar nilai tertentu, maka orang itu dapat didiagnosis menderita asma.
Ada berbagai cara untuk melakukan uji provokasi bronkus, yaitu bisa dengan beban kerja
yaitu berjalan di atas jentera lari (treadmill) atau sepeda statis (ergocycle), bisa juga dengan
inhalasi udara dingin dan inhalasi antigen, Uji provokasi dengan udara dingin dan antigen
jarang dilakukan. Uji provokasi yang sering dilakukan adalah dengan inhalasi zat non
spesifik, yaitu dengan metakolin atau histamin.
Alat untuk melakukan uji provokasi bronkus disebut astograf. Untuk melakukan uji
provokasi bronkus bisa memakai metode Cocroft atau Takishima. Metode Cocroft
menentukan hasil uji provokasi bronkus dengan PC20, yaitu konsentrasi zat provokasi yang
menyebabkan nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) sebanyak 20%. Metode
Takishima menentukan hasil uji provokasi bronkus dengan peningkatan yahanan jalan napas.
3. Pemeriksaan sputum
Belum ada metode standard induksi sputum. Prinsip yang ada pada berbagai metode
ialah:
a. Pengobatan awal dengan bronkodilator ialah salbutamol
b. Monitoring faal paru
c. Nebulisasi dengan nebuliser ultrasonik
d. Konsentrasi cairan salin umumnya 3%, 4% atau 5%.
Akibat samping yang dapat terjadi ialah bronkokonstriksi, dapat dicegah dengan
pemberian bronkodilator salbutamol sebelum pemberian cairan salin. Pemberian salin
hipertonik lebih efektif dibandingkan salin normal dalam hal menginduksi pengeluaran
sputum. Tidak ada perbedaan hasil komposisi sel akibat perbedaan konsentrasi salin.
Pengggunaan nebuliser ultrasonik lebih berhasil dibandingkan dengan nebuliser jet.
4. Pemeriksaan tes kulit, dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
5. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
6. Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan bronkus
dan adanya sumbatan
7. Analisa gas darah, untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi.
G. Penalaksanaan Klinis
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2. Mengenal dan menghindari faktor- faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma,baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnya.
Pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu :
1. Pengobatan non Farmakologik :
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian Cairan
d. Fisiotherapy
e. Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan Farmakologik
a. Bronkodilator, obat yang melebarkan saluran nafas, terbagi menjadi dalam 2
golongan:
1) Simpatomimetik/andrenergik ( adrenaline dan efedrin)
Nama Obat :
a) Orsiprenalin ( Alupent )
b) Fenoterol ( berotec)
c) Terbutalin ( bricasma )
Obat-obatan golongan simpatomatik tersedia dalam bentuk tablet, sirup
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI ( Metered dose inhaler).
Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup ( Ventolin Diskhaler dan
Bricasma Turbuhaler ) atau cairan broncodilator ( Alupent, Berotec, brivasma serts
Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol ( partikel-partikel yang
sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
2) Satin ( teofilin)
Nama Obat :
a) Amninofilin ( amicam supp)
b) Aminofilin ( Euphilin Retard)
c) Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilim sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat.
3) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru
terlihat setelah pemakaian satu bulan
4) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg/hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat
diberika secara oral.
H. Pengkajian keperawatan
1. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien Asthma yaitu berupa sesak nafas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Sering dirasakan nafas atau dada seperti tertekan, bising mengi (wheezing) yang
terdengar dengan/tanpa stetoskop, batuk produktif, sering pada malam hari, ekspirasi
memanjang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit yang sama sebelumnya yaitu
penyakit asthma atau penyakit yang memperberat kondisi seperti batuk lama atau
alergi, dll.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah dikeluarga pasien ada yang menderita penyakit yang sama yaitu penyakit
asthma, atau penyakit pendukung yang memperberat seperti alergi, atau batuk lama,
dll.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Sikap pasien dalam menghadapi sakitnya, bisa tenang, cemas atau gelisah. Koping
terhadap sakitnya menerima atau menyangkal. Interaksi pasien dan keluarga maupun
pasien dan tenaga kesehatan baik atau tidak. Kebiasaan melakukan ibadah apakah
terganggu atau tidak dan keyakinan terhadap tuhan atas sakit yang dideritanya.
2. Pemeriksaan Fisik
Sesuai Sistem Pernafasan yaitu :
a. Inspeksi :
1) Konjungtiva pucat
2) Terdapat pernafasan cuping hidung
3) Penggunaan otot bantu pernafasan
4) Terdapat lendir kental berwarna putih saat pasien batuk
5) Bentuk Dada Simetris/Tidak
b. Palpasi
1) Akral dingin
2) CRT > 3 detik
3) Turgor kulit menurun
c. Perkusi
1) Bunyi pekak terjadi bila cairan atau jaringan padat menggantikan bagian
paru yang normalnya terisi oleh udara; bunyi hiperresonan pada emfisema
atau pneumotoraks.
d. Auskultasi
1) Terdapat bunyi mengi, wheezing atau ronchie
I. Analisa Data
No Data Senjang Etiologi Masalah
. Keperawatan
1. DS : Hipersekresi jalan nafas Bersihan jalan nafas
- dyspnea tidak efektif
- sulit bicara Asma Bronchial
- orthopnea
DO : dyspnea, sulit bicara
- batuk tidak efektif orthipnea, batuk tidak
- Tidak mampu batuk fektif, tidak mampu
- Sputum berlebih batuk, sputum berlebih,
- Mengi, wheezing dan atau mengi/ronkhi, gelisah,
ronkhi kering sianosis, bunyi nafas
- Gelisah menurun, frekuensi nafas
- Sianosis berubah, pola nafas
- Bunyi nafas menurun berubah
- Frekuensi nafas berubah
- Pola nafas berunah Bersihan jalan nafas
tidak efektif
2. DS : Ketidakseimbangan Gangguan Pertukaran
- Dyspnea ventilasi dan perfusi gas
- Pusing
- Penglihatan kabur Asma Bronchial
DO:
- Takikardia Dyspnea, Pusing,
- Sianosis Penglihatan kabur,
- Diaporesis Takikardia, Sianosis,
- Gelisah Diaporesis, Gelisah,
- Nafas cuping hidung Nafas cuping hidung,
- Kesadaran menurun Kesadaran menurun
- PCO2 meningkat atau PCO2 meningkat atau
menurun menurun, PO2 menurun
- PO2 menurun
Gangguan pertukaran
gas
3. DS : Hambatan upaya nafas Pola nafas tidak efektif
- Dyspnea
- Orthopnea Asma Bronchial
DO :
- Penggunaan otot bantu Dyspnea, Orthopnea,
pernafasan Penggunaan otot bantu
- Fase ekspirasi memanjang pernafasan, Fase
- Pola nafas abnormal ekspirasi memanjang,
(takipnea/ Pola nafas abnormal
bradypnea/hiperventilasi/ (takipnea/
kussmaul, cheyne stokes) bradypnea/hiperventilasi/
- Pernafasan cuping hidung kussmaul, cheyne
- Diameter thoraxs anterior- stokes), Pernafasan
posterior meningkat cuping hidung, Diameter
- Ventilasi semenit menurun thoraxs anterior -
- Tekanan ekspirasi menurun posterior meningkat,
- Tekanan inspirasi menurun Ventilasi semenit
- menurun, Tekanan
ekspirasi menurun
J. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas dd dyspnea, sulit bicara
orthipnea, batuk tidak fektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi/ronkhi,
gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah
2. Gangguan Pertukaran gas b.d ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi dd
Dyspnea, Pusing, Penglihatan kabur, Takikardia, Sianosis, Diaporesis, Gelisah, Nafas
cuping hidung, Kesadaran menurun, PCO2 meningkat atau menurun, PO2 menurun
3. Pola Nafas Tidak Efektif b.d hambatan upaya nafas dd dyspnea, orthopnea,
penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal
(takipnea/ bradypnea/hiperventilasi/ kussmaul, cheyne stokes), pernafasan cuping
hidung, diameter thoraxs anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun,
tekanan ekspirasi menurun
4. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian dd merasa bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yg dihadapi, sulit berkonsentrasi, mengeluh pusing, anoreksia,
palpitasi, merasa tidak berdaya, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur, frekuensi
nafas dan nadi meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak
pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih
K. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. DS : Setelah dilakukan Intervensi utama:
- dyspnea intervensi - Latihan batuk Mengefektifkan
- sulit bicara keperawatan efektif jalan nafas dengan
- orthopnea selama 3 x 24 jam merangsang
DO : maka bersihan pengeluaran dahak
- batuk tidak efektif jalan nafas dengan beberapa
- Tidak mampu batuk meningkat dengan kali nafas dalam
- Sputum berlebih kriteria hasil: dan prosedur batuk
- Mengi, wheezing dan - batuk efektif yang benar untuk
atau ronkhi kering meningkat mengeluarkan
- Gelisah - produksi dahak
- Sianosis sputum Jalan nafas yang
- Bunyi nafas menurun menurun -Manajemen jalan tersumbat akan
- Frekuensi nafas - mengi nafas menghambat/mem
berubah menurun perberat
- Pola nafas berubah - wheezing pernafasan
menurun
- dypnea Melihat apakah
menurun -Pemantauan respirasi frekuensi nafas
- orthopnea normal, bradipneu
menurun, sulit atau takipneu
bicara Intervensi
menurun Pendukung: Mengoptimalkan
- sianosis -Dukungan kepatuhan fungsi pengobatan
menurun dalam pengobatan
- gelisah
menurun Mengajarkan
- frekuensi - Edukasi fisioterapy teknik untuk
nafas dada mengeluarkan
membaik dahak secara
- pola nafas efektif
membaik Menyampaikan
- - Konsultasi via keluhan pasien
telepon Untuk melebarkan
- Pemberian obat jalan nafas dan
inhalasi mengeluarkan
dahak
Mencegah aspirasi
- Pencegahan aspirasi yang dapat
menghambat jalan
nafas
Mengoptimalkan
- Pengaturan posisi jalan nafas dengan
posisi yang tepat
Melakukan
- Penghisapan jalan penghisapan
nafas lender
(√ ) Kurang (jelaskan
Alasannya
Diet : Nasi lauk pauk Diet jantung
sayuran
Makanan Tambahan:
Makanan yang tidak Tidak ada Makanan yang terlalu
disukai/alergi/pantangan manis, berminyak dan
makanan berlemak
Teratur, Pagi, Siang
dan sore
Sesuai anjuran ahli gizi
Kebiasaan makan: Sering
Mengkonsumsi
makanan bersantan
dan jeroan
58 kg
60 kg
Perubahan BB 3 bln
terakhir :
( ) Bertambah.......Kg
( ) Tetap
( √) Berkurang........Kg Oral
Oral Air putih, Infus
b. Pola Cairan Air putih, Teh dan NaCl 0,9% 500 cc/24
Asupan Cairan : kopi jam
( √) Oral
( ) Parenteral Dibatasi
Jenis : …….. 5-6 gelas/hari
Frekuensi : ............... 600 cc/24 jam
± 1.900 cc
Volume total.........cc/hr
4. Personal hygene
a. Mandi
Frekwensi 2x/ hari Selama d Rs di
waktu Pagi dan sore bantu oleh istri (di seka)
b. Oral hygiene
Frekwensi 2x/ hari 1x/hari(ditempat tidur
Waktu Pagi dan sore dibantu oleh istrinya)
Selama di RS
c. Cuci rambut 2x/ minggu klien belum pernah
Frekwensi Pagi dan sore cuci rambut
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Tekanan darah : 130/90 mmHg
3) Nadi : 120 x/menit
4) Frekuensi nafas : 28 x/menit
5) Suhu : 37,8 0C
6) BB : 58 kg
b. Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
1) Inspeksi :
a) Bentuk dada simetris
b) Terdapat pernafasan cuping hidung
c) Penggunaan otot bantu nafas
2) Palpasi
a) Akral hangat
b) CRT 2”
3) Perkusi : sonor kedua paru
4) Auskultasi
a) Bunyi napas bronchovesikuler
b) Bunyi wheezing pada kedua lapang paru
c) Fase ekspirasi lebih panjang dibandingkan fase inspirasi.
4. Pemeriksaan Penunjang
Belum Periksa
2. Analisa Data
No. Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Hipersekresi jalan nafas Bersihan jalan nafas
- Klien mengeluh sesak
tidak efektif
DO : Asma Bronchial
- Batuk berdahak sulit
dikeluarkan klien mengeluh sesak,
- Wheezing dikedua lapang Batuk berdahak sulit
paru dikeluarkan, Wheezing
- Frekuensi nafas 28 x/menit dikedua lapang paru,
- Mengi Frekuensi nafas 28
x/menit
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas dd klien mengeluh sesak,
Batuk berdahak sulit dikeluarkan, Wheezing dikedua lapang paru, Frekuensi nafas 28
x/menit
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan usaha nafas dd Klien mengeluh sesak, Tekanan
darah 130/90 mmHg, Nadi 120 kali/menit, Pernapasan 28 kali/menit, suhu 37,8 OC , pernafasan
cuping hidung, penggunaan otot bantu nafas, bunyi wheezing pada kedua lapang paru, fase
ekspirasi lebih panjang dibandingkan fase inspirasi.
4. Perencanaan
- Pencegahan Aspirasi
aspirasi menyebabkan
masuknya benda
asing ke paru-paru
yang bisa
menyumbat jalan
- Pengaturan posisi nafas
Memberi posisi
yang optimal agar
jalan nafas terbuka
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Seven Jump
1. Identifikasi kata sulit
a. Dispnea adalah sensasi yang dirasakan ketika bernafas tetapi rasanya tidak cukup
(sesak)
b. inspeksi adalah proses pemeriksaan dengan metode pengamatan atau observasi
menggunakan panca indra uantuk mendeteksi masalah kesehatan pasien. Masalah
kesehatan yang di deteksi berupa bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor, dan
lainnya dari tubuh pasien.
c. Auskultasi adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan
menggunakan stetoskop
d. Wheezing adalah suara pernafasan frekuensi tinggi nyaring yang terdengar di
akhir ekspirasi. Hal ini di sebabkan penyempitan saluran respiratorik distal
2. Identifikasi masalah
a. Apa pengertian asthma ?
b. Jelaskan klasifikasi asthma?
c. Bagaimana patofisiologi asthma?
3. Brainstorming
a. Asma
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang
menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktifitas bronkus) sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat,
dan batuk terutama pada malam atau dini hari (kemenkes.RI)
b. Klasifikasi asma
1) Asma bronchiale
2) Status asmatikus
3) Asmathic emergency
c. Etiologi asma
Asma terjadi karena adanya respon alergi terhadap zat allergen (hipersensitivitas)
yang menyebabkan inflamasi dinding bronchus, edema, sumbatan mucus dan
spasme otot broncus.
4. Penjelasan
a. Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang
menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktifitas bronkus) sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk terutama pada malam atau dini hari (kemenkes.RI).
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes
terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk
akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik
berulang (Brunner and suddarth, 2011). Penyakit asma merupakan proses
inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
(GINA, 2011).
b. Klasifikasi asthma
1) Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon
yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan,
yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru
dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan.
2) Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional
(Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak
langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI,
2007). Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan
wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian
bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran
vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan
kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus
maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal
pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
3) Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
c. Patofisiologi asma
5. Tujuan pembelajaran
a. Mengetahui tentang penyakit asma
b. Mengetahui klasifikasi penyakit asma
c. Mengetahui patofisiologi penyakit asma
6. Informasi tambahan
ANALISIS JURNAL
No Judul Peneliti Penerbit Tahun Metode Hasil
1 Pengaruh senam Budi 74 Jurnal 2015 Metode : Quasi- Terdapat
asma terstruktur Antoro Kesehatan. experiment perbedaan
terhadap Volume VI, signifikan
peningkatan arus Nomor 1, Design : pre-post rerata
puncak ekspirasi April, test with control peningkatan
(APE) pada group arus puncak
pasien asma Metode ekspirasi
pengambilan sesudah
purposive senam asma
sampling terstruktur
pada
kelompok
Jumlah sample : intervensi
38 responden
Alat yang
diperlukan:
- Peak Flow meter
untuk mengukur
arus puncak
ekspirasi (APE),
pengukuran
dilakukan 2 kali,
yaitu sebelum
senam asma dan 6
minggu sesusah
asma
- Lembar
observasi, untuk
mencatat kode
responden , usia,
jenis kelamin,
pekerjaan, dan
mencatat hasil APE
- Lembar checklist
dilakukan untuk
mencatat kehadiran
senam ama selama
6 minggu
Langkah-langkah:
Pemanasan
Latihan inti A,
latihan ini
dimaksudkan
untuk melatih
cara bernafas
yang efektif
bagi penderita
asma.
Dilakukan
dengan
menarik nafas
(inspirasi) dan
mengeluarkan
nafas
(ekspirasi).
Ekspirasi lebih
panjang 2
hitungan dari
inspirasi
Latihan inti B,
untuk
melemaskan
otot-otot
pernafasan
Aerobik, untuk
meningkatkan
sirkulasi
(peredaran
darah)
Pendinginan
Dari analisis jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan senam asma dapa
efektif untuk menurunkan APE (Arus Puncak Ekspirasi) pada pasien asma terutama
pada pasien dengan frekuensi senam asma selama 6 minggu. Senam asma ini dapat
ditambahkan pada intervensi terutama pada diagnose pola nafas tidak efektif yaitu
menurunakan arus puncak ekspirasi.
7. Laporan
Sesuai BAB II dan III
A. Kesimpulan
Asma merupakan salah satu penyakit pada gangguan system respirasi yang sering kita
temui di masyarakat terutama pada pasien yang di rawat di Rumah Sakit. Dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan respirasi terutama asma, seorang perawat
harus mengetahui teori tentang penyakit asma, serta harus memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien yang tetap berpegang teguh pada konsep teori dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien di lapangan. Sebagai seorang perawat, dituntut untuk
berpikir kritis dalam memeberikan intervensi keperawatan dan harus mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi terutama pada penelitian-penelitian yang dapat mengatasi
keluhan pasien melui jurnal-jurnal yang ada.
B. Saran
1. Bagi Pendidikan keperawatan, laporan kasus ini dapat digunakan untuk
membandingkan teori konsep asuhan keperawatan gangguan system pernafasan yaitu
Asthma Bronkhial dengan penatalaksanaan asuhan keperawatan di lapangan sehingga
memberikan gambaran kepada mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
yang optimal.
2. Bagi Praktek Keperawatan, meningkatkam pemberian asuhan keperawatan yang
optimal kepada pasien dengan gangguan system pernafasan Asthma Bronkhial yang
disesuaikan kembali dengan perkembangan pendidikan.
3. Bagi Penelitian Keperawatan, untuk mendapatkan intervensi – intervensi baru dalam
mengatasi masalah keperawatan pasien dengan gangguan system Pernafasan terutama
Asthma Bronkhial.
DAFTAR PUSTAKA