Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An MG DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DISPEPSIA DI PUSKESMAS KAYON PALANGKARAYA

DISUSUN OLEH :

Rista Bela NIM.2019.C.11a.1026

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Rista Bela
NIM : 2019.C.11a.1026
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An
MG Dengan Diagnosa Medis Dispepsia Di Puskesmas Kayon
Palangkaraya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ika Paskaria, S.Kep., Ners Sri W, S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada An MG Dengan Diagnosa Medis Dispepsia Di Puskesmas Kayon
Palangkaraya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik
Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan II.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 06 Oktober 2021

ii
Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Konsep Dasar Dispepsia................................................................................1
1.1.1 Definisi....................................................................................................1
1.1.2 Anatomi Fisiologi lambung....................................................................1
1.1.3 Etiologi....................................................................................................3
1.1.4 Klasifikasi...............................................................................................4
1.1.5 Patofisiologi............................................................................................5
1.1.6 WOC.......................................................................................................6
1.1.7 Manifestasi Klinis...................................................................................8
1.1.8 Komplikasi..............................................................................................8
1.1.9 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................8
1.1.10 Penatalaksanaan Medis.........................................................................9
1.2 Konsep Keperawatan Anak............................................................................9
1.2.1 Pengertian Anak......................................................................................9
1.2.2 Kedudukan Anak Di Indonesia...............................................................9
1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak....................................................................9
1.2.4 Prinsip Keperawatan Anak....................................................................10
1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak..............................................................10
1.2.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak.............................................12
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan...............................................................13
1.3.1 Pengkajian.............................................................................................13
1.3.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................13
1.3.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................14
1.3.4 Implementasi Keperawatan...................................................................16
1.3.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................16
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................17

iv
BAB III PENUTUP................................................................................................32
3.1 Kesimpulan..................................................................................................32
3.2 Saran.............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

v
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep Dasar Dispepsia
1.1.1 Definisi
Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu
hati. Kondisi ini dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi
tubuh terhadap lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme dan seringkali menyerang individu usia
produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2016).
Kondisi ini tidak selalu ada pada setiap penderita. Bahkan pada
seorang penderita, keluhan tersebut dapat berganti atau bervariasi, baik dari
segi jenis keluhan maupun kualitas keluhan. Dispepsia dapat menimbulkan
beberapa dampak yang dapat mengakibatkan gangguan pada penderita
antara lain, pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus
peptikus (Purnamasari, 2017).
Diperkirakan sekitar 15-40 populasi di dunia memiliki keluhan
dispepsia kronis atau berulang: sepertiganya merupakan dispepsia organik
(struktural). Etiologi terbanyak dispepsia organik yaitu ulkus peptikus
lambung atau duodenum, penyakit refluks gastroesofagus, dan kanker
lambung (Purnamasari, 2017).
Masalah keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan
dispepsia yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan dan Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (Ida, 2016).

1.1.2 Anatomi Fisiologi lambung


1. Anatomi lambung

Gambar 1. Lambung
Lambung adalah rongga seperti kantong berbentuk J yang terletak
diantara esophagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga
bagian berdasarkan perbedaan struktur dan fungsi, yaitu :

1
a. Fundus, adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang
esophagus.
b. Korpus, adalah bagian tengan atau utama lambung
c. Antrum, adalah bagian lapisan otot yang lebih tebal dibagian
bawah lambung (Guyton, 2016).
2. Fisiolofi lambung
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air,
dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan
internal tubuh. Sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaan
dasar, yaitu motilitas, sekresi, digesti, dan absorbs (Guyton, 2016).
Ketika tidak ada makanan, mukosa lambung berbentuk lipatan
yang besar, disebut rugae, dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada
saat terisi makananm rugae menghilang dengan lancar seperti alat
music akordion dimainkan. Mukosa lambung terdiri dari tiga sel
sekresi : sel chief, sel parietal, dan sel mukus. Sel chief menyekresikan
enzim pepsinogen, sel parietal menyekresikan asam klorida yang
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, dan sel mukus menyekresi
mukus untuk melindungi gaster.
Gaster bekerja dengan memperkecil partikel makanan menjadi
larutan yang dikenal dengan nama kimus. Kimus tersebut mengandung
fragmen molekul protein dan polisakarida, butiran lemak, garam, air,
dan berbagai molekul kecil lain yang masuk bersama makanan. Tidak
ada molekul-molekul tersebut yang dapat melewati epitel gaster
kecuali air. Absorbsi paling banyak terjadi diusus halus (Guyton,
2016)
Faktor dilambung yang memengaruhi laju pengosongan gaster
yaitu volume kimus dan derajat fluiditas. Faktor diduodenum yang
memengaruhi laju pengosongan lambung antara lain :
a. Respon saraf melalui pleksus saraf intrinsic dan saraf autonomy
b. Respon hormone dikenal dengan enterogastron yang dibawa
darah dari mukosa usus halus ke gaster tempat mereka
menghambat kontraksi antrum. Enterogastron tersebut yang
penting adalah sekretin (dihasilkan sel S) dan kolesistokinin
(dihasilkan sel I).
c. Lemak paling efektif dalam memperlambat pengosongan
lambung karena lemak memiliki nilai kalori yang tinggi. Selain
itu, pencernaan dan penyerapan lemak memiliki nilai kalori
yang tinggi. Selain itu, pencernaan dan penyerapan lemak
hanya berlangsung diusus halus. Trigliserida sangat
merangsang duodenum untuk melepaskan kolesistokmin
(CCK). Hormone ini menghambat kontraksi antrum dan

2
menginduksi kontraksi sfingter pylorus, yang keduanya
memperlambat pengosongan lambung.
d. Asam dari kimus yang didalamnya terdapat HCl dinetralkan
oleh natrium bikarbonat didalam lumen duodenum. Asam yang
belum dinetralkan akan menginduksi pelepasan sekretin, yaitu
suatu hormone yang akan memperlambat pengosongan lebih
lanjut isi gaster yang asam hingga netralisasi selesai.
e. Hipertonisitas. Pengosongan gaster secara refleks jika
osmolaritas isi duodenum mulai meningkat.
f. Peregangan. Kimus yang terlalu banyak diduodenum akan
menghambat pengosongan isi lambung
Emosi juga dapat memengaruhi motilitas lambung. Meskipun tidak
berhubungan dengan pencernaan, emosi dapat mengubah motilitas
lambung dengan bekerja melalui saraf autonomy untuk memengaruhi
derajat eksistabilitas otot polos lambung. Efek emosi pada motilitas
lambung bervariasi dari orang ke orang lain dan tidak selalu dapat
diperkirakan, rasa sedih dan takut umumnya mengurangi motilitas,
sedangkan kemarahan dan agresi cenderung meningkatkannya. Selain
emosi, nyeri hebat dari bagian tubuh manapun cenderung menghambat
motilitas, tidak hanya dilambung tetapi diseluruh saluran cerna.
Respon ini ditimbulkan oleh peningkatan aktivitas simpatis (Guyton,
2016).

1.1.3 Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang
bersifat organik (struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik
antara lain karena terjadinya gangguan disaluran cerna atau disekitar saluran
cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit
yang bersifat fungsionaldapatdipicukarena faktor psikologis dan factor
intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari,
2017).
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang
bersifat organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain
karena terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna,
seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang
bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran
terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu. Faktor-faktor yang
menyebabkan dispepsia adalah:
1. Bakteri Helicobacter pylori.
Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir sendiri
adalah untuk melindungi kerusakan dinding lambung akibat

3
produksi asam lambung. Infeksi yang diakibatkan bakteri
helicobacter menyebakan peradangan pada dinding lambung.

2. Merokok
Rokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena
itu orang yang merokok lebih sensitive terhadap dispepsia
maupun ulser.
3. Stres
Stres bisa menyebabkan terjadi perubahan hormonal di dalam
tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel dalam lambung
yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam
yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan
kembung.
4. Efek samping obat-obatan tertentu
Konsumsi obat penghilang rasa nyeri seperti obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuproven
yang terlalu sering dapat menyebabkan penyakit gastritis, baik
itu gastritis akut maupun kronis.
5. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu
Minum-minuman yang mengandung alkohol dan kafein seperti
kopi dapat meningkatkan produksi asam lambung berlebihan
hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan kemampuan
fungsi dinding lambung.
6. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
permukaan lambung.
7. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam.
Minum-minuman yang mengandung alkohol dan cafein seperti
kopi dan mengkonsumsi makanan pedas dapat meningkatkan
produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi
iritasi dan menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung.

1.1.4 Klasifikasi
Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1) Dispepsia Organik, bila telah diketahui adanya kelainan
organik sebagai penyebabnya. Sindrom dyspepsia organik
terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya
tukak (ulkuspeptikum), gastritis, stomach cancer,
gastroesophageal refluxdisease, hyperacidity.

4
2) Dispepsia Non Organik (DNU), atau dyspepsia fungsional,
atau Dispepsia Non Ulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, dan endoskopi (Ida, 2016).

1.1.5 Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stress,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.

5
1.1.6 WOC

Makanan Mikroorganisme Pemakaian Zat kimia Stress


Merokok
(Pedas) (H.pylori) (obat-obatan, alcohol, tiner,
hama tanaman)
Melekat pada Peningkatan Peningkatan
epitel lambung adhesi thrombus aktifitas saraf
Merusak sel epitel lambung

Inflamasi Penyempitan Pelepasan


pembuluh darah mediator
Produksi asam lambung kimiawi
meningkat seperti
Fungsi barrier Suplai darah ke
ephinoprin
lambung lambung
terganggu menurun
Peningkatan Peningkatan
sekresi asam produksi
lambung Penurunan asam
produksi mukus lambung

Iritasi pada mukosa


lambung

Ancaman Kurang Kurang


Ansietas GASTRITIS
biologis informasi pengetahuan

6
B2 B3 B4 B5

Iritasi berulang Pelepasan mediator Mual-muntah Anoreksia


kimiawi (bradkinin)

Pendarahan Intake cairan Asupan oral B6


Transmisi nyeri ke menurun
menurun
SSP
sedangkan output
Hipotensi meningkat Bahan makanan
Nutrisi kurang (karbohidrat,
Nyeri dari kebutuhan lemak, protein)
Gangguan Perfusi tubuh
Resiko Produksi kalor
Jaringan ketidakseimbanga menurun
n cairan dan
elektrolit
Fase depolarisasi
otot terganggu

Kelemahan otot

Intoleransi
aktivitas

7
1.1.7 Manifestasi Klinis
Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol,
cepat kenyang, mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa
penuh, cepat keyang, kembung setalah makan, mual muntah, sering
bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri uluh hati dan dada atau regurgitas
asam lambung ke mulut. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan
jangka waktu tiga bulan meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih,
mual, berlangsung lama dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan
depresi (Purnamasari, 2017).

1.1.8 Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi yang dapat terjadi antara
lain, pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus
peptikus (Purnamasari, 2017).

1.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya
kelainan organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian
yaitu:
Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah
yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Jika ditemukan
leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir atau
banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan menderita
malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dyspepsia ulkus sebaiknya
diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat
diperiksa tumormarker (dugaan karsinoma kolon), dan (dugaan karsinoma
pankreas).
Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang
mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau
mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan.
Endoskopi biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari
lapisan lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bahwa
mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi Helicobacter
pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan bakuemas, selain sebagai
diagnostik sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi
H. pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi (Ida,
2016).

8
1.1.10 Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan non farmakologis
Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan
pasien dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien,
hipnoterapi, terapi relaksasi, manajemen nyeri dan terapi perilaku.
2. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Farmakologis Pengobatan dyspepsia mengenal beberapa obat, yaitu:
Antasida, Pemberian antasida tidak dapat dilakukan terus-menerus,
karena hanya bersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang
termasuk golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidine.
Pemasangan cairan pariental, pemasagan Naso Gastrik Tube (NGT)
jika diperlukan (Amelia, 2018).

1.2 Konsep Keperawatan Anak


1.2.1 Pengertian Anak
Menurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan
bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan
belum menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42
disebutkan bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai
perkawinan yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai
perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum
menikah.

1.2.2 Kedudukan Anak Di Indonesia


Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu
penerus keluarga yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga
serta dianggap sebagai seseorang yang bisa memberikan perawatan dan
perlindungan ketika kedua orang tua sudah berada pada tahap lanjut usia
( jaminan hari tua ) . Anak masih dianggap sebagai sumber tenaga murah
yang dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak dididik menjadi
pribadi yang mandiri.

1.2.3 Filosofi Keperawatan Anak


Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada
keluarga ( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik
care ).
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan
unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari
anggota keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh
lingkungan keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga

9
sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak
yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan
keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg
diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah
dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua
dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera (
injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada
anak dan modifikasi lingkungan fisik

1.2.4 Prinsip Keperawatan Anak


Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
a) Anak bukan miniatur orang dewasa
b) Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai
tahap perkembangan
c) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan &
peningkatan derajat kesh, bukan mengobati anak sakit
d) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung
jawab secara komprehensif dalam memberikan askep anak
e) Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak &
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi &
meningkatkan kesejahteran dengan menggunakan proses
keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek hukum (
legal )
f) Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi / kematangan
g) Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

1.2.5 Paradigma Keperawatan Anak


1) Manusia (Anak)
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan
salah satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa
tumbuh kembangnya, anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh
kembangnya yaitu:
a. Bayi : 0 – 1 th
b. Toddler : 1 – 2,5 th
c. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
d. Sekolah : 5 – 11 th
e. Remaja : 11 – 18 th

10
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara
orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat
dari struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum
matur sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak
lebih banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah
berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga
daya tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada
aspek kognitif, kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap
pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman
yang tidak menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu
trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak
traumatis anak.
2) Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit
atau cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar
& setiap waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai
dengan hasil interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang
mengganggunya.
3) Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun
sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan
external . Lingkungan Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti
tahap perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi
fisik, faktor Emosional, dan spiritual. SEdangkan lingkungan external
yang mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga, sosial
ekonomi, budaya
4) Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada
individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang
mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan
sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik
yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.

11
1.2.6 Peran Perawat dalam Keperawatan Anak
1) Pemberi Perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai
dengan masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana
sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi
perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar
seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.
2) Sebagai Advokat Keluarga
Sebagai client advokat, perawat bertanggung jawab untuk memebantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai
pemberi pelayanan dan informasi yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan
dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di
lakukan sebelum pasien melakukan operasi.
3) Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan
adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan
salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa
berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare
merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai pendidik (health
educator).
4) Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi
ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan.
Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan
masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku
hidup sehat (perubahan pola interaksi).
5) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional
pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan
nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk

12
menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak
yang menderita infeks.
6) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh
diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah
melakukan evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan
mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah
diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain
untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan
aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu
perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan
media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu
perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu
keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.

1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang
dilakukan yaitu: mengumpulkan data, mengelompokan data dan
menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi
adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah,
nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas
didada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
(Ida, 2016).
Adapun proses pengkajian yaitu pengkajian primer (primary
assessment). Primary Assessment dengan data subjektif yang didapatkan
yaitu keluhan utama: nyeri pada perut dan mengeluh mual muntah. Keluhan
penyakit saat ini: mekanisme terjadinya. Riwayat penyakit terdahulu:
adanya penyakit saraf atau riwayat cedera sebelumnya, kebiasaan minum
alcohol, konsumsi medikasi anticoagulant atau agen anti platelet, adanya
alergi, dan status imunisasi (Ida, 2016).

1.3.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut (Ida, 2016) diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada
klien dengan dispepsia yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif.

13
1.3.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa
lambung
Goal : pasien dapat mengontrol nyeri selama dalam proses
keperawatan
Objektif : Nyeri pasien akan berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
b. Frekuensi nyeri berkurang
c. Lamanya nyeri berlangsung
d. Ekspresi wajah saat nyeri
e. Posisi tubuh melindungi

Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0-10)


Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
b. Berikan istirahat dengan posisi semifowler
Rasional : dengan posisi semifowler dapat menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang
c. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat
meningkatkan kerja asam lambung
Rasinonal : mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
d. Observasi TTV tiap 24 jam
Rasional : sebagai indicator untuk melanjutkan intervensi
berikutnya
e. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
Rasional : mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
f. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesic
Rasional : menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama
dengan intervensi terapi lain
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak
enak setelah makan, anoreksia
Goal : pasien dapat mempertahankan keseimbangan nutrisi selama
dalam perawatan
Objektif : nutrisi pasien akan seimbang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
a. Asupan nutrisi meningkat

14
b. Pasien tidak mengalami hidrasi
c. Berat badan mengalami peningkatan
d. Asupan makanan tercukupi

Intervensi:

a. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat


Rasional : untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil
yang diharapkan
b. Timbang BB klien
Rasional : membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
meminimalkan anoreksia
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi iritasi gester
d. Catat status nutrisi pasien : turgor kulit, timbang berat badan,
intergritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat mual/muntah atau diare.
Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan
intervensi yang tepat
e. Kaji pola diet yang disukai/tidak disukai
Rasional : membantu intervensi kebutuhan yang spesifik,
meningkatkan intake diet klien
3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan adanya mual, muntah
Goal : klien akan mempertahankan keseimbangan cairan selama dalam
perawatan
Intervensi :
a. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membrane
mukosa, turgor kulit
Rasional : indicator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan
hidrasi seluler.
b. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urin dengan
akurat
Rasional : klien tidak mengonsumsi cairan sama sekali
mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukkan
kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
c. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan
laksatif/diuretic
Rasional : membantu klien menerima perasaan bahwa akibat
muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretic mencegah
kehilangan cairan lanjut

15
d. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan cairan optimal, misalnya jadwal masukan cairan
Rasional : melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki
keseimbangan untuk berhasil

e. Berikan/awasi hiperalimentasi IV
Rasional : tindakan darurat untuk memperbaiki ketidakseimbangan
cairan elektrolit
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Goal : klien tidak merasakan cemas selama dalam proses perawatan
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan
Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang
dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dalam tindakan
selanjutnya
b. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan
pikiran dan dengankan semua keluhannya
Rasional : klien ada yang memperhatikan sehingga klien merasa
aman dalam segala hal tundakan yang diberikan
c. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
Rasional : klien memahami dan mengerti tentang prosedur
sehingga mau bekerjasama dalam perawatannya
d. Berikan dorongan spiritual
Rasional : bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses
penyembuhan penyakitnya, masih ada yang maha berkuasa
menyembukannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

1.3.4 Implementasi Keperawatan


Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat yang akan memberikan perawatan kepada pasien dan
sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi juga melibatkan tenaga medis yang
lain untuk memenuhi kebutuhan pasien (Ida, 2016).

1.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berasil di capai. Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan/ kriteria hasil yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan tenaga medis
yang lain agar mencapai tujuan/ kriteria hasil yang telah ditetapkan (Ida,
2016).

16
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Rista Bela


Nim : 2019.C.11a.1026
Tempat Praktek : Puskesmas Kayon Palangkaraya
Tanggal Pengkajian & Jam : 3 September 2021

2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An MG (3,8 Tahun)
TTL : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : -
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Kencana III
Diagnosa Medis : Dispepsia
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.G
TTL : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : -
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Kencana III
Hubungan Keluarga : Kepala Keluarga

2.1.1.3 Keluhan Utama

17
Demam, muntah, pusing, berkeringat terus.
2.1.1.4 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Klien datang dibawa oleh keluarga dengan keluhan demam sejak 2 hari
yang lalu, disertai muntah cair 5x, makan dan minum kurang, berkeringat
terus. BAB normal, BAK kurang, pasien rewel, BB: 12kg, PB: 95cm.
Serta obat yang sudah diminum: paracetamol syr.
2) Riwayat Kesehatan lalu
Keluarga klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti
sekarang.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien, dan tidak ada penyakit keturunan dan menular.
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
Gambar. 2.1 Genogram keluarga

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


2.1.2.1 Keadaan Umum: Baik
Tanda-tanda Vital
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 38,20C
Respirasi : 30 x/menit

2.1.2.2 Kepala dan Wajah


Kepala bentuk normal bulat dan merata, warna rambut hitam lurus, kulit
kepala bersih.
Wajah bentuk normal bulat, mata tampak cembung ke depan.

18
2.1.2.3 Leher dan Tenggorokan
Pada leher tidak teraba tyroid, dan tidak ada pembesaran kelenjar.
Keadaan tenggorokan baik.
2.1.2.4 Mulut dan Faring
Mulut pasien bersih, mulkosa lembab, tidak ada secret. Bentuk bibir
normal, warna gigi putih dan bersih.
2.1.2.5 Dada
Bentuk dada normal, tidak ada kelainan, system respirasi pasien normal,
jenis pernafasan normal, irama nafas teratur, pasien tidak menggunakan
alat bantu pernafasan, pada saat diperkusi tidak ada cairan dan tidak
terdapat masa, pada saat auskultasi inspirasi dan ekspirasi normal.
2.1.2.6 Abdomen
Ispeksi pada abdomen perut Nampak datar, tidak membuncit/membusung,
tidak Nampak bekas luka.
2.1.2.7 Eliminasi
Kebiasaan dalam sehari BAK pasien normal berwarna kuning. Sedangkan
semenjak sakit menjadi berkurang. Untuk BAB pasien normal.
2.1.2.8.Ekstremitas
tangan tidak ada edema dan bentuk normal. Kaki bentuk normal dan tidak
ada edema sendi tidak nyeri.

2.1.2.7 Genetalia
Laki-laki, tidak ada kelainan.

2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


2.1.3.1 Gizi Selera makan

19
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari

Frekuensi/hari 1-2 x sehari 3 x sehari


Porsi 725kkal/ hari 1.125kkal/ hari
Nafsu makan Berkurang Normal
Jenis Makanan Nasi, sayur, lauk pauk Nasi, sayur, lauk
pauk
Jenis Minuman Air mineral Air mineral
Jumlah minuman 715cc/24 jam 1.300cc/24 jam
Kebiasaan makan Kurang nafsu makan Baik
Keluhan/masalah - -

2.1.3.2 Kemandirian dalam bergaul


Kemandirian dalam bergaul dengan keluarga cukup baik
2.1.3.3 Motorik halus
Kemampuan motorik halus berjalan baik dan normal
2.1.3.4 Motorik Kasar
Kemampuan motorik kasar berjalan baik dan normal
2.1.3.5 Kognitif dan bahasa
Kemampuan kognitif dan bahasa pada anak baik
2.1.3.6 Psikososial
Perkembangan psikososial baik

2.1.4 Pola Aktivitas Sehari-hari


No Pola Kebiasaan Keterangan

Nutrisi
a. Frekuensi
a. 1.125kkal/hari

20
b. Nafsu Makan/selera b. Baik dan tidak pilih-pilih makan
c. Jenis Makanan c. Nasi, Sayur, Lauk pauk
Eliminasi
a. BAB
a. 1 x/hari
b. BAK
b. 4 x/hari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. 2 jam
b. Malam/jam b. 12 jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. 2 x/hari
b. Oral Hygene
b. 2 x/hari

2.1.5 Data Penunjang


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Tyhpi O 1/80
Paratyphi AO Negatif
Paratyphi BO 1/80
Tyhpi H Negatif
Paratyphi AH Negatif
Paratyphi BH Negatif

2.1.6 Penatalaksanaan Medis


1. Domperidon Syr 3x sehari
2. Paracetamol Syr 3x sehari
3. Cepadroxil Syr 2x sehari
4. Stimuno Syr 3x sehari

Mahasiswa,

21

Rista Bela
22
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH


OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Peningkatan asam Nyeri akut
-Klien demam 2 hari lambung (dispepsia)
-muntah cair 5x
-pusing Nyeri epigastrium b.d
-makan dan minum berkurang iritasi pada mukosa
-berkeringat terus lambung
-klien rewel
DO :
-Klien Nampak meringis
-Klien Nampak lemah
-Klien rewel
-BB: 12kg Resiko
-PB: 95cm Produksi HCL di lambung ketidakseimba
-S: 38,2°C meningkat ngan elektrolit

Mual, muntah

DS: Kekurangan volume cairan


-Muntah cair 5x
-Makan dan minum kurang
-Berkeringat terus
-BAB: Normal Dehidrasi Hipertermia
-BAK: Kurang
DO:
-BB: 12kg
-PB: 95cm
-S: 38,2°C

DS:
-Demam 2 hari
-muntah cair 5x
-Pusing sejak malam
-klien rewel
-makan dan minum kurang
DO:
-BB: 12kg
-PB: 95cm
-S: 38,2°C

23
PRIORITAS MASALAH

1. Hipertermia b.d dehidrasi


2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d kekurangan volume cairan
3. Nyeri akut b.d agen cedera biologis

24
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: MG
Ruang Rawat: Puskesmas Kayon Palangkaraya
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. untuk mengetahui
tindakan keperawatan tubuh
kenaikan suhu tiba-
selama 2 x kunjungan 2. Monitor kadar
diharapkan suhu tubuh elektrolit tiba.
pada klien tetap berada 3. Monitor
2. elektrolit sebagai
pada rentang normal haluaran elektrolit
KRITERIA HASIL: 4. Berikan cairan indikator keadaan
1. Suhu tubuh membaik oral
status cairan dalam
5. Kolaborasi
cairan dan tubuh.
elektrolit intravena,
3.membantu dalam
jika perlu
menganalisa
keseimbangan cairan
dan derajat
kekurangan cairan
4. untuk
Setelah dilakukan
mempertahankan
tindakan keperawatan
selama 2 x kunjungan 1. monitor status cairan
maka keseimbangan hidrasi
5.untuk menjaga
cairan meningkat 2. Monitor berat
dengan badan harian asupan cairan yang
KRITERIA HASIL: 3. Berikan asupan
dibitihkan tubuh.
Resiko (1) Asupan cairan cairan, sesuai
ketidakseimban meningkat kebutuhan
gan elektrolit (2) Tidak ada dehidrasi 4. Berikan cairan
1. perubahan status
intravena, jika
perlu hidrasi, membrane
mukosa, turgor kulit,
menggambarkan berat
ringannya kekurangan
cairan.
2. penurunan berat
Setelah dilakukan badan terjadi dengan
tindakan keperawatan

25
selama 2 x kunjungan 1. identifikasi skala kehilangan cairan
diharapkan nyeri pada nyeri
yang berlebihan.
klien berkurang 2. identifikasi
KRITERIA HASIL: faktor yang 3. untuk memberikan
(1) klien tidak memperingan dan
hidrasu cairan tubuh
mengeluh nyeri memperberat nyeri
(2) klien tampak tenang 3. kontrol secara parental
(3) Nyeri berkurang lingkungan yang
4. meningkatkan
memperberat nyeri
(missal: suhu jumlah cairan tubuh.
ruangan,
5. untuk menjaga
Nyeri akut b.d pencahayaan, dan
dyspepsia kebisingan). asupan nutrisi yang
dibutuhkan tubuh.

1. untuk mengetahui
seberapakah rasa
nyeri yang dialami
oleh klien.
2. untuk mengetahui
apa saja yang
memperburuk dan
memperingan keadaan
nyerinya.
3. untuk mengurasi
rasa nyeri yang
dirasakan klien dan
memberikan
kenyamanan.

26
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Tanda tangan dan


Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam
1 Sabtu, 4
september 1. Memonitor suhu tubuh S:
2021
2. Memonitor kadar elektrolit -Ayah klien mengatakan suhu tubuh sudah
kembali normal.
3. Memonitor haluaran elektrolit
-Ayah klien mengatakan klien juga sudah tidak
4. Memberikan cairan oral rewel lagi.
Rista Bela
O:

-Suhu tubuh normal

-Klien tidak rewel


2.
-BB: 12kg
Sabtu, 4 -PB: 95cm
september
2021 -S: 36,5°C

A: Masalah teratasi
1. memonitor status hidrasi
P: Interensi dihentikan
2. Memonitor berat badan harian

3. Memberikan asupan cairan, sesuai kebutuhan

3 Rista Bela
4. Memberikan cairan intravena, jika perlu

27
Sabtu, 4
september
2021
4

1. mengidentifikasi skala nyeri

2. mengidentifikasi faktor yang memperingan dan


memperberat nyeri S:
Minggu, 5 Rista Bela
3. mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri -Ayah klien mengatakan klien sudah tidak
september (missal: suhu ruangan, pencahayaan, dan berkeringat dan muntah cair
2021 kebisingan).
O:

-Suhu tubuh normal

-Klien tidak rewel


1. Memonitor suhu tubuh
-BB: 12kg
5 Rista Bela
2. Memonitor kadar elektrolit -PB: 95cm

3. Memonitor haluaran elektrolit -S: 36,5°C

A: Masalah teratasi
4. Memberikan cairan oral
P: Intervensi dihentikan

28
Minggu, 5
september S:
6 2021 Rista Bela
-Ayah klien mengatakan klien sudah tidak nyeri
lagi dan tidak rewel

O:

-Suhu tubuh normal

-Klien tidak rewel


1. memonitor status hidrasi
-BB: 12kg
2. Memonitor berat badan harian
-PB: 95cm
3. Memberikan asupan cairan, sesuai kebutuhan -S: 36,5°C

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
Rista Bela
Minggu, 5 S:
september
-Ayah klien mengatakan suhu tubuh sudah
2021
kembali normal.

-Ayah klien mengatakan klien juga sudah tidak

29
rewel lagi.

O:

-Suhu tubuh normal


1. mengidentifikasi skala nyeri
-Klien tidak rewel
2. mengidentifikasi faktor yang memperingan dan
-BB: 12kg
memperberat nyeri

-PB: 95cm
3. mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri
(missal: suhu ruangan, pencahayaan, dan -S: 36,5°C
kebisingan).
A: Masalah teratasi

P: Interensi dihentikan

S:

30
-Ayah klien mengatakan klien sudah tidak
berkeringat dan muntah cair

O:

-Suhu tubuh normal

-Klien tidak rewel

-BB: 12kg

-PB: 95cm

-S: 36,5°C

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

S:

31
-Ayah klien mengatakan klien sudah tidak nyeri
lagi dan tidak rewel

O:

-Suhu tubuh normal

-Klien tidak rewel

-BB: 12kg

-PB: 95cm

-S: 36,5°C

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

32
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala yang terdiri dari nyeri
rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau
cepat kenyang dan sering bersendawa. Boiasanya berhubungan dengan pola
makan yang tidak teratur, makan makanan yang pedas, asam, minuman
bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu
misalnya stress. Dengan pola makan yang teratur dan memilih makanan yang
seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar tinggi, cabai, alcohol dan pantang
merokok. Bila harus makan obat karna sesuatu penyakit, misalnya sakit
kepala maka minum obat secara wajar dan tidak menggangu fungsi lambung.

3.2 Saran
1. Bagi Institusi
Sebagai tempat pembelajaran atau sekolah yang bergerak dibidang
kesehatan, hendaknya dapat memberi pendidikan yang lebih baik lagi
kepada mahasiswa dalam paraktik pelayanan kesehatan dan
menyediakan buku-buku penunjang sebagai acuan dalam melakukan
asuhan keperawatan maupun kebidanan.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik,
mempertahankan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang ada dengan baik dan tepat.
3. Bagi Pasien
Dalam proses asuhan keperawatan, sangat diperlukan kerjasama
keluarga dan pasien itu sendiri guna memperoleh data yang bermutu
untuk menentukan tindaka sehingga dapt memperoleh hasil yang
diharapkan

32
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Rina. (2018). Hubungan Perilaku Perawatan Kaki dengan Terjadinya
Komplikasi Luka Kaki Diabetes pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Tuntungan Kota Medan. Talenta Conference Series.
01(2018), Page 124-131.

Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. 2016. Nursing
Interventions Classification. Edisi Keenam. Indonesia.

Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed.
Philadelphia (PA): Elsevier, Inc.; 2016.

Ida M. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2016. Nursing Outcomes


Classification. Edisi Kelima. Indonesia.

Purnamasari K. 2017. Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC.

33

Anda mungkin juga menyukai