Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat : Penyakit Menular & Penyakit
Tidak Menular

Kecelakaan kerja menurut standar (Australian AS 1885,1990) adalah suatu


proses atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit akibat
kerja. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Penyebab penyakit akibat kerja :
1. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan.
2. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan,
kabut.
3. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll.
4. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
5. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan.
Setiap hari perawat kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup lama
(6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan mikroorganisme patogen. Dapat menjadi
pembawa infeksi dari satu pasien ke pasien lain, atau ke perawat lainnya. Harus
sangat berhati-hati (bersama apoteker) bila menyiapkan dan memberikan obat-
obatan antineoplastik pada pasien kanker. Selalu mencuci tangan setelah melayani
pasien, melepas masker dan kap (topi perawat) bila memasuki ruangan istirahat
atau ruangan makan bersama. Abortus spontan, lahir prematur dan lahir mati
sering dialami perawat yang bertugas di ruang rawat inap/bangsal perawatan.
Bahaya diarea kerja tenaga perawat :
Bahaya utama adalah penyakit menular, cedera otot dan tulang, gangguan tidur.
1. Penyakit menular
Tenaga perawat kemungkinan melakukan kontak yang berhubungan
dengan cairan darah berkuman, cairan tubuh, busa, cairan mulut, cairan urine,
kotoran manusia, muntahan dan lain-lain sehingga mendapat penularan. Media
penularan yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
2. Sakit otot dan tulang
Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan meneput-nepuk
punggung pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering mengeluarkan
tenaga berlebihan, gerakan yang tidak benar atau berulang-ulang, mudah
menyebabkan cedera di bagian otot dan tulang, apabila tenaga perawat berusia
agak tua, maka akan menambah resiko dan tingkat keseriusan cedera di otot
dan tulang.
3. Gangguan tidur
Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak tentu
untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur pendek, tidur
kurang lelap, kesulitan tidur.
2.2. Penyakit atau Cidera Akibat Kecelakan Kerja Pada Perawat

Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada


bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang
dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik.
3. Bahaya radiasi.
4. Luka bakar.
5. Syok akibat aliran listrik.
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam.
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha
pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin
kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit/instansi kesehatan.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan
bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain.
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus
dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains :
52%, contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%;
fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions:
1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of
Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung
tertinggi pada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di
Australia, diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan
di AS, insiden cedera musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera
punggung menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $
per tahun.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di
RS belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhan-
keluhan dari para petugas di RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di
RS. Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang
diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57%
wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae.
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang
diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu
penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain,
seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran
anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang
rangka. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena
itu K3 di rumah sakit perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 di
rumah sakit lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman
manajemen K3 di rumah sakit, baik bagi pengelola maupun karyawan di rumah
sakit.
2.3. Upaya Pencegahan penyakit Akibat Kerja Pada Perawat

Perilaku hidup sehat dan kebiasaan makan yang baik serta melakukan
olahraga secara teratur, adalah resep tiada duanya bagi tubuh yang sehat, berikut
ini adalah saran pencegahan penularan penyakit menular, cedera otot dan tulang,
gangguan tidur.
1. Penularan penyakit menular
a. Rajin mencuci tangan
Dilakukan sebelum makan, setelah berkontak dengan pasien atau
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan cairan kotoran, cairan
tubuh pasien, sebelum memakai sarung tangan, dan setelah melepas sarung
tangan. Cara mencuci tangan adalah dengan menggunakan air mengalir
dan sabun atau cairan pembersih kuman, cuci kedua tangan setidaknya
dalam waktu 15-20 detik.
b. Memakai sarung tangan
Pada waktu ada kemungkinan berkontak dengan cairan darah, cairan
tubuh, barang cairan dan kotoran, harus mengenakan sarung tangan anti air
yang terbuat dari bahan karet, ethylene resin, atau asafetida dan sejenisnya.
Pada waktu melepas sarung tangan, harus
melalui pergelangan yang ditarik keluar, kemudian sarung tangan
dibalikkan keseluruhan, kemudian dibuang, dan segera mencuci tangan.
Perhatian: pemakaian sarung tangan tidak dapat menggantikan pentingnya
mencuci tangan.
c. Menenakan masker mulut, masker mata atau masker rmulut
Pada saat menghadapi kemungkinan adanya cairan tubuh yang
beterbangan, seperti : pasien yang batuk atau bersin, harus mengenakan
masker mulut atau masker muka dan lain-lain sebagai alat pelindung. Hal-
hal yang perlu diperhatikan mengenai masker mulut :
(1) Masker mulut berbentuk datar walaupun memiliki hasil perlindungan,
tetapi karena
kurang melengkung dan tidak menempel rapat di wajah, hasilnya tidak
sebanding dengan masker mulut berbentuk gelas.
(2) Masker mulut sebaiknya digunakan sekali pakai saja,apabila perlu
dipakai berulangkali, harus diperhatikan penyimpanan di tempat yang
bersih dan berudara lancar. Tetapi untuk kondisi berikut ini pemakaian
tidak boleh dilanjutkan : ada kecurigaan pencemaran, berlubang,
berubah bentuk, kotor, berbau, hambatan untuk bernafas bertambah
dan lain-lain.
(3) Pada saat melepas masker mulut harus menghindari tercemarnya
masker mulut,juga menghindari terkena pencemaran dari masker
mulut. Sebelum dan sesudah melepas masker mulut, harus mencuci
tangan secara bersih.
(4) Pada saat membuang masker mulut yang tercemar, harus menghindari
tersebarnya kuman, dengan cara melipat masker ke arah dalam,
diletakkan ke dalam kantong plastik yang ditutup rapat
d. Memakai seragam kerja
Selama waktu kerja harus mengenakan seragam kerja serta rajin diganti
dan dicuci. Selesai kerja, meninggalkan kamar pasien untuk istirahat, atau
ke ruang makan untuk makan. Seragam kerja dan pakaian lainnya harus
dicuci secara terpisah.
2. Pencegahan cedera otot dan tulang
a. Pada saat memindahkan barang, tubuh sebisa mungkin dekat dengan
barang tersebut dan hindari gerakan membungkuk atau posisi
membungkuk ke arah depan, sebaiknya berlutut atau kedua kaki
direndahkan sehingga pusat beban berkurang untuk menghindari cedera di
bagian pinggang. Pada saat memindahkan barang jangan hanya
memutarkan pinggang, harus dengan satu kaki sebagai tumpuan, kaki yang
lain bergerak dan memutarkan seluruh badan untuk menghindari cedera di
lutut dan pinggang.
b. Pada saat merawat pasien apabila ada gerakan condong ke depan sebelum
membungkuk, harus dengan satu tangan sebagai tumpuan badan untuk
menghindari pinggang mendapat beban terlalu besar. Apabila perlu
memindahkan pasien, harus dengan kedua kaki merendah sehingga pusat
beban terkurang untuk menghindari terjadinya cedera di bagian pinggang.
c. Jagalah posisi duduk yang benar, bagian punggung sebaiknya menempel
di punggung kursi, untuk menghindari tulang pinggang melengkung, dapat
diganjal dengan barang tumpuan kecil atau bantal kecil, untuk mengurangi
beban di tulang pinggang.
3. Saran untuk istirahat tidur
a. Pergunakan waktu istirahat siang, atau istirahat singkat untuk mensuplai
waktu tidur.
b. Sebelum tidur lakukan gerakan peregangan, untuk membantu cepat tidur.
Tetapi sebelum tidur tidak boleh melakukan olah raga berat.
c. Kegiatan sebelum tidur hendaknya diusahakan penuh kehangatan jangan
membuat emosi terlalu tinggi.
d. Dalam hal makanan hendaknya normal, teratur, seimbang sebagai patokan,
sebelum tidur hindari konsumsi makanan berlebihan, minum kopi, teh,
nikotin dan makanan merangsang lainnya. Apabila lembur malam, makan
malam boleh ditambah, tetapi sebelum selesai kerja harus menghindari
produk penambah energi dan sebelum tidur jangan makan terlalu kenyang
atau mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.
4. Hal lain yang perlu diperhatikan
a. Merawat pasien dibatasi untuk satu kamar pasien saja, batasan ruang gerak
hanya di satu kamar pasien saja, tidak dibenarkan bergerak di berbagai
bagian rumah sakit.
b. Boleh mendapat suntikan vaksinasi untuk memperkecil kemungkinan
penularan, seperti vaksinasi untuk hepatitis B, TBC, flu dan lain-lain.
c. Memahami perawatan pasien, atau kondisi penyakit menular pasien satu
ruangan, untuk mengambil langkah perlindungan diri sendiri yang
memadai dan setiap tahun melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.
d. Memelihara kebiasaan berolah raga teratur, mempergunakan waktu luang
perawatan untuk mengerakkan seluruh otot dan tulang tubuh.
e. Secara aktif mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang
bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai