Disusun Oleh :
Nim : 201102061
Kelompok :3
2020/2021
Lampiran 4
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Old Infark Miokard adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan arteri
koroner (Hudak & Gallo; 2007). Sumbatan terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada
dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.
Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang dimana lesi
lemak yang disebut Plak Ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri. Sehingga
mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagiuan distal (Hudak & Gallo;
2007)
B. Etiologi
Old Infark miokard disebabkan oleh karena atherosclerosis atau penyumbatan total atau
sebagian oleh emboli dan atau thrombus
Faktor resiko yang menjadi pencetus terjadinya Old Infark Miokard old adalah :
C. Patofisiologi
Proses terjadinya infark yaitu thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga
suplai nutrisi dan O2 ke bagian distal terhambat., sel oto jantung bagian distal mengalami
hipoksia iskhemik infark, kemudian serat otot menggunakan sisa akhir oksigen dalam darah,
hemoglobin menjadi teroduksi secara total dan menjadi berwarna birui gelap, dinding arteri
menjadi permeable, terjadilah edmatosa sel, sehingga sel mati.
Mekanisme nyeri pada AMI yaitu hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung
memaksa sel untuk melakukan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga
menghasilkan asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zatiritatif lainnya seperti
histamine, kinin, atau enzim proteolitik sleuler merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di
otot jantung, impuls nyeri dihantarkan melalui serat sraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan
ke thalamus, korteks serebri, serat saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri. Perangsangan syaraf
simpatis yang berlebihan akan menyebabkan :
D. Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada Old Infark Miokard adalah sebagai berikut :
1. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri,
kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk,
ditekan, tertindik.
2. Takhikardi
3. Keringat banyak sekali
4. Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal
yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal
5. Dispnea
6. Abnormal Pada pemeriksaan EKG
E. Komplikasi
Adapun komplikasi akibat dari akut miokard infark, yaitu :
1. Edema paru akut
Terjadi peningkatan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan tekanan vena
pulmonal sehingga meningkatkan tekanan hydrostatic yang mengakibatkan cairan
merembes keluar.
2. Gagal jantung
Karena ada kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas, sehingga
jantung tidak mampu memompa darah dengan adekuat untuk memenuhi kebutuhan
jaringan akan oksigen dan nutrisi.
3. Syok kardiogenik
Karena adanya kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, sehingga
menurunkan tekanan darah arteri ke organ-organ vital. Adapun tand-tandanya tekanan
darah rendah, nadi cepat dan lemah, hypoxia, kulit dingin dan lembab.
4. Tromboemboli
Kurangnya mobilitas pasien dengan sakit jantung dan adanya gangguan sirkulasi yang
menyertai kelainan ini berleran dalam pembentukan thrombus intracardial dan
intravesikular.
5. Disritmia
Gangguan irama jantung akibat penurunan oksigen ke jantung.
6. Rupture miokardium
Dapat terjadi bila terdapat infark miokardium, proses infeksi dan disfungsi miokadium
lain yang menyebabkan otot jantung melemah.
7. Efusi pericardial / tamponade jantung
Masuknya cairan kedalam kantung perikardium karena adanya perikarditis dan gagal
jantung.
F. Penatalaksanaan Medis
a. Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan
aspirin (antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan bagi pasien
yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan clopidogrel.
b. Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan
memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat
membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak
hilang dengan pemberian nitrogliserin.
c. Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat
mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada pasien
dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan petidin
d. Vasodilatator pilihan untuk mengurangi rasa nyeri jantung adalah nitroglycerin,
baik secara intra vena maupun sublingual, efek sampingnya yaitu dapat
mengurangi preload, beban kerja jantung dan after load.
e. Heparin adalah anti koagulan pilihan utama, heparin bekerja memperpanjang
waktu pembekuan darah, sehingga mencegah thrombus Trombolitik
f. Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil
penyumbatan dan meluasnya infark, teombolitik yang biasa digunakan adalah
streptokinase, aktifasi plasminogen jaringan dan amistropletase
g. Pemberian dibatasi hanya untukk pasien yang tidak efektif dengan pemberian
nitrat dan antiloagulan, analgetik pilihan adalah morvin sulfat secara IV
h. Obat-obatan trombolitik untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh darah
koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-
obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri
koroner. Waktu paling efektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal
pertama dan tidak boleh lebih dari 12 am pasca serangan. Selain itu tidak boleh
diberikan pada pasien diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase.
i. Beta Blocker untuk menurunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk
mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan
jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk memperbaiki aritmia.
Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acebutol)
dan non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol).
j. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors. Obat-obatan ini menurunkan
tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot jantung. Obat ini juga dapat
digunakan untuk memperlambat kelemahan pada otot jantung.Misalnya captropil
H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan:
nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
wajah meringis
gelisah
delirium
perubahan nadi, tekanan darah.
2. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan faktor-faktor listrik, penurunan
karakteristik miokard.
3. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi
ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan
protein plasma.
4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau
kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan
nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :
Dispnea berat, Gelisah, Sianosis, Perubahan GDA, Hipoksemia
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan miokard ditandai dengan gangguan
frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
6. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung /
implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan
pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya
kompliksi yang dapat dicegah.
I. Perencanaan Keperawatan
NOC
Tingkat kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
psikologis.
Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendaikan nyeri.
Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan.
NIC
Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10
Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan
respon pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
Manajemen nyeri: lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan
nyeri dan factor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak
mampu berkomunikasi efektif
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
a. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam)
b. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa
lalu
B. Pengkajian Primer
- Airway : Tidak ada secret
- Breathing :
a. Look : Adanya pengembangan dada
Frekuensi nafas = 28 x/ menit
b. Listen : Suara nafas vesicular
c. Feel : Terasa hembusan nafas, O2 3 liter
- Circulation : Akral hangat, CRT<2 deti, Nadi: 104 x/menit
- Disability : Composmentis, GCS=15
C. Pengkajian Sekunder
1. Kesadaran
Composmentis
2. Penampilan
Klien tampak lemas dan sesak nafas, terpasang oksigen dengan nasal kanul 3 liter.
3. Vital sign :
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 104 x/menit
- RR : 28 x/menit
◦
- Suhu : 37,5 C
4. Kepala
Bentuk kepala mesocephal, warna rambut hitam dan beruban, kulit kepala bersih
dan tidak ada lesi.
5. Mata
Kemampuan melihat baik pupil isokor reflek cahaya kanan kiri positif,
konjungtivitas simetris, tidak menggunakan alat bantu.
6. Hidung
Bersih, tidak ada secret, tidak ada polip hidung, klien terpasang kanul O2 3 liter
7. Telinga
Simetris kanan dan kiri, tidak ada gangguan pendengaran, tidak menggunakan alat
bantu pendenaran.
8. Mulut dan Tenggorokan
Klien berbicara normal, gigi bersih dan tidak ada gangguan mengunyah ataupun
menelan, tidak ada pembesaran tonsil.
9. Dada
a. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis terlihat
- Palpasi : Detak jantung tidak sama dengan nadi
- Perkusi : Bunyi jantung sonor
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II terdengar, ada bunyi tambahan III (Mur-
mur)
b. Paru-Paru
- Inspeksi : simetris kanan kiri
- Palpasi : stem fremitus kiri dan kanan sama
- Perkusi : kanan kiri sonor
- Auskultasi : vesikuler
10. Abdoment
- Inspeksi : datar
- Palpasi : nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : peristaltik usus 9xmenit
11. Genetalia
Inspeksi : Tidak ada kelainan
12. Ekstemitas
- Atas : Terpasang infus RL 16 tpm di tangan kiri, CRT <2 detik
- Bawah : Akral hangat, tidak ada udem.
13. Kulit
Turgor kulit elastis, kulit berwarna sawo matang, bersih.
D. Keluhan Pasien
1. Keluhan utama : Nyeri dada
- P: Terjadi penyempitan pembuluh darah
- Q: Terasa tertusuk-tusuk
- R: Dada kiri
- S: 6
- T: Menetap
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan klien mengeluh nyeri dada dan sesak nafas, sejak
satu minggu yang lalu, dan di bawa ke RS. H. Adam Malik Kota Medan di bawa ke
IGD tanggal 10-Oktober-2020 pukul 14.00 WIB.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien dan keluarga mengatakan klien tidak mempunyai riwayat darah tinggi
maupun gula darah atau dietus militus, keluarga klien mengatakan sebelumnya klien
pernah di rawat di rumah sakit 1 tahun yang lalu dengan keluhan yang sama, klien
mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat ataupun makanan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit yang sama.
5. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat ataupun makanan.
Intoleransi aktivitas
G. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri dan sesak nafas ditandai dengan
klien mengatakan sesak nafas, nyeri dada, RR: 28 x/menit, pola nafas cepat dan
dangkal.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan atheriosklerosis arteri coroner
ditandai dengan klien merasakan nyeri dada , P: Terjadi penyempitan pembuluh
darah, Q: Terasa tertusuk-tusuk, R: Dada kiri, S: 6, T: Menetap, dan klien terlihat
meringis menahan rasa nyeri.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring kelemahan umum imobilisasi,
sesak nafas ditandai dengan klien mengatakan merasa sesak nafas yang hebat jika
melakukan aktivitas, terlihat lemah ditempat tidur, terpasang O2 3 liter, terpasang
infus RL 16 tpm.
H. Intervensi Keperawatan
Nomor Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi :
efektif berhubungan keperawatan diharapkan klien - Manajamen jalan napas
dengan nyeri dan menunjukkan pola nafas yang yaitu observasi pola nafas
sesak nafas ditandai efektif dengan kriteria hasil: - Kaji nyeri.
dengan klien - Pola nafas efektif - Pemantauan respirasi yaitu
mengatakan sesak - Irama normal frekuensi nafas.
nafas, nyeri dada, 2. Nursing :
RR: 28 x/menit, pola - Berikan posisi nyaman
nafas cepat dan dengan posisi duduk semi
dangkal. fowler
3. Edukasi :
- Tekankan menahan dada
dengan bantal selama nafas
dalam
4. Kolaborasi :
- Pemberian terapi O2
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi :
nyaman nyeri keperawatan diharapkan klien - Observasi status nyeri,
berhubungan dengan menunjukkan kenyamanan/ reaksi ketidaknyamanan
atheriosklerosis nyeri berkurang dengan
arteri coroner kriteria hasil: 2. Nursing:
ditandai dengan - Nyeri berkurang/ hilang - Tingkatkan istirahat
klien merasakan -Kaji skala nyeri
nyeri dada, (P,Q, R, S, T)
P: Terjadi 3. Edukasi :
penyempitan - Ajarkan klien teknik nafas
pembuluh darah, dalam.
Q: Terasa tertusuk- - Anjurkan kompres hangat
tusuk, R: Dada kiri, pada dada
S: 6, T: Menetap, 4. Kolaborasi:
dan klien terlihat - Pemberian analgesik
meringis menahan
rasa nyeri.
Aries dkk, 2015, Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Tn. S dengan Old Miokard
Infark di Ruang IGD Semarang, STIKES Widya Husada Semarang.
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Smeltzer,S.C& Bare,B.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Jakarta :
EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved
from http://www.inna-ppni.or.id
Wilkinson, M. Judith, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosisi Keperawatan;
Diagnosisi NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil HOC. Ed.9. Jakarta: EGC