Disusun Oleh :
1801277062
A. DEFINISI
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal.
Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang normal sebagai
akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior
(Isselbacher, 1999).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih.Ada juga yang
yang mengambil batasan lebih dari 37,80C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C
disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi
hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas
37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna L. Wong, 2003).
B. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain.
(Julia, 2000).Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak
sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan ricayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam
terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum
didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan
menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
C. KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)
D. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point(Julia, 2000).Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh
(respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam
tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non
infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan
cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas.Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing
tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003).
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai
yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau
dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu
baru.Krisis/flush.Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,
termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali
ke tingkat normal.(Guyton, 1999).
E. MANIFESTASI KLINIS
5. Menggigil
6. Dehidrasi
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan
somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat,
takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan,
peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri
dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan
berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).
F. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan
otak
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berikut adalah beberapa pemeriksaan lab yang dilakukan untuk diagnosis penyakit demam:
1. Tes Urine
Salah satu pemeriksaan lab yang umum dilakukan untuk mendiagnosis penyakit demam yang
terjadi adalah dengan melakukan tes urine. Cara ini dilakukan dengan melihat warna,
konsentrasi, dan kandungan dari urin yang dihasilkan. Pemeriksaan ini untuk memastikan
gangguan yang membuat seseorang mengalami demam dan juga memantau kondisi kesehatan
seseorang.
2. Tes Darah
Pemeriksaan lab lainnya untuk mendiagnosis gangguan yang menimbulkan demam adalah
dengan tes darah. Tes ini mempunyai fungsi untuk mengetahui jumlah komponen dari darah
pada seseorang. Jika penilaian dari tes ini di luar angka normal, berarti terdapat masalah yang
lebih besar sehingga tubuh mengalami demam.
Tes panel metabolisme juga merupakan salah satu pemeriksaan lab yang dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit demam yang terjadi. Hal ini memiliki fungsi untuk mengetahui
kondisi tubuh terkait dengan metabolisme, seperti ginjal dan hati. Beberapa pemeriksaan
yang terkait dengan hal ini adalah kadar gula, protein, kalsium, elektrolit, ginjal, dan hati.
H. TERAPI
a. Farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis
sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas
bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun
untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang
sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau
gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar 16
(sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau
kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi
berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena
perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada
cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap parasetamol.
Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek
penurun demam lebih cepat dari parasetamol.
Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare,
perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis
berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b. Non-farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti (Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk
menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan
penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian
tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan
suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu
proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan
Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15
menit dengan 18 temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan
panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses
penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena
pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan
banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler
sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
bmemungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).
3. Intervensi Keperawatan
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/4/4.%20BAB%202.pdf
https://www.academia.edu/8744831/ASUHAN_KEPERAWATAN_FEBRIS
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi
Pada Anak.PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com
Mengetahui
Mahasiswa Pembimbing
Dosen Pembimbing
Disusun
1801277062
III-B
MUHAMMADIYAH CIAMIS
2020/2021
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas pasien
Nama : An. G
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Suku bangsa : WNI
Status :-
Tanggal pengkajian : 26 Januari 2021
Diagnosa medis : Febris
Alamat : Dusun cidoyang panggilingan Rt/04 Rw/03,
Desa sukakerta, Kec. panumbangan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Orang tua klien mengatakan klien mengalami panas tinggi sudah 2 hari.
2) Riwayat Penyakit sekarang
Ibu klien mengatakan sejak kemarin pukul 21.00 WIB klien mengeluh
pusing serta badannya panas,makan minum kurang, muntah dan keringat
keluar berlebihn. Pada saat pengkajian tanggal 26 Januari 2021 klien
masih mengeluh pusing dan lemas, demamnya belum menurun meskipun
telah diberikan obat Poris Ibupropen.
3) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan baha anaknya tidak pernah mengalami
penyakit ini sebelumnya
4) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
- Kesadaran : Composmetis
2) Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah : Tidak terkaji
- Nadi : 87x/menit
- Respirasi : 27x/menit
- Suhu : 38,8˚C
3) Ukuran anthropometri
- TB : 115 cm
- BB : 20 kg
- LK : 48 cm
4) Mata : Bentuk simetris kanan kiri, konjungtiva
anemis.
5) Hidung : Bersih dan tidak ada nyeri tekan.
6) Mulut : Bentuk mulut simetris dan mukosa bibir
lembab.
7) Telinga : Telinga simetris, tidak terdapat lesi pada
telinga dan pendengaran normal.
8) Tengkuk : Tidak ada nyeri tekan.
9) Kardiovaskuler
- Inpeksi : Tidak memakai alat bantu, tidak ada sekret
- Auskultasi : Irama jantung normal
10) Abdomen
- Inpeksi : Bentuk datar
- Auskultasi : Bising usus 8x/menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
11) Punggung : Tidak ada nyeri tekan
12) Genetalia : Tidak terkaji
13) Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah simetris, akral
hangat.
14) Kulit : Kulit kemerahan.
d. Pola Aktivitas
2. Analisa Data
Ds :
Keluarga mengatakan An.G
tidak mau makan, dan bila
makan dimuntahkan kembali
Do :
- Terlihat makaan tidak
habis
- Muntah 1x
- Mukosa bibir tampak
pucat
- Pasien hanya makan 3
sendok makanan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia b.d proses infeksi, proses penyakit.
2. Potensial terjadinya gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang
kurang.
3. Ansietas b.d hipertermia, efek dari penyakit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : An.G Jenis Kelamin : Laki laki
Umur : 5 Tahun Dx : Febris
Dx Diagnosa Evaluasi
1. Hipertermia b.d proses infeksi, proses Waktu : 28 Januari 2021
penyakit Jam : 11.00 WIB
Ds :
Orang tua klien mengatakan klien S : keluarga mengatakan sushu tubuh
mengalami panas tinggi kemarin anaknya sudah menurun.
malam. O : TTV dalam batas normal ( P=
Do 60x/menit, R= 20x/menit, S= 36,5˚C )
P = 87x/menit A : Masalah teratasi
R = 27x/menit P : Intervensi dihentikan
S = 38,8˚C
Kulit klien kemerahan
Bibir klien kering
2. Potensial terjadinya gangguan Waktu : 28 Januari 2021
kebutuhan nutrisi berhubungan Jam : 14.00 WIB
dengan intake yang kurang.
S : Keluarga klien mengatakan An.G
Ds : Keluarga mengatakan An.G tidak
sudah mulai banyak makan, sedikit
mau makan, dan bila makan
tetapi sering.
dimuntahkan kembali
O : Keluarga klien mengatakan sudah
Do :
tidak merasa cemas
- Terlihat makaan tidak habis
A : Masalah teratasi
- Muntah 1x
P : Intervensi dihentikan
- Mukosa bibir tampak pucat
- Pasien hanya makan 3 sendok
makanan