Anda di halaman 1dari 25

STASE KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. K DENGAN FEBRIS DI


BANGSAL AL IKHLAS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

DISUSUN OLEH:

Nama : Rista Refiana Ekasari


NIM : 1910206102

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditandai oleh kenaikan titik ambang regulasi
panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh
dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor neuronal perifer dingin dan panas (Arvin,
2000).
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non-infeksi berintraksi dengan
mekanisme pertahanan hospes. Demam pada kebanyakan anak disebabkan oleh agen
mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam menghilang sesudah masa yang pendek
(Arvin, 2000).
Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai bagian tubuh sebagai
berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu oral/mulut diatas 37,8°C, suhu rektal/anus
diatas 38,0°C, suhu dahi diatas 38,0°C, suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan
dikatakan demam tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu diatas
41,1°C (Bahren, et al., 2014).
B. Klasifikasi
Empat jenis demam menurut Kozier, Erb, Berman dan Snyder (2010):
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari
terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti: abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
C. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam
terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum
didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan
menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
D. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point(Julia, 2000). Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh
(respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam
tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi
oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi
menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat
sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu
yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T)
untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan
asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh
(Sinarty, 2003).
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai
yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan, zat pirogen atau
dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.
Krisis/flush bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,
termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan
kembali ke tingkat normal.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan
somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat,
takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan,
peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri
dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan
berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).
F. Penatalaksanaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan
dengan tindakan farmakologis, tindakan nonfarmakologis maupun kombinasi keduanya.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya.
Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat
paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna,
sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati.
Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar(sehat) tanpa resiko
infeksi umumnya diakibatkan oleh faktor lingkungan atau kurang cairan. Efek
samping paracetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria
(biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit),
bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan
waktu perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap
parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek
penurun demam lebih cepat dari paracetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu
mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh,
dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal
ginjal.
2. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti
(Nurarif, 2015):
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau
alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis
kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat
memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah
2016). Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses
evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan Kompres hangat di
lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengantemperature air 30-
32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit
melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah
tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar
keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah
yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas
dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).
G. Komplikasi
Menurut Nurarif (2015), komplikasi demam adalah:
1. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak
H. Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui demam yaitu :
1. Pemeriksaan fisik : kesadaran, vital sign, status nutrisi
2. Pemeriksaan penunjang : Laboraturium, rontgent, USG
I. Pathway
J. Mind Map

Pengertian Penatalaksanaan Etiologi


Febris adalah keadaan suhu tubuh sebagai 1. Pemberian antipiretik - Bakteri
akibat dari perubahan pada pusat - Virus
2. Pemberian antibiotik
termoregulasi yang terletak dalam - Imunisasi
hipotalamusanterior yang disebabkan 3. Pemberian cairan
- Gangguan otak
oleh infeksi.
- Bahan toksin

Manifestasi Klinis
1. Fase 1 = ꜛ denyut jantung, ꜛpernafasan, Klasifikasi
menggigil, ꜛsuhu tubuh, keringat berlebih, 1. Fever : keabnormalan elevasi dari suhu
kulit pucat tubuh
2. Fase 2 = menggigil (-), kulit hangat/panas, FEBRIS 2. Hipertermia : keabnormalan suhu tubuh
ꜛnadi, ꜛrasa haus, dehidrasi, kelemahan, yang tinggi secara intensional
kehilangan nafsu makan, nyeri otot 3. Malignant hipertermia = peningkatan suhu
3. Fase 3 = kulit merah dan hangat, berkeringat, tubuh yang cepat dan berlebihan yang
menggigil ringan, dehidrasi menyertai kekuan otot

Pemeriksaan Penunjang
Komplikasi
- Pemeriksaan fisik 1. Kejang Pencegahan
2. Dehidrasi 1. Asupan gizi yang seimbang untuk
- Pemeriksaan laboraturium meningkatkan daya tahan tubuh
3. Hiperplasia
2. Imunisasi untuk menghindari penyakit
BAB II
PENGKAJIAN KASUS

A. DATA IDENTITAS
1. Nama : An. K
2. Tempat/ tanggal lahir : Bantul, 16 Desember 2015
3. Nama Ayah/ Ibu : Tn.K / Ny.T
4. Pekerjaan Ayah/ Ibu : Karyawan Swasta/ Karyawan Swasta
5. Alamat : Bulusan RT 03, Canden, Jetis, Bantul
6. Agama : Islam
7. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
8. Pendidikan Ayah : S1
9. Pendidikan Ibu : D3
10. No RM : 1029xxxx
11. Tanggal Masuk RS : Senin, 20 Januari 2020
12. Tanggal Pengkajian : Senin, 20 Januari 2020
B. KELUHAN UTAMA
1. Alasan utama dibawa ke rumas sakit :
Ibu pasien mengatakan, anaknya panas sejak kemarin, suhunya 38,0oC. Pasien susah
makan dan minum dan keadaannya lemas. Pasien rujukan dari RSUD Panembahan
Senopati.
2. Tanda dan gejala yang dilihat oleh orang tua :
Ibu pasien mengatakan anaknya panas dan diukur suhunya di rumah 38,0oC. Pasien susah
makan dan minum. Pasien terlihat sudah lemas dan tidak mau beraktifitas hanya tiduran
saja.
C. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU
1. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal : Saat sedang hamil, ibu pasien menderita asma.
b. Intranatal : Pasien lahir dengan sectio caesarea dengan berat badan 2700 gram.
c. Postnatal : Ibu pasien tidak mempunyai masalah.
2. Penyakit waktu kecil : -
3. Pernah dirawat di rumah sakit, pada :
a. Januari 2019 : Dirawat di PKU Muhammadiyah Bantul karena panas 38,2oC dan
disertai kejang dengan durasi >2 menit.
b. Juli 2019 : Dirawat di RSUD Panembahan Senopati karena panas tinggi
37,8oC.
c. September 2019 : Dirawat di RSUD Panambehan Senopati karena keracunan
makanan.
d. Desember 2019 : Dirawat di RSUD Panembahan Senopati karena diare.
e. Januari 2020 : Dirawat di PKU Muhammadiyah Bantul karena fimosis dan sudah
dilakukan sirkumsisi
4. Obat-obatan yang digunakan: Diazepam 3x ¾ tab saat panas.
5. Tindakan (operasi) : Operasi sirkumsisi pada Januari 2020
6. Alergi : Susu sapi, coklat, buah stoberi
7. Kecelakaan :-
8. Imunisasi yang telah didapatkan: Hb 0, BCG, DTP, Campak
D. RIWAYAT KELUARGA
1. Penyakit yang pernah/sedang diderita oleh keluarga :
Ibu pasien pernah menderita asma saat pasien masih dalam kandungan. Kakek pasien
menderita hipertensi dan mempunyai penyakit jantung
2. Gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku

Keterangan :

= Laki-laki penderita hipertensi dan jantung

= Laki-laki

= Pasien

= Wanita

= Tidak tinggal bersama

= Tinggal bersama

E. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh pasien yaitu ibu dan ayahnya. Namun pada pagi hari, pasien di
sekolahkan
di Day Care dari pukul 07.30 sampai jam 16.00 karena orangtuanya bekerja dan
dijemput
saat ibu/ayahnya sudah pulang.
2. Hubungan pasien dengan anggota keluarga sangat baik.
3. Hubungan pasien dengan teman sebaya sangat baik. Pasien mau untuk berbagi mainan
atau makanan dengan temannya.
4. Pasien seorang anak yang periang, aktif, komunikatif saat diajak berkomunukasi, tidak
pemalu, dan senang bercerita kepada semua orang.
5. Lingkungan rumah dan kebersihan rumah pasien bersih, ventilasi ada disetiap ruangan.
F. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi Metabolik
a. Pasien diberi ASI sampai usia 2 tahun.
b. Makanan yang disukai pasien yaitu telur goreng. Makanan yang tidak disukai tidak
ada. Selera makan pasien baik sebelum sakit makan 3x-4x sehari habis 1 porsi dan
makan berupa sayur dan lauk. Pasien juga sering makan snack 2x sehari. Saat sakit,
pasien susah makan dan minum. Makan hanya ¼ - ½ porsi saja. Minum hanya 1-2
gelas sehari.
c. Tidak ada makanan dan minuman tambahan selama 24 jam.
d. Kebiasaan makan pasien yaitu berdoa sebelum makan.
e. Alat makan yang digunakan pasien yaitu piring plastik dan gelas plastik.
f. Berat badan pasien saat lahir 2,7 kg dan berat badan saat ini 14 kg.
g. Pasien tidak mempunyai masalah di kulit.
2. Pola istirahat tidur
a. Ritual /kebiasaan sebelum tidur : -
b. Pasien tidur siang kurang lebih 2-3 jam
3. Mandi
a. Rutinitas mandi pasien sebelum sakit 2x sehari menggunakan sabun bayi, selama sakit
pasien hanya dilap oleh ibunya.
b. Kebersihan sehari-hari pasien terjaga cukup baik oleh kedua orang tuanya.
4. Aktivitas
a. Aktivitas sehari-hari pasien yaitu bermain dengan orang tua dan temannya di rumah.
b. Tingkat aktivitas pasien yaitu aktivitas pasien normal sesuai dengan usianya.
c. Persepsi terhadap kekuatan (kuat /lemah) : Pasien mengatakan aku anak yang hebat
dan pasien merupakan anak yang periang.
d. Pasien sudah bisa mandi, makan, minum, berpakaian, dan ke toilet secara mandiri.
5. Eliminasi (BAK dan BAB)
a. BAB pasien teratur 1x sehari dan tidak terasa nyeri.
b. Pasien ganti pakaian dalam 2x sehari setelah mandi.
c. Pasien BAK sebanyak 6-7 kali sehari dengan warna kuning, tidak bau, dan tidak nyeri.
Saat sakit, pasien hanya BAK 3-4 kali sehari.
6. Kenyamanan pasien terganggu karena penyakit febris yang dideritanya dan dipasang
infuse yang membuat anak rewel.
7. Pola kognitif persepsi
a. Respon anak secara umum yaitu pasien rewel minta untuk pulang.
b. Pasien sangat komunikatif saat diajak berbicara dan merespon jika disentuh.
c. Mata pasien mengikuti objek benda saat diberikan respon mainan anak dan meraih
mainan saat diberikan.
d. Pasien sudah jelas berbicara dan kata-katanya sudah bisa dimengerti.
e. Pasien sudah bisa menyebutkan nama, umur, nama ayah, nama ibu, dan alamat rumah.
f. Pasien sudah dapat mengatakan jika ingin makan, minum, main, ataupun meminta
sesuatu.
8. Keamanan dan perlindungan
a. Pengkajian risiko jatuh skala Humpty Dumpty didapatkan skor 11 yang artinya Skor
Humpty Dumpty rendah.
G. KESEHATAN SAAT INI
1. Diagnosis medis : Febris
2. Tanggal masuk RS : Senin, 20 januari 2020
No RM : 10294515
3. Tindakan operasi :-
4. Status nutris/ gizi : 2n + 8 = 4,1 + 8 = 12,1 (Berat Badan Kurang)
5. Status cairan
a. Input: air putih, susu, infus (±800ml/hari)
b. Output: BAK sehari 5-6x (±600ml/hari)
c. Balance cairan = input – output = 800-600 = 200 (tidak kekurangan cairan namun
berisiko)
6. Obat-obatan
No Nama Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
1. Infuse RL 15 tpm Untuk pasien Alergi terhadap Nyeri dada, detak
kekurangan sodium laktat jantung tidak normal,
elektrolit atau tekanan darah
dehidrasi. menurun, kesulitan
bernafas, batuk,
bersin, ruam kulit,
gatal pada kulit, sakit
kepala.
2. Cefotaxim 3x500mg Untuk Pasien yang Diare, kesemutan,
mengobati memiliki alergi detak jantung tidak
berbagai macam terhadap teratur, sakit kepla
infeksi. cefotaxim. mual, muntah
3. Paracetamol 180Mg/ Untuk Hipersentivitas Nyeri perut, diare,
inj 4 jam mengobati rasa terhadap mual, dan muntah.
sakit seperti paracetamol dan
mual, sakit penyakit heparr.
kepala, nyeri,
dan meredakan
demam.
4. Diazepam 3x¾ tab Untuk Depresi Mengantuk, pusing,
mengatasi pernafasan, lemas, gangguan
kejang dan gangguan hati keseimbangan,
gangguan berat, psikosis gemetar, gelisah.
kecemasan. kronik, asma
akut.
5. Asam 2x2,25 Untuk Alergi ampicilin Mengantuk, sakit
Valproad mL mengatasi kepala, konstipasi,
kejang. diare, perubahan nafsu
makan.

7. Aktivitas (mandiri atau dibantu):


Aktivitas pasien selama saat dirumah sakit dibantu oleh ibu dan ayahnya.
8. Tindakan keperawatan:
a. Mengobservasi keadaan umum
b. Mengobservasi TTV
c. Memonitor intake dan output
d. Melibatkan keluarga dalam perawatan
e. Mengelola program terapi
9. Hasil laboratorium
LABORATORIUM KLINIK

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Keterangan


Normal

1. Hemoglobin 11,7 11-17 G% Normal

2. Lekosit 11,6* 4-11 RB/MMK Tinggi

3. Diff Eosinofil 0,70 0-3 % Normal

4. Diff Basofil 0,70 0-1 % Normal

5. Diff Segmen 56,40 40-70 % Normal

6. Diff Limfosit 31,90 20-40 % Normal

7. Diff Monosit 10,30* 2-8 % Tinggi

8. Hematokrit 34,7 32-52 % Normal

9. Trombosit 358,0 150-450 RB/MMK Normal

10. Eritrosit 3.92 3.5-5.5 JT/MMK Normal

11. Gula darah sewaktu 101 80-120 MG/DL Normal

12 PH Urin 6,5* 7,0 Rendah

10. Hasil roentgen: -


11. Data tambahan: -
H. PEMERIKSAAN FISIK
Data Klinis : TB 110cm, BB 14 kg, kesadaran CM, GCS E4V5M6, Suhu 38oC, Nadi
116x/menit, TD 81/58mmHg.
a. Keadaan umum : Sedang, kesadaran: Composmentis, tampak sakit ringan dan pucat.
b. Kulit : Warna kuning langsat, suhu hangat, turgor kulit elastis, petechie (-), lesi (-), teraba
hangat.
c. Kepala : Bentuk simetris, hematoma (-), jejas (-), warna rambut hitam.
d. Mata : Normal, jernih, reaksi terhadap cahaya (+), conjungtiva tidak anemis, bentuk
simetris, katarak (-).
e. Telinga : Simetris, peradangan (-), keluar cairan (-), pendengaran baik.
f. Hidung : Normal, simetris, cuping hidung (-), benjolan (-), pilek (-), epistaksis (-)
g. Mulut : Simetris, normal, tanda peradangan (-), sianosis (-), pucat (-), gusi bersih, gigi
terdapat karies.
h. Tenggorokan : Normal, pembesaran tiroid (-), radang (-)
i. Leher : Simetris, desakan vena (-).
j. Dada : Bentuk simetris, pigeon chest (-), benjolan (-), retraksi dinding dada (-).
k. Paru : Irama pernafasan normal, hiperventilasi (-), dyspnea (-), suara sonor, irama teratur.
l. Jantung : Perubahan ictus cordis (-), suara pekak, irama teratur, suara lupdup,.
m. Abdomen: bentuk simetris, kembung (-), peristaltik 13x/menit.
n. Genitalia dan anus : Penis sudah dilakukan sirkumsisi, skrotum normal, anus normal.
o. Ekstremnitas : Akral hangat, terpasang infus RL 15 tpm.
I. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
1. Kemandirian dan bergaul : Pasien sudah bisa mandiri dan gampang bergaul dengan
teman-temannya.
2. Motorik halus : Pasien sudah bisa menyebutkan nama hewan, buah, nama, usia, nama
ayah, nama ibu, dan alamat rumahnya.
3. Bernalar dan berbahasa : Pasien sudah bisa berbicara dengan lancar dan mudah
dimengerti.
4. Motorik kasar : Pasien sudah mampu duduk sendiri, berdiri, melompat, berlari, dan naik
turun tangga.
J. RINGKASAN RIWAYAT KESEHATAN
Pasien mengalami panas tinggi yaitu 38oC lalu ibu dan ayahnya membawa ke RSUD
Panembahan Senopati karena anak sudah susah makan minum dan badannya lemas. Namun
ruangang di RSUD Panembahan Senopati sudah penuh sehingga dirujuk ke RS PKU
Muhammadiyah Bantul. Selama di rumah pasien sudah diberikan paracetamol dan
diazepam.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Problem


1 DS: Proses infeksi Hipertermi
- Ibu pasien mengatakan anaknya
demam naik turun di rumah.
- Ibu pasien mengatakan badan
anaknya panas.
DO:
- Bibir tampak kering
- Kulit teraba panas
- TD: 81/58 mmHg, N: 116 x/mnt, S:
38,0o C, RR: 20 x/mnt.
- Keadaan umum : lemah
- AL pasien tanggal 20 Januari 2019
yaitu 11,6 (N=4-11)
2 DS: - Risiko kekurangan
- Ibu pasien mengatakan anaknya susah volume cairan
makan dan minum. Minum hanya
habis sedikit (1-2 gelas/hari)
- Ibu pasien mengatakan BAK pasien
juga sedikit.
DO:
- Bibir tampak kering
- TD: 81/58 mmHg, N: 116 x/mnt, S:
38,0o C, RR: 20 x/mnt.
- Keadaan umum : lemah

B. Prioritas Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan suhu pasien 38,0o C.
2. Risiko kekurangan volume cairan ditandai dengan pasien hanya minum 1-2 gelas/hari.
C. Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Rencana Tindakan (NIC) Rasionalisasi

1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 - Monitor suhu - Mengetahui suhu pasien
proses infeksi jam, diharapkan suhu tubuh - Monitor TD dan RR - Mengetahui TD dan RR pasien
dibuktikan dengan pasien normal dengan - Monitor intake dan output - Mengetahui pemasukan dan
o
suhu pasien 38,0 C indikator : (Thermoregulasi) pengeluaran pasien
- Suhu tubuh dalam rentang - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi - Agar memperbaiki cairan dan nutrisi
normal (3-4) pasien
- Nadi dan respirasi dalam - Ajarkan kepada keluarga pasien tanda - Agar keluarga pasien mengetahui
batas normal (3-4) tanda dan gejala hipertermi serta
dan gejala hipertermi serta
- Tidak ada perubahan warna
penanganannya cara menanganinnya
kulit dan pusing (3-4)
- Kolaborasikan dengan dokter - Agar hipertermi segera teratasi
pemberian obat antipiretik
2 Risiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid Management:
volume cairan ditandai keperawatan selama 3x24 - Pertahankan catatan intake dan output - Intake output yang akurat dapat
dengan pasien hanya jam, diharapkan cairan yang akurat memonitor nutrisi pasien
minum 1-2 gelas/hari. pasien terpenuhi dengan - Monitor status hidrasi - Mengetahui status hidrasi
indikator : (Keseimbangan - Monitor TTV - Mengetahui TTV pasien
cairan dan hidrasi) - Lakukan terapi IV - Terapi IV dapat mencegah hidrasi
- Mempertahankan urine - Monitor status nutrisi - Status nutrisi yang baik dapat
output memenuhi cairan tubuh pasien
- TTV dalam batas normal - Dorong masukan oral - Masukan oral dapat memperbaiki
- Tidak ada tanda-tanda nutrisi
dehidrasi - Dorong keluarga untuk membantu - Motivasi keluarga dapat membantu
pasien makan membuat nafsu makan anak menjadi
baik.
- Tawarkan makanan kesukaan pasien
- Makanan kesukaan pasien dapat
meningkatkan nafsu makan.

D. Implementasi dan Evaluasi

Hari, Jam (WIB)


Implementasi Evaluasi
Tanggal
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan suhu pasien 38,0 o C
Senin, 20 16.00 - Memonitor suhu S:
Januari - Memonitor TD dan RR - Ibu pasien mengatakan anaknya panas
2020 - Memonitor intake dan output - Ibu pasien mengetahui tanda dan gejala hipertermi yaitu suhu anaknya
- Meningkatkan intake cairan dan nutrisi mencapai 37,5oC dan teraba panas.
- Mengajarkan kepada keluarga pasien O:
tanda dan gejala hipertermi serta - TTV: TD=81/56mmHg, N= 116x/mnt, S=38,0oC, RR= 23x/mnt
penanganannya - Jam 18.00 suhunya 39,4 oC.
- Mengkolaborasikan dengan dokter - Kesadaran: Composmentris, KU : lemah
18.00 pemberian obat antipiretik
- Akral hangat, nadi kuat, BAK (+), CRT <2 detik, turgor kulit elastis
- Bibir tampak kering
- Sudah diberikan inj paracetamol 180mg/4jam jam 18.00
- Sudah diberikan diazepam ¾ tablet jam 18.00
A: Hipertermi teratasi sebagian
P:
- Monitor suhu, TD dan RR
- Monitor intake dan output
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat antipiretik
Rista Refiana Ekasari
Selasa, 21 16.00 - Memonitor suhu S:
Januari - Memonitor TD dan RR - Ibu pasien mengatakan anaknya panas
2020 - Memonitor intake dan output O:
- Meningkatkan intake cairan dan nutrisi - TTV: TD=85/60mmHg, N= 90x/mnt, S=38,9oC jam 10.00, RR=
- Mengajarkan kepada keluarga pasien 23x/mnt
tanda dan gejala hipertermi serta - Kesadaran: Composmentris, KU : lemah
penanganannya - Akral hangat, nadi kuat, BAK (+), CRT <2 detik, turgor kulit elastis
18.00 - Mengkolaborasikan dengan dokter - Bibir tampak lembab
pemberian obat antipiretik
- Sudah diberikan inj paracetamol 180mg/4jam jam 18.00
- Sudah diberikan diazepam ¾ tablet jam 18.00
- Tidak ada tanda dehidrasi
A: Hipertermi teratasi sebagian
P:
- Monitor suhu, TD dan RR
- Monitor intake dan output
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat antipiretik
Rista Refiana Ekasari
Rabu, 22 09.00 - Memonitor suhu S:
Januari - Memonitor TD dan RR - Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas naik turun.
2020 - Memonitor intake dan output O:
- Meningkatkan intake cairan dan nutrisi - TTV: TD=85/62mmHg, N= 85x/mnt, S=37,9oC, RR= 23x/mnt
- Mengajarkan kepada keluarga pasien - Kesadaran: Composmentris, KU : lemah
tanda dan gejala hipertermi serta - Akral hangat, nadi kuat, BAK (+), CRT <2 detik, turgor kulit elastis
penanganannya - Bibir tampak lembab
10.00 - Mengkolaborasikan dengan dokter
- Sudah diberikan inj paracetamol 180mg/4jam jam 10.00
pemberian obat antipiretik
- Sudah diberikan diazepam ¾ tablet jam 10.00
- Sudah diberikan Cefotaxim 500mg jam 10.00
- Sudah diberikan asam valproad 2,25mL jam 08.00
- Tidak ada tanda dehidrasi
A: Hipertermi teratasi sebagian
P:
- Monitor suhu, TD dan RR
- Monitor intake dan output
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat antipiretik
Rista Refiana Ekasari
Risiko kekurangan volume cairan ditandai dengan pasien hanya minum 1-2 gelas/hari.
Senin, 20 16.00 - Mempertahankan catatan intake dan S:
Januari output yang akurat - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau minum dan makan.
2020 - Memonitor status hidrasi O:
- Memonitor TTV - TTV: TD=81/56mmHg, N= 116x/mnt, S=38,0oC, RR= 23x/mnt
- Melakukan terapi IV - Kesadaran: Composmentris, KU : lemah
19.00 - Memonitor status nutrisi - Akral hangat, nadi kuat, BAK (+), CRT <2 detik, turgor kulit elastis
- Mendorong masukan oral - Bibir tampak kering
- Mendorong keluarga untuk membantu
- Intake cairan hingga jam 19.00 yaitu 400cc
pasien makan
- Output cairan hingga jam 19.00 yaitu 200cc
- Menawarkan makanan kesukaan
- Balance cairan = intake-output = 200cc
pasien
- Terpasang infuse RL 15 tpm
A: Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian
P:
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi
Monitor TTV
- Lakukan terapi IV
- Monitor status nutrisi, dorong masukan oral
Rista Refiana Ekasari
Selasa, 21 16.00 - Mempertahankan catatan intake dan S:
Januari output yang akurat - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah makan ¼ porsi dan minum 450 cc
2020 - Memonitor status hidrasi air putih dari siang.
- Memonitor TTV O:
- Melakukan terapi IV - TTV: TD=85/60mmHg, N= 90x/mnt, S=38,2oC, RR= 23x/mnt
19.00 - Memonitor status nutrisi - Kesadaran: Composmentris, KU : lemah
- Mendorong masukan oral - Akral hangat, nadi kuat, BAK (+), CRT <2 detik, turgor kulit elastis
- Mendorong keluarga untuk membantu - Bibir tampak lembab
pasien makan
- Intake cairan hingga jam 19.00 yaitu 450cc
- Menawarkan makanan kesukaan
- Output cairan hingga jam 19.00 yaitu 200cc
pasien
- Balance cairan = intake-output = 250cc
- Terpasang infuse RL 15 tpm
A: Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian
P:
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi
- Monitor TTV
- Lakukan terapi IV
- Monitor status nutrisi
- Dorong masukan oral
Rista Refiana Ekasari
Rabu, 22 09.00 - Mempertahankan catatan intake dan S:
Januari output yang akurat - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah makan 1/2 porsi dan minum 600
2020 - Memonitor status hidrasi cc air putih dari pagi.
- Memonitor TTV O:
- Melakukan terapi IV - TTV: TD=85/62mmHg, N= 85x/mnt, S=37,9oC, RR= 23x/mnt
13.00 - Memonitor status nutrisi - Kesadaran: Composmentris, KU : lemah
- Mendorong masukan oral - Akral hangat, nadi kuat, BAK (+), CRT <2 detik, turgor kulit elastis
- Mendorong keluarga untuk membantu - Bibir tampak lembab
pasien makan
- Intake cairan hingga jam 13.00 yaitu 600cc
- Menawarkan makanan kesukaan
- Output cairan hingga jam 19.00 yaitu 350cc
pasien
- Balance cairan = intake-output = 250cc
- Terpasang infuse RL 15 tpm
A: Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian
P:
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi
- Monitor TTV
- Lakukan terapi IV
- Monitor status nutrisi
- Dorong masukan oral
Rista Refiana Ekasari
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Edisi Keenam
Nursing Intervention Classification (NIC). United Kingdom: Elsevir.
Hidayat A.A. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead, Sue., Johnson Marion., Mass Meridean, L., Swanson, elisabeth, 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC) fifth Editions, United States of America , Elevier.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  MediAction.
Ridah, N, H. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riyadi S & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai