Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN FEBRIS

Disusun untuk memenuhi Mata Ajar Kebutuhan Termoregulasi

Dosen Pengampu: Ns. Istioningsih, MAN

Disusun Oleh: Kelompok 1

1. Ainun Na’im
2. Ardhia Ariyani
3. Arum Sylivia Agustin
4. Devi Ardhita IN
5. Dian Lestari
6. Eka PN
7. Elfiera FC
8. Elva Alfiana R
9. Erna Rahmawati
10.Fasya Fahdila
11.Fiki Nur Afia
12.Hanifatul Hikmah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KENDAL, 2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demam merupakan salah satu keluhan tersering orang tua yang mencari
perawatan medis untuk anak mereka. Fobia demam dan konsep yang salah
mengenai demam sering dijumpai pada semua kelompok sosioekonomi.
Pemberian antiperatik merupakan respons yang hampir universal terhadap
demam yang dialami anak-anak. Orang tua sebaiknya diyakinkan bahwa
demam pada suhu 37,80-400C itu tidak berbahaya. Demam tidak menyebabkan
“kerusakan otak”, kecuali jika suhunya melebihi 41,20C.
Penting diingat bahwa suhu tubuh dapat meningkat karena beberapa
faktor, seperti aktivitas fisik, emosi, selesai makan dan ovulasi. Faktor
ekstrinsik, seperti memakai pakaian tebal, pajanan terhadap suhu lingkungan
yang tingg, sertameningkatnya kelembapan dapat juga menaikkan suhu tubuh.
Faktor-faktor ini sangat penting bagi anak-anak karena area luas permukaan
tubuh relatif per unit volumenya lebih kecil dari pada orang dewasa. Oleh
karena itu, permukaan tubuh yang ada untuk mendinginkan menjadi lebih
sedikit. Suhu inti tubuh normal pada anak-anak dapat mencapai 380C.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa PSIK 5 mampu
menjelaskan, memahami dan mengaplikasikan mengenai materi Asuhan
Keperawatan Febris
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian febris/demam.
b. Mengetahui dan memahami klasifikasi febris/demam
c. Mengetahui dan memahami etiologi febris/demam
d. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis febris/demam

2
e. Mengetahui dan memahami patofisiologi febris/demam
f. Mengetahui dan memahami pathways febris/demam
g. Mengetahui dan memahami pengkajian febris/demam
h. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang ferbris/demam
i. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan ferbris/demam
j. Mengetahui dan memahami diagnosa keperawatan
k. Mengetahui dan memahami intervensi keperawatan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FEBRIS/DEMAM
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh yang abnormal
(Nurarif, 2013).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi
(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan
bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia,
2000).
Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang normal bersama dengan
peningkatan set point hipotalamus. Temperatur normal tubuh dipertahankan (≤
37,20C).

B. KLASIFIKASI DEMAM
Kalsifikasi febris/demam menurut Nurarif, (2013) yaitu:
Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya
karena proses patologis.
Hypertermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara
intensional pada makhluk hidup sebagian atau secara
keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari
radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau
obat-obatan.
Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan
Hyperermia yang menyertai kekakuan otot karena anestesi total.
Tipe-tipe demam diantarnya:

4
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam Termiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak tersebar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam Intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapaa jam dalam suatu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam 2 hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi 2 hari terbebas demam diantara 2 serangan demam disebut
kuartana.
4. Demam Kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1 derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali ddisebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.

C. ETIOLOGI
Menurut Schwartz,(2004) penyebab demam diantaranya:
1. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam antara
lain : ketelitian pengambilan riwayat pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta
penunjang lain secara tepat dan holistik.

5
2. Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain
yang menyertai demam.
3. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus-menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas
38,30C dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama
satu mingggu secara intensif dengan menggunakan secara laboratorium dan
penunjang medis lainnya.

D. MANIFESTASI KLINIK
Nurarif, (2013) tanda dan gejala pada demam yaitu sebagai berikut:
1. Lemas
2. Mialgya
3. Cephagia
4. Anorexia
5. Nausea
6. Batuk
7. Epistaksis
8. Obstipasi
9. Diare
10. Sakit perut

E. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point,
tetapi ada peningkatan suhu tubuh kerena pembentukan panas berlebihan tetapi
tidak disertai peningkatan set point (Julia, 2000). Demam adalah sebagai
mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zat
asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi ata zat asing masuk ke
tubuh akan merangsang istem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.
Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau

6
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Pirogen
selanjunya membawa pesan melaluii alat penerima (reseptor) yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur pans di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reakis menaikan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekrsei kelenjar keringat. Pengeluaran
panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak.
Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel lomfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan anibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003). Sedangkan
sifat-sifat demam dapat berupa mengiggil atau krisis/flush. Mengiggil bila
pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke niali
yang tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan, zat pirogen atau
dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan bebrapa jam untuk mencapai suhu
baru. Krisis/flush bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada niali
rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Gyuton, 1999).

7
F. WOC

8
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan diantarnya:
1. Pemeriksaan fisik : Vital sign
2. Laboratorium : Pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur
darah
3. Hemato : CRP (C. Reaktif Protein) : meningkat
SGOT/SGPT : memberi petunjuk mngenai sel hati

H. PENATALAKSANAAN
Berikut penatalaksanaan febris/demam yaitu:
1. Mengawasi kondisi klien (monitor suhu tubuh berkala 4-6 jam)
2. Berikan motivasi untuk minum air putih banyak
3. Tidur yang cukup agar metaboisme berkurang
4. Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak dan lipatan paha
5. Pemberian obat Antipiretik
6. Pemberian antibiotik sesuai dengan indikasi

I. KOMPLIKASI
Menurut Crowin, (2000) komplikasi dari febris/demam yaitu:
1. Takikardi
2. Insufisiensi Jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGUMPULAN DATA
Identitas Klien dan Identiatas Penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
B. ANAMESA (DATA SUBJEKTIF)
1. Keluhan Utama
Orang yang menderita observasi febris biasanya emngeluh suhu
badannya naik (panas), keluar banyak keringat, batuk-batuk dan tidak
nafsu makan
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh diatas 37,50C atau
ada masalah psikologis (rasa takut dan cemas terhadap penyakitnya)
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Umumnya dikaitkan dengan riwayat medis yang berhubungan dengan
penyakit febris
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam susunan keluarga adalah riwayat febris yang pernah diderita
atau penyakit turunan dan menular yang pernah diderita pada anggota
keluarga.
C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)
1. Keadaan Umum: Lemas
2. Kesadaran Composmetis
3. TTV :
TD :90/80 mmHg
Temp : 38,9o
N :124x/menit

10
RR : 30x/menit
BB :
4. Head to Toe
a. Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
b. Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan/kelainan
c. Mata
Terlihat berair apa tidak, kemerahan
d. Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak
e. Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri dan ada
peningkatan bsising usus
f. Sistem respirasi
Umumnya fungsi respirasi lebih cepat dan dalam
g. Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
h. Sistem muskuluskeletal
Terjadi gangguan apa tidak
5. Pola – pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Umumnya pada pola ini penderita penyakit febris mengalami
perubahan dalam perawat dirinya diakibatkan oleh penyakitnya
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Umumnya terjadi penurunan nafsu makan atau tidak
c. Pola eliminasi
Pola ini bisa terjadi perubahan asupan yang kurang sehingga klien
tidak bisa BAB/BAK secara normal
d. Pola istirahat dan tidur

11
Pada pola ini tidur klien biasanya mengalami gangguan karena adanya
rasa tidak nyaman dengan meningkatnya suhu
e. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien bergantung karena biasanya klien lemah karena
kurangnya asupan serta meningkatnya suhu
f. Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa cemas dengan keadaan suhu tubuhnya yang mengikat
dan ketakutan sehingga mengalami perubahan metabolisme
g. Pola sensori dan kognitif
Tidak terjadi gangguan pada pola ini dan biasanya hanya sebagian
klien yang dapat mengetahuinya
h. Pola reproduksi dan seksual
Pada pola ini biasanya klien tidak mengalmai gangguan
i. Pola hubungan peran
Bisa terjadi hubungan yang baik atau ekkeluargaan dan tidak
mengalami gangguan
j. Pola penanggulangan stres
Dukungan keluarga sangat berarti untuk kesembuhan klien
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan dalam melaksanakan ibadah sebagai dampak dari
penyakitnya

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil dari kasus febris/demam yaitu:
1. Hipertermia
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Kekurangan volume cairan

12
E. ANALISA DATA
NO ANALISA DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DS: Pasien mengatakan demam kurang Hipertermi
lebih 3 hari yang lalu
DO: S: 38,90 C
RR: 30x/menit
Nadi: 124x/menit
TD: 90/80 mmHg
Kesadaran: composmentis

2. DS: Pasien mengeluh lemas, napsu Ketidakseimbangan nutrisi kurang


makan menurun, mual dari kebutuhan tubuh
DO: makan cuma 5 sendok, muntah
A: -
B:
C: lemas, turgor kulit kering
D: tktp

3. DS: Pasien mengatakan diare Kekurangan volume cairan


DO: Turgor kulit kering
RR: 30x/menit
Nadi: 124x/menit

13
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx Tujuan kriteria hasil Intervensi
1. Hipertermi Setelah di lakukan tindakan a. Observasi TTV setiap 4-6 jam
keperawatan diharapkan : sekali
- Suhu tubuh dalam rentang b. Berikan kompres hangat pada
normal bagian lipatan-lipatan
- Nadi dan RR dam rentang c. Ajarkan pada pasien dan keluarga
normal untuk memakai pakaian yang
- Tidak ada perubahan warna menyerap keringat
kulit d. Kolaborasi dengan dokter
pemberian paracetamol

2. Ketidakseimbangan Setelah di lakukan tindakan a. Observasi KU dan intake nutrisi


keperawatan diharapkan : pasien
nutrisi kurang dari
- Nutrisi pasien terpenuhi b. Berikan makanan sedikit tapi
kebutuhan tubuh - Pasien dapat berselera sering
makan kembali c. Ajarkan kepada pasien dan
- Pasien dapat menghabiskan keluarga tentang makanan yang
makan sesuai porsi sesuai dengan diit pasien
d. Kolaborasi dengan ahi gizi
tentang diit pasien

3. Kekurangan Setelah di lakukan tindakan a. Observasi intake dan outtput


keperawatan diharapkan : cairan pasien dan monitor status
volume cairan
- Cairan pasien terpenuhi nutrisi
kembali b. Berikan penggantian cairan
- Input dan output pasien pasien, misal sesuai output
seimbang c. Anjurkan pada pasien dan
- Turgor kulit pasien kembali keluarga untuk selalu memantau
elastis intake dan output pasien
d. Kolaborasi pemberian cairan IV
sesuai anjuran dokter

14
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DX IMPLEMENTASI RESPON PASIEN


1. Hipertermi a. Mengobservasi TTV DS: Pasien mengatakan demamnya
b. Memberikan kompres turun
hangat pada bagian
DO: S: 36,50 C
lipatan-lipatan
c. Mengajarkan pada RR: 26x/menit
pasien dan keluarga Nadi: 115x/menit
untuk memakai
TD: 110/80 mmHg
pakaian yang menyerap
keringat Kesadaran: CM
d. Mengkolaborasi
dengan dokter
pemberian paracetamol

2. a. Mengobservasi KU DS: Pasien mengatakan psien


Ketidakseimbangan dan intake nutrisi
pasien sudah tidak lemas lagi, napsu
nutrisi kurang dari
b. Memberikan makanan makan mulai bertambah
kebutuhan tubuh
sedikit tapi sering DO: makan sudah habis 1 porsi
c. Mengajarkan kepada
pasien dan keluarga
tentang makanan yang
sesuai dengan diit
pasien
d. Mengkolaborasi
dengan ahi gizi tentang
diit pasien

3. Kekurangan a. Mengobservasi intake DS: Pasien mengatakan diare


volume cairan dan outtput cairan berkurang
pasien dan monitor DO: turgor kulit elastis
status nutrisi
RR: 16x/menit
b. Memberikan
penggantian cairan Nadi: 90x/menit
pasien, misal sesuai
output

15
c. Menganjurkan pada
pasien dan keluarga
untuk selalu memantau
intake dan output pasien
d. Mengkolaborasi
pemberian cairan IV
sesuai anjuran dokter

H. EVALUASI PERKEMBANGAN

No DX PERKEMBANGAN TTD
1. Hipertermi S: Pasien mengatakan panas berkurang
O: turgor kulit elastis
S: 36o
RR: 16
Nadi: 90x/menit
A: masalah hipertermi teratasi
P: hentikan intervensi

2. S: pasien mengatakan sudah mulai nafsu makan


Ketidakseimbangan
O: pasien nampak mau makan, pasien habis 1 porsi
nutrisi kurang dari
A: masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi
kebutuhan tubuh
P: hentikan intervensi

3. Kekurangan S: pasien mengatakan diare berkurang


volume caira O: pasien tampak tidak mondar-mandir ke kamar mandi
A: masalah kekurangan volume cairan teratasi
P: hentikan intervensi

16
BAB III
PENUTUP

A. KEISMPULAN
Febris yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaaan
suhu tubuh diatas normal, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak atau
oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Demam terjadi
bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain.

B. SARAN
Demikian pembuatan makalah asuhan keperawtan febris ini dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun karena bagaimana pun kami tidak
lepas dari kekurangan dalam membuat dan menyusun makalah ini. Oleh karena
itu, dengan kritik dan saran yang membangun dapat memperbaiki dalam
pembuatan makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.,H.,& Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarka Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC. Jakarta: Med Action.

Schwartz, M., William. (2004). Pedoman klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

Dr. Saputra, Lyndon. (2009). Horison Manual Kedokteran Jilid I Eddisi 1.


Tangerang selatan: Karisma Publishing Group.

Corwin. (2000). Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai