Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal kelahirannya di akhir abad ke-19 banyak bermunculan

ideologi,seperti ideologi klasik yang berpaham Marxisme, Komunisme,

Sosialisme,Liberalisme, Kapitalisme, nasionalisme, dan juga ideologi kontemporer yang

berpaham "eminisme, pluralisme, dan posmodernisme.

Dalam hal ini islam juga memiliki ideologi yang berbasis agama, memiliki akar

pada teologi dari agama islam yang dikenal dengan ideologi islam, yang memiliki

keterkaitan dengan karakter islam sebagai agama. Ideologi islam berbeda dengan ideologi

Marxisme, sosialisme dan kapitalisme, maupun ideologi lainnyayang tidak memiliki basis

theologis. Pandangan tentang persaudaraan, kebebasan,kesamaan, kemanusiaan, dan

relasi-relasi sosial dalam ideologi islam memiliki basis pada pandangan filosofis dalam

teologi islam, sehingga memiliki pijakan yang kokoh.

Kemudian dalam hal gerakan islam, Muhammadiyah sebagai pijakan yang

kokoh untuk membangun sebuah ideologi. Muhammadiyah sebagai gerakan islam

tumbuh dan berkembang menjadi suatu ideologi, yakni sebagai system paham dalam

islam. Sebagian ahli seperti Ahmad jainuri yang meneliti muhammadiyah sejak studi di

tingkat sarjana (S1) hingga doctor (S3) sebagaimana tercermin dalam disertasinya di

McGill University Cana The Formation Of The Muhammadiya’s Ideology 1912 - 1942

Menyebut ideology muhammdiyah sebagai ideology kaum reformis modernis.

Ketika Muhammdiyah disebut sebagai gerakan modernis islam atau refermosme islam,

maka pada saat itulah terkandung isyarat dan lebelisasi gerakan ini memang menjadi
1
suatu ideology, meskipun tidak harus memiliki konotasi sebagai ideology monolotik,

meskipun atau sebagai sebuah kesadaran palsu sebagaimana pahamiedologi karl Marx

(DR.Haedar Nasbir (2001:193).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana pemikiran ideologis Muhammadiyah

2. Apa makna dan cakupan Khittah perjuangan Muhammadiyah

C. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahu lebih mendalam tentang pemikiran ideologis Muhammadiyah

2. Mengetahui lebih mendalam makna dan cakupan Khittah Perjuangan

Muhammadiyah

D. Manfaat Pembahasan

Berdasarkan tujuan pembahasan diatas, maka makalah ini diharapkan dapat

bermanfaat :

1. Sebagai bahan masukan khalayak banyak dalam rangka mengembangkan syiar

agama terkhusus bagi persyarikatan Muhammadiyah

2. Untuk memperluas pengetahuan tentang agama Islam dan Kemuhammadiyahan.

2
BAB II

PEMIKIRAN IDEOLOGIS MUHAMMADIYAH

A. Pemikiran Ideologis

1. Konsep Ideologi

Ideologi adalah sistem paham atau seperangkat pemikiran yang

menyeluruh,yang bercita-cita menjelaskan dunia dan sekaligus mengubahnya (riberu,

1986:4:). Sedangkan Shariati (1982:146) mengartikan ideologi sebagai ilmu tentang

keyakinandan cita-cita yang dianut oleh kelompok tertentu, kelas sosial tertentu, atau

suatu bangsa dan ras tertentu. Jadi ideologi dapat dikatakan sebagai sistem paham

mengenai dunia yang mengandung teori perjuangan dan dianut kuat oleh para

pengikutnya menuju cita-cita sosial tertentu dalam kehidupan.

Ideologi secara harfiah ialah “sistem paham” atau “sekumpilan ide atau

gagasan”. Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “ideos” (ide, gagasan) dan “logos”

(ilmu logika), tokoh yang memperkenalkan ideologi ialah Destutt de Tracy (1757-

1876), seorang filsuf Prancis, yang menyebut ideologi tentang “ilmu tentang ide-ide”

yaitu sebagai suatu cara berpikir dalam memandang kehidupan, yang dibedakannya

dengan cara berfikir metafisika dan agama (Nashir, 2014: 30).

Ideologi sebagai suatu sistem paham mengandung unsur-unsur : a) pandangan

yang komprehensif tentang manusia, dunia dan alam semesta dalam kehidupan, b)

rencana penataan sosial politik berdasarkan paham tersebut, c) kesadaran dan

pencanangan dalam bentuk perjuangan melakukan perubahan-perubahan berdasarkan

paham dan rencana dari ideologi tersebut. d) usaha mengarahkan masyarakat untuk

menerima ideologi tersebut yang menuntut loyalitas dan keterlibatan para

3
pengikutnya, dan e) usaha mobilisasi seluas mungkin para kader dan masa yang akan

menjadi pendukung ideologi tersebut (Siberu, 1986:5).

Ideologi diperlukan untuk membangun sistem, solidaritas, arah, mobilisasi

anggota, dan strategi perjuangan sesuai dengan prinsip suatu gerakan sosial, lebih-

lebih gerakan keagamaan. Kendati di abad ke-21 ini muncul isu tentang “kematian

ideologi” (The End Of Ideology), terutama setelah berakhirnya Perang Dingin yang

diwarnai kejatuhan rezim Komunisme di Eropa Timur sejak tahun 1989, tetapi dalam

kenyataannya ideologi tetap dianut dan menjadi acuan dalam pemikiran atau tindakan

berbagai gerakan sosial dan politik. Bagi sementara ahli, isu “akhir ideologi” lebih

sekedar menjadi sebuah wawasan daripada suatu kenyataan. Dalam kenyataan dan

sejarah peradaban manusia, tiga alam pikiran dengan derajat dan orientasi yang

berbeda selalu mewarnai kehidupan umat manusia yaitu agama,ideologi, dan ilmu

pengetahuan.

Konsep ideologi dalam Muhammadiyah bersifat mendasar, yaitu menyangkut

dan diistilahkan dengan “Keyakinan dan Cita-cita Hidup”. Ideologi Muhammadiyah

bukan sekedar seperangkat paham atau pemikiran belaka, tetapi juga teori dan strategi

perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan. Ideologi

Muhammadiyah ialah “sistem keyakinan, cita-cita, dan perjuangan Muhammadiyah

sebagai gerakan Islam dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Adapun isi atau kandungan ideologi Muhammadiyah tersebut ialah (1) Paham Islam

atau paham agama dalam Muhammadiyah, (2) Hakikat Muhammadiyah sebagai

Gerakan Islam, dan (3) Misi, fungsi, dan Strategi perjuangan Muhammadiyah. Jadi

tidak perlu membahas ideologi dipisahkan dari strategi perjuangan, yang dalam

Muhammadiyah dikenal Khittah Perjuangan Muhammadiyah.

Dari pemaknaan tentang ideologi tersebut, maka betapa penting

mempertautkan segenap hal dan proses gerakan Muhammadiyah ke dalam idealisme

4
yang mendasar, yang disebut ideologi. Ideologi dalam kaitan yang penting itu

sesungguhnya merupakan “pandangan dunia” (world view) yang dianut oleh gerakan

Islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dengan demikian, segenap

anggotanya dapat memahami dan merujuk pada “apa, bagaimana, dan untuk apa

Muhammadiyah itu”, yang dasar dan arahnya melekat dengan “keyakinan dan cita-

cita” yang mengikat bagi seluruh anggota dan kelembagaan gerakannya.

2. Ideologi Muhammadiyah

Dalam Muhammadiyah dikenal pula istilah ideologi, kendati sifatnya lebihmoderat.

Dalam “Rumusan Pokok-Pokok Persoalan tentang ideologi Keyakinan: Hidup

Muhammadiyah” yang disusun oleh Panitia Tadjdid Seksi “Ideologi Keyakinan

Hidup Muhammadiyah” dalam Muktamar ke-37 tahun 1968 dinyatakan bahwa

ideologi yaitu “ajaran atau ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan menyeluruh

membahas mengenai gagasan, cara-cara, angan-angan atau gambaran dalam pikiran,

untuk mendapatkan keyakinan mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan tepat”.

Dinyatakan pula bahwa ideologi berarti “keyakinan hidup”, yang mencakup : 1)

pandangan hidup, 2) tujuan hidup, dan 3) ajaran dan cara yang dipergunakan untuk

melaksanakan pandangan hidup dalam mencapai tu!uan hidup tersebut (PP

Muhammadiyah, 1968:6).

Namun karena pada waktu itu istilah ideologi oleh rezim Orde Baru

dikonstruksi hanya berlaku untuk ideologi negara di tengah kebijakan politik yang

monolitik dan deideologisasi, maka Muhammadiyah menggunakan istilah “Keyakinan

dan Cita-cita Hidup”. Setelah orde baru tumbang dan lahir era reformasi tahun 1998,

maka istilah ideologi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang alergi dan mengancam

ideologi negara, tetapi menjadi sesuatu yang lumrah dan terbuka untuk berkembang.

Muhammadiyah pun tidak lagi harus tertutup dengan istilah ideologi, kendati ideologi
5
dalam Muhammadiyah lebih terbuka dan tetap berada dalam bingkai komitmen pada

negara Indonesia yang berideologi Pancasila sebagaimana butir pernyataan ke-6 dalam

Mata Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah tentang fungsi dan misi

Muhammadiyah dalam Negara Republik Indonesia yang berfalsafah Pancasila.

Dari bahasan tentang ideologi sebagaimana diuraikan tersebut maka ideologi bukan

sekadar seperangkat paham atau pemikiran belaka, tetapi juga teori dan strategi

perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan. Sehingga jika

dikatakan “ideologi Muhammadiyah”, maka yang dimaksudkan ialah “sistem

keyakinan, cita-cita, dan perjuangan Muhammadiyah sebagai gerakan islam dalam

mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya”. Adapun isi atau kandungan

ideologi Muhammadiyah tersebut ialah (1) Paham islam atau paham agama dalam

Muhammadiyah, (2) Hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan islam, dan (3) Misi,

fungsi, dan Strategi perjuangan Muhammadiyah. Dari pemaknaan tentang ideologi

tersebut maka betapa penting mempertautkan segenap dimensi dan proses gerakan

Muhammadiyah ke dalam idealisme yang mendasar, yakni pada “pandangan dunia

(world view) yang dianut oleh gerakan islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad

Dahlan ini, sehingga segenap anggotanya memahami Bapa, bagaimana, dan untuk apa

Muhammadiyah itu”, dan siapapun yang berhubungan dengan Muhammadiyah dapat

memahami dan menghormati gerakan islam ini secara bermartabat karena

Persyarikatan islam ini memiliki “keyakinan dan cita-cita” tertentu yang mengikat

bagi seluruh anggota dan lini gerakannya.

Pemikiran ideologis muncul secara lebih jelas pada tahun 1930-an ketika

Muhammadiyah mulai bersentuhan dengan dinamika dari luar khususnya ketika

semakin tumbuh pergerakan menuju Indonesia merdeka, sedangkan di

dalamMuhammadiyah sendiri berkembang tuntutan akan pentingnya kesinambungan

6
gerakan dengan pemikiran-pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai pendiri dan

peletak dasar gerakan ini. Pada era kepemimpinan Mas Mansur (1937 - 1942) itu

dinamika kehidupan semakin kompleks dan hingga batas tertentu Muhammadiyah

mulai berhadapan dengan kekuatan-kekuatan di luar, sehingga mulailah pemikiran -

pemikiran bercorak ideologis muncul ke permukaan. Pemikiran ideologis yang

dimaksud ialah orientasi pandangan mengenai perjuangan dan cita-cita gerakan

dengan strategi untuk mencapainya, yang membawa konsekuensi pada membangun

“sistem paham perjuangan” berhadapan dengan paham dan kekuatan lain yang sedikit

atau banyak dapat mengancam atau mengganggu keberadaan dan perkembangan

Muhammadiyah. Pada era Kyai Mas Mansur tersebut, tepatnya tahun 1938 ,dilahirkan

konsep “Duabelas Langkah Muhammadiyah” atau “Langkah Muhammadiyah Tahun

1932–1942”. Duabelas Langkah Muhammadiyah tersebut mengandung pokok-pokok

pikiran seputar langkah organisasi yang penting, yaitu : (1) memperdalam masuknya

iman, (2) memperluas paham, (3) memperbuahkan budi pekerti, (4) menuntun amalan

intiqad, (5) menguatkan persatuan, (6) menegakkan keadilan, (7) melakukan

kebijaksanaan, (8) menguatkan Majelis Tanwir, (9) Mengadakan konferensi bahagian,

(10) mempermusyawahkan putusan, (11) mengawaskan gerakan dalam, dan (12)

mempersambungkan gerakan luar.

Perkembangan yang lebih monumental yang melatar belakangi dirumuskannya

“ideologi” (keyakinan dan cita-cita hidup atau keyakinan hidup) ialah kelahiran rezim

politik orde baru, tepatnya dalam momentum Muktamar ke-37 tahun 1968 di

Yogyakarta. Pada saat yang bersejarah itulah diamanatkan untuk dirumuskannya

konsep “ideologis” yang melahirkan “Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup

Muhammadiyah” dan “Khittah Perjuangan Muhammadiyah”, di samping konsep

lainnya seperti gerakan jamaah dan dakwah jamaah. Pada Muktamar ke-37 tersebut

Muhammadiyah melahirkan kebijakan atau gerakan “Me-Muhammadiyah-kan


7
kembali Muhammadiyah” melalu gerakan “Tajdid” (memperbaharui kembali gerakan

Muhammadiyah) melalui “tajdid” di bidang ideologi (Keyakinan dan cita-cita Hidup),

garis perjuangan (Khittah), amal usaha, dan organisasi. Dalam prasaran Pimpinan

Pusat Muhammadiyah pada Muktamar ke-37 tahun 1968 diYogyakarta dinyatakan

tentang kepentingan untuk dilakukannya “Tajdid” (pembinaan kembali) ideologi

(keyakinan hidup) Muhammadiyah dan Khittah Perjuangan Muhammadiyah, yang

menyangkut dua hal. Pertama, dalam Sidang Tanwir tahun1968, telah disetujui pikiran

untuk pembinaan kembali (tajdid) Ideologi /Keyakinan Hidup dalam Muhammadiyah,

ialah dikembalikan kepada sumber aslinya, dengan dibuat rumusan secara khusus,

konkrit, sistematis, dan menyeluruh untuk dapat dengan mudah diajarkan dan

dididikkan secara praktis dan intensif kepada para pimpinan, anggota, keluarga, dan

kaum Muhammadiyah secara luas dan merasa sehingga dapat menjadi pengertian,

keyakinan, dan kesadaran hidup serta perjuangandalam Muhammadiyah. Di samping

itu, lebih lanjut perlu juga Ideologi / Keyakinan Hidup Muhammadiyah itu

diperkenalkan dan dipopulerkan kepada masyarakat semuanya agar umum dapat

mengetahui hakikat Muhammadiyah, sehingga tiada lagi salah faham atau salah

sangka terhadap Muhammadiyah, bahkan supaya dapat menjadi bahan daya tarik

Muhammadiyah. Kedua, dalam Sidang Tanwir tersebut telah dibentuk satu Panitia

dengan nama Panitia Tajdid yang diberi tugas antara lain merumuskan

Ideologi/Keyakinan Hidup dan Khittah Perjuangan, untuk dimintakan persetujuan

dalam Muktamar ke-37 di Yogyakarta, untuk dijadikan pegangan sebagai landasan

dan pedoman resmi Muhammadiyah mpersambungkan gerakan luar.

Pasca Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta yang

monumental itulah kemudian lahir dua konsep penting dalam Muhammadiyah, yaitu

di bidang ideologi dilahirkan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah

hasil rumusan tanwir tahun 1979 di Ponorogo, serta di bidang garis perjuangan
8
dirumuskan Khittah Perjuangan Muhammadiyah. Matan Keyakinan dan Cita – cita

Hidup Muhammadiyah tersebut mengandung lima pokok pemikiran, yaitu :

a) Muhammadiyah adalah gerakan islam dan dakwah Amar Makruf Nahi Munkar,

beraqidah islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, bercita-cita dan

bekerja untuk terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya, untuk

melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dimuka

bumi.

b) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa islam adalah agama Allah yang diwahyukan

kepada para Rasul-Nya sejak Nabi adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya

sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat

Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup

materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi.

c) Muhammadiyah dalam mengamalkan islam berdasarkan : (a) Al-Qur’an kitab

Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, (b) Sunnah Rasul

penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi

Muhammad SAW dengan menggunakan akal – fikiran sesuai dengan jiwa ajaran

islam.

d) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran islam yang meliputi

bidang-bidang : (a) aqidah, (b) Akhlaq, (c) Ibadah, (d) Mu’malat dunyawiyat.

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah %slam yang murni, bersih dari gejala

- gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat tanpa mengabaikan prinsip toleransi

menurut ajaran Islam, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia

dengan berpedoman kepada ajaran - ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tidak

bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya

‘ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW tanpa tambahan dan perubahan dari

manusia, Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalat dunyawiyah


9
(pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran – ajaran

Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada

Allah SWT.

e) Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat

karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan,

kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk

berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adilmakmur dan diridlai Allah

(PP Muhammadiyah, 1990: 11-19).

3. Revitalisasi Ideologi

Langkah penguatan atau peneguhan ideologi Muhammadiyah oleh sebagian

kecil kalangan dikritik sebagai reaksioner dan dianggap menyalahkan pihak lain.

Tetapi jika dilihat secara keseluruhan dan kondisi faktual yang tumbuh di dalam

maupun di luar memang Muhammadiyah wajar bersikap demikian dan bahkan

merupakan sesuatu yang tepat. Kenapa demikian? Pertama, Muhammadiyah itu

organisasi islam yang besar dengan anggota dan amal usaha maupun kepercayaan dari

luar yang demikian kuat, sehingga manakala masuknya berbagai paham dan

kepentingan dari luar itu dibiarkan tanpa kendali dan pemagaran maka akan

memperlemah gerakan islam ini, yang jika itu terjadi merupakan suatu kerugian besar

bagi umat dan bangsa karena Muhammadiyah menjadi aset gerakan yang penting

diRepublik ini. Kedua, organisasi atau gerakan sosial apapun berhak mengatur rumah

tangganya dan menyelematkan anggotanya sendiri dari segala masalah yang datang

dan masuk, sehingga bukanlah merupakan suatu sikap berlebihan. Muhammadiyah

bukanlah pasar yang setiap orang/pihak keluar dan masuk dengan mudahnya, lebih-

lebih hanya untuk mengambil kemudahan dan memanfaatkan kelemahan

Muhammadiyah untuk kepentingan gerakannya. Ketiga, gerakan politik islam yang

10
begitu kuat memiliki militansi dan menghimpitkan kepentingan politik dan dakwah

atau agama dalam gerakannya, selalu memiliki daya infiltrasi yang kuat dan pada

akhirnya tetap mementingkan golongan dan gerakannya, sehingga tidak dapat

dibiarkan untuk masuk ke rumah Muhammadiyah atas alasan apapun. Gerakan islam

manapun baik yang berkiprah di ranah kemasyarakatan (organisasike masyarakatan)

maupun di arena politik, lebih-lebih yang memadukan keduanya, tidak pernah

memikirkan pihak lain selain organisasinya dan cita-cita politik-kekuasaannya,

sehingga atasnama “ukhuwah” sekalipun akan selalu menimbulkan “cross cutting of

interest” (saling silang kepentingan) dan “konflik” dengan sesama gerakan islam atau

gerakan sosial lainnya dalam masyarakat. Dalam kondisi seperti itu dapat diambil

sikap minimalis, manakala tak mampu membangun ukhuwah, maka jangan sampai

saling menggangu dan melahirkan konflik sesama komponen umat dan bangsa.

Ukhuwah bahkan harus diletakkan setidak-tidaknya dalam spirit saling memahami,

saling menghormati, dan tidak saling mengganggu, lebih jauh lagi dapat dijalin

kerjasama dengan semangat “ta’awan ‘ala al-birr wa al-taqwa wa la ta’awan ‘ala al-

ism wa al-‘udwan” artinya saling tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa dan

jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (QS Al Maidah :2).

Dengan tetap mengedepankan sikap kritis, cerdas, dewasa, dan tersistem maka

Muhammadiyah harus menghadapi tantangan paham dan kepentingan politik dari luar

itu untuk menjaga keutuhan sekaligus kelangsungan gerakannya, setidak-tidaknya

merupakan bentuk “mekanisme pertahanan diri” (self-depens mechanism) dari sebuah

gerakan islam yang sudah besar demi menjaga kemaslahatan dan menjauhkan

kemudharatan. jika Muhammadiyah sebagai aset umat islam dan bangsa yang besar di

kemudian hari hancur atau kehilangan kekuatannya karena terlalu toleran terhadap

gangguan dan tantangan dari luar dengan alasan “sama-sama islam” maka umat

islam, bangsa indonesia, dan dunia kemanusiaan pun akan kehilangan.

11
Muhammadiyah sebagai gerakan islam yang bercorak reformis-modernis,

moedrat,dan kultural yang berbeda dari gerakan yang bercorak konservatif, radikal,

dan politik sangat dibutuhkan oleh umat islam, bangsa Indonesia, dan dunia

kemanusiaan yang memberi warna khusus bagi penyebaran islam yang damai dan

berorientasi pada rahmatan lil-‘alamin di muka bumi ini. Karena itu, Muhammadiyah

harus dijaga dan diperkuat keutuhannya sebagai organisasi maupun gerakan islam

yang besar di negeri tercinta ini.

Menjaga keutuhan gerakan dengan peneguhan ideologis bagi Muhammadiyah

mirip dengan konsep membangun “solidaritas kolektif” (ashabiyyah) yang

diperkenalkan Ibn Khaldun, bukan “ashabiyyah” dalam konotasi awam sebagai

“fanatisme buta” terhadap golongan sendiri. Sikap ideologis tersebut

diperlukansemata-mata untuk menjaga keutuhan organisasi dan kelangsungan

gerakan, bukan melawan atau memusuhi pihak lain. Ibarat petani sedang merawat

tanamannya dari berbagai penyakit dan tumbuhan luar yang mengganggu sehingga

dapat memanen hasil pertaniannya dengan baik. Diharapkan pihak manapun di tubuh

umat islam maupun masyarakat tentu dapat mengedepankan sikap toleran dan

menghormati keberadaan organisasi dan gerakan lain, tidak mengintervensi atau

menginfiltrasikan pahamnya secara ambisius, dan lebih mengedepankan ukhuwah

yang bersifat aktif dengan cara tidak mengganggu keberadaan organisasi dan

keutuhan pihak lain. Sekali umat islam masuk pada konflik sesama maka sulit untuk

menyelesaikannya dan pada akhirnya umat islam sendiri secara keseluruhan yang

akan mengalami kerugian. Bagi anggota Muhammadiyah sendiri, lebih-lebih para

pimpinannya, hendaknya lebih meneguhkan sikap instiqamah dan berusaha

memahami nilai-nilai dasar dalam Muhammadiyah sendiri agar tidak kehilangan

orientasi kemuhammadiyahannya. Bahwa Muhammadiyah memiliki nilai-nilai ideal

yang meliputi misi, landasan, dan tujuan gerakan.

12
Apa yang dapat disimpulkan dari pembahasan tentang ideologi Muhammadiyah

dalam bagian ini, terdapat beberapa hal substantif tentang ideologi dalam

Muhammadiyah :

a) Ideologi Muhammadiyah merupakan pilar penting dalam gerakan islam ini,yakni

sebagai pijakan idealisme yang menyangkut “keyakinan, cita-cita, dan sistem

perjuangan Muhammadiyah dalam kehidupan” menuju terwujudnya masyarakat

islam yang sebenar-benarnya.

b) Ideologi Muhammadiyah yang berkaitan dengan paham agama (Islam) dari

gerakan islam ini mengandung substansi (isi dan esensi) paham tajdid, baik yang

berdimensi pemurnian (puririkasi) maupun pembaruan (dinamisasi,reformasi)

sehingga menampilkan corak islam yang murni dan berkemajuan.

c) Ideologi Muhammadiyah yang berkaitan dengan hakikat gerakan islam ini,

menampilkan corak gerakan islam yang moderat dan reformis, yang

membedakanya dari gerakan islam lainnya lebih-lebih yang bergerak di ranah

ideologi-politik.

d) Ideologi Muhammadiyah yang berkaitan dengan sistem perjuangan gerakan

islam ini ditandai dengan aktualisasi dan strategi Muhammadiyah yang bergerak

di lapangan pembinaan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat islam yang

sebenar-benarnya dalam bingkai negara Republik Indonesia yang berfalsafah

Pancasila untuk dan tidak berorientasi pada pembentukan kekuasaan negara,

serta melakukan usaha-usaha yang bercorak dakwah dan tajdid dengan

mengembangkan kerjasama dengan pihak mana pun dengan semangat ihsan

untuk kemanusiaan dan mewu!udkan rislah islam sebagai rahmat bagi semesta

alam.

e) Muhammadiyah melakukan refitalisasi (penguatan) ideologi dengan tujuan

dipahami/dihayatinya dan diaktualisasikannya prinsip-prinsip ideal yang berlaku

13
dalam Persyarikatan ini sehingga menjadi bingkai dan komitmen utama gerakan

bagi seluruh anggota dan lini organisasinya, termasuk dilingkungan amal

usahanya, sekaligus sebagai pagar gerakan dari berbagai paham dan kepentingan

luar yang tidak sejalan dengan prinsip dan misi Muhammadiyah.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ideologi sebagai sistem paham yang menyeluruh mengenai dunia dan berusaha

untuk mengubahnya melalui berbagai gerakan perjuangan sosial-politik merupakan

bagian tidak terpisahkan dari sejarah hidup umat manusia, kendati pada era akhir abad

23 dan awal abad ke-21 mulai tumbuh pandangan negatife dan bahkan asumsi tentang

akhir dari era ideologi. Dalam prakteknya, ideologi senantiasa hadir dan mempengaruhi

alam pikiran umat manuia, lebih-lebih melalui gerakan-gerakan sosial-politik dalam

berbagai bentuk dan aksi. Tidak ada gerakan-gerakan sosial- politik yang bebas

sepenuhnya dari ideologi, lebih-lebih yang memiliki kaitan langsung dengan akar

ideologi. Muhammadiyah sebagai gerakan islam baik dalam dimensi ajaran islam

sendiri maupun sejarah umat islam yang dilaluinya, memiliki persentuhan dengan

ideologi islam, kendati dalam sejumlah hal mungkin dapat menimbulkan pro dan

kontra. Muhammadiyah sebagai gerakan sosial-keagamaan, lebih-lebih ketika masuk ke

area dunia politik, sedikit atau banyak bersentuhan dengan ideologi dan hingga batas

tertentu memiliki elemen-elemen sistem ideologis. Peran khittah adalah sebagai

tuntunan, sebagai pedoman dan arahan untuk berjuang bagi anggota maupun pimpinan

Muhammadiyah. Sedangkan fungsi khittah tersebut sebagai landasan berpikir bagi

semua pimpinan dan anggota Muhammadiyah dan yang menjadi landasan berpikir bagi

setiap amal usaha muhammadiyah

15
B. Saran - saran

Untuk menjaga agar Muhammadiyah tetap dalam kejaayaannya tentunya harus

senantiasa melakukan gerakannya yang seyogyana memperhatikan khittah perjuangan

Muhammadiyah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali Sbariali, 1982. Tugas Cendekiawan Muslim, terjemahan M. Amien Raias

Yogyakarta : Shalabuddio Press.

Departemen Agama RI,1979. AlQur’an dan terjemahan, Yayasan Penterjemah : Jakarta

David McLeland,20015. Ideologi T

anpa Akhir, terrjemahan Muhammad Syukri Yogyakarta : Kreasi Wacana

Nasbir, Haedar. 2001. Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta : Suara

Muhammadiyah

17

Anda mungkin juga menyukai