PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hal ini islam juga memiliki ideologi yang berbasis agama, memiliki akar
pada teologi dari agama islam yang dikenal dengan ideologi islam, yang memiliki
keterkaitan dengan karakter islam sebagai agama. Ideologi islam berbeda dengan ideologi
Marxisme, sosialisme dan kapitalisme, maupun ideologi lainnyayang tidak memiliki basis
relasi-relasi sosial dalam ideologi islam memiliki basis pada pandangan filosofis dalam
tumbuh dan berkembang menjadi suatu ideologi, yakni sebagai system paham dalam
islam. Sebagian ahli seperti Ahmad jainuri yang meneliti muhammadiyah sejak studi di
tingkat sarjana (S1) hingga doctor (S3) sebagaimana tercermin dalam disertasinya di
McGill University Cana The Formation Of The Muhammadiya’s Ideology 1912 - 1942
Ketika Muhammdiyah disebut sebagai gerakan modernis islam atau refermosme islam,
maka pada saat itulah terkandung isyarat dan lebelisasi gerakan ini memang menjadi
1
suatu ideology, meskipun tidak harus memiliki konotasi sebagai ideology monolotik,
meskipun atau sebagai sebuah kesadaran palsu sebagaimana pahamiedologi karl Marx
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah :
Muhammadiyah
D. Manfaat Pembahasan
bermanfaat :
2
BAB II
A. Pemikiran Ideologis
1. Konsep Ideologi
keyakinandan cita-cita yang dianut oleh kelompok tertentu, kelas sosial tertentu, atau
suatu bangsa dan ras tertentu. Jadi ideologi dapat dikatakan sebagai sistem paham
mengenai dunia yang mengandung teori perjuangan dan dianut kuat oleh para
Ideologi secara harfiah ialah “sistem paham” atau “sekumpilan ide atau
gagasan”. Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “ideos” (ide, gagasan) dan “logos”
(ilmu logika), tokoh yang memperkenalkan ideologi ialah Destutt de Tracy (1757-
1876), seorang filsuf Prancis, yang menyebut ideologi tentang “ilmu tentang ide-ide”
yaitu sebagai suatu cara berpikir dalam memandang kehidupan, yang dibedakannya
yang komprehensif tentang manusia, dunia dan alam semesta dalam kehidupan, b)
paham dan rencana dari ideologi tersebut. d) usaha mengarahkan masyarakat untuk
3
pengikutnya, dan e) usaha mobilisasi seluas mungkin para kader dan masa yang akan
anggota, dan strategi perjuangan sesuai dengan prinsip suatu gerakan sosial, lebih-
lebih gerakan keagamaan. Kendati di abad ke-21 ini muncul isu tentang “kematian
ideologi” (The End Of Ideology), terutama setelah berakhirnya Perang Dingin yang
diwarnai kejatuhan rezim Komunisme di Eropa Timur sejak tahun 1989, tetapi dalam
kenyataannya ideologi tetap dianut dan menjadi acuan dalam pemikiran atau tindakan
berbagai gerakan sosial dan politik. Bagi sementara ahli, isu “akhir ideologi” lebih
sekedar menjadi sebuah wawasan daripada suatu kenyataan. Dalam kenyataan dan
sejarah peradaban manusia, tiga alam pikiran dengan derajat dan orientasi yang
berbeda selalu mewarnai kehidupan umat manusia yaitu agama,ideologi, dan ilmu
pengetahuan.
bukan sekedar seperangkat paham atau pemikiran belaka, tetapi juga teori dan strategi
Adapun isi atau kandungan ideologi Muhammadiyah tersebut ialah (1) Paham Islam
Gerakan Islam, dan (3) Misi, fungsi, dan Strategi perjuangan Muhammadiyah. Jadi
tidak perlu membahas ideologi dipisahkan dari strategi perjuangan, yang dalam
4
yang mendasar, yang disebut ideologi. Ideologi dalam kaitan yang penting itu
sesungguhnya merupakan “pandangan dunia” (world view) yang dianut oleh gerakan
Islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dengan demikian, segenap
anggotanya dapat memahami dan merujuk pada “apa, bagaimana, dan untuk apa
Muhammadiyah itu”, yang dasar dan arahnya melekat dengan “keyakinan dan cita-
2. Ideologi Muhammadiyah
ideologi yaitu “ajaran atau ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan menyeluruh
untuk mendapatkan keyakinan mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan tepat”.
pandangan hidup, 2) tujuan hidup, dan 3) ajaran dan cara yang dipergunakan untuk
Muhammadiyah, 1968:6).
Namun karena pada waktu itu istilah ideologi oleh rezim Orde Baru
dikonstruksi hanya berlaku untuk ideologi negara di tengah kebijakan politik yang
dan Cita-cita Hidup”. Setelah orde baru tumbang dan lahir era reformasi tahun 1998,
maka istilah ideologi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang alergi dan mengancam
ideologi negara, tetapi menjadi sesuatu yang lumrah dan terbuka untuk berkembang.
Muhammadiyah pun tidak lagi harus tertutup dengan istilah ideologi, kendati ideologi
5
dalam Muhammadiyah lebih terbuka dan tetap berada dalam bingkai komitmen pada
negara Indonesia yang berideologi Pancasila sebagaimana butir pernyataan ke-6 dalam
Mata Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah tentang fungsi dan misi
Dari bahasan tentang ideologi sebagaimana diuraikan tersebut maka ideologi bukan
sekadar seperangkat paham atau pemikiran belaka, tetapi juga teori dan strategi
ideologi Muhammadiyah tersebut ialah (1) Paham islam atau paham agama dalam
Muhammadiyah, (2) Hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan islam, dan (3) Misi,
tersebut maka betapa penting mempertautkan segenap dimensi dan proses gerakan
(world view) yang dianut oleh gerakan islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad
Dahlan ini, sehingga segenap anggotanya memahami Bapa, bagaimana, dan untuk apa
Persyarikatan islam ini memiliki “keyakinan dan cita-cita” tertentu yang mengikat
Pemikiran ideologis muncul secara lebih jelas pada tahun 1930-an ketika
6
gerakan dengan pemikiran-pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai pendiri dan
peletak dasar gerakan ini. Pada era kepemimpinan Mas Mansur (1937 - 1942) itu
“sistem paham perjuangan” berhadapan dengan paham dan kekuatan lain yang sedikit
Muhammadiyah. Pada era Kyai Mas Mansur tersebut, tepatnya tahun 1938 ,dilahirkan
pikiran seputar langkah organisasi yang penting, yaitu : (1) memperdalam masuknya
iman, (2) memperluas paham, (3) memperbuahkan budi pekerti, (4) menuntun amalan
“ideologi” (keyakinan dan cita-cita hidup atau keyakinan hidup) ialah kelahiran rezim
politik orde baru, tepatnya dalam momentum Muktamar ke-37 tahun 1968 di
lainnya seperti gerakan jamaah dan dakwah jamaah. Pada Muktamar ke-37 tersebut
garis perjuangan (Khittah), amal usaha, dan organisasi. Dalam prasaran Pimpinan
menyangkut dua hal. Pertama, dalam Sidang Tanwir tahun1968, telah disetujui pikiran
ialah dikembalikan kepada sumber aslinya, dengan dibuat rumusan secara khusus,
konkrit, sistematis, dan menyeluruh untuk dapat dengan mudah diajarkan dan
dididikkan secara praktis dan intensif kepada para pimpinan, anggota, keluarga, dan
kaum Muhammadiyah secara luas dan merasa sehingga dapat menjadi pengertian,
itu, lebih lanjut perlu juga Ideologi / Keyakinan Hidup Muhammadiyah itu
mengetahui hakikat Muhammadiyah, sehingga tiada lagi salah faham atau salah
sangka terhadap Muhammadiyah, bahkan supaya dapat menjadi bahan daya tarik
Muhammadiyah. Kedua, dalam Sidang Tanwir tersebut telah dibentuk satu Panitia
dengan nama Panitia Tajdid yang diberi tugas antara lain merumuskan
monumental itulah kemudian lahir dua konsep penting dalam Muhammadiyah, yaitu
hasil rumusan tanwir tahun 1979 di Ponorogo, serta di bidang garis perjuangan
8
dirumuskan Khittah Perjuangan Muhammadiyah. Matan Keyakinan dan Cita – cita
a) Muhammadiyah adalah gerakan islam dan dakwah Amar Makruf Nahi Munkar,
beraqidah islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, bercita-cita dan
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dimuka
bumi.
kepada para Rasul-Nya sejak Nabi adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya
sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat
Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup
Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, (b) Sunnah Rasul
Muhammad SAW dengan menggunakan akal – fikiran sesuai dengan jiwa ajaran
islam.
bidang-bidang : (a) aqidah, (b) Akhlaq, (c) Ibadah, (d) Mu’malat dunyawiyat.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah %slam yang murni, bersih dari gejala
menurut ajaran Islam, Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia
dengan berpedoman kepada ajaran - ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tidak
‘ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW tanpa tambahan dan perubahan dari
Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada
Allah SWT.
kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk
berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adilmakmur dan diridlai Allah
3. Revitalisasi Ideologi
kecil kalangan dikritik sebagai reaksioner dan dianggap menyalahkan pihak lain.
Tetapi jika dilihat secara keseluruhan dan kondisi faktual yang tumbuh di dalam
organisasi islam yang besar dengan anggota dan amal usaha maupun kepercayaan dari
luar yang demikian kuat, sehingga manakala masuknya berbagai paham dan
kepentingan dari luar itu dibiarkan tanpa kendali dan pemagaran maka akan
memperlemah gerakan islam ini, yang jika itu terjadi merupakan suatu kerugian besar
bagi umat dan bangsa karena Muhammadiyah menjadi aset gerakan yang penting
diRepublik ini. Kedua, organisasi atau gerakan sosial apapun berhak mengatur rumah
tangganya dan menyelematkan anggotanya sendiri dari segala masalah yang datang
bukanlah pasar yang setiap orang/pihak keluar dan masuk dengan mudahnya, lebih-
10
begitu kuat memiliki militansi dan menghimpitkan kepentingan politik dan dakwah
atau agama dalam gerakannya, selalu memiliki daya infiltrasi yang kuat dan pada
dibiarkan untuk masuk ke rumah Muhammadiyah atas alasan apapun. Gerakan islam
interest” (saling silang kepentingan) dan “konflik” dengan sesama gerakan islam atau
gerakan sosial lainnya dalam masyarakat. Dalam kondisi seperti itu dapat diambil
sikap minimalis, manakala tak mampu membangun ukhuwah, maka jangan sampai
saling menggangu dan melahirkan konflik sesama komponen umat dan bangsa.
saling menghormati, dan tidak saling mengganggu, lebih jauh lagi dapat dijalin
kerjasama dengan semangat “ta’awan ‘ala al-birr wa al-taqwa wa la ta’awan ‘ala al-
ism wa al-‘udwan” artinya saling tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa dan
jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (QS Al Maidah :2).
Dengan tetap mengedepankan sikap kritis, cerdas, dewasa, dan tersistem maka
Muhammadiyah harus menghadapi tantangan paham dan kepentingan politik dari luar
gerakan islam yang sudah besar demi menjaga kemaslahatan dan menjauhkan
kemudharatan. jika Muhammadiyah sebagai aset umat islam dan bangsa yang besar di
kemudian hari hancur atau kehilangan kekuatannya karena terlalu toleran terhadap
gangguan dan tantangan dari luar dengan alasan “sama-sama islam” maka umat
11
Muhammadiyah sebagai gerakan islam yang bercorak reformis-modernis,
moedrat,dan kultural yang berbeda dari gerakan yang bercorak konservatif, radikal,
dan politik sangat dibutuhkan oleh umat islam, bangsa Indonesia, dan dunia
kemanusiaan yang memberi warna khusus bagi penyebaran islam yang damai dan
berorientasi pada rahmatan lil-‘alamin di muka bumi ini. Karena itu, Muhammadiyah
harus dijaga dan diperkuat keutuhannya sebagai organisasi maupun gerakan islam
gerakan, bukan melawan atau memusuhi pihak lain. Ibarat petani sedang merawat
tanamannya dari berbagai penyakit dan tumbuhan luar yang mengganggu sehingga
dapat memanen hasil pertaniannya dengan baik. Diharapkan pihak manapun di tubuh
umat islam maupun masyarakat tentu dapat mengedepankan sikap toleran dan
yang bersifat aktif dengan cara tidak mengganggu keberadaan organisasi dan
keutuhan pihak lain. Sekali umat islam masuk pada konflik sesama maka sulit untuk
menyelesaikannya dan pada akhirnya umat islam sendiri secara keseluruhan yang
12
Apa yang dapat disimpulkan dari pembahasan tentang ideologi Muhammadiyah
dalam bagian ini, terdapat beberapa hal substantif tentang ideologi dalam
Muhammadiyah :
gerakan islam ini mengandung substansi (isi dan esensi) paham tajdid, baik yang
ideologi-politik.
islam ini ditandai dengan aktualisasi dan strategi Muhammadiyah yang bergerak
untuk kemanusiaan dan mewu!udkan rislah islam sebagai rahmat bagi semesta
alam.
13
dalam Persyarikatan ini sehingga menjadi bingkai dan komitmen utama gerakan
usahanya, sekaligus sebagai pagar gerakan dari berbagai paham dan kepentingan
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ideologi sebagai sistem paham yang menyeluruh mengenai dunia dan berusaha
bagian tidak terpisahkan dari sejarah hidup umat manusia, kendati pada era akhir abad
23 dan awal abad ke-21 mulai tumbuh pandangan negatife dan bahkan asumsi tentang
akhir dari era ideologi. Dalam prakteknya, ideologi senantiasa hadir dan mempengaruhi
berbagai bentuk dan aksi. Tidak ada gerakan-gerakan sosial- politik yang bebas
sepenuhnya dari ideologi, lebih-lebih yang memiliki kaitan langsung dengan akar
ideologi. Muhammadiyah sebagai gerakan islam baik dalam dimensi ajaran islam
sendiri maupun sejarah umat islam yang dilaluinya, memiliki persentuhan dengan
ideologi islam, kendati dalam sejumlah hal mungkin dapat menimbulkan pro dan
area dunia politik, sedikit atau banyak bersentuhan dengan ideologi dan hingga batas
tuntunan, sebagai pedoman dan arahan untuk berjuang bagi anggota maupun pimpinan
semua pimpinan dan anggota Muhammadiyah dan yang menjadi landasan berpikir bagi
15
B. Saran - saran
Muhammadiyah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Muhammadiyah
17