PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit terus berkembang.Pelayanan RS meliputi upaya promotif, prefentif,
kuratif dan rehabilitatif. Kebidanan sebagai profesi, diberikan oleh Bidan profesional dan
memiliki kode etik profesi
Dalam UU RI no 39 th 2009 dinyatakan bahwa pelaksanaan pengobatan dan
perawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk hal tersebut.
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan di Rumah Sakit,
yang menentukan baik buruknya pelayanan rumah sakit. Bidan di Rumah Sakit
merupakan jenis tenaga terbesar, memiliki jam kerja 24 jam sehari dan paling dekat
berhubungan dengan pasien.
Bidan dalam memberikan bantuan umumnya bersifat jasa, penawaran jasa di rumah
sakit sangat padat karya apabila kualitas dan jumlah bidan kurang akan mempengaruhi
kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit. Berdasarkan hal diatas, maka pemenuhan
kebutuhan tenaga bidan tidak bisa dalam waktu yang singkat, sehingga dalam
perencanaannya harus memperhatikan visi dari rumah sakit, mempelajari faktor-faktor
yang berkaitan pada tingkat makro rumah saki seperti : landasan hukum, target area,
populasi dan data sekunder (data statistik kesehatan) dan mempelajari hal-hal yang
bersifat mikro rumah sakit seperti : analisis situasi tenaga bidan, beban kerja bidan, dan
kinerja personal,.
Terdapat banyak peran dalam kebidanan. Bidan merawat pasien, melakukan prosedur
yang diprogramkan oleh dokter dan berkolaborasi dengan dokter dan anggota tim
kesehatan lain, mengkaji pasien dan mengatasi masalah mereka. Bidan
mengkoordinasikan pekerjaan orang lain yang terlibat dalam perawatan pasien, termasuk
keluarga pasien, yang dapat melakukan banyak perawatan untuk pasien. Bidan juga
melindungi pasien, bekerja untuk mencegah infeksi dan menjamin lingkungan yang aman
dan sehat dalam rumah sakit. Bidan dalam melaksanakan asuhan juga harus berpikir kritis
dalam menanggapi dan menghadapi permasalahan di pelayanan, tanpa harus menunggu
advis dokter.
1
2
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan keperawatan Ruang Aisyah sehingga
mencapai kemandirian klien dalam meningktakan status kesehatan
secara optimal dengan pencegahan sakit dan peningkatan keadaan
sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan kebidanan sesuai standar yang telah
ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan,
serta peduli kepada kaum dhuafa;
b. Memberikan pelayanan kebidanan bermutu yang diberikan oleh
SDM yang berkualitas;
c. Memberikan pelayanan kebidanan pada pasien yang memerlukan
pertolongan dan mengatasi masalahnya dengan tepat;
d. Memberi pelayanan perawatan pada pasien sehingga pasien
mampu untuk mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri;
e. Meningkatkan pelayanan perawatan pada pasien dalam rangka
untuik meningkatkan derajat kesehatan.
f. Meningkatan mutu dan keselamatan pasein selama dalam
perawatan di RSU Muhammadiyah Darul Istiqomah Kendal.
4. Batasan Operasional
a. Kebidanan adalah Tindakan yang dilakukan untuk orang lain baik
sehat maupun sakit; meliputi memberikan bantuan /edukasi
kesehatan, merawat dan membantu ketika mereka sakit, termasuk
kegiatan rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan promosi
kesehatan.
b. Kebidanan adalah pelayanan/tindakan kebidanan yang dilakukan
oleh tenaga bidan harus didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah
dan seni kebidanan .
c. Pelayanan kebidanan adalah pemberi asuhan langsung kepada
pasien dan semua unsur kebidana yang dikerjakan untuk
kepentingan pasien meskipun tidak selalu dihadapan mereka.
d. Praktik Kebidana Profesional adalah kegiatan kebidanan yang
diberikan oleh bidan terdidik dan kompeten kepada klien/pasien,
berlandaskan teori dan konsep kebidanan dalam rangka
memenuhi kebutuhan aktual dan potensial klien/pasien
e. Berpikir kritis adalah suatu sikap dan pendekatan, yaitu kemauan
memberi pertimbangan yang jujur pada setiap ide tetapi untuk
menerima ide, hanyadilakukan setelah merefleksikannya secara
cermat tanpa dipengaruhioleh opini yg ada atau ketidaksukaan
atau prasangka.
f. Pelayanan rawat inap adalah suatu kegiatan dimana fokus
kegiatannya pada pasien yang memerlukan perawatan minimal 6
jam di rumah sakit.
g. Pelayanan rawat inap Ruang Aisyah adalah suatu kegiatan dimana
fokus kegiatannya pada pasien yang memerlukan perawatan
minimal 6 jam di rumah sakit yang dilakukan di Pelayanan rawat
inap adalah suatu kegiatan dimana fokus kegiatannya pada pasien
yang memerlukan perawatan minimal 6 jam di rumah sakit.
4
3 Administrasi SI 1
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Ruang:Aisyah
1. Untuk Dinas Pagi :
KARU Aisyah akan bertugas Pada shift pagi. bertugas mengkoordinasikan
manjemen ruangan. Ketua Tim juga dijadwalkan masuk pada pagi hari
kecuali ada alasan yang kuat bisa masuk pada shift sore. Bidan yang
bertugas pada shift pagi sesuai dengan kebutuhan. Komposisi bidan jaga
pagi adalah sebagai berikut:
a. 1 orang KARU
b. 1 sampai 2 Bidan Pelaksana, dengan mempertimbangkan pengalaman
kerja.
5
6
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas perawat dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Kepala
Ruang Aisyah dan disetujui oleh Asman keperawatan, dan mendapatkan pengesahan dari
Manager SDI.
1. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan. dibuat dan dikondisikan
sedemikian rupa sehingga pada pagi, sore dan malam hari baik hari kerja maupun hari
libur selalu ada bidan yang mencukupi. Jadwal Dibuat pada maksimal tanggal 27
bulan sebelumnya.
2. Untuk tenaga bidan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka bidan
tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang
serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
3. Untuk tenaga bidan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka bidan
tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
1. Ruang Aisyah
R.JAG A1 A2 A3 A4 A5 A6
A
JALUR EVAKUASI
TEMPAT VK A7 A8
LINEN
B. Standar Fasilitas
Fasilitas penunjang Ruang antara lain :
10
11
D. Memeriksa Pasien
Periksa pasien dengan singkat dari kepala sampai kaki, perhatikan adanya
perubahan atau abnormalitas. Perhatikan pada masalah yang membawa pasien
kerumah sakit.
1. Suhu
Suhu tubuh adalah panas tubuh yang diukur dalam derajat. Suhu rata-rata
orang dewasa diukur secara oral antara 36,7C dan 37C.
Suhu lebih tinggi dari rata-rata disebut demam atau hipertermia. Tanda
demam meliputi:
a. peningkatan nadi
b. peningkatan pernapasan
c. menggigil
d. perasaan kedinginan (menggigil).
e. kulit hangat saat disentuh
f. peningkatan kontinu frekuensi nadi dan pernapasan
g. rasa haus
h. dehidrasi
i. kehilangan nafsu makan
j. perasaan umum tidak enak
k. mengantuk, gelisah dan pada kasus berat, delirium.
Ketika demam mulai turun, pasien masih merasa hangat dan kemerahan
serta berkeringat, pasien juga mengalami dehidrasi tetapi tidak merasa
menggigil. Suhu tubuh yang lebih rendah dari rata-rata disebut
hipotermia.
Kebanyakan nadi diukur pada sisi dalam pergelangan tangan, ini disebut
nadi radialis. Nadi juga dapat diukur pada banyak tempat lain di tubuh.
Bila bidan tidak dapat mengukur pada nadi radialis karena pasien
menggunakan balutan di tempat tersebut, atau bidan perlu mengkaji nadi
pada bagian tertentu tubuh, gunakan tempat lain. Nadi yang diambil dari
tempat yang jauh dari jantung disebut nadi perifer. Untuk mengukur nadi
perifer pasien, apakah pada pergelangan tangan atau tempat lain, bidan
memerlukan jam dengan detik.
a. Gunakan jari telunjuk dan ujung jari tengah atau ketiga ujung jari
tengah dan berikan tekanan sedang di atas titik nadi, sampai
denyutan terasa. Jangan menggunakan ibu jari karena
b. Hitung jumlah denyutan selama satu menit penuh. Setelah itu, bila
nadi normal, hitung selama 30 detik dan kalikan dua.
c. Perhatikan apakah nadi lemah, normal, atau terlalu kuat (menonjol).
d. Perhatikan apakah nadi teratur atau tidak.
e. Bila nadi lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya pada pasien
tersebut, atau nadi tidak teratur atau sangat kuat atau lemah, laporkan
hal ini pada bidan atau dokter yang bertanggung jawab.
3. Memeriksa pernapasan pasien
Frekuensi pernapasan normal atau respirasi, pada orang dewasa dalam
keadaan istirahat adalah 12 (atau lebih umum 15) sampai 20 kali/menit.
Frekuensi lebih tinggi pada bayi. Juga lebih tinggi pada individu yang
melakukan latihan atau stres, dan ketika suhu luar lebih tinggi. Infeksi
dan gangguan pernapasan meningkatkan frekuensi pernapasan juga.
Beberapa medikasi seperti narkotik menurunkan respirasi. Ketika
individu berbaring telentang, mereka bernapas sedikit lebih dalam.
Penting untuk memeriksa pernapasan ketika pasien beristirahat. Paling
baik pada pasien yang tidak menyadari bahwa pernapasannya sedang
diperiksa, sehingga ia bernapas secara normal.
15
Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mm Hg) dan biasanya
diberikan sebagai tekanan sistolik diikuti dengan tekanan diastolik,
dengan garis miring di antaranya.
5. Nyeri
a. Onset nyeri : akut atau kronik, traumatik atau non-traumatik.
b. Karakter dan derajat keparahan nyeri : nyeri tumpul, nyeri tajam,
rasa terbakar, tidak nyaman, kesemutan, neuralgia.
c. Pola penjalaran/penyebaran nyeri.
d. Durasi dan lokasi nyeri.
e. Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan, baal, kesemutan,
mual/muntah, atau gangguan keseimbangan/kontrol motorik.
f. Faktor yang memperberat dan memperingan.
g. Kronisitas.
h. Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk
respons terapi.
i. Gangguan/kehilangan fungsi akibat nyeri/luka.
j. Penggunaan alat bantu.
k. Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup
dasar (activity of daily living).
1. Diagnosis kebidanan
2. Tindakan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan
I. Implementasi
Implementasi kebidanan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang diten
tukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta
pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarganya
dengan kriteria :
22 Al Quran 1 Baik
23 Gayung 11 Baik
24 Baju Operasi 8 Baik
25 Kloset duduk 4 Baik
26 Baju Tindakan 3 Baik
27 Keset 10 Baik
28 Korden 9 Baik
29 Tempat sampah 4 Baik
19
20
Kriteria :
1. Harus ada dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP)
2. Dokter penanggungjawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
3. Dokter penanggunjawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan,
4. pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
22
23
Kriteria :
Keselamatan dalam pelayanan dapat ditingkatkan dengan melibatkan pasien
dan atau keluarganya sebagai partner dalam proses pelayanan. Jadi rumah
sakit harus memiliki sistem dan mekanisme untuk mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggungjawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggungjawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan untuk hal-hal yang tak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati aturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Kriteria :
Rumah Sakit harus menciptakan proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan
perubahan-perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja demi
keselamatan pasien .
Kriteria :
4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja
dan keselamatan pasien terjamin.
E. Standar 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
1. Pemimpin mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan ”Tujuan
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2. Pemimpin menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program lain yang bertujuan menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria :
Kriteria :
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen
b. untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien
c. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah
satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan
jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk
bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut sertamewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat
2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya
hidup di dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga
dapatmengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang
pada akhirnya akanberdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatandan non
kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa
negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan
prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadikarena kurangnya kesadaran
pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurangmemadai. Banyak
pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-
alatpengaman walaupun sudah tersedia.Dalam penjelasan undang-undang nomor
23 tahun 1992 tentang Kesehatan telahmengamanatkan antara lain, setiap tempat
28
29
3) Masker
4) Kacamata atau pelindung wajah
5) Sarung tangan
a) Gaun pelindung
Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan
hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke
belakang punggung.
Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.
b) Masker
Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah kepala dan
leher
Pastikan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung
Pastikan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga
melekat dengan baik
Periksa ulang pengepasan masker
c) kacamata atau pelindung wajah
Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas
d) sarung tangan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi
Alat pelindung diri harus di lokasi dimana alat – alat itu kemungkinan
besok akan di pakai dan di simpan baik – baik supaya tidak memburuk
dan rusak. Perawatan dan kontrol terhadap alat pelindung diri penting
agar fungsi alat pelindung diri tetap baik.
Alat pelindung diri harus tetap dipelihara agar selalu dalam kondisi
yang baik, tetap bersih dan terawat. Pada saat tidak dipakai harus di
simpan baik untuk mencegah kerusakan dan hilang.
33
34
a. Penilainya dibentuk tim yang terdiri dari Karu dan satu penanggung
jawab evaluasi.
b. Masing-masing menilai kelengkapan transfer IBS
c. Setiap akhir bulan asman unit dan penanggung jawab mengolah data
dan mengevaluasi.
d. Hasilnya dilaporkan ke Asman keperawatan dan tim PMKP RSU
Muhammadiyah Darul Istiqomah Kendal.
Mutu klinis :
1. Penilaian kelengkapan asessmen nyeri dan monitoring :
a. Penilainya dibentuk tim yang terdiri dari Karu dan satu penanggung
jawab evaluasi.
b. Masing-masing menilai kelengkapan asesmen nyeri.
c. Setiap akhir bulan Karu dan penanggung jawab mengolah data dan
mengevaluasi.
d. Hasilnya dilaporkan ke Asman keperawatan dan tim PMKP RSU
Muhammadiyah Darul Istiqomah Kendal.
2. Penilaian kelengkapan catatan pemberian obat:
a. Penilainya dibentuk tim yang terdiri dari Karu dan satu penanggung
jawab evaluasi.
b. Petugas penilai melakukan penilaian kelengkapan catatan
pemberian obat setiap hari.
c. Setiap akhir bulan Karu dan penanggung jawab mengolah data dan
mengevaluasi.
d. Hasilnya dilaporkan ke Aman keperawatan dan tim PMKP RSU
Muhammadiyah Darul Istiqomah Kendal.
35
5. Hand hygiene
a. Penilainya dibentuk tim yang terdiri dari tim PPI dan Karu Tim PPI
menilai kepatuhan petugas tentang hand hygien
b. Tim PPI menilai kepatuhan petugas tentang hand hygiene
C. Sasaran
N PELAKSANAAN (bulan)
KEGIATAN
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penilaian kelengkapan
asesmen awal
x x x x x x x x x x x x
keperawatan rawat
1 inap
2 Penilaian x x x x x x x x x x x x
kelengkapan
37
transfer IBS
Penilaian kelengkapan
assesmen nyeri dan x x x x x x x x x x x x
3 monitoring
Penilaian kelengkapan
catatan pemberian x x x x x x x x x x x x
4 obat
Penilaian ketepatan
x x x x x x x x x x x x
5 identifikasi pasien
6 Penilaian ketepatan
TBK dalam x x x x x x x x x x x x
komunikasi efektif
Penilaian ketepatan
dalam penggunaan x x x x x x x x x x x x
7 obat HAM
Penilaian pengurangan
infeksi terhadap
x x x x x x x x x x x x
kepatuhan hand
9 hygiene
PENUTUP
39