Nama :
NIP/NIK :
Gol/Pangkat : IIc/ Pengatur
Jabatan : Bidan Terampil
Unit Kerja : Peristi Ibu (MNE, VK, dan Nifas)
Judul Kegiatan : Laporan Hasil Kegiatan Magang di Intalasi Peristi Ibu
RSUD SIDOARJO
A. DASAR PELAKSANAAN:
1. Surat Perintah Tugas RSUD SIDOARJO BARAT Nomor 090/324/438.5.2.1.2/2022
B. TUJUAN :
Tujuan Umum:
Setelah melakukan kegiatan magang diharapkan bidan dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan dan kompetensi bidan di Intalasi Peristi Ibu (MNE, VK, dan Ruang Nifas)
yang nantinya akan disesuaikan dengan kebutuhan di RSUD Sidoarjo Barat.
Tujuan Khusus:
Setelah melakukan kegiatan magang di Instalasi Peristi Ibu RSUD Sidoarjo
diharapkan bidan dapat:
1. Mengidentifikasi SPO dan Pedoman Kegiatan di Intalasi Peristi Ibu
2. Membuat resume kegiatan di Ruang Intalasi Peristi Ibu
3. Melaksanakan rencana sosialisasi hasil kegiatan
4. Membuat inovasi untuk RSUD Sidoarjo Barat
5. Mengidentifikasi kekurangan dalam SPO, Pedoman, Alur dan lain-lain sesuai dengan
hasil kegiatan
6. Memberikan usulan pelatihan selanjutnya yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
di Intalasi Peristi Ibu
7. Rencana Kaizen (perbaikan menuju kearah yang lebih baik) dimasing-masing unit kerja
8. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
C. MATERI KEGIATAN:
Hasil kegiatan magang bidan RSUD Sidoarjo Barat di Intalasi Peristi Ibu RSUD
Sidoarjo adalah sebagai berikut :
1. Memberikan asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, dan nifas fisiologis
2. Memberikan asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, dan nifas patologis
3. Melakukan pencatatan tentang alur pelayanan, SPO, Pedoman, dan lain – lain di
Intalasi Peristi Ibu
E. HASIL PELAKSANAAN:
1. Alur Pelayanan di Intalasi Peristi Ibu (MNE, VK, dan Ruang Nifas)
Alur Pelayanan Intalasi Peristi Ibu adalah alur suatu pelayanan kedaruratan kasus
maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi selama 24 jam melalui jejaring
rujukan dalam suatu wilayah/daerah.
Pasien di Instalasi Peristi Ibu berasal dari IGD, Poli Rawat Jalan, dan OK. Saat
pasien datang (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir) akan dilakukan
TRIASE terlebih di IGD oleh dokter jaga dan akan dilakukan tindakan awal di IGD. Jika
pasien termasuk kategori triase kuning, pasien akan langsung diarahkan ke MNE,
sedangkan pasien yang termasuk kategori triase merah akan langsung diarahkan ke
redzone untuk stabilisasi dengan bantuan salah satu bidan, kemudian bidan akan
melakukan konsul kepada dokter obgyn untuk perintah/ advis yang harus diberikan.
Setelah ABC teratasi pasien akan dibawa ke MNE, terkecuali apabila kondisi pasien
membutuhkan tindakan segera/ SC cito, akan segera dilakukan tindakan di Ruang OK
yang berada di Lantai 1.
Pasien di MNE adalah pasien yang berasal dari IGD dan Poli Rawat Jalan yang
dilakukan pengkajian komprehensif, dimulai dari anamnesa dan dilakukan pemeriksaan.
Setelah itu dikonsulkan kepada dokter jaga obgyn untuk diberikan advis lanjutan. Pasien
dilakukan tindakan awal seperti pemasangan infus, observasi kondisi ibu dan bayi, serta
penegakan diagnosa dilakukan di Ruang MNE Ibu. Selama di ruang MNE Ibu, pasien
akan diobservasi selama 4 jam dan selanjutnya akan diambil keputusan apakah pasien
dipindahkan ke Ruang VK, nifas atau bisa untuk rencana KRS (Rawat jalan).
Pasien yang masuk ke Ruang VK adalah pasien ibu hamil, bersalin (inpartu), dan
nifas yang berada di MNE. Pasien yang telah berada di Ruang VK dapat dilakukan
tindakan sesuai dengan advis lanjutan dari dokter jaga obgyn. Setelah dilakukan tindakan
di VK pasien akan dipindahkan ke Ruang Nifas untuk observasi lebih lanjut. Jika pasien
memerlukan tindakan operatif elektif maka akan dipindah ke Ruang Operasi (OK) Lantai
3 Instalasi Peristi Ibu.
Pasien di Ruang Nifas adalah pasien yang berasal dari VK, IPIT, dan OK. Setelah
dilakukan timbang terima transfer pasien antar ruang, pasien akan dilakukan pengkajian
ulang, pemeriksaan penunjang lanjutan jika diperlukan, dan akan dilakukan observasi serta
konsultasi lanjutan sesuai dengan advis dari dokter obgyn penanggungjawab pasien.
2. Penerapan MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional) di Intalasi Peristi Ibu
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) menurut Nursalam (2011) ada
lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
a) Fungsional (bukan metode MAKP). Metode fungsional dilakukan perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya,
merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.
b) MAKP tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda - beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 - 3 tim/ grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Untuk di Instalasi Peristi Ibu menggunakan MAKP Model Tim sebagai berikut :
· Kepala Ruangan
Intalasi Peristi Ibu RSUD Sidoarjo dipimpin oleh seorang Kepala Ruangan yang
bertanggung jawab dan berwewenang mengelola kegiatan pelayanan kebidanan di
Intalasi Peristi Ibu.
· Ketua Tim
Intalasi Peristi Ibu RSUD Sidoarjo dibagi menjadi 3 ruang yaitu MNE, VK, dan
ruang nifas yang masing-masing unit ruangan dipimpin oleh seorang ketua tim (katim).
c) MAKP primer. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
d) MAKP kasus. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan
keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan intensive care.
3. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,
2014). Proses ini dari penerimaan obat, pemberian obat, penyimpanan hingga
pengelolaan obat khusus (obat yang diberikan dengan pengawasan ketat).
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat / bidan. Tujuan
sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan.
Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat
didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
Obat Rekonsiliasi
Jika sebelum masuk rawat inap pasien membawa obat terapi sebelumnya atau dari
instalasi lainnya, maka obat akan disimpan dulu oleh Apoteker dengan mengisi lembar
rekonsiliasi obat dan akan dikembalikan saat pasien keluar rumah sakit, kecuali jika dokter
menyarankan untuk melanjutkan terapi obat sebelumnya.
4. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses yang sistematis dalam pelayanan kesehatan
untuk membantu pasien dan keluarga untuk menetapkan kebutuhan, mengembangkan dan
mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan yang mungkin
dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit dalam upaya meningkatkan atau
mempertahankan derajat kesehatannya. Discharge planning berisi tentang konseling yang
diberikan, diet nutrisi, obat-obatan yang perludilanjutkan, faskes untuk kontrol, dan
tanggal kontrol ulang.
5. Timbang Terima
Timbang terima atau handover adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien (Nursalam, 2016). Timbang terima
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum
dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
7. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan (fungsi manajemen
yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar). Supervisi secara langsung memungkinkan manajer
keperawatan menemukan berbagai hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor
yang mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan
pemecahannya.
Supervisi keperawatan di Intalasi Peristi Ibu RSUD Sidoarjo dilakukan setiap 1
bulan dan 3 bulan sekali. Supervisi ini dilakukan oleh tim manajemen dan komite
keperawatan RSUD Sidoarjo untuk menilai kebersihan lingkungan, kelengkapan
dokumen, SAK, dan indikator mutu. Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah
sebagai berikut :
1. Pelaksanan tugas sesuai dengan pola
2. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
3. Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinyu/ sistematis
4. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis
5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang
6. Pembagian tugas, wewenang dan pertimbangan objek/rasional
7. Tidak terjadi penyimpangan/ penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan
Jadwal Supervisi Keperawatan di RSUD Sidoarjo Tahun 2022
2. Masa Intranatal
a. Induksi oksitosin pada hamil postdate dan IUFD
b. Syok
c. KPP
d. Persalinan lama
e. Persalinan denganparut uterus
f. Gawat janin
g. Persalinan malpresentasi dan malposisi
h. Distosia bahu
i. Prolapse tali pusat
j. Kuret pada BO/ kematian medis, abortus inkomplit, dan mola hidatidosa
k. Aspirasi vakum manual
l. Ekstraksi cunam
m. SC
n. Episiotomi
o. Kraniotomi dan kraniosentesis
p. Plasenta manual
q. Perbaikan robekan serviks, vagina, dan perineum
r. Perbaikan robekan dinding uterus
s. Inversion uteri
t. Histerektomi
u. Ibu dengan asma
v. Kompresi bimanual dan aorta
w. Ligase arteri uterine
3. Masa Post Natal
a. Masa nifas
b. Demam pascapersalinan/ infeksi nifas
c. HPP
d. Nyeri perut hebat pascapersalinan
e. KB
Tujuan SiMaNEis :
Mencegah terjadinya Multiple Referal / rujukan yang berpindah - pindah.
Membangun komunikasi dan transfer ilmu tindakan pra rujukan kepada bidan,
klinik swasta, Puskesmas dan Rumah Sakit untuk mengurangi faktor keterlambatan
tindakan.
Dinas Kesehatan ikut memantau respon terhadap rujukan yang masuk, karena ada
akses kepada SiMaNEiS.
Mempercepat pengambilan keputusan dalam memberikan informasi yang realtime
terkait informasi rujukan seperti response time, jenis dan penyebab komplikasi dan
data kondisi pasien lainnya.
Desain teknologi dan mekanisme komunikasi sederhana sehingga mudah
digunakan oleh tenaga kesehatan.
Kondisi pra rujuk sampai rujukan balik tersimpan dalam sistem dan diinformasikan
kepada pihak perujuk
Ruang VK Ibu
1. Lembar informed consent persetujuan anastesi sebaiknya dijelaskan oleh pihak ruang
OK agar keluarga pasien lebih memahami kegunaan dari sedasi.
2. Persiapan persalinan kebutuhan ibu dan bayi disiapkan sejak awal
3. Sebaiknya keluarga pasien bisa ikut mendampingi selama proses persalinan dimulai
kala 1 fase aktif, agar pasien bisa lebih nyaman berdasarkan asuhan sayang ibu .
Ruang Nifas
Metode penulisan dengan SOAPI terlalu panjang dan banyak terjadi pengulangan
penulisan sehingga kurang efektif dan kurang efisiensi waktu.
Materi
· Nifas (Puerperium)
· Penanganan Kegawatdaruratan Obstetrik Perdarahan Pascasalin
· Pelayanan Obstetri di Masa Pandemi COVID-19
· Kala I Persalinan
· Kala II Persalinan
· Kala III Persalinan
· Kala IV (Ruptur Perineum)
· Pencegahan Infeksi
· Partograf Indonesia
· Ceklis 60 Langkah APN
· Asuhan Pada Bayi Segera Setelah Lahir
16. Rencana Kaizen (Perbaikan Menuju Kearah yang Lebih Baik) Dimasing - Masing
Unit Kerja
Ruang MNE Ibu
1. Penyediaan Helper untuk memudahkan transfer pasien ke ruangan rawat inap
sehingga petugas jaga dapat melakukan tugas pelayanan sesuai secara optimal.
2. Penyediaan papan nama ditempat tidur pasien untuk memudahkan identifikasi pasien.
Ruang VK Ibu
1. Sebaiknya ruangan isolasi terpisah dengan pasien HbsAg, B20, maupun HIV untuk
mengurangi infeksi nosokomial.
2. Ketersediaan BHP Cadangan untuk kebutuhan yang tidak terduga
3. Penunggu pasien max 1 untuk asuhan sayang ibu.
4. Mempersiapkan kebutuhan ibu dan bayi sejak awal.
Ruang VK Ibu
Bed HCU
Bed Tindakan
Ruang Isolasi
Lemari Alat
Lemari Obat
Lemari Form
Kegiatan Pengisian Rekam Medis
Ruang Nifas
Ruang Nifas
Ruang Konseling
Lemari Alat
Sentralisasi Obat
Pneumatic Tube
Demikian laporan yang kami buat dalam mengikuti kegiatan magang di Intalasi Peristi
Ibu RSUD Sidoarjo.