Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi kematian maternal menurut WHO (World Health Organization), ialah kematian seorang
wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari
tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Kemajuan yang telah
dicapai dalam kira-kira setengah abad terakhir telah diumumkan oleh banyak penulis. Di Inggris angka
kematian menurun dari 44,2 per 10.000 kelahiran dalam tahun 1928 menjadi 2,5 per 10.000 dalam
tahun 1970 (Chamberlain dan
Jeffcoate, 1966, Stallworthy,1971).
Perkembangan ini terlihat pula pada semua negara-negara maju; umumnya angka kematian
maternal kini di Negara-negara itu berkisar antara 1,5 dan 3,0 per 10.000 kelahiran hidup. Angka
kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya mempunyai dua sebab pokok: (1) masih
kurangnya pengetahuan mengenai sebab-musabab dan penanggulangan komplikasi-komplikasi penting
dalam kehamilan, persalinan serta nifas; (2) kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi; dan (3) kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi semua yang hamil
(Prawirohardjo, 2005).
Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diperoleh AKI tahun
2007 sebesar 228 per 100.000 KH. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2007 sebesar 248 per 100.000
KH, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDG 2015 (102 per 100.000 KH).
Sedangkan untuk angka kematian bayi (AKB) tahun 2008 sebesar 34/1000 KH, adapun target AKB pada
MDG’s 2015 sebesar 17 per 1000 KH. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen
untuk mencapai target tersebut (MDGs dan Badan Pusat Statistik: 2007).
Peningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan Tujuan PembangunanMilenium
(MDG) kelima, berjalan lambat dalam beberapa tahun terakhir. Rasio kematian ibu, yang diperkirakan
sekitar 228 per 100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas 200 selama dekade terakhir, meskipun telah
dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Hal ini bertentangan dengan
negara-negara miskin di sekitar Indonesia yang menunjukkan peningkatan lebih besar pada MDG kelima
(Unicef, 2012).
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung resiko bagi ibu hamil.
Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai komplikasi lainnya pada umumnya terjadi pada masa
persalinan, setelah melahirkan dan 1 minggu setelah melahirkan. Salah satu faktor penting dalam upaya
menurunkan angka kematian yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
berkualitas. Pelayanan kebidanan dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting. Pelayanan kebidanan
yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus kepada aspek pencegahan, promosi kesehatan dan
berlandaskan kemitraan adalah halpenting yang dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan
angka kesakitan serta kematian bayi.
Pelayanan kebidanan yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses dari pelayanan
itu sendiri. Faktor input dari pelayanan diantaranya meliputikebijakan, tenaga yang melayani, sarana
dan prasarana,standar asuhan kebidanan dan standar lain atau metode yang di sepakati. Sedangkan
faktor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input yang ada dalam interaksi antara bidan
dengan pasien yang meliputi penampilan kerja sesuai dengan standar dan etika kebidanan.Untuk
mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di RS Graha Husada Bandar Lampung, maka
disusunlah Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan ini dengan harapan dapat menjadi acuan dalam
melaksanakan pelayanan kebidanan.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan di RS Graha Husada Bandar Lampung dalam
menentukan sikap menghadapi perkembangan pelayanan kesehatan global, nasional maupun
regional.
2. Tujuan Khusus
a) Sebagai acuan dalam memberikan pelayan asuhan kebidanan secara professional.
b) Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan kebidanan dan organisasi profesi
bidan.
c) Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan dan asuhan kebidanan

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Poliklinik Kebidanan
- Melaksanakan pemeriksaan kehamilan, seleksi dan pencegahan kehamilan resiko
tinggi.
- Melaksanakan kegiatan penyuluhan, imunisasi dan senam hamil
- Melaksanakan pelayanan post partum lanjutan
- Melakukan deteksi dini terhadap kejadian infeksi luka opersi

2 Kamar Bersalin
- Melayani ibu bersalin normal maupun patologis
- Melayani ibu post partum sebelum di pindah ke rawat gabung atau rawat inap khusus
- melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
-

D. Batasan Operasional
- Administrasi dan pengelolaan pelayanan kebidanan
- Sumberdaya manusia, staf dan pimpinan
- Kebijakan dan prosedur
- Pengendalian mutu

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor : 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1575/Menkes/XI/2005 Tentang
Organisasi dan Tata kerja departemen Kesehatan.
4. Keputusan mentri kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1457 Tahun 2003 tentang
standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan/Kota
5. Keputusan mentri kesehatan Republik IndonesiaNomor : 836/Menkes/SK/VI/ 2005
Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
6. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 369/Menkes/SK/VIII/2007
Tentang Standar Asuhan Kebidanan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kepala Ruang Kebidanan
a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Kepala Ruang Kebidanan
c. Pengertian : Tenaga Kebidanan profesional yang bertanggung jawab dan berwenang
dalam mengelola kegiatan pelayanan kebidanan di Kamar Bersalin.

Pendidikan dan Kualifikasi :


1) Pendidikan Formal : D – III Kebidanan, berpengalaman 2 tahun.
2) Pendidikan Non Formal :
- Memiliki Sertifikat Manajemen Kepala Ruangan Kebidanan
- Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
- Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
- Memiliki Sertifikat Resusitasi Neonatus

3) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin minimal 3 tahun.


4) Ketrampilan : Memiliki kemampuan dan kepemimpinan.
5) Berbadan sehat jasmani dan rohani
d. Tanggung Jawab :
1) Secara fungsional bertanggung Jawab kepada Sub Bidang Pelayanan Kebidanan.
2) Secara operasional bertanggung Jawab kepada Bidang Pelayanan Medik dan Kebidanan.
e. Tugas Pokok :
Mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan pelayanan perawatan di ruang Kebidanan.
f. Uraian Tugas :
1) Melaksanakan fungsi kebidanan meliputi
- Menyusun rencana kegiatan berdasarkan jenis, jumlah, mutu tenaga kebidanan
serta tenaga lainnya sesuai kebutuhan di Kamar bersalin.
- Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga bidan yang berlaku tiap minggu.
- Membagi tugas harian dengan memperhatikan jumlah dan tingkat
kemampuan bidan.
- Merencanakan jumlah dan jenis peralatan di Kamar Bersalin.
- Menyusun program pengembangan staf di Kamar Bersalin.
- Bersama staf menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan di ruang perawatan
Kamar bersalin.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan pelaksanaan, meliputi :
- Memantau seluruh staf dalam penerapan dan pelaksanaan tugas yang dibebankan.
- Mengadakan pelatihan untuk pegawai secara berkesinambungan.
- Memberi orientasi kepada karyawan baru.
- Mengadakan pengadaan, pemeliharaan dan penggunaan alat-alat maupun obat-obatan.
- Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
- Menilai hasil kerja pegawai dan memberikan penghargaan yang berprestasi baik.
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi :
- Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.
- Mengawasi penggunaan alat-alat agar digunakan secara tepat
- Mengatur supaya alat-alat tetap dalam keadaan siap pakai.
- Mengawasi pelaksanaan inventaris secara periodik.

2. Ketua TIM (KATIM) atau Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)


a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)

c. Pengertian : Seorang bidan profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
dalam mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan di Kamar Bersalin dan turut
melaksanakan pelayanan keperawatan pada satu unit ruangan perawatan pada shift sore, malam
dan hari libur.
d. Tujuan :
1) Agar kegiatan pelayanan Asuhan Kebidanan dapat berjalan sesuai dengan standar kebidanan.
2) Agar mutu pelayanan asuhan kebidanan selalu terjaga, selalu diupayakan,
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan/tuntutan masyarakat.
e. Pendidikan dan Kualifikasi :
3) Pendidikan Formal : D – III Kebidanan, berpengalaman 2 tahun.
4) Pendidikan Non Formal :
- Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
- Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
- Memiliki Sertifikat Resusitasi Neonatus
5) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin minimal 2 tahun.
6) Ketrampilan : Memiliki kemampuan kepemimpinan, berwibawa, rajin, dan jujur.
7) Berbadan sehat jasmani dan rohani
f. Tanggung Jawab : Secara organisasi bertanggung jawab langsung kepada Kepala Ruang
Kebidanan
g. Tugas Pokok :
8) Sebagai koordinator shift dinas pagi, sore, malam dan hari libur sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan Asuhan Kebidanan Kepada Kepala
Ruang.
10) Bersama-sama pelaksana perawatan melakukan kegiatan pelayanan Asuhan Kebidanan.
11) Bertanggung jawab dalam kebenaran isi laporan/penulisan asuhan kebidanan.
h. Uraian Tugas Penanggung Jawab Shift :
12) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan diruang rawat pada shift sore,
malam dan hari libur.
13) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga pelaksana perawatan untuk melaksankan
Asuhan Kebidanan sesuai ketentuan/standar yang berlaku pada shift sore, malam dan hari
libur.
14) Bertanggung jawab atas pelaksanaan inventarisasi peralatan pada shift sore, malam dan hari
libur.
15) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
16) Membantu melaksanakan program orientasi kepada petugas baru meliputi penjelasan tentang
peraturan rumah sakit, tata tertib dan fasilitas yang ada.
17) Memelihara dan mengembangkan system pencatatan dan pelaporan Asuhan Kebidanan
secara tepat dan benar untuk tindakan kebidanan selanjutnya.
18) Memberi motivasi tenaga non perawatan dalam memelihara kebersihan ruangan dan
lingkungan pada shift sore, malam dan hari libur.
19) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien pada shift malam.
20) Memelihara buku register dan berkas catatan medik pada shift sore, malam dan hari libur.
21) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada shift sore, malam dan hari libur dan melaksanakan
tindakan kebidanan.
22) Bersama-sama pelaksana perawat lainnya, melaksanakan Asuhan Kebidanan kepada
pasien pada shift sore, malam dan hari libur.
23) Membuat laporan harian pada shift sore, malam dan hari libur.
24) Melaksanakan serah terima tugas kepada penanggung jawab shift berikutnya secara lisan
maupun tertulis pada saat penggantian dinas.
25) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruang.

3. Bidan Pelaksana Kamar Bersalin


a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Bidan Pelaksana kamar Bersalin
c. Pengertian : Seorang bidan profesional yang diberi wewenang dan
ditugaskan di kamar bersalin.
d. Pendidikan dan Kualifikasi :
1) Berijazah Kebidanan dari semua jenjang yang disyahkan oleh pemerintah atau
yang berwenang.
2) Pendidikan Non Formal :
- Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
- Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
3) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin.
4) Ketrampilan : Memiliki bakat dan minat serta berdedikasi tinggi,
berkepribadian mantap dan emosional yang stabil.
5) Berbadan sehat jasmani dan rohani
e. Tanggung Jawab :
1) Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada kepala ruang
Kamar Bersalin.
2) Secara teknis medis operasional bertanggung jawab kepada Dokter Jaga/ Kamar
Bersalin.
f. Tugas Pokok : Melaksanakan Asuhan Kebidanan di Kamar Bersalin.
g. Uraian Tugas :
1) Menyiapkan fasilitas dan lingkungan Kamar Bersalin untuk kelancaran
pelayanan
2) Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat secara
tepat dan cepat
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada pasien gawat darurat dan melaksanakan
evaluasi tindakan perawatan yang telah dilakukan
4) Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku serta
melaksanakan orientasi kepada pasien
5) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan anggota
tim (dokter, ahli gizi, analis, pekarya, pekarya rumah tangga)
6) Melaksanakan tugas jaga sore, malam dan hari libur secara bergiliran sesuai
dengan jadwal dinas
7) Mengikuti pertemuan ilmiah dan penataran untuk meningkatkan pengetahuan
serta ketrampilan.
8) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter
9) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang tepat dan benar
10) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan / tertulis
pada saat pergantian dinas
11) Menyiapkan pasien yang akan pulang lengkap dengan administrasinya
12) Memberikan health education kepada penderita dan keluarga
13) Membantu merujuk pasien ke instansi yang lebih mampu

14) Memantau dan menilai kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang
tepat berdasarkan hasil pemantauan.
15) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara pasien, keluarga,
dokter serta sesama tenaga medis.
h. Uraian Wewenang :
1) Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.
2) Memberikan asuhan kebidanan pada pasien sesuai kemampuan dan batas
kewenangannya.

B. Distribusi Ketenagaan
Kebutuhan tenaga bidan dihitung dengan menentukan :
 Jumlah hari kerja efektif selama 1 tahun

 Jumlah hari tidak kerja (hari non efektif) dalam 1 tahun

 Jumlah jam perawatan setiap pasien dalam 24 jam/tingkat ketergantungan pasien

 Jumlah jam kerja perawat tiap shift


Penghitungan Kebutuhan Tenaga Sesuai Dengan Beban Kerja Di Kamar Bersalin :
1) Untuk partus normal menggunakan rumus sebagai berikut:

6 jam X rata-rata pasien /hari


jam kerja dalam satu hari

Keterangan :
6 jam adalah konstanta : Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan normal
mencakup kala I s/d kala IV
Contoh soal :
• Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s/d kala IV =
6 jam / pasien
• Jam efektif kerja bidan = 7 jam / hari
• Rata – rata pasien per hari = 5 pasien
• Berapa jumlah bidan yang diperlukan :
5 pasien X 6 = 30 = 4,3 ( 5 0rang + loss day )
7
Loss Day : 78 X 5 = 1,4 ( 2 )
286
25 % x 7 = 2
• jadi jumlah bidan yang dibutuhkan = 9 orang

 Jadi jumlah bidan yang dibutuhkan = 9


 Total bidan untuk kamar bersalin = 10

 pola ketenagaan di ruang Kebidanan adalah sebagai berikut :


Dengan 9 tenaga Bidan Pelaksana di Ruang Kebidanan + 1 kepala ruangan maka
Kepala Ruang Kebidanan membagi pengaturan jadwal dinas sebagai berikut :
1) Dinas Pagi jam 07.30 – 14.00
Petugas yang berdinas terdiri dari Karu, PJ Shift, dan 3 orang bidan
pelaksana
2) Dinas Sore jam 14.00 – 19.30
Terdiri dari PJ Shift dan 1 bidan pelaksana
3) Dinas Malam jam 19.30 – 07.30
Terdiri dari PJ Shift dan 1 bidan pelaksana
4) Lepas malam : 2 orang
5) Libur / cuti : 1 orang
C. Pengaturan Jaga
1) Pengaturan jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh kepala ruangan dan disetujui
oleh kepala satuan pelayanan keperawatan.
2) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan disosialisasikan kepada bidan
pelaksana.
3) Untuk bidan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu dapat mengajukan permintaan
dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Apabila
tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan maka permintaan akan
disetujui.
4) Setiap tugas jaga/shift harus ada bidan penanggung jawab shift dengan syarat dan
kualifikasi yang telah ditetapkan.
5) Jadwal dinas terdiri dari dinas pagi, sore, malam dan libur.
6) Apabila ada bidan yang oleh karena satu dan lain hal tidak dapat menjalankan tugasnya sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan maka yang bersangkutan harus memberitahu atasan minimal
4 jam sebelum jam dinas berlangsung untuk dicarikan pengganti dinasnya tersebut.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

pintu wc

Bed vip

pintu Wc nakes
Istirahat bidan

pintu
Cuci alat
BED 3

BED 2
Wc pasien
BED 1

Meja jaga
Resusitasi
Neo

Pintu masuk

B. Standar Fasilitas
Standar alat kebidanan di ruangan kebidanan/kamar bersalin dengan kapasitas persalinan 10
orang/hari

NO. NAMA BARANG RATIO


1. Partus set 70 % x persalinan/hari
2. Hecting set 50 % x persalinan/hari
3. Perdarahan Partus set 30 % x persalinan/hari
4. Alat vacuum 1 set
5. Alat forceps 1 set
6. Alat kuret 2 set
7. Alat resusitasi ibu dan bayi 2 set
8. Infus set 6 set
9. Perlengkapan bayi baru lahir 1 set
10. Bengkok Sesuai kebutuhan
1. Kebutuhan Alat Tenun/Linen
NO. NAMA BARANG RATIO
1. Gordyn 1:2
2 Kimono/baju pasien 1:5
3 Sprei besar 1:5
4 Manset dewasa 1:¼
5 Mitela/topi 1 : 1/3
6 Penutup sprei 1:5
7 Selimut wool/bed cover 1:1
8 Selimut biasa 1:5
9 Sarung bantal 1:6
10 Sarung guling 1:3
11 Sarung kasur 1:1
12 Sarung buli buli panas 1:¼
13 Stick laken 1:6
14 Handuk 1:3
15 Masker 1:½
16 Popok bayi 1 : 15
17 Baju bayi 1:8
18 Duk 1 : 1/3
19 Duk bolong 1 : 1/3

2. Kebutuhan Alat Medis Dan Alat Rumah Tangga


NO. NAMA BARANG RATIO
1. Kursi roda 1-2/ruangan
2. Comode chair 1/ruangan
3. Lemari obat emergency 1/ruangan
4 Meja pasien 1:1
5 Over bed table 1:1
6 Standar infuse 2-3/ruangan
7 Lampu sorot/lampu tindakan 1/ruangan
8 Lampu senter 1-2/ruangan
9 Nampan 2-3/ruangan
10 Tempat tidur pasien 1:1
11 Troly obat 1/ruangan
12 Timbangan berat badan/ timbangan badan 1/ruangan
13 Timbangan bayi 1/ruangan
14 Matras for adult 1:1
15 Matras for baby 1:1
16 Box bayi 20
17 Brancard 1
18 Standar waskom double 4-6/ruangan
19 Waskom mandi 8-12/ruangan
20 Canul curet no. 5 4
21 Canul curet no. 6 5
NO. NAMA BARANG RATIO
22 Canul curet no. 7 2
23 Canul curet no. 8 5
24 CTG 1
25 Dingklik 4
26 Dopler 2
27 Infant warmer 1
28 Kursi tindakan bulat 4
29 Meja mayo 3
30 Pasien monitor 1
31 USG 1
32 Chamber pot/pispot 1
33 Rak pispot 1/ruangan
34 Tempat sampah pasien 1:1
35 Tempat sampah besar tertutup (Tempat sampah Infeksius) 4/ruangan

3. Kebutuhan Alat Pencatatan Dan Pelaporan Dengan Kapasitas 30 Orang Pasien


NO. NAMA BARANG RATIO
1. Formulir pengkajian awal 1:1
2. Formulir asuhan kebidanan 1:5
3. Formulir catatan perkembangan pasien 1 : 10
4. Formulir observasi 1 : 10
5. Formulir partograf 1:1
6. Formulir resume 1:1
7. Formulir catatan pengobatan 1 : 10
8. Formulir medik lengkap 1:1
9. Formulir laboratorium lengkap 1:3
10. Formulir rontgen 1:2
11. Formulir permintaan darah 1:1
12. Formulir keterangan kematian 5 lembar/bulan
13. Formulir keterangan kelahiran 10-20 lembar/bulan
14. Resep 10 buku/bulan
15. Formulir konsul 1:5
16. Formulir permintaan makanan 1:1
17. Formulir permintaan obat 1:1
18. Buku ekspedisi 10/ruangan/tahun
19. Buku register pasien 4/ruangan/tahun
20. Buku folio 4/ruangan/tahun
21. White board 1
22. Perforator 1
23. Steples 1
24. Pensil 2
25. Pensil merah biru 2
26. Spidol white board 1
1. Kebutuhan Alat Medis

NO. NAMA BARANG RATIO


1. Bed pasien kelas 1 2
2. Bed pasien kelas 2 2
3. Bed pasien kelas 3 8
4. Matras for adult 12
5. Matras for baby 20
6. Box bayi 20
7. Brancard 1
8. Canul curet no. 5 4
9. Canul curet no. 6 5
10. Canul curet no. 7 2
11. Canul curet no. 8 5
12. CTG 1
13. Dingklik 4
14. Dopler 2
15. Infant warmer 1
16. Kursi tindakan bulat 4
17. Lampu tindakan kecil 6
18. Lemari obat 2 pintu 1
19. Matras for baby besar 2
20. Matras sedang 1
21. Meja mayo 3
22. Pasien Monitor 1
23. USG 1
24. Chamber pot/pispot 1

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Kebijakan Dan Prosedur

1. Penerimaan Pasien Baru

Prosedur yang dilakukan oleh bidan


- Menerima pasien baru dan melakukan serah terima dengan perawat/bidan dari ruangan
sebelumnya.
- Mencocokkan gelang identitas pasien, meyakinkan ketepatan identitas pasien dengan
bertanya langsung kepada pasien. Setelah identitas sesuai, gelang dikenakan ke tangan
pasien.
- Menambahkan gelang pasien dengan tanda alergi atau resiko tinggi sesuai dengan
ketentuan.
- Melakukan pengkajian kebidanan.
- Melakukan observasi tanda-tanda vital.
- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
pasien.
- Melaporkan hasil pengkajian kepada dokter penanggung jawab dan melakukan tindakan
sesuai instruksi dokter.

- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan.

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
pasien
- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan.
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

1. Penerimaan Dan Perawatan Pasien Rawat Inap Sehari (One Day


Care) Prosedur yang dilakukan oleh bidan
a. Menerima pasien di kamar bersalin (VK)
b. Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien
c. Bidan kamar bersalin melaporkan ke dokter operator dan dokter anastesi bahwa pasien
sudah di kamar bersalin
d. Bidan kamar bersalin melakukan persiapan tindakan seperti mengganti baju pasien,
membersihkan lipstik dan melepaskan perhiasan pasien, observasi tanda-tanda vital,
anjurkan pasien buang air kecil terlebih dahulu dan lain-lain
e. Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan tanda-tanda vitalnya
f. Jika keadaan umum pasien baik maka bidan memberi tahu keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi
g. Keluarga pasien menyerahkan kartu izin pulang dari penata rekening pada bidan
h. Bidan menjelaskan pada keluarga pasien mengenai perawatan paska tindakan dirumah,
menyerahkan obat pulang dan kartu kontrol dengan menggunakan formulir resume
keperawatan
i. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter

j. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
pasien
k. Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan
l. Melakukan tindakan di ruang tindakan
m. Membuat resep dan menjadwalkan kontrol
n. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

2. Persiapan Pasien Pre Op Sectio Cesarea


Petugas yang melaksanakan : bidan yang bertanggung jawab kepada pasien
Prosedur :

a. Memastikan bahwa pasien telah mendapatkan penjelasan dari dokter penanggung jawab
dan anestesi mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan
b. Meminta pasien atau keluarga mengisi formulir surat persetujuan tindakan section cesarea
dan surat ijin tindakan anestesi
c. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai anjuran
dokter (hematologi, masa perdarahan, PT/APTT)
d. Siapkan pasien, puasa, cukur daerah operasi, persiapkan darah bila diperlukan, melepas
protese dan lain-lain
e. Lengkapi formulir check list pre operasi yang terdapat di dalam pendokumentasian
f. Menghubungi dokter spesialis anak untuk memberitahukan pasien sudah siap diantar ke
kamar operasi
g. Hubungi ruang operasi untuk memastikan bahwa pasien akan diantar
h. Antar pasien ke ruang operasi sesuai jadwal, minimal 30 menit sebelum jadwal operasi
i. Cek Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan disaksikan perawat kamar operasi
j. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan.

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


a. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien
b. Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah
selesai tindakan
c. Melakukan tindakan di kamar operasi
d. Membuat resep dan protap perawatan selanjutnya
e. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

D. Asistensi Dokter Dalam Menolong Persalinan Normal


Petugas yang melaksanakan : bidan yang bertanggung jawab kepada pasien
Prosedur :
1. Kontrol his, monitor denyut jantung janin dan perhatikan keadaan umum pasien
2. Mengkaji adanya faktor resiko pada ibu dan janin sebelum proses persalinan, laporkan
pada dokter
3. Periksa dalam untuk menentukan diagnosis sudah memasuki kala II
4. Monitor denyut jantung bayi sesuai dengan partograf
5. Lakukan perawatan kala III
6. Bantu dokter dalam proses penjahitan luka perineum
7. Lakukan perawatan kala IV
8. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan
Prosedur yang dilakukan oleh dokter
9. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan kondisi
pasien
10. Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan
11. Melakukan tindakan pertolongan persalinan
12. Melakukan jahit perineum dengan didampingi oleh bidan
13. Membuat resep dan membuat protap perawatan selanjutnya
14. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

E. Asistensi Tindakan
Curretage Prosedur :
1. Memastikan pasien telah mendapatkan penjelasan tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter operator
2. Mempersiapkan surat izin tindakan curettage dan surat izin tindakan anestesi yang telah
ditandatangani oleh pasien atau keluarga pasien
3. Persiapkan pasien seperti puasa, pasang infuse, pakaian pasien, kosongkan kandunng
kemih dan lain-lain
4. Masukan jaringan dalam bokal berisi formalin 10% dan diberi identitas pasien untuk
jaringan yang akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi, untuk jaringan yang tidak
akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi, jaringan dapat dimasukan dalam
bokal/plastik tanpa formalin dan diberikan pada keluarga (dicek apakah boleh jaringan
yanng sudah diambil tidak di PA)
5. Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan sampai dengan 3-4 jam
pasca tindakan curretage
6. Jika keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital normal, tidak ada perdarahan dan
keluhan, pasien diperbolehkan pulang setelah menunjukkan surat ijin pulang.
7. Mempersiapkan pasien pulang

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


1. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah
selesai tindakan.
3. Pasien dilakukan anastesi oleh dokter anestesi/Penata Anastesi
4. Melakukan tindakan curretage
5. Membuat resep dan jadwal kontrol
6. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan
BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan dn
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan
materi atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan bagian dari instansi yang bertugas menyediakan bahan
atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas dan
pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin (Adiatama, 2002).
Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur manajemen di proses melalui fungsi
manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi
logistik.
Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga logistik dalam
rumah sakit bukan logistik pendistribusian barang, tetapi hanya menyangkut manajemen persediaan
bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi jasa tersebut.
Logistik dalam rumah sakit bermula dari perolehan (procurement) dan berakhir dengan
dokumen penuh dari usaha pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit adalah suatu proses pengolahan secara strtegis
terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pemantauan persediaan barang (stock,
material, supplies, inventory, etc) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di rumah sakit dapat
dikelompokkan menjadi :

a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam proses
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu komponen utama pendapatan
rumah sakit. Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di rumah sakit secara baik tergolong
tinggi. Berbagai pihak terlibat dalam logistik obat di rumah sakit.
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Masalah utama yang sering terjadi adalah manajemen
inventaris yang kurang baik, sehingga mengakibatkan alat kesehatan yang disimpan berlebihan.
c. Logistik Food and Baverages
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan pelayanan gizi, baik untuk pasien atau
untuk karyawan rumah sakit. Masalah yang sering muncul adalah barang hilang atau berkurang
dan mutu proses yang bervariasi.
d. Logistik Barang Kuasi
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan barang kelengkapan administrasi rumah
sakit. Masalah yang sering terjadi adalah sediaan barang kuasi ynag terlalu banyak.
e. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non medis yang
digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Masalah yang sering dihadapi adalah
penyimpanan alat dan persediaan suku cadang.
f. Logistik Sarana dan Prasarana Gedung
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan sarana dan prasarana gedung rumah sakit.
Nilai sarana dan prasarana gedung rumah sakit dapat mencapai sekitar 40% dari nilai aset total
rumah sakit. Masalah yang sering muncul :
1) Pembangunan sarana dan prasarana yang tidak efisien
2) Pemeliharaan saran dan prasarana yang tidak sesuai standar yang tidak ditentukan.
g. Logistik Linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen. Masalah yang
dihadapi adalah sediaan yang berlebihan dan proses yang bervariasi.
h. Logistik Bahan Habis Pakai
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan sebagai
bahan habis pakai. Masalah yang paling sering dihadapi adalah sediaan bahan habis pakai yang
berlebihan,
Bahan Habis Pakai (BHP) di Ruang Kebidanan di amprah ke bagian logistik RS Graha
Husada sebelum habis. Jika BHP yang digunakan sehari-hari cepat habis, maka amprah
dilakukan setiap 1 minggu sekali dan untuk BHP yang tidak cepat habis akan diamprah 1 bulan
sekali.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Assesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan

C. Standar Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan progam
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. 7 Langkah Keselamatan Pasien


Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

E. Kejadian Tidak Diharapkan


(KTD) Adverse event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil suatu tindakan yang seharusnya diambil dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
F. Kejadian Tidak Diharapkan Yang Tidak Dapat Dicegah
Unpreventable adverse event :
Suatu kejadian tidak diharapkan akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang mutakhir.

G. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


Near miss :
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat menciderai pasien tetapi cedera serius
tidak terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat) karena pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan tetapi
staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan) atau peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan tetapi diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).

H. Kesalahan Medis
Medical errors :
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya, dapat merupakan akibat dari
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission).

I. Insiden Keselamatan Pasien


Patient safety incident :
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
J. Kejadian Sentinel
Sentinel event

Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera serius. Biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada
bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.

K. Tata Laksana Kerja Untuk Keselamatan Pasien


1. Semua Pasien yang datang baik dalam kondisi inpartu maupun observasi kebidanan harus
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
2. Memperhatikan identitas pasien khususnya nama dan nomor rekam medis
3. Memastikan pasien telah mendapatkan informed consent dari dokter penanggung jawab
pasien atau dokter konsulen sebelum pasien mendapatkan penatalaksanaan medis
4. Seluruh persalinan normal wajib ditolong oleh dokter spesialis kebidanan, bidan boleh
menolong persalinan dalam kondisi emergensi, disaat tidak ada dokter atau dokter
spesialis kebidanan
5. Pemeriksaan pervaginam dalam proses persalinan dilakukan setiap 4 jam sekali atau bila
ada indikasi
6. Observasi pasien ODC dilakukan selama 3-4 jam pasca tindakan, pasien baru
diperbolehkan pulang setelah sadar penuh dan keadaan umumnya baik
7. Seluruh pemeriksaan penunjang medis harus disertai dengan identitas pasien yang
lengkap, benar dan jelas
8. Setiap bayi yang lahir, langsung dilakukan pemeriksaan fisik, dicap kaki dan diberikan
peneng untuk identitas
9. Penghalang tempat tidur pasien selalu dalam keadaan terpasang bila ada pasien di atas
tempat tidur
10. Selalu memperhatikan prinsip benar pemberian obat
11. Kuku petugas harus pendek
12. Mencuci tangan sesuai prosedur sebelum dan sesudah tindakan
13. Mempertahankan sterilitas dan menjaga kebersihan
14. Sarung tangan yang digunakan harus sesuai dengan ukuran
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman tersebut menjadi lebih tinggi dan
berbahaya karena penderita HIV/AIDS tidak menampakan gejala dan yang lebih
mengkhawatirkan hal tersebut banyak terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara memadai.
Penderita penyakit HIV/AIDS terus meningkat sejalan dengan semakin tingginya potensi
penularan dimasyarakat. Hal ini di tunjang dengan perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan
baik dan penggunaan bersama peralatan yang menembus kulit, tato, tindik dan lain-lain.
Selain HIV/AIDS, juga wajib diwaspadai Penyakit Hepatitis B dan C yang keduanya
potensial menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat terkenali secara klinis karena tidak menampakan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit-penyakit tersebut di atas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Universal
Precaution”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan kontak 24 jam dengan
pasien mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan dapat melindungi dirinya sendiri, pasien,dan masyarakat dari penularan
infeksi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
2. Petugas kesehatan harus menerapkan prinsip universal precaution dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengurangi resiko terpajan atau terinfeksi
penyakit menular.

C. Tindakan Yang Beresiko Terpajan

Ada beberapa hal yang dapat membuat seseorang tenaga kesehatan dapat terpajan
dengan infeksi menular yaitu:
1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang benar
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama dari prosedur universal precaution dalam kaitannya dengan keselamatan kerja
khususnya di Instalasi Kamar Bersalin adalah menjaga higine sanitasi individu, higine dan
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.

Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam kegiatan yaitu:


1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) yaitu pelindung kaki/sandal sepatu khusus kamar

bersalin, apron/gaun pelindung, topi, masker, goggle/kaca mata dan sarung tangan.
3. Pengelolaan instrumen bekas pakai dan alat kesehatan lainnya
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam lainnya untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
6. Pengelolaan alat tenun bekas pakai
7. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kesehatan dan pemberian imunisasi

E. Hal-Hal Yang Harus Diketahui Oleh Petugas Terpapar


Sebagai petugas kesehatan wajib mengetahui hal-hal yang harus dilakukan jika
terpajan/terpapar dengan infeksi menular sehingga dapat ditanggulangi dengan tepat dan cepat.
Hal-hal yang harus diketahui petugas kesehatan yang terpapar adalah :
1. Tindakan sesuai dengan jenis paparan
2. Status kesehatan petugas terpapar
3. Status kesehatan sumber paparan
4. Kebijakan yang ada
5. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
6. Tindakan pasca tertusuk jarum bekas pakai atau benda tajam bekas pakai lainnya

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan


Indikator mutu pelayanan kebidanan yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Minggu diambil dari Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/ Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, yaitu:
1. Kejadian kematian ibu karena persalinan
a. Perdarahan ≤ 1 %
b. Pre –Eklamsia ≤ 30%

c. Sepsis ≤ 0,2 %

2. Pemberi pelayanan persalinan normal

a. Dokter spesialis kebidanan


b. Dokter umum terlatih asuhan persalinan normal
c. Bidan

3. Pemberi pelayanan dengan persalinan penyulit : Tim PONEK yang terlatih.

4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi

a. Dokter spesialis kebidanan


b. Dokter spesialis anak
c. Dokter spesialis anastesi
5. Pertolongan persalinan melalui sectio cesaria ≤ 20%
6. Keluarga berencana :
a. Persentase keluarga berencana vasektomi dan tubektomi yang dilakukan oleh tenaga
kompeten dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah umum, dokter spesialis
urologi dan dokter umum terlatih 100%
b. Persentase peserta keluarga berencana mantap yang mendapatkan konseling keluarga
berencana mantap oleh bidan terlatih 100%
7. Kepuasan pelanggan ≥ 80%

B. Evaluasi Dan Pengendalian Mutu


Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian mutu pelayanan berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan, dapat dilakukan dengan cara :
1. Audit pelayanan Kebidanan

2. Audit pendokumentasian

3. Audit prosedur pelayanan kebidanan

4. Survey kepuasan pasien


C. Tata Hubungan Kerja Kamar Bersalin RS Ar rasyid Palembang

IRNA GIZI IRJ KASIR

Logistik Farmasi
Logistik
Umum
Admission
Kamar Bersalin Operator

Umum/Tehnis Umum/Supir
i

Kamar Rekam Radiologi Laboratotiu Umum/Keaman an


Operasi Medik m

Anda mungkin juga menyukai