Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang utama bagi

seorang bidan. Bidan bertanggung jawab memberikan pengawasan, nasehat serta asuhan bagi wanita

selama masa hamil, bersalin dan nifas. Asuhan kebidanan yang diberikan termasuk pengawasan

pelayanan kesehatan masyarakat di komunitas,baik dirumah,posyandu maupun polindes.

Sebagai seorang bidan yang nantinya yang akan ditempatkan di desa, dalam menjalankan tugas ia

merupakan komponen dan bagian dari masyarakat desa dimana ia bertugas. Selain dituntut dapat

memberikan asuhan bermutu tinggi dan komprehensif, seorang bidan harus dapat mengenal

masyarakat sesuai budaya setempat dengan sebaik-baiknya, mengadakan pendekatan dan bekerjasama

dalam memberikan pelayanan, sehingga masyarakat dapat menyadari masalah kesehatan yang

dihadapi serta ikut secara aktif dalam menaggulangi masalah kesehatan baik untuk individu mereka

sendiri maupun keluarga dan masyarakat sekitarnya.

B. Tujuan

 Mahasiswa dapat mengetahui stndar pelayanan kebidanan

 Mahasiswa dapat mengetahui manfaat standar pelayanan kebidanan

 Mahasiswa dapat mengetahui dan memberikan asuhan intranatal

1
BAB II

PEMBAHASAN

I.Standar Pelayanan Kebidanan (SPK)

A. Defenisi Standar Pelayanan Kebidanan (SPK)

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan

atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah

ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab

profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan

kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan

masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).

B. Standar Pelayanan Kebidanan

 Standar I : Falsafah dan tujuan

Pelayanan kebidanan dilaksanakan sesuai denga filosofi bidan

 standar II : Administrasi dan pengelolaan

pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengelolaan ,standar

pelayanan dan prosedur tetap. Pengelolaan pelayanan yang kondusif,menjamin

peraktek pelyanan kebidanan yang akurat .

2
 Standar III:STAF DAN PIMPINAN

Pengelolah pelayanan kebidanan mempunyai program pengelolaan sumber daya

manusia agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efesien

 Standar IV:FASILITAS DAN PERALATAN

Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan pelayanan

kebidanan sesuai dengan beban tugasnya dan fungsi institusi pelayanan .

 Standar V :kebijakan dan prosedur

Pengelolaan pelayanan kebidanana memiliki kebijakan peyelenggaran pelyanan

dan pembinaan personil menuju pelayanan yang berkualitas

 Standar IV:Pengembangaan staf dan program pendidikan

Pengelolaan pelayaanan kebidanan memiliki program pengembangan staf dan

perancanaan pendidikan sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

 Standar VII:standar asuhan

Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen

kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan

kepada pasien.

 Standar VIII: evaluasi dan pengendalain mutu

Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksanaan dalam

evaluasi dan pengendalaian mutu pelayanan kebidanan yang dilaksanakan secara

berkesinambungan

3
C. Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan

Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:

1) Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan

untuk mencapai hasil yang diinginkan

2) Melindungi masyarakat

3) Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan

4) Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek

sehari-hari.

5) Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan

pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2)

D. Format Standar Pelayanan Kebidanan

Dalam membahas tiap standar pelayanan kebidanan digunakan format bahasan sbb:

sebagai berikut:

1) Tujuan merupakan tujuan standar

2) Pernyataan standar berisi pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan,

dengan penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan.

3) Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam bentuk

yang dapat diatur.

4) Prasyarat yang diperlukan (misalnya, alat, obat, ketrampilan) agar pelaksana pelayanan

4
dapat menerapkan standar.

5) Proses yang berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar

(Depkes RI, 2001:2).

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup SPK meliputi 24 standar yaitu : standar pelayanan (2 standar), standar

pelayanan antenatal (6 standar), standar pertolongan persalinan (4 standar), standar

pelayanan nifas (3 standar), standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal (9

standar) (Depkes RI, 2001:3).

F. Dasar hukum penerapan SPK adalah:

1) Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992 kewajiban tenaga kesehatan

adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, menghormati hak pasien, menjaga

kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien, memberikan informasi dan meminta

persetujuan (Informed consent), dan membuat serta memelihara rekam medik.

Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh

tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik.

Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan tugasnya

sesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta mendapat penghargaan.

5
2) Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia

tenggara tahun 1995 tentang SPK

Pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan

kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar tertentu

agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO mengembangkan Standar

Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di

Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat

masyarakat. Standar ini diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan.

3) Pertemuan Program tingkat propinsi DIY tentang penerapan SPK 1999

Bidan sebagai tenaga profesional merupakan ujung tombak dalam pemeriksaan

kehamilan seharusnya sesuai dengan prosedur standar pelayanan kebidanan yang telah

ada yang telah tertulis dan ditetapkan sesuai dengan kondisi di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (Dinkes DIY, 1999).

4) Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi

dan praktek bidan. Pada BAB I yaitu tentang KETENTUAN UMUM pasal 1 ayat 6 yang

berbunyi Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk

dalam melaksanakan profesi secara baik.

Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat

6
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan serta penyelenggaraannya sesuai

kode etik dan standar pelayanan pofesi yang telah ditetapkan. Standar profesi pada

dasarnya merupakan kesepakatan antar anggota profesi sendiri, sehingga bersifat wajib

menjadi pedoman dalam pelaksanaan setiap kegiatan profesi (Heni dan Asmar, 2005:29).

II.ASUHAN INTRANATAL

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum

dan bidan.

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat

adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan.

Pada kenyataan dilapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga

kesehatan, dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan.

Secara bertahap seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas

pelayanan kesehatan.

1. Dalam pelayanan kebidanan terdapat empat standar pertolongan persalinan.

a. Asuhan saat persalinan

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan

dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses
7
persalinan berlangsung.

b. Persalinan yang aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan dan penghargaan

terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.

c. Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran

plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

d. Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera

melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan

penjahitan perineum.

2. Persiapan bidan dalam memberikan asuhan persalinan meliputi :

a. Persiapan Bidan

1) Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan

dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses

persalinan .

2) Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk persalinan dan

kelahiran bayi.

3) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan dan pastikan

kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperrlukan serta dalam keadaan siap

pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.

4) Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya. Karena jika terjadi

8
keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dapat memahayakan

keselamatan ibu dan bayinya.apabila iu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi asuhan

yang telah diberikan.

5) Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi dukungan emosional, membantu

pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, memberikan keleluasaan untuk

menggunakan kamar mandi secara teratur, serta melakukan pertolongan persalinan yang

bersih dan aman dengan teknik pencegahan infeksi.

b. Persiapan Rumah dan Lingkungan

Ruangan atau lingkungan dimana proses persalinan akan berlangsung harus memiliki

pencahayaan penerangan yang cukup, ranjang sebaiknya diletakkan ditengah-tengah

ruangan agar mudah didekati dari kiri maupun kanan, dan cahaya sedapat mungkin tertuju

pada tempat persalinan.

Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan, perlu

disiapkan juga lingkungan yang sesuai bagi bayi baru lahir dengan memastikan bahwa

ruangan bersih, hangat, pencahayaan yang cukup dan bebas dari tiupan angin. Apabila

lokasi tempat tinggal ibu di daerah pegunungan atau yang beriklim dingin, sebaiknya

sediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan

dan menjaga kehangatan tubuh bayi.

c. Persiapan Alat

1) Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi, bidan harus memastikan semua peralatan

sebelum dan sesudah memberikan asuhan.

2) Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum menolong persalinan dan

9
melahirkan bayinya.

3) Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan bersih dan siap pakai, partus set,

peralatan untuk melakukan penjahitan atau laserasi jalan lahir dan peralatan untuk

rersusitasi sudah dalam keadaan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.

d. Persiapan Ibu dan Keluarga

Persalinan adalah saat yang menegangkan bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan

dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman

yang menegangkan dapat dilakukan dengan asuhan sayang ibu selama proses persalinan.

III.Manajemen Kebidanan

1. KONSEP DAN PRINSIP ASUHAN KEBIDANAN

Asuhan kebidanan merupakan suatu metode yang berbeda dari model atau perawatan

medis. Dalam bagian ini, kita akan mulai memahami apa perbedaannya dan kita akan bisa

menjelaskan prinsip – prinsip yang memberi batasan tentang asuhan kebidanan.

2. PENGERTIAN

Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien yang mempunyai

kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas, dan bayi baru

lahir serta keluarga berencana (Depkes RI, 1999).

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
10
metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data,

diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah

metode atau pemikiran dan tindakan – tindakan dengan urutan yang logis sehingga

pelayanan komprehensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan

pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah – pisah menjadi

satu kesatuan yang berarti.

Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan

atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan

atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998 : 157).

Bentuk Persalinan

Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: (Manuaba, 1998 : 157)

a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar

dengan jalan rangsangan.

11
Perencanaan Persalinan

Perencanaan persalinan sebaiknya dilakukan untuk mengantisipasi kesulitan yang mungkin

terjadi. Perencanaan persalinan terdiri dari: (Huliana, 2001 : 115)

a. Tempat melahirkan.

b. Penolong persalinan.

c. Transportasi.

d. Penghilang rasa nyeri.

e. Pendamping persalinan.

f. Plasenta (dimana plasenta akan diurus).

Gambaran Perjalanan Persalinan

a. Tanda persalinan sudah dekat

1) Terjadi lightening.

2) Terjadi his permulaan (palsu).

b. Tanda persalinan

1) Terjadinya his persalinan.

12
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda).

3) Pengeluaran cairan (ketuban pecah).

c. Pembagian Waktu persalinan

1) Kala I : sampai pembukaan lengkap.

2) Kala II : pengusiran janin (lahirnya bayi).

3) Kala III : pengeluaran uri (lahirnya plasenta).

4) Kala IV : observasi 2 jam (perdarahan postpartum).

IV.Persalinan di Rumah

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Persalinan di Rumah

Melahirkan di rumah sendiri ternyata jauh lebih aman, hemat, dan bermanfaat.

Dengan menjalani persalinan di rumah kemungkinan tertukarnya bayi bisa dihindari.

Memang, tidak semua rumah sakit bisa memberi jaminan tak mungkin ada kasus bayi

tertukar. Ini sangat tergantung dari kondisi dan tingkat akurasi pengindetifikasian bayi di

masing-masing rumah sakit. Apalagi selain tidak rapinya pengidentifikasian, kesibukan

para tenaga medis yang terbatas terkadang masih memungkinkan adanya bayi tertukar

13
tanpa sepengetahuan ibunya. Belum lagi kalau sistem pengamanan rumah sakit kurang

jeli, tak mustahil bisa terjadi penculikan bayi.

Faktor lain adalah kenyataan tak terbantah bahwa rumah sakit adalah sumber

penyakit, sehingga besar kemungkinan sang bayi terjangkiti infeksi nosokomial. Selain

itu ada faktor psikologis yang seringkali dirasakan oleh ibu bersalin di rumah sakit. Yakni

adanya unsur “diskriminasi” perlakuan rumah sakit meski ini juga konsekuensi

pilihannya. Semisal, sejak awal masuk rumah sakit, ibu dan bayi telah dibeda-bedakan

menurut kelas-kelas perawatannya kelak. Apalagi sebagai konsekuensi logis dari lembaga

jasa pelayanan bagi orang banyak, secara tak langsung perlakuan pihak rumah sakit bisa

dikatakan kurang personal atau tidak “ramah”, lantaran kebanyakan ibu dan bayi

diperlakukan sekedar sebagai “nomor kamar” saja.

Faktor terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kecenderungan beberapa dokter

di rumah sakit bersalin mempatologiskan suatu tindakan persalinan meskipun sebenarnya

bisa dilakukan secara fisiologis (normal). Alasannya? Lantaran terbatasnya waktu

sedangkan jumlah pasien yang harus dilayani masih banyak. Ini tercermin dari pemakaian

infus oxitocin dan suntikan prostagladin untuk mempercepat pembukaan jalan lahir, atau

kerap kali sang calon ibu di-vacum atau di-forcep, bahkan seringkali memilih tindakan

cesar untuk mempercepat proses kelahiran (echalucu, 2007).

14
Persyaratan Persalinan di Rumah

Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengkonfirmasikan bahwa kehamilan

tersebut sifatnya fisiologis atau normal. Artinya tidak terdapat kelainan 3 P, yakni power

atau kekuatan dari si calon ibu; passage atau jalan lahir; dan passanger yakni kondisi

janin yang akan melaluinya. Kalau ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik, bisa

disimpulkan bahwa persalinan tersebut adalah fisiologis atau akan berlangsung normal.

Syarat kedua adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang andal.

Sebenarnya tidak harus seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan, namun cukup

seorang dokter umum yang terampil dalam bidang tersebut. Bahkan bidan yang

berpengalaman pun akan bisa melakukannya. Memilih tenaga berkualifikasi seperti itu

sebenarnya tidak terlalu sulit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kita akan bisa

memperoleh informasi tentang dokter atau bidan mana yang andal sebagai penolong

persalinan dan bersedia dimintai pertolongan sewaktu-waktu. Meskipun berprofesi

sebagai penolong persalinan, mereka harus mengenal dengan baik siapa yang akan

ditolong.

Oleh karena itu kontrolkanlah kehamilan Anda secara teratur.Dokter yang

memiliki banyak pasien atau yang sangat sibuk bukanlah tipe penolong persalinan yang

ideal. Sebab seorang penolong persalinan yang baik tidak hanya berpengalaman,

berpengetahuan, dan berketerampilan di bidangnya, sebaiknya juga seorang pribadi yang

berdedikasi tinggi dalam membimbing persalinan. Sebagai contoh, proses pembukaan

jalan lahir hingga sempurna biasanya dipimpin seorang bidan. Selama proses ini sang

15
calon ibu biasanya mengalami rasa sakit mulas yang makin lama makin sering disertai

nyeri dalam waktu yang relatif agak lama. Dalam kondisi seperti ini sang penolong

persalinan harus bisa menanamkan rasa percaya diri, rasa tenang dan aman, rasa

terlindung, serta kepastian akan keselamatan pada sang calon ibu yang ditolong.

Ketiga adalah mempersiapkan satu kamar atau ruang bersalin di rumah. Tidak

perlu harus ruangan khusus. Cukup sebuah kamar tidur keluarga dapat dipersiapkan

merangkap sebagai “kamar bersalin”. Toh, yang akan dilahirkan adalah warga baru

keluarga ini juga. Kamar ini hendaknya bersih, tenang dengan penerangan dan ventilasi

udara yang baik dan memadai. Tersedia pula perlengkapan lain untuk kebutuhan ibu dan

bayi. Misalnya untuk ibu, dua helai kain panjang bersih, satu gunting steril, minimal

direbus dulu dalam air mendidih selama lebih dari 15 menit. Jangan lupa, benang kasur

steril, satu buah kateter urin logam steril untuk wanita, sebuah neerbeken atau pispot

bersih dan sebuah baskom penampung ari-ari. Sedangkan untuk bayinya harap disediakan

air hangat secukupnya untuk mandi, sebotol baby-oil, baju, popok, baju hangat, sepotong

kain kasa steril, dan sebotol alkohol 70% sebanyak kurang lebih 60 cc (echalucu, 2007).

b.Kelebihan dan kekurangan persalinan di rumah

Persalinan di rumah ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya, suasana di

rumah yang akrab membuat ibu hamil merasa didukung keluarga maupun tetangga.

Kamar selalu tersedia dan tak memerlukan pengangkutan ke rumah sakit. Di rumah, ibu

hamil terhindar dari infeksi silang yang bisa terjadi di rumah sakit. Hal terpenting, biaya

bersalin di rumah jauh lebih murah. (echalucu, 2007).


16
Kekurangannya, penolong persalinan (dukun bayi, bidan atau tenaga lain)

umumnya hanya satu. Sanitasi, fasilitas, peralatan dan persediaan air bersih mungkin

kurang. Jika memerlukan rujukan, diperlukan pengangkutan dan pertolongan pertama

selama perjalanan. Jika perjalanannya jauh atau lama, maka komplikasi yang terjadi

misalnya perdarahan atau kejang-kejang dapat lebih parah. Di rumah, perawatan bayi

prematur juga sulit.Persalinan di rumah diharapkan berlangsung normal. Untuk amannya

persalinan di rumah, penolong perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Tugas penolong persalinan pada waktu ibu menunjukkan tanda-tanda mulainya

persalinan ialah mengawasinya dengan sabar, dan tak melakukan tindakan jika tidak

indikasi.

2. Ibu yang sedang dalam persalinan perlu ditenangkan agar kontraksi rahim teratur dan

adekuat, sehingga persalinan berjalan lancar. Jika persalinan belum selesai setelah 18

jam, ia perlu dirujuk karena ini berarti persalinannya mengalami kesulitan.

3. Kala pengeluaran bayi hendaknya jangan terburu-buru, karena dapat menyebabkan

robekan pada jalan lahir dan terjadinya perdarahan pasca-persalinan sebab rahim

tidak bisa berkontraksi dengan baik. Jika persalinan tidak juga selesai 1 jam, maka

ibu bersalin perlu dirujuk karena ini berarti persalinannya macet.

4. Setelah bayi lahir, penolong hendaknya jangan memijat-mijat rahim atau menarik tali

pusat dengan maksud melepaskan dan melahirkan uri, tunggulah dengan tenang. Jika

setelah setengah jam uri belum juga lepas, dapat diberikan obat untuk memperkuat

kontraksi rahim. Kalau perlu, uri dapat dikeluarkan dengan tangan setelah 1 jam bayi

lahir.

17
5. Jika terjadi perdarahan setelah uri lahir, berilah obat penguat kontraksi rahim, karena

biasanya perdarahan itu disebabkan rahim yang berkontraksi lemah. Periksalah

apakah ada robekan jalan lahir.

6. Para penolong persalinan hendaknya memeriksakan kembali ibu bersalin sebelum

meninggalkan rumahnya. Periksalah nadi, pernapasan, tekanan darah, kontraksi

rahim, ada tidaknya perdarahan dari jalan lahir, dan keadaan bayinya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, persalinan di rumah dapat dibenarkan bagi

wanita dengan kehamilan risiko rendah — setelah penapisan melalui Pan. Namun

persalinan ini perlu didukung fasilitas yang memadai. Jika diperlukan, rujukan dapat

diberikan dengan cepat dan tepat. Di sisi lain, para penolong persalinan di rumah juga

perlu ditingkatkan kemampuannya, dan mampu menjalin kerja sama dengan jaringan

pelayanan yang lebih tinggi (Lesti, 2005).

18
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keyakinan seorang ibu serta kemampuannya untuk melahirkan dan menjaga bayinya

serta keluarganya akan dapat diperkuat atau diperlemah oleh setiap orang yang

memberinya asuhan dan juga oleh lingkungan dimana dimana ia melahirkan. Jika kita

bersikap negatif atau mengkritiknya, maka hal tersebut akan mempengaruhinya. Hal itu

juga bisa mempengaruhi lamanya ia bersalin.

Sebagai bidan kita harus mendukung para ibu yang melahirkan bayinya dan bukannya

mencoba mengendalikan kelahiran bayinya.Para ibu dan keluarganya memerlukan

informasi agar supaya mereka bisa membuat keputusan setelah mendapat penjelasan.

Kita sebagai bidan harus tau dan harus bisa memberikan informasi yang akurat

tentang resiko dan manfaat dari semua prosedur, pemberian obat – obatan dan

pemeriksaan. Kemudian kita harus mendukung ibu untuk membuat keputusan yang

dipilihnya tentang apa yang terbaik baginya dan bayinya berdasarkan nilai – nilai dan

keyakinan pribadinya.

Kehamilan dan kelahiran merupakan suatu proses normal, ilmiah dan sehat. Sebagai

bidan kita harus mendukung dan melindungi proses kelahiran normal dan merupakan

cara yang paling sesui bagi mayoritas kaum ibu selama kehamilan dan kelahiran bayi.

19
B. SARAN

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu pembimbing yang telah member

kesempatan kami untukmenyelesaikan makalah askeb kominitas dengan

judul”STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA

INTARANATAL” mayadari makalah kami didalam penyusunan makalah kami

hanya menggunakan beberapa freferensi sehingga masih jauh dari kesempuranaan

Oleh karena itu diharapkan partisipasi dari masing-masing kelompok membri

kritik dan saran untuk melengkapi materi kami dan harapan terakhir semoga

makalah ini dapat dijadiakan referensi dan berguna nantinya

20
DAFTAR PUSTAKA

Http:standarpelayanankebidanan.com

Bataone, Marosa. 2002. “Standar Asuhan Kebidananmedikal Bedah”. Yogyakarta :

YayasanPantiRapih.

21

Anda mungkin juga menyukai