Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah : Konsep Kebidanan

Topik : Standar Profesi BIdan


Sub Topik :  Pengertian Standar
 Macam standar profesi kebidanan
 Standar asuhan kebidanan
 Registrasi praktik bidan
 Kewenangan bidan di komunitas
Dosen : Mardalena, AMKeb, SKM, MKM

Objektif Perilaku Siswa


Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa mampu menjelaskan kembali mengenai
Standar Profesi Kebidanan meliputi pengertian standar, macam standar profesi kebidanan, ruang
lingkup standar praktik kebidanan dan lahan praktik pelayanan dengan tepat dan benar.

Referensi

9 Modul Kebidanan IBI, 2002


PP. IBI, KEPMENKES R.I No. 900 / Menkes / SK / VII / 2002
tentang Registrasi dan Praktik Bidan, 2002
50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia, Bidan Menyongsong Masa
Depan, Cetakan ke II, 2003

1
Uraian Materi
STANDAR PROFESI BIDAN
A. Pengertian Standar
Standar adalah para meter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kualitas yang
telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Praktik kebidanan
adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom, kepada perempuan,
keluarga, dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan. Penentuan standar profesi selalu
berkaitan erat dengan situasi dan kondisi dari tempat standar profesi itu berlaku. Sebagai tenaga
kesehatan yang professional maka bidan dalam melakukan tugasnya wajib memenuhi standar
profesi sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam UU No.23/92 Tentang kesehatan bahwa tenaga
kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.
Standar praktik kebidanan adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standa pelayanan
kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam system palayanan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan ibu dana anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat.
Standar praktik kebidanan dibuat dan disusun oleh Organisasi Profesi Bidan (PP IBI)
berdasarkan kompetensi inti bidan, dimana kompetensi ini lahir sebagai bukti bahwa bidan telah
menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dimiliki bidan sebagai hasil
belajar dalam Pendidikan.
Pengadaptasian standar untuk pemakaian di Indonesia khususnya di tingkat pelayanan dasar,
sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat. (Standar ini diberlakukan bagi semua pelaksana
pelayanan kebidanan)

Standar Pelayanan Kebidanan

Pelayanan Kebidanan, artinya seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi
bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan
keluarga dan masyarakat.

Pengadaptasian standar untuk pemakaian di Indonesia khususnya di tingkat pelayanan


dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat. (Standar ini diberlakukan bagi
semua pelaksana pelayanan kebidanan)

Manfaat standar :
 Berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan.

2
 Melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat
dilakukan dengan dasar yang jelas.
 Adanya standar pelayanan yang dapat dibandingkan dengan pelayanan yang
diperoleh, maka masyarakat akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap
terhapat pelaksana pelayanan.
 Untuk menetukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-
hari.
 Sebagai dasar untuk menilai pelayanan
 Menyusun rencana pelatihan
 Pengembangan kurikulum pendidikan.
 Membantu dalam penentuan kebutuhan operasional untuk penerapannya misalnya
kebutuhan akan pengorganisasian, mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan.
 Ketika audit terhadap pelayanan kebidanan yang dilakukan, maka berbagai
kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditemukan sehingga
perbaikannya dapat dilakukan secara spesifik.

B. Macam Standar profesi kebidanan


a. Standar Pelayanan Umum
1. Standar 1 : Persiapan kehidupan Keluarga Sehat
2. Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan

b. Standar Pelayanan Antenatal


1. Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
3. Standar 5 : Palpasi Abdomen
4. Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
5. Standar 7 : Pengelolaan dini Hipertensi pada Kehamilan
6. Standar 8 : Persiapan persalinan

c. Standar Pertolongan Persalinan


1. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
2. Standar 10 : Persalinan Kala II yang aman
3. Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
4. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi

d. Standar Pelayanan Nifas


1. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
2. Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
3. Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

e. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri dan Neonatal

3
1. Standar 16 : Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada Trimester III
2. Standar 17 : Penanganan kegawatan pada Eklampsia
3. Standar 18 : Penanganan kegawatan pada partus lama/macet
4. Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
5. Standar 20 : Penanganan Retentio Plasenta
6. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
7. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder
8. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
9. Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatrorum

Suatu standar akan efektif jika dapat diobservasi dan diukur, realistik, mudah dilakukan
dan dibutuhkan. Pelayanan kebidanan yang berkualitas dapat dikatakan sebagai tingkat
pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan.

B. Ruang lingkup standar praktik kebidanan


Ruang lingkup praktik kebidanan meliputi asuhan menurut ICM dan IBI sebagai berikut:
a. Asuhan mandiri (otonomi) pada anak perempuan, remaja putri, dan wanita sebelum dewasa
selama kehamilan dan selanjutnya
b. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat BBL
c. Pengawasan pada kesmas di posyandu (tindak pencegahan), penyuluhan dan pendidikan
kesehatan pada ibu, keluarga, dan masyarakat. (persiapan menjadi orang tua, menentukan
KB, mendeteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi)
d. Konsultasi dan rujukan
e. Perlaksanaan pertolongan kegawatdaruratan primer dan sekunder pada saat tidak ada
pertolongan medis

 Ruang Lingkup 24 Standar Kebidanan


Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokan sebagai berikut :
- Standar pelayanan umum (2 standar)
- Standar pelayanan antenatal (6 standar)
- Standar pertolongan persalinan (4 standar)
- Standar pelayanan nifas (3 standar)
- Standar penaganan kegawatdaruratan obstetric-neonatal (9 standar)

1. Standar Pelayanan Umum


Standar 1 : persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Tujuan :

4
Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat
dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab

Standar 2 : pencatatan dan pelaporan


Tujuan :
Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan penyuluhan,
kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja

2. Standar Pelayanan Antenatal


Standar 3 : identifikasi ibu hamil
Tujuan :
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteriksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami, dan anggota keluarganya agar menolong ibu
untuk memeriksakan kehamilan sejak dini dan secara teratur

Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal


Tujuan :
Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan

Standar 5 : palpasi abdominal


Tujuan :
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan
bagian bawah janin

Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan


Tujuan :
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai
untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung

Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan


Tujuan :
Mengenali dan menemukan secara dini hipertinsi pada kehamilan dan melakukan tindakan
yang diperlukan

Standar 8 : persiapan persalinan


Pernyataan standar :
Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester-3
untuk memastikan bahwa persipaan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik

5
3. Standar Pertolongan Persalinan
Standar 9 : asuhan persalinan kala I
Tujuan :
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan
persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

Standar 10 : persalinan kala II yang aman


Tujuan :
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

Standar 11 : penatalaksanaan aktif persalinan kala III


Tujuan :
Membantu secara aktif mengeluarkan plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk
mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala III, mencegah atonia
uteri dan retensio plasenta

Standar 12 : penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomy


Tujuan :
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada
saat kepala janin meregangkan perineum

4. Standar Pelayanan Masa Nifas


Standar 13 : perawatan bayi baru lahir
Tujuan :
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah
hiportemi, hipoglikemi dan infeksi

Standar 14 : penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan


Tujuan :
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama kala 4 untuk
memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan asuhan sayang bayi
memulai pemberian IMD

Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas


Tujuan :
Memberikan pelayanan pada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan penyuluhan
ASI Ekslusif

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan obstetric dan neonatal


Standar 16 : penanagan pendarahan dalam kehamilan pada trimester 3

6
Tujuan :
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat pendarahan dalam trimester 3 kehamilan

Standar 17 : penanganan kegawatan dan eklampsia


Tujuan :
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeclampsia berat dan memberikan perawatan
yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila eklampsia terjadi

Standar 18 : penangan kegawatan pada partus lama


Tujuan :
Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan kegawatdaruratan pada partus
lama/macet

Standar 19 : persalianan dengan menggunakan vakum ekstraktor


Tujuan :
Mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vakum
Standar 20 : penangan retensio plasenta
Tujuan :
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total/persial
Standar 21 : penanganan pendarahan postpartum primer
Tujuan :
mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang
mengalami pendarahan postpartum primer/ atonia uteri
Standar 22 : penangan pendarahan postpartum sekunder
Tujuan :
Mengenali gejala dan tanda-tanda pendarahan postpartum sekunder serta melakukan
penanaganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu
Standar 23 : penanganan sepsis puerperalis
Tujuan :
Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat
Standar 24 : penangan asfiksia neonaturum
Tujuan :
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum mengambil tindakan yang
tepat dan melakukan pertolongan yang tepat kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia neonatorum

C. Lahan Praktik Pelayanan


- Secara umum Ruang Lingkup Praktik Kebidanan (RLPK) : luas area praktik suatu profesi

7
- Secara khusus RLPK : digunakan untuk menentukan apa yg boleh/ tidak boleh dilakukan oleh
bidan.

RLPK menurut ICM dan IBI meliputi asuhan :


- Asuhan mandiri (otonom) pada anak perempuan, remaja putri dan Wanita dewasa sebelum,
selama kehamilan dan selanjutnya.
- Bidan menolong persalinan atas tanggung jawab sendiri dan merawat BBL
- Pengawasan pada kesehatan masyarakat di posyandu (Tindakan pencegahan), penyuluhan dan
Pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga dan masyarakat
- Konsultasi dan rujukan

A. Standar Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan, artinya : Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah
dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta
keluarga berencana.
Standar asuhan sangat penting untuk menentukan apakah seorang telah melanggar
kewajibannya dalam menjalankan tugasnya.
Misalnya :
Seorang bidan melakukan pertolongan persalinan dengan Ekstrasi vacum pada bayi
dengan presentasi kepala yang masih tinggi di sebuah RB yang masih termasuk wilayah
DKI jaya. Dalam kasus ini bidan tersebut bisa di katakan melanggar tugasnya karena hal
ini sudah diatur dalam Kepmenkes 900 tahun 2002, dimana dalam salah satu butir
peraturannya mengatakan bahwa bidan hanya diperbolehkan melakukan ekstraksi
vakum pada posisi kepala sudah didasar panggul dan tidak memungkinkan melakukan
rujukan.
Misalnya :
Prinsip pengkajian berdasarkan aturan dan moral, artinya setiap keputusan yang diambil
harus berdasarkan peraturan yang berlaku, sehingga dalam pengambilan keputusan kita
perlu menguraikan perbedaan konsekuensi untuk melihat validasi peraturan tidak
menjadi terlalu spesifik.

B. Registrasi Praktek Bidan

Registrasi, adalah: Proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap


bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar penampilan

8
minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan
praktik profesinya.

Surat Izin Bidan, selanjutnya : disebut SIB adalah bukti tertulis pemberian kewenangan
untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Praktik Bidan, adalah : Serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan kepada pasien ( individu, keluarga dan masyarakat ) sesuai dengan kewenangan
dan kemampuannya.

Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disebut SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada bidan untuk menjalankan praktik bidan.

Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi
kepada Kadinkes Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB.
( pasal 3 ayat 1 Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 )

C. Kewenangan Bidan di Komunitas

Dalam pasal 20 Kepmenkes 900 tahun 2002, salah satu aspek pelayanan kesehatan
masyarakat adalah, “ melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.”

Wewenang bidan, adalah (Kepmenkes 900 th. 2002)


1. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan
pelayanan kegawataan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hami/bersalin, nifas
dan bayi baru lahir ( 0 – 28 hari ), agar penanganan diri atau pertolongan pertama
sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

2. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan bidan, harus :


a. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi
b. Memiliki keterampilan dan kemampuan untuk tindakan yang dilakukan
c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku diwilayahnya
d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara oftimal
dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.

3. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan kepada masa
pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui dan
masa antara kehamilan ( periode interval ).

4. Pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah dan meliputi konseling untuk remaja
putri, konseling persiapan pranikah dan pemeriksaan fisik yang dilakukan menjelang

9
pernikahan. Tujuan dari pemberian pelayanan ini adalah untuk mempersiapkan
wanita subur dan pasangannya yang akan menikah agar mengetahui kesehatan
reproduksi, sehingga dapat berprilaku reproduski sehat secara mandiri dalam
kehidupan rumah tangga kelak.

5. Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan, dan masa nifas
meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang diberikan. Perhatian
khusus diberikan pada masa sekitar persalinan karena kebanyakan kematian ibu dan
bayi terjadi dalam masa tersebut.

6. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi ( khususnya bayi baru
lahir ), balita dan anak pra sekolah.

7. Dalam melaksanakan pertolongan persalinan, bidan dapat memberikan uterotonika.

8. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh bidan
adalah kelainan ringan, seperti keputihan dan penundaan haid. Pengobatan
ginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara
sebelum dirujuk ke dokter atau tindak lanjut pengobatan sesuai advis dokter.

9. Pelayanan kesehatan kepada anak, meliputi:

a. Pelayanan neonatal esensial dan tatalaksana neonatal sakit di luar RS yang


meliputi :
1). Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman.
2). Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini
3). Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan
4). Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan
5). Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui peratwatan tali pusat
secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian ASI Ekslusif.
b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0 – 28 hari.
c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI ekslusif untuk bayi dibawah 6
bulan dan makanan pendamping ASI ( MPASI ) untuk bayi diatas 6 bulan.
d. Pemantauan tumbuh kembang balita sementara pada penyakit ringan sepanjang
sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada
dokter.
e. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.

10. Beberapa tindakan yang termasuk dalam wewenang bidan antara lain:
a. Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja putri, calon
pengantin, ibu dan bayi.

b. Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian secara


parenteral antibiotika pada infeksi/sepsis, oksitosin pada kala III dan IV untuk

10
pencegahan/penanganan perdarahan post partum karena hipotonia uteri, sedativa
pada pre eklampsia, sebagai pertolongan pertama sebelum dirujuk

c. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan servix lebih dari 4 cm pada letak
belakang kepala, pada distosia karena inersia uteri dan diyakini bahwa bayi dapat
lahir secara pervaginam.

d. Kompresi bimanual interna dan atau eksternal dapat dilakukan untuk


menyelematkan jiwa ibu pada perdarahan post partum untuk menghentikan
perdarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan pelaksanaan tindakan sesuai
dengan protap yang berlaku.

e. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat


Bidan diberi wewenang melakukan resusitasi pada bayi baru alhir yang
mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini,
persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan berat badan lahir rendah,
utamanya bayi prematur. Bayi tersebut selanjutnya perlu dirawat di fasilitas
kesehatan, khsususnya yang mempunyai berat badan lahir kurang dari 1750 gram

f. Hipothermi pada bayi baru lahir


Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan penanganan hipothermi pada bayi
baru lahir dengan mnegeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode
kangguru.

11. Dalam memberikan pelayanan Keluarga Berencana harus memperhatikan kompetensi


dan protap yang berlaku di wilayahnya, meliputi
a. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana yakni: pemasangan IUD, alat
kontrasepsi bawah kulit ( AKBK ), pemberian suntikan, tablet, kondom, diafragma,
jelly dan melakukan konseling.
b. Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi. Pertolongan yang
diberikan oleh bidan bersifat pertolongan pertama yang perlu mendapatkan
pengobatan oleh doketr bila gangguan berlanjut.
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit. Tindakan ini
dilakukan atas dasar kompetensi dan pelasanaannya berdasarkan protap.
Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk melaksanakan pelayanan KB keliling.
d. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, bidan berwenanng melakukan
pelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila tidak mungkin
memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam memberikan pertolongan, bidan
harus mengikuti protap yang berlaku.
12. Bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu pada
pedoman yang telah ditetapkan.
13. Beberapa kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kewenangan:
a. Meminta persetujuan yang dilakukan,

11
Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan
yang dilakukan padanya. Persetujuan dari pasien dan orang terdkat dalam
keluarga perlu dimintakan sebelum tindakan dilakukan.
b. Memberikan informasi,
Informasi mengenai pelayanan/tindakan yang diberikan dan efek samping yang
ditimbulkan perlu diberikan secara jelas, sehingga memberikan kesempatan
kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik baginya.
c. Melakukan rekam medis dengan baik,
Setiap pelayanan yang diberikan oleh bidan perlu di dokumentasikan/dicatat,
seperti hasil pemeriksaan dan tindakan yang diberikan dengan menggunakan
format yang berlaku.
14.Penyediaan dan penyerahan obat-obatan:
a. Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan.
b. Bidan diperkenankan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk
keperluan darurat dan sesuai dengan protap.
15. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Untuk surat keterangan kelahiran hanya dapat dibuat oleh bidan yang
memberikan pertolongan persalinan tersebut dengan menyebutkan:
1) Identitas bidan penolong persalinan
2) Identitas suami dan ibu yang melahirkan
3) Jenis kelmain, berat badan dan panjang badan anak yang dilahirkan.
4) Waktu kelahiran ( tempat, tanggal dan jam )
b. Untuk surat keterangan kematian hanya dapat diberikan terhadap ibu dan atau
bayi yang meninggal pada waktu pertolongan persalinan dilakukan dengan
menyebutkan:
1) Identitas bidan
2) Identitas ibu/bayi yang meninggal
3) Identitas suami dari ibu yang meninggal
4) Identitas dari ayah dan ibu dari bayi yang meninggal
5) Jenis kelamin
6) Waktu kematian ( tempat, tanggal, jam )
7) Umur
8) Dugaan penyebab kematian
c. Setiap pemberian surat keterangan kelahiran atau surat keterangan kematian
harus dilakukan pencatatan.

12
Kompetensi ke 8 ini merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. Berdasarkan
Permenkes 572 tahun 1996 tentang registrasi dan praktik bidan, peran dan fungsi, dan
kompetensi yang ada di dalam kurikulum D III Kebidanan ( 1996 ), serta draft ke VI
kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM februari 1999, maka peran, fungsi dan
kompetensi inti bidan salah satunya kebidanan komunitas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengetahuan dasar:
a. Konsep dan sasaran kebidanan komunitas
b. Masalah kebidanan komunitas
c. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Strategi pelayanan komunitas
e. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas
f. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam masa keluarga
dan masyarakat.
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
h. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.

2. Pengetahuan tambahan
a. Kepemimpinan untuk semua
b. Pemasaran sosial
c. Peran Serta Masyarakat ( PSM )
d. Audit Maternal Perinatal ( AMP )
e. Perilaku Kesehatan Masyarakat
f. Program-program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak ( safe
motherhood dan Gerakan Sayang Ibu )
g. Paradigma sehat tahun 2010

3. Keterampilan dasar
a. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di
masyarakat.
b. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
c. Melakukan pertolongan persalinan di rumah atau polindes
d. Mengelola pondok bersalin desa ( Polindes )
e. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi, bayi dan balita.
f. Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung
upaya-upaya kesehatan ibu dan anak.
g. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
h. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

13
4. Keterampilan tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi
c. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.
d. Menggunakan tekhnologi kebidanan tepat guna

14

Anda mungkin juga menyukai