Anda di halaman 1dari 38

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM

BIDAN DI KOMUNITAS

DEWI ANGGRAINI,SST,M.KES
Hukum Kesehatan
• Keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang hubungan
langsung dengan pemeliharaan kesehatan, yang berupa penerapan
hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi negara
dalam kaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan yang bersumber
dari hukum otonomi yang berlaku untuk kalangan tertentu saja,
hukum kebiasaan hukum yurisprudensi, aturan international, ilmu
pengetahuan dan literatur yang ada kaitannya dengan pemeliharaan
kesehatan. ( H.J.J. Leenen )
• Perlindungan hukum : bentuk – bentuk perlindungan yg antara lain
berupa rasa aman dalam melaksanakan tugas profesinya,
perlindungan terhadap keadaan yang membahayakan yang dapat
mengancam keselamatan fisik atau jiwa baik karena alam maupun
karena perbuatan manusia
Undang – undang & Peraturan
pemerintah
• Latar belakang dibuat undang – undang
kesehatan :
– Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum harus diwujudkan sesuai dengan cita – cita
bangsa indonesia
– Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mempertinggi derajat kesehatan
• Dengan memperhatikan peranan kesehatan,
diperlukan upaya yang lebih memadai dalam
peningkatan derajat kesehatan.
Ketentuan hukum yang mengatur tenaga
kesehatan termasuk bidan
• UU RI No 36 tahun 2014 ttg tenaga kesehatan
• Kepmenkes RI No 900/Menkes/ SK/VII/2002 tentang
registrasi dan praktik bidan
Permenkes 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin
Praktik bidan
• Kepmenkes RI No 938/Menkes/ SK/VIII/2007
tentang standar askeb
• Standar praktik kebidanan
• Kode etik profesi
UU RI No 36 thn 2014 ttg TenKes
• Pasal 11
(1) tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis, psikologi klinis,
keperawatan, kebidanan, kefarmasiaan, kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, gizi, keterapian fisik, keteknisan medis, teknik biomedika,
kesehatan tradisional dan kesehatan lain.

• Pasal 20
(1) Penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan harus memenuhi Standar
Nasional Pendidikan Tenaga Kesehatan

• Pasal 21
( 1) Mahasiswa bidang kesehatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi
harus mengikuti Uji Kompetensi secara Nasional
(5) Mahasiswa pendidikan vokasi yang lulus uji kompetensi memperoleh
Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi
Pasal 44 : Registrasi
1. Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
wajib memiliki STR
2. STR diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan setelah memenuhi persyaratan
3. Persyaratan meliputi:
a. Memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan
b. Memiliki sertifikat Kompetensi
c. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
d. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji profesi
e. Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi
4. STR berlaku selama 5 (lima)tahun dan dapat diregistrasi
ulang setelah memenuhi persyaratan
Pasal 46 : Perizinan
1. Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik
di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin
2. Izin diberikan dalam bentuk SIP
3. SIP diberikan oleh pemerintah daerah kab/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kab/kota tempat Tenaga Kesehatan menjalankan
praktiknya.
4. Untuk mendapatkan SIP, tenaga kesehatan harus
memiliki :
a. STR yang berlaku
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi
c. Tempat praktik
Pasal 50 : Organisasi Profesi
1. Tenaga kesehatan harus membentuk Organisasi
Profesi sebagai wadah untuk meningkatkan
dan/atau mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan, martabat, dan etika profesi Tenaga
kesehatan.
2. Setiap jenis tenaga kesehatan hanya dapat
membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi
Pasal 62
(1) Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik harus
dilakukan sesuai dengan kewenangan yang
didasarkan pada kompetensi yang dimilikinya
Pasal 63
(1) Dalam keadaan tertentu Tenaga kesehatan dapat
memberikan pelayanan diluar kewenangannya.
Pasal 66
(1) Setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
berkewajiban untuk mematuhi Standar Profesi,
Standar Pelayanan Profesi dan Standar Prosedur
Operasional
Ruang lingkup praktek kebidanan
harus memenuhi standar nasional
untuk praktik kebidanan yang
ditetapkan oleh organisasi profesi (IBI)
Yaitu:

STAN
STANDAR DAR
PRAK
PELAYANAN T
KEBI EK
KEBIDANAN DAN
AN
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

1. Standar Pelayanan Umum


 Standar 1 : Persiapan untuk
kehidupan
keluarga sehat
 Standar 2 : Pencatatan dan
pelaporan
2. Standar Pelayanan
antenatal
• Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
• Standar 4 : Pemeriksaan dan
pemantauan antenatal
• Standar 5 : Palpasi abdominal
• Standar 6 : Pengelolaan anemia pd
kehamilan
• Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pd
kehamilan
• Standar 8 : Persiapan persalinan
3. Standar Pertolongan Persalinan

 Standar 9 : Asuhan persalinan kala I


 Standar 10 : Persalinan kala II yg
aman
 Standar 11 : Penatalaksanaan aktif
persalinan kala III
 Standar 12 : Penanganan kala II dg
gawat janin
4. Standar Pelayanan Nifas
• Standar 13 : Perawatan BBL
• Standar 14 : Penanganan pd 2
jam pertama
setelah persalinan
• Standar 15 : Pelayanan bagi
ibu dan bayi pada
masa nifas
5. Standar Penanganan
Kegawatdaruratan Obstetri
Neonatal

• Standar 16 : Penanganan
perdarahan dlm
kehamilan
Trimester III
• Standar 17 : Penanganan
kegawatan pd
eklampsia
Lanjutan…
• Standar 18 : Penanganan kegawatan pd
partus macet/lama
• Standar 19 : Persalinan dg penggunaan vakum
• ekstraksi
• Standar 20 : Penanganan retensio plasenta
• Standar 21 : Penanganan perdarahan post
partum primer
Lanjutan…
• Standar 22 : Penanganan perdarahan post
partum sekunder
• Standar 23 : Penanganan sepsis
puerperalis
• Standar 24 : Penaganan asfiksia
neonatorum
STANDAR
STANDAR PRAKTEK
PRAKTEK
KEBIDANAN
KEBIDANAN

• Standar 1 : Metode asuhan menggunakan


metode manajemen kebidanan
• Standar 2 : pengkajian
• Standar 3 : Diagnosa kebidanan
• Standar 4 : Rencana Asuhan
• Standar 5 : Tindakan
• Standar 6 : partisipasi klien
• Standar 7 : pengawasan
• Satandar 8 : Evaluasi
• Standar 9 : Dokumentasi
WEWENANG BIDAN
Sesuai dg Permenkes No.
1464/MENKES/X/2010 Pasal 14-
Pasal 9 26
Bidan dalam menjalankan praktiknya
berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi :
• Pelayanan Kesehatan ibu
• Pelayanan kesehatan anak
• Pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan
KB
Pasal 10
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dlm pasal 9
huruf a diberikan padapada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan (periode interval)
2. Pelayanan kesehatan ibu meliputi :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Lanjutan…
3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
ayat 2 berwenang untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Bimbingan IMD dan promosi ASI Ekslusif
g. Pemberian Uterotonika pada MAK 3 dan post partum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
Pasal 11
1. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf
b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan
perawatan tali pusat;
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;
f. Pemberian konseling dan penyuluhan;
g. Pemberian surat keterangan kelahiran; dan
h. Pemberian surat keterangan kematian.
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c,
berwenang untuk:
a. Memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana; dan
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan
kondom
Pasal 13
b. Pelayanan kebidanan pada anak
1. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12
Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi:
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit;
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
dilakukan di bawah supervisi dokter;
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan;
d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak,
anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah;
f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap IMS
termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya;
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
melalui informasi dan edukasi; dan
i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.
lanjutan
2.Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit,
asuhan antenatal terintegrasi, penanganan
bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan
deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat
dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu.
Pasal 18
(1)Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien;
b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan
yang dibutuhkan;
c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani
dengan tepat waktu;
d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan;
f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara
sistematis;
g. Mematuhi standar; dan
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik
kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.
lanjutan
• (2)Bidan dalam menjalankan praktik/kerja
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya.
• (3)Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan
harus membantu program pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan
mempunyai hak:
a.Memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan praktik/kerja sepanjang sesuai
dengan standar;
b.Memperoleh informasi yang lengkap dan benar
dari pasien dan/atau keluarganya;
c.Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan
dan standar; dan
d.Menerima imbalan jasa profesi.
Pasal 20
• (1)Dalam melakukan tugasnya bidan wajib
melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dengan pelayanan yang diberikan.
• (2)Pelaporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditujukan ke Puskesmas wilayah
tempat praktik.
• (3)Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
VI. KODE ETIK
KEBIDANAN

BIDAN
SEORANG WANITA YANG TELAH MENGIKUTI
DAN MENYELESAIKAN PENDIDIKAN BIDAN YANG
TELAH DIAKUI PEMERINTAH DAN LULUS UJIAN SESUAI
DENGAN PERSYARATAN YG BERLAKU,
DICATAT (REGISTER) DAN DIBERIKAN IZIN SECARA
SAH UNTUK MENJALANKAN PRAKTIK
KODE ETIK PROFESI BIDAN

 NORMA-NORMA TTG BAGAIMANA HARUS


MENJALANKAN PROFESI
 KETENTUAN TENTANG BOLEH TIDAKNYA TINDAKAN
DILAKUKAN OLEH ANGGOTA PROFESI
 MENYANGKUT TINGKAH LAKU UMUM SEHARI-HARI
DIMASYARAKAT
TUJUAN KODE ETIK

1) MENJUNJUNG TINGGI CITRA DAN MARTABAT


PROFESI
2) MENJAGA DAN MEMELIHARA KESEJAHTERAAN
PARA ANGGOTA
3) MENINGKATKAN PENGABDIAN PARA
ANGGOTA PROFESI
4) MENINGKATKAN MUTU PROFESI
DIMENSI KODE ETIK

ANGGOTA PROFESI DAN KLIEN/PASIEN


ANGGOTA PROFESI DAN SISTEM KESEHATAN
ANGGOTA PROFESI DAN PROFESI KESEHATAN
SESAMA ANGGOTA PROFESI
PRINSIP KODE ETIK

MENGHARGAI OTONOMI
MELAKUKAN TINDAKAN YANG BENAR
MENCEGAH TINDAKAN YG DAPAT MERUGIKAN
MEMBERLAKUKAN MANUSIA SECARA ADIL
MENJELASKAN DENGAN BENAR
MENEPATI JANJI YANG TELAH DISEPAKATI
MENJAGA KERAHASIAAN
KODE ETIK BIDAN
INDONESIA

7 BAB , 19 BUTIR

a) KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP KLIEN DAN


MASYARAKAT (6 BUTIR)
b) KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP TUGASNYA (3 BUTIR )
c) KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP TEMAN SEJAWAT DAN
TENAGA KESH. LAINNYA ( 2 BUTIR)
d) KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA (3 BUTIR)
e) KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI (2 BUTIR)
f) KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH, NUSA,
BANGSA DAN TANAH AIR (2 BUTIR)
g) PENUTUP (1 BUTIR)

Anda mungkin juga menyukai