Anda di halaman 1dari 20

ETIKA DALAM

PRAKTIK KEBIDANAN
KESEHATAN REPRODUKSI
DAN KELUARGA BERENCANA
BY. SUCI SULISTYORINI, SST,.M.KES
Kesehatan Reproduksi

Kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara


utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan
fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi bebas
dari penyakit/ kecacatan.

Implikasi dari definisi kesehatan reproduksi :

Setiap orang mampu memiliki kehidupan seksual


yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga
mampu menurunkan serta memenuhi keinginan
tanpa adanya hambatan apapun, kapan dan
beberapa sering untuk memiliki keturunan.
Setiap orang berhak untuk mendapatkan
layanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas dan aman dan dapat memenuhi
hak perempuan dalam pelayanan
komprehensif
• Hak-hak dalam kesehatan reproduksi adalah
sebagai berikut:
1. Hak hidup dengan layak
2. Hak keamanan
3. Hak privasi
4. Hak pendidikan
5. Hak menikah dan merencanakan kehidupan
berkeluarga
6. Hak pelayanan kesehatan
7. Hak dilindungi dari malpraktik
Sasaran utama pelayanan kesehatan
reproduksi berfokus pada laki-laki dan
perempuan usia subur, remaja yang
belum menikah dan masyarakat
prasejahtera.

Sebelum
KESEJAHTERAAN Rencana
IBU DAN ANAK Pranikah Hamil sd
Nifas KB
• SEJAK TAHUN 1996 pemerintah
Indonesia menerapkan Paket Kesehatan
Reproduksi Essensial (PKRE) yang
memiliki empat bagian utama, yaitu:
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Pengobatan infeksi sistem reproduksi
4. Konseling dan pelayanan kesehatan
reproduksi.
Kesehatan Reproduksi

Keluarga Berencana
KELUARGA BERENCANA

Hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi


manusia yang berlaku di manapun, meliputi dari
perorangan suami dan istri bebas untuk memilih dan
bertanggung jawab terhadap pilihan tanpa paksaan
dan kekerasan rumah tangga dalam menentukan
jumlah anak serta tempat melahirkan.
Penerapan etika terdiri dari 4 komponen
utama, yaitu
• Konseling,
• Informed Choice dan Informed Consent
• Dalam Pelayanan Kespro dan KB,
pencegahan infeksi dan pelayanan yang
sesuai standar.
• Konseling Bidan Mendengarkan,
Mempelajari, dan Menanggapi
• Informed choice dan Informed Consent

Menurut PMK Nomor 290/Menkes/Per/III/2008, persetujuan tindakan


medis (Informed Consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan yang
lengkap mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
pasien.
Pelayanan Sesuai Standar :
Beberapa hal berikut penting untuk
diperhatikan dalam penerapan layanan yang
sesuai standar, yaitu:
1. Sertifikasi tenaga medis yang diakui negara
2. Perizinan yang legal dan sah
3. Pengakuan institusi
4. Akreditasi yang dilakukan oleh asesor yang
aktif dan tersertifikasi.
Standar pelayanan kebidanan = 24 Standar
5 Standar Umum
1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
a. Standar 1: Persiapan untuk kehidupan
Keluarga Sehat
b. Standar 2: Pencatatan dan Pelaporan
2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
a. Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
b. Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan
Antenatal
c. Standar 5: Palpasi dan Abdominal
d. Standar 6: Pengelolaan Anemia pada
Kehamilan
e. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi
pada Kehamilan
f. Standar 8: Persiapan Persalinan
3. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
a. Standar 9: Asuhan Persalinan Kala I
b. Standar 10: Persalinan Kala II yang aman
c. Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan
Kala III
d. Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat
Janin Melalui Episiotomi
4. Standar Pelayanan Nifas (3 Standar)
a. Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
b. Standar 14: Penanganan Pada Dua Jam
Pertama Setelah Persalinan
c. Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu dan
Bayi
pada Masa Nifas
5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-Neonatal (9
Standar)
a. Standar 16: Penanganan Perdarahan dalam Kehamilan pada
TM III
b. Standar 17: Penanganan Kegawatan dan Eklampsia
c. Standar 18: Penanganan Kegawatan pada Partus Lama/Macet
d. Standar 19: Persalinan dengan menggunakan vakum ekstraksi
e. Standar 20: Penanganan retensio plasenta
f. Standar 21: Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
g. Standar 22: Penanganan Perdarahan Post Partum sekunder
h. Standar 23: Penanganan Sepsis Puerperalis
i. Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonaturum
Tujuan

• Calon peserta memahami manfaat alat KB


yang digunakan bagi dirinya dan
keluarganya
• Calon peserta mempunyai pengetahuan
yang baik tentang alasan ber KB, cara
menggunakan dan segala hal yang
berkaitan dengan kontrasepsi
• Calon peserta mengambil keputusan
pilihan alat kontrasepsi
Langkah-langkah konseling :
1. Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya
2. Menggali permasalahan yang dihadapi dengan calon
3. Memberikan penjelasan disertai penunjukkan alat-alat
kontrasepsi
4. Membantu klien untuk memilih alat kontrasepsi yang
tepat untuk dirinya sendiri
TUGAS INDIVIDU

Buat resume tentang :


1. Peraturan Menteri Kesehatan No 28
Tahun 2017 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
2. Keputusan Menteri Kesehatan No 320
tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai