Anda di halaman 1dari 65

Etika, Hukum Dan Perundang-Undangan Kesehatan

Aplikasi Etika Bidan dengan Mempertimbangkan Hak-hak Klien

Disusun Oleh:

Asniyati Desi novyta

Endang Rosita As Etie’k Dwi Hardiyanti

Fatmawati Ismi Febi

Kikisakila wati Lilis Suryani

Mia Puspa Sriwahyuni

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN

NGUDIA HUSADA MADURA

2017-2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam hidup baik buruknya dalam bersikap dilihat dari etika,

apakah beretika baik atau beretika buruk, etika selalu melekat dalam

kehidupan berkeluarga, masyarakat atau sosial. Dalam kebidanan juga

memiliki etika dalam memberikan pelayanan, mulai dari aplikasi etika

dalam pelayanan ANC, pelayanan INC, pelayanan PNC, pelayanan BBL,

pelayanan KB, serta etika dalam melakukan penelitian.

Dalam aplikasi etika dalam pelayanan ANC untuk Memantau

kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi, Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental

dan sosial ibu dan bayi, Mengenali secara dini adanya

ketidaknormalan/komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,

Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu

dan bayi dengan trauma seminimal mungkin.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana aplikasi etika dalam pelayanan ANC ?

2. Bagaimana aplikasi etika dalam pelayanan INC ?

3. Bagaimana aplikasi bidan dalam pelayanan PNC ?

4. Bagaimana aplikasi bidan dalam pelayanan BBL ?

5. Bagaimana aplikasi bidan dalam pelayanan KB?

6. Bagaimana etika bidan dalam penelitian ?


C. TUJUAN

1. Mengetahui Bagaimana aplikasi etika dalam pelayanan ANC

2. Mengetahui Bagaimana aplikasi etika dalam pelayanan INC

3. Mengetahui Bagaimana aplikasi bidan dalam pelayanan PNC

4. Mengetahui Bagaimana aplikasi bidan dalam pelayanan BBL

5. Mengetahui Bagaimana aplikasi bidan dalam pelayanan KB

6. Mengetahui Bagaimana etika bidan dalam penelitian


BAB 2

PEMBAHASAN

A. Aplikasi Etika dalam ANC

Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan

yang akan mewarnai asuhan itu.

1. Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan

yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat

fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun

adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus

memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari

tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.

2. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan

(continuity of care). Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan

pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil

tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi

mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka

menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si

pemberi asuhan.

3. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga

(family centered). Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam

arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan

ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan

hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga

keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi
bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan

kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang

dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota

keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat

dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya. Dalam

hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama

antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama

dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk

memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan

memperoleh pelayanan kebidanannya.

4. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan

memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan

kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus

menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil

perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri

sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu

mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui

tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.

Seorang bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan

merupakan proses yang alamiah dan fisiologis, walau tidak dipungkiri

dalam beberapa kasus mungkin terjadi komplikasi sejak awal karena kondisi

tertentu/ komplikasi tersebut terjadi kemudian. Proses kelahiran meliputi

kejadian fisik, psikososial dan cultural. Kehamilan merupakan pengalaman

yang sangat bermakna bagi perempuan, keluarga dan masyarakat. Perilaku


ibu selama masa kehamilannya akan mempengaruhi kehamilannya, perilaku

ibu dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi kesehatan ibu

dan janin yang dilahirkan. Bidan harus mempertahankan kesehatan ibu dan

janin serta mencegah komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan

sebagai satu kesatuan yang utuh.

Tujuan Antenatal Care

1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial

ibu dan bayi

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu dan bayi dengan trauma seminimal mungkin

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI Ekslusif

6. Peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.

Aplikasi Etika Dalam Asuhan Antenatal Care

1. Lingkup Asuhan Kehamilan

Ruang lingkup asuhan kehamilan meliputi:

a. Konsepsi: Bersatunya ovum dan sperma yang didahului oleh

ovulasi dan inseminasi


b. Ovulasi: Runtuhnya ovum dari folikel dalam ovarium bila ovum

gagal bertemu dalam waktu 2 x 24 jam → mati/hancur

c. Inseminasi: Keluarnya sperma dari urethra pria kedalam vagina

wanita. Sperma bergerak melalui uterus lalu ke tuba fallopi dengan

kecepatan 1 kaki/jam. Alat gerak sperma adalah Ekor dengan

panjang rata-rata 10x bagian kepala

d. Asuhan kehamilan normal dan identifikasi kehamilan dalam rangka

penapisan untuk menjaring keadaan resiko tinggi dan mencegah

adanya komplikasi kehamilan.

Standart Asuhan Kehamilan

Kebijakan program untuk standar asuhan kehamilan merupakan

anjuran dari WHO, yaitu:

 Trimester I : Satu kali kunjungan

 Trimester II : Satu kali kunjungan

 Trimester II : Dua kali kunjungan

Standar Minimal Asuhan Antenatal : “7 T”

1. Timbang berat badan

2. Tinggi fundus uteri

3. Tekanan darah

4. Tetanus toxoid

5. Tablet Fe

6. Tes PMS

7. Temu wicara
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh

tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun

bayi. Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya

harus sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku.

Standard mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang

telah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan

sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses

dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian

dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi

standard dan terbukti membahayakan.

Prinsip Pokok Dalam Asuhan Kehamilan

Prinsip-prinsip pokok asuhan antenatal konsisten dengan dan

didukung oleh prinsip-prinsip asuhan kebidanan. Lima prinsip-

prinsip utama asuhan kebidanan adalah :

a. Kehamilan adalah proses yang normal.

Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses yang

normal, alami dan sehat. Sebagai bidan, kita membantu dan

melindungi proses kelahiran tersebut. Sebagai bidan kita percaya

bahwa model asuhan kebidanan yang membantu dan melindungi

proses kelahiran normal, adalah yang paling sesuai untuk

kebanyakan ibu selama kehamilan dan kelahiran.

b. Otonomi.

Ibu dan keluarga memerlukan informasi sehingga mereka dapat

membuat suatu keputusan. Kita harus tau dan menjelaskan


informasi yang akurat tentang resiko dan keuntungan semua

prosedur, obat-obatan dan tes. Kita juga harus membantu ibu

dalam membuat suatu pilihan tentang apa yang terbaik untuk diri

dan bayinya berdasarkan nilai dan kepercayaannya (termasuk

kepercayaan-kepercayaan budaya dan agama)

c. Jangan Membahayakan

Intervensi haruslah tidak dilaksanakan secara rutin kecuali

terdapat indikasi-indikasi yang spesifik. Pengobatan pada

kehamilan, kelahiran atau periode pasca persalinan dengan tes-tes

”rutin”, obat atau prosedur dapat membahayakan bagi ibu dan

bayinya. Bidan yang terampil harus tau kapan harus melakukan

sesuatu. Asuhan selama kehamilan, kelahiran dan pasca

persalinan, seperti halnya juga penanganan komplikasi harus

dilakukan berdasarkan suatu bukti.

d. Tanggung Jawab

Bidan harus bertanggung jawab terhadap kualitas asuhan yang ia

berikan. Praktek asuhan maternitas harus dilakukan berdasarkan

kebutuhan ibu dan bayinya, bukan atas kebutuhan penolong

persalinan. Asuhan yang berkualitas tinggi, berfokus pada klien

dan sayang ibu berdasarkan bukti ilmiah sekarang ini adalah

tanggung jawab semua bidan.

Evidance Based Dalam Praktik Kehamilan

Asuhan antenatal yang direkomendasikan :


1. Kunjungan antenatal yang berorientasi pada tujuan petugas kesehatan

terampil

2. Persiapan kelahiran (kesiapan menghadapi kompliksi)

3. Konseling KB

4. Pemberian ASI

5. Tanda-tanda bahaya, HIV/AIDS

6. Nutrisi

7. Deteksi dan penatalaksanaan kondisi dan komplikasi yang diderita

8. TT

9. Zat besi dan asam folat

10. Pada populasi tertentu, pengobatan preventif malaria, yodium dan

vitamin A

Tenaga Profesional atau Penolong yang Terampil

Tindakan bidan saat kunjungan antenatal :

1. Mendengarkan dan berbicara kepada ibu serta keluarganya untuk

membina hubungan saling percaya.

2. Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk membuat rencana

persalinan

3. Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk persiapan

menghadapi komplikasi.

4. Melakukan penapisan untuk kondisi yang mengharuskan melahirkan di

5. Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang dapat

mengancam jiwa (pre-eklamsia, anemia, PMS).


6. Mendeteksi adanya kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 mg dan

adanya kelainan letak setelah usia kehamilan 36 mg.

7. Memberikan konseling pada ibu sesuai usia kehamilannya, mengenai

nutrisi, istirahat, tanda-tanda bahaya, KB, pemberian ASI,

ketidaknyamanan yang normal selama kehamilan dsb.

8. Memberikan suntikan imunisasi TT bila diperlukan.

9. Memberikan suplemen mikronutrisi, termasuk zat besi an folat secara

rutin, serta vitamin A bila perlu

Asuhan Antenatal yang Terfokus

Isi asuhan antenatal terfokus : “Setiap wanita hamil, melahirkan atau

nifas mengalami resiko komplikasi yang serius dan mengancam jiwanya.

Meskipun pertimbangan ’resiko’ ini bisa digunakan oleh individu-individu

bidan, perawat dan dokter untuk menyusun advis pengobatan. Kadang kala

wanita hamil yang beresiko rendah sering terabaikan sehingga

mengembangkan komplikasi dan banyak yang lainnya yang memiliki

RESTI malah melahirkan tanpa masalah sama sekali.”

Tujuan Asuhan Antenatal terfokus meliputi :

1. Peningkatan kesehatan dan kelangsungan hidup melalui:

a. Pendidikan dan konseling kesehatan tentang:

1) Tanda-tanda bahaya dan tindakan yang tepat

2) Gizi termasuk suplemen mikronutrisi serta hidrasi

3) Persiapan untuk pemberian ASI eksklusif segera

4) Pencegahan dan pengenalan gejala-gejala PMS

5) Pencegahan malaria dan infstasi helmith


b. Pembuatan rencana persalinan termasuk kesiapan menghadapi

persalinan komplikasi

c. Penyediann TT

d. Suplemen zat besi dan folat, vitamin A, yodium dan kalsium

e. Penyediaan pengobatan/pemberantasan penyakit cacing dan daerah

endemi malaria

f. Melibatkan ibu secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan

kesiapan menghadapi persalinan

2. Deteksi dini penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan

janin:

a. Anemia parah

b. Proteinura

c. Hypertensi

d. Syphilis dan PMS

e. HIV

f. Malpresentasi janin setelah minggu ke 36

g. Gerakan janin dan DJJ

3. Intervensi yang tepat waktu untuk menatalaksana suatu penyakit atau

komplikasi:

a. Anemia parah

b. Pendarahan selama kehamilan

c. Hypertensi, pre-eklamsia dan eklamsia

d. Syphilis, chlamidia, GO, herpes serta PMS lainnya

e. HIV
f. Malpresentasi setelah minggu ke- 36

g. Kematian janin dalam kandungan

h. Penyakit lainnya seperti TBC, diabetes, hepatitis, demam reumatik

4. Peningkatan kesehatan dan komunikasi antar pribadi:

a. Pendidikan kesehatan yang bersifat mengikutsertakan dan tidak

memecahkan masalah kekhawatiran daripada klien sering sekali

’dipersyaratkan’ sebagai bagian dari asuhan antenatal yang rutin.

b. Para klien harus dilibatkan sebagai peserta aktif dalam pendekatan

terhadap pendidikan beserta pemecahan masalahnya.

c. Kesiapan mental untuk melahirkan dan mengasuh kelahiran yang

akan datang

5. Kesiapan kelahiran yang berfokus pada klien dan masyarakat:

a. Rencana persalinan : tempat persalinan, penolong yang terampil,

serta perlengkapan ibu & bayi, transportasi yang inovatif serta

sistem perujukannya, dana darurat.

b. Asuhan antenatal secara terus menerus terfokus pada klien serta

lingkungannya untuk memaksimalkan kesempatan memperoleh

hasil kehamilan yang sehat ibu dan anak.

Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan

Pada setiap tingkat masyarakat dan negara terdapat tindakan yang

dapat diambil oleh bidan untuk membantu memastikan bahwa ibu-ibu tidak

akan meninggal dalam kehamilan dan kelahiran

Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan pada beberapa tingkatan:

1. Rumah dan masyarakat


a. Bagilah apa yang anda ketahui :

Bidan dapat mengajar ibu-ibu, anggota masyarakat lainnya, bidan-

bidan lain dan petugas kesehatan lainnya tentang tanda-tanda

bahaya. Ia juga dapat membagi informasi tentang dimana mencari

petugas dan fasilitas kesehatan yang dapatmembantu jika tanda-

tanda bahaya terjadi. Ia dapat menekankan alasan dan keuntungan

didampingi oleh penolong kesehatan yang terampil pada saat

persalinan selain mempromosikan dan menunjukkan perilaku yang

sehat. Bidan juga harus mengajarkan sesuatu berdasarkan

kebutuhan orang yang ia layani.

b. Jaringan promosi kesehatan :

Bidan harus melakukan kontak yang positif dengan pemuka-

pemuka masyarakat, selain ibu-ibu yang lebih tua dan gadis-gadis

muda di dalam masyarakatnya. Ia dapat mengajari keluarga dan

masyarakat bagaimana mengenali ibu yang memerlukan asuhan

kegawatdaruratan dan bagaimana mengatur asuhan tersebut (dana

darurat, pola menabung, transportasi, komunikasi, donor darah).

c. Membangun kepercayaan :

Bidan harus berperilaku yang memberikan rasa hormat kepada ibu

dan keluarga yang ia layani. Membangun kepercayaan adalah suatu

keterampilan penyelamatan jiwa. Jika seorang bidan memiliki

keterampilan teknis untuk menangani eklampsia atau perdarahan

pasca persalinan, tetapi ia tidak dipercaya, maka tidak ada

seseorangpun yang akan meminta bantuannya. Walaupun seorang


bidan mempunyai keterampilan teknis untuk menyelamatkan jiwa

seorang ibu, tetapi tidak memiliki kepercayaan dari ibu tersebut, ia

tidak akan diberikan kesempatan untuk mempergunakan

keterampilannya dan menyelamatkan jiwa si ibu tadi.

2. Pusat Kesehatan dan rumah bersalin

a. Asuhan yang berkualitas :

Memberikan asuhan yang berkualitas pada kelahiran akan

membantu mencegah komplikasi, mendeteksi masalah lebih dini

dan kemampuan untuk mengatur , menstabilisasi dan merujuk

masalah yang memerlukan penanganan di rumah sakit.

b. Penatalaksanaan kegawatdaruratan awal :

Memberikan penatalaksanaan awal perdarahan pasca persalinan,

eklampsia, sepsis, aborsi yang tidak aman dan partus macet sangat

penting untuk menyelamatkan jiwa ibu.

c. Memberikan contoh yang baik :

Bidan harus memberikan contoh yang baik kepada bidan lain,

petugas kebersihan dan staf yang lain. Bidan harus memberikan

contoh pelaksanaan dan pencegahan infeksi yang baik dan

keterampilan-keterampilan interpersonal yang berkualitas.

Hak – Hak Wanita Hamil

1. Wanita hamil berhak mendapat penjelasan oleh tenaga kesehatan yang

memberikan asuhan tentang efek-efek potensial langsung/tidak

langsung dari penggunaan obat atau tindakan selama masa kehamilan,

persalinan. Kelahiran atau menyusui.


2. Wanita hamil berhak mendapat informasi terapi alternatif sehingga

dapat mengurangi atau meniadakan kebutuhan akan obat dan intervensi

obstetric

3. Pasien kebidanan berhak untuk merawat bayinya sendiri bila bayinya

normal

4. Pasien kebidanan berhak memperoleh informasi tentang siapa yang akan

menjadi pendampingnya selama persalinan dan kualifikasi orang

tersebut

5. Pasien kebidanan berhak memperoleh/memiliki catatan medis dirinya

serta bayinya dengan lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan

6. Wanita hamil berhak mendapat informasi efek tindakan yang akan

dilakukan baik pada ibu & janin

7. Wanita hamil berhak untuk ditemani selama masa-masa yang

menegangkan pada saat kehamilan & persalinan

8. Pasien kebidanan berhak memperoleh catatan perincian biaya

RS/tindakan atas dirinya.

9. Wanita hamil berhak mendapat informasi sebelum/bila diantisipasi akan

dilakukan SC

10. Wanita hamil berhak mendapat informasi tentang merk obat dan reaksi

yang akan ditimbulkan atau reaksi obat yang pernah dialaminya

11. Wanita hamil berhak mengetahui nama-nama yang memberikan obat-

obat atau melakukan prosedur tindakan

12. Wanita hamil berhak mendapat informasi yang akan dilakukan atasnya
13. Wanita hamil berhak memilih konsultasi medik untuk memilih posisi

yang persalinan yang dapat menurunkan stress

B. Alikasi Etika dalam INC

Aplikasi etika dalam pelayanan intranatal dapat dilukiskan melalui

prinsip-prinsip etika, antara lain:

1. Menghargai otonomi

2. Melakukan tindakan yang benar (Beneficience)

3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.( Nonmaleficience)

4. Memberlakukan manusia dengan adil.( justice)

5. Menjelaskan dengan benar

6. Menepati janji yang telah disepakati

7. Menjaga kerahasiaan (Nonmaleficience dan beneficience)

Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip utama untuk tindakan

profesional dan untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan

sebagai berikut:

1. Otonomi

Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos ( self atau diri

sendiri ) dan nomos yang artinya aturan ( rule). Dengan demikian

otonomi mengandung arti mengatur diri sendiri yaitu bebas dari kontrol

pihak lain dan dari perbatasan pribadi. Bidan harus menghormati

otonomi pasien oleh karena itu kita mengenal yang namanya informed

consent.
Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan

dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur

yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan (choice) lebih penting

dari sudut pandang wanita (pasien)sebagai konsumen penerima jasa

asuhan kebidanan. Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih

asuhannya. Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam

manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita

untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan

dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993,

bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan

penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab

untuk hasil dari pilihannya.

Sebagaimana telah dijelasakan sebelumnya bahwa penting untuk

memegang teguh segi etika , terutama hak pasien untuk mendapatkan

manfaat dan informasi sejujurnya. Pasien juga menolak tawaran

tindakan.

Ada beberapa jenis pelayanan intranatal yang dapat dipilih oleh

pasien yang juga merupakan apliksi dari pada etika ( menghargai

otonomi pasien ), antara lain :

a. Tempat bersalin (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas

perawatan di RS

b. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan

c. Pendampingan waktu bersalin

d. Clisma dan cukur daerah pubis


e. Metode monitor denyut jantung janin

f. Percepatan persalinan

g. Diet selama proses persalinan

h. Mobilisasi selama proses persalinan

i. Pemakaian obat pengurang rasa sakit

j. Pemecahan ketuban secara rutin

k. Posisi ketika bersalin

l. Episiotomi

m. Penolong persalinan

n. Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan tali pusat.

2. Beneficience dan Nonmaleficiene

Beneficience berarti berbuat baik. ini adalah prinsip yang

mengharuskan bidan untuk bertindak dengan menguntungkan pasien.

Nonmaleficience berarti tidak merugikan pasien. Jika bidan tidak bisa

berbuat baik kepada pasien atau melakukan tindakan yang

menguntungkan pasien, paling tidak bidan tidak merugikan pasien.

Beneficience dan nonmaleficience merupakan keharusan untuk

meningkatkan kesehatan klien dan tidak merugikannya. Hal ini sering

bertentangan dengan otonomi. Sebagai contoh. Seorang klien

melahirkan bayinya namun mengalami robekan jalan lahir. Oleh

karena itu perlu dilakukan inspeksi khusus pada vulva, vagina dan

serviks dengan menggunakan spekulum . Dan untuk tindakan

selanjutnya semua sumber perdarahan harus diklem ,diikat, dan luka

ditutup dengan penjahitan sampai perdarahan berhenti. Teknik


penjahitan memerlukan rekan ,anastesi lokal , dan penerangan yang

cukup. Namun klien tidak ingin jika rekan bidan tersebut ikut

membantu. Pertimbangan bidan yaitu perdarahan akan lebih parah

jika tetap dibiarkan. Teman sejawat ataupun asisten perawat tentu

dibutuhkan karena akan sulit jika melakukannya sendiri.

Dalam hal ini bidan harus pandai membaca keadaan spiritual ,

psikologis klien, menenangkan klien, meminta bantuan keluarga (

misalnya suami) untuk menyakinkan klien ,dan memberi penjelasan

pada klien dan keluarga akan tindakan yang akan dilakukan serta

akibat buruk yang terjadi jika klien tetap mempertahankan egonya.

Bidan harus menolak otonomi pasien demi mewujudkan beneficience

dan nonmaleficience.

3. Justice

Justice atau keadilan merupakan prinsip yang sangat penting. Penting

bagi bidan untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia. Bidan

memberikan pelayanan dengan kulalitas yang baik pada semua klien

tanpa membedakannya.

4. Menjaga Kerahasiaan Klien

Berdasarkan Kode Etik Kebidanan salah satu kewajiban bidan

terhadap tugasnya adalah setiap bidan harus menjamin kerahasiaan

keterangan yang didapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali

bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan

kepentingan klien.
Sesuai kewenangan yang diberikan kepada bidan oleh pemerintah

dalam pelayanan intranatal, banyak tindakan mandiri yang dapat dilakukan

bidan bagi kliennnya, sesuai yang tertuang dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang

Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Aplikasi etika dalam pelayanan

intranatal care, diantaranya:

1. Menerima pasien baru intranatal. Bidan memberikan layanan

intrapartum sesuai dengan prinsip keadilan (justice), artinya adalah

bidan melayani semua pasien dengan perlakuan yang sama, tidak

memandanag latar belakang agama, suku, ekonomi, tingkat sosial dan

lain sebagainya. Hal tersebut berlaku dalam melakukan setiap tindakan

yang diberikan kepada semua pasien yang ada.

2. Memberikan tindakan kapada pasien. Selain prinsip keadilan (justice),

bidan juga menghargai kemandirian pasien dalam membuat keputusan

terhadap tindakan yang akan diberikan kepadanya (otonomy), apakah

pasien setuju atau tidak keputusan ada di tangan pasien, tentunya

setelah mendapat penjelasan (informed consent dan informed choice)

terlebih dahulu. Hal tersebut juga berlaku termasuk dalam pemilihan

tempat bersalin/ tempat rujukan, petugas yang akan menanganinya,

pendamping persalinan, posisi persalinan dan lain sebagainya. Dalam

memberikan tindakan kepada pasien, bidan juga melakukannya sesuai

hak dan kewajiban bidan/ pasien, kewenangan serta ilmu pengetahuan.

Pelayanan yang diberikan berfokuskan pada kebutuhan dan

keselamatan pasien.
3. Memberikan penjelasan dengan benar (veracity). Dalam setiap hasil

pemeriksaan dan tindakan lanjut yang harus diambil oleh bidan

sehubungan dengan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,

sebelumnya bidan harus memberikan penjelasan dengan benar kepada

pasien. Penjelasan tidak boleh dimanipulasi demi kepentingan sepihak,

tetapi harus sesuai dengan yang ditemukan dalam pemeriksaan.

4. Menghargai kehidupan (Avoiding killing).

5. Menjaga kerahasiaan (videlity). Seluruh hasil pemeriksaan yang

dilakukan kepada pasien dan ditemukan oleh bidan adalah suatu

kerahasiaan yang tidak boleh diinformasikan kepada orang lain, kecuali

dalam hal kepentingan persidangan.

6. Bidan dalam menjalankan tugasnya wajib mengutamakan kepentingan

pasien.

ETIKA BIDAN DALAM PELAYANAN INC

1. Langkah Pengambilan Keputusan Klinik

Pada saat pasien datang pada bidan, maka yang pertama kali dilakukan

bidan adalah melakukan pendekatan komunikasi terapeutik dengan

ucapan salam, bersikap sopan, terbuka, dan siap melayani. Setelah

terbina hubungan saling percaya, barulah bidan melakukan

pengumpulan data (anamnesis) baik data subjektif dan data objektif.

Data yang dikumpulkan harus memenuhi kriteria :

a. Data harus akurat. Data yang didapatkan dari pasien adalah sesuai

kenyataan atau data sebenarnya, sehingga pada saat pengambilan

keputusan klinik dapat tepat dan efektif.


b. Kemampuan analisis. Bidan harus memiliki kemampuan analisis

yang tinggi mengenai masalah, data subjektif, dan data objektif

serta sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan klinik.

c. Pengetahuan essensial. Pengetahuan essensial seorang bidan adalah

semua pengetahuan yang berkaitan dan mendukung pelayanan

bidan. Pengetahuan ini dapat berasal dari pendidikan formal,

nonformal, dan dari membaca. Semakin banyak atau tinggi

pengetahuan bidan tentang pelayanan kebidanan, maka peluang

untuk mengambil keputusan yang tepat dalam pelayanan akan

makin besar.

d. Pengalaman yang relevan. Bidan sebaiknya memiliki pengalaman

yang cukup dan relevan dengan bidang ilmu yang ditekuninya,

sehingga tidak memiliki keraguan saat harus mengambil keputusan.

e. Memiliki intuisi. Intuisi yang tinggi sangat diperlukan dalam proses

pengambilan asuhan yang diberikan dan dalam penentuan masalah

serta menentukan diagnosis. Dengan demikian, bidan dapat

memberikan pelayanan yang cepat dan akurat.

2. Hak-Hak Klien pada Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Persalinan

a. Memberi pelayanan kepada ibu dengan ramah dan penuh

perhatian.

b. Memberikan semangat dan dukungan kepada ibu.

c. Meminta keluarga mendampingi ibu selama proses persalinan.

d. Memberi kesempatan bagi ibu untuk memilih posisi meneran

yang diinginkan.
e. Memberi asupan nutrisi yang cukup bagi ibu, seperti makan dan

minum di setiap proses persalinan.

f. Melakukan rawat gabung ibu dan bayinya.

g. Membimbing ibu untuk memeluk bayinya dan sesegera mungkin

memberikan Air Susu Ibu (ASI), diupayakan pemberiannya

dilakukan kurang dari 1 jam atau disebut Iniasiasi Menyusu Dini

(IMD).

h. Memantau kondisi ibu dan janin setelah melahirkan.

i. Memberikan asupan nutrisi setelah melahirkan.

j. Menganjurkan ibu untuk beristirahat setelah melahirkan.

k. Mengajarkan ibu dan keluarga atau suami mengenali tanda dan

gejala bahaya yang mungkin terjadi.

l. Mengajarkan ibu, keluarga, dan suami cara untuk mencari

pertolongan di saat terjadi hal yang berbahaya.

m. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika

benar-benar dibutuhkan yaitu jika ada infeksi dan penyulit.

n. Obat-obat essensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia oleh

petugas dan keluarga.

3. Pencatatan (Dokumentasi)

Pada setiap pelayanan atau asuhan, harus selalu memperhatikan

pencatatan atau dokumentasi. Manfaat dokumentasi sebagai berikut :

a. Aspek legal atau landasan hukum bagi bidan dalam pelayannya.


b. Aspek manajemen, dokumentasi dapat mengidentifikasi mutu

pelayanan seorang bidan dan juga untuk mengatur kebutuhan

saran yang perlu dipersiapkan seorang bidan pada saat praktik.

c. Aspek pembelajaran, dokumentasi merupakan asset yang sangat

berharga bagi bidan dalam pelayanannya karena data sebelumnya

yang sudah didokumentasikan dapat dipakai sebagi referensi atau

acuan saat mengahadapi masalah atau kasus yang mungkin sama

dan pernah dihadapi.

Dokumentasi dapat berupa SOAP atau menggunakan manajamen

asuhan kebidanan yang lain. Namun dalam persalinan, dokumentasi

yang digunakan adalah partograf. Hal-hal yang perlu diingat oleh

seorang bidan mengenai dokumentasi adalah:

a. Catat semua data: hasil pengumpulan data, pemeriksaan,

diagnosis, obat-obatan yang diberikan, serta semua asuhan yang

diberikan pada ibu dan bayi.

b. Jika tidak dicatat, dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak

dilakukan.

c. Pastikan setiap partograf telah diisi dengan lengkap, benar, dan

tepat waktu, serta sebelum persalinan dan sesudah persalinan

berlangsung.

4. Penilaian Klinik

a. Kala I

1) Pengkajian awal. Apabila seorang ibu hendak melahirkan,

pengkajian awal perlu dilakukan untuk menetukan apakah


persalinan sudah pada waktunya, apakah kondisi ibu dan

bayinya normal, yaitu dengan

a) Lihat. Tanda-tanda perdarahan, mekoneum, atau bagian

organ yang lahir, tanda bekas operasi sesar terdahulu, ibu

yang warna kulitnya kuning atau kepucatan.

b) Tanya. Kapan tanggal perkiraan kelahiran, menentukan

ibu sudah waktunya melahirkan atau belum.

c) Periksa. Tanda-tanda penting untuk hipertensi dan detak

jantung janin untuk bradikardi.

Setelah dilakukan penilaian persalinan cepat, dan tidak

ditemukan masalah maka boleh dilakukan pengkajian ibu

bersalin secara lengkap.

2) Pemantauan. Selama persalinan berlangsung perlu

pemantauan kondisi kesehatan ibu maupun bayinya. Hasil

pemantuan dicatat dalam partograf.

a) Kemajuan persalinan . His/kontraksi: frekuensi, lama,

dan kekuatan dikontrol ½ jam sekali pada fase aktif.

Pemeriksaan dalam: pembukaan, penipisan, penurunan

bagian terendah, molase dikontrol setiap 4 jam.

Pemeriksaan abdomen/luar dikontrol setiap 2 jam pada

fase aktif. Kemajuan persalinan normal sesuai dengan

partograf.

b) Keadaan ibu. Tanda vital, status kandung kemih dan

pemberian makanan/minuman. Tekanan darah dikontrol


setiap 4 jam. Selain itu, perubahan perilaku seperti

dehidrasi/lemah, kebutuhan akan dukungan.

c) Keadaan janin. Pemeriksaan denyut jantung janin setiap

½ jam pada fase aktif. Jika selaput ketuban pecah, maka

dilakukan pemeriksaan warna, kepekatan, jumlah dan

molase.

3) Penanganan

a) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu

seperti suami, keluarga pasien atau teman dekat.

b) Mengatur aktivitas sesuai dengan kesanggupannya dan

posisi ibu.

c) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his.

d) Menjaga privasi ibu.

e) Penjelasan tentang kemajuan persalinan.

f) Menjaga kebersihan diri.

g) Mengatasi rasa panas.

h) Massase.

i) Pemberian cukup minum

j) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong.

k) Sentuhan.

4) Rujukan. Diharapkan dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat

yang memiliki kemampuan menangani kegawatdaruratan

obstetrik dengan melibatkan kelurga dalam pengambilan

keputusan yang cepat dan tepat.


b. Kala II

1) Pemantauan. Pemantauan dicatat pada partograf dan

dilakukan pada :

a) Kemajuan persalinan Tenaga atau usaha mengedan dan

kontraksi uterus ibu.

b) Kondisi Janin, periksa DJJ setiap 15 detik, penurunan

presentasi dan posisi serta warna cairan yang keluar dari

jalan lahir.

c) Kondisi ibu, periksa tanda-tanda vital (nadi dan tekanan

darah setiap 30 menit) dan respon keseluruhan pada kala

II.

2) Diagnosis

a) Persalinan Kala II ditegakkan dengan melakukan

penmeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap.

b) Bila kala II berjalan baik maka ada kemajuan penurunan

kepala bayi.

c) Bila tidak diperlukan kondisi kegawatdaruratan maka

segera persiapkan rujuakan.

3) Penanganan

a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu.

b) Menjaga kebersihan diri.

c) Mengipasi dan massase.

d) Memberikan dukungan mental.


e) Mengatur posisi ibu.

f) Menjaga kandung kemih kosong.

g) Memberikan cukup minum

h) Memimpin mengejan selama his dan istirahat bila tidak

ada his.

i) Bernafas selama persalinan.

j) Memantau denyut jantung janin.

k) Melahirkan bayi : menolong kepala, periksa tali pusat,

melahirkan bahu dan anggota tubuh lainnya.

l) Melakukan penilaian bayi baru lahir.

m) Mengeringkan bayi sambil melakukan rangsangan taktil

n) Melakukan IMD dengan prinsip skin to skin yang

ditutupi handuk atau kain kering dan hangat.

c. Kala III

1) Pengkajian Awal/Segera

a) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang

kedua.

b) Menilai apakah bayi lahir dalam keadaan stabil Bila

tidak lakukan rawat bayi segera.

2) Diagnosis

a) Kehamilan dengan janin normal tunggal.

b) Bayi normal.

c) Bayi dengan penyulit segera lakukan rujukan.

3) Penanganan Manajemen Aktif kala III


a) Jepit dan gunting tali pusat.

b) Memberikan oksitosin segera secara IM 10 IU.

c) Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau

PTT/CCT (Controled Cord Traction)

d) Melakukan massase fundus uteri

d. Kala IV

1) Pemantauan Melakukan pemeriksaan

a) Fundus kontraksi atau tidak, berada di atau di bawah

umbilicus.

b) Kelengkapan plasenta.

c) Selaput ketuban.

d) Memperkirakan pengeluaran darah.

e) Lokhea.

f) Kandung kemih.

g) Kondisi ibu.

h) Kondisi bayi baru lahir.

2) Diagnosis

a) Involusi normal.

b) Kala IV dengan penyulit segera rujuk.

3) Penanganan

a) Ikat tali pusat.

b) Pemeriksaan fundus dan massase uterus.

c) Nutrisi dan hidrasi.

d) Bersihkan ibu.
e) Istirahat.

f) Memulai menyusui.

g) Menolong ibu ke kamar mandi.

h) Mengajari ibu dan anggota keluarga memeriksa

fundus, massase uterus dan tanda-tanda bahaya bagi

ibu dan bayi.

C. Aplikasi Etika dalam PNC

Masa nifas adalah masa di mulai beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2013).

Pernyataan juga diperjelas oleh Abdul Bahri (2000) yang menyatakan

bahwa masa nifas di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung kira-kira 6 minggu. Dengan kata lain asuhan masa nifas adalah

asuhan yang diberikan pada ibu beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan.

Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan

data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksananakannya

untuk mempercepat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan

memenuhi kebutuhan, ibu dan bayi selama periode nifas.

Standart pelayanan nifas.

Standart 13: perawatan bayi baru lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,


dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga

harus mencegah dan menangani hiportemi.

Standart 14: penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan.

Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya

komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang

diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal

yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu untuk memulai pemberian ASI.

Standart 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan

rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah

persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui

penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan, atau

perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta

memberkan penjelasan kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,

makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan

KB.

Tujuan PNC

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis.

2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB,

cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.


4. Memberikan pelayanan KB.

Kunjungan PNC

Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir.

Kunjungan masa nifas terdiri dari:

1. Kunjungan I: 6-8 jam setelah persalinan.

Tujuannya:

a. Mencegah perdarahan pada mas nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila

perdarahn berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi

untuk 2 jam pertama setelah melahirkan atau sampai keadaan ibu dan bayi

dalam keadaan stabil.

2. Kunjungan II: 6 hari setelah persalinan.

Tujuannya:

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau pendarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda-tanda

penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehar-hari.

3. Kunjungan III: 2 minggu setelah persalinan

Tujuannya: Sama dengan di atas (6 hari setelah persalinan)

4. Kunjungan IV: 6 minggu setelah persalinan.

Tujuannya:

a. Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang di alami.

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar.1998)

Perawatan pada masa nifas:

1. Early Ambulation

a. Merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing

keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin

berjalan.

b. Keuntungan early ambulation:

1) Ibu merasa lebih sehat dan lebih kuat

2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik

3) Memungkinkan kita mengajak ibu memelihara anaknya:

memandikannya, mengganti pakaian, memberi makanan dan

lain -lain.
2. Diet

Masalah diet perlu mendapatkan perhatian pada masa nifas untuk dapat

meningkatkan kesehatan dan memberikan ASI, makanan yang baik

mempercepat alat-alat kandungan.

3. Miksi dan defekasi

a. Miksi hendaknya dapat dilakukan secepatnya, sebaiknya ibu di

suruh kencing 4 jam post partum. Bila kangung kemih penuh dan

ibu sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.

b. Defekasi harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan bila

terdapat kesulitan dapat diberikan obat laksans peroral atau

perrektal.

4. Perawatan Payudara

a. Perawatan payudara telah di mulai sejak wanita hamil. Supaya

puting, tidak keras dan kering sebagai persiapan menyusui bayinya

b. Bila bayi meninggal, maka laktasi harus di hentikan dengan cara:

1) Pembalutan mamae sampai tertekan.

2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH. Seperti tablet lynoral

dan periodel

Implementasi hak-hak ibu nifas:

Beberapa hak-hak pasien secara umum adalah:

1. Hak untuk memperoleh informasi

2. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas

3. Hak untuk mendapatkan perlindungan dalam pelayanan

4. Hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan


5. Hak untuk mendapatkan pendampingan suami atau keluarga dalam

pelayanan

6. Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan.

Untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut, bidan berkewajiban

memberikan asuhan sesuai standart. Standart asuhan pada ibu nifas telah di

atur dalam KEMENKES 369/ MenKes/2007.

Implementasi hak-hak untuk ibu post natal dan bayi, bias di artikan

dengan gerakan sayang ibu. Gerakkan saying ibu merupakan suatu gerakan

yang dilaksanakan dalam upaya membantu salah satu gerakan pemerintah

untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan

yang berdampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena

hamil, melahirkan dan nifas. Program ini bertujuan memberkan stimulan

dalam memperhatikan gizi keluarga terutama ibu hamil dan ibu menyusui.

Metode yang digunakan pada program ini adalah meningkatkan

kepahaman pada keluarga dengan pendampingan dan penyuluhan,

pembentukan komunitas (kelompok masyarakat) yang terdiri dari

masyarakat sasaran dan stake holders.

Selain hak untuk mendapatkan pendampingan dalam gerakkan sayang

ibu implementasi hak ibu post natal juga dapat berupa hak ibu dalam

menyusui bayi. Kita tidak dapat memaksa ibu untuk menyusui kalau tidak

ingin. Oleh karena itu menyusui itu juga melibatkan keiklasan ibu, bukan

hanya sekedar memberikan ASI kepada bayinya. Sebaliknya, tidak ada

seorangpun yang boleh menhalangi seorang ibu memenuhi haknya untuk

menyusui bayinya.
Selain ibu, bayi juga punya hak. Mendapatkan ASI itu adalah hak bayi.

Hal ini juga di atur dalam konvensi hak anak pasal 24 yang menyatakan

bahwa anak (atau bayi) berhak atas standart kesehatan tertinggi yang dapat

diadakan. Yang paling esensial dari hak ini adalah hak hidup si anak. Dia

berhak mendapatkan kehidupan yang layak di bumi ini.

Kode etik dalam masa nifas:

2. Kebijakan program nasional pada masa nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali

melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:

a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan anak.

b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa

nifas.

d. Penanganan komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3. Undang-undang yang mengatur kode etik bidan dalam asuhan nifas

Pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan ibu antara lain

pada masa nifas. Pada ayat 2 d menjelaskan bahwa bidan memberikan

pelayanan ibu nifas. Ayat 3 e menjelaskan bahwa bidan berwenang

memberikan vitamin A dosisi tinggi pada masa nifas dengan adanya

undang-undang di atas di harapkan bidan dapat melaksanakan tugasnya

sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai etika kebidanan dan

dapat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan ibu.


D. Aplikasi Etika dalam BBL

Asuhan pada bayi baru lahir

Asuhan pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

dalam 24 jam pertama, apabila bayi tidak mengalami masalah apapun.

Sedangkan pada asuhan neonatus adalah asuhan yang diberikan pada bayi

sampai usia 28 minggu setelah kelahiran yang dibagi pada beberapa jadwal

kunjungan.

Asuhan ini berupaya untuk melakukan skrining terhadap bayi

beserta komplikasinya secara dini.

Peran bidan terhadapa bayi baru lahir

Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dengan

penyesuaian baik untuk orang tua maupun bayi. Oleh karena itu, bidan harus

memfasilitasi proses tersebut. Peran bidan pada kehidupan bayi baru lahir

satu bulan pertama dimulai sejak bayi meninggalkan ruang bersalin. Dalam

prakteknya, asuhan dilakukan sevara multi disipliner, yakni perawatan anak,

perawat keluarga dan dokter spesialis anak. Bidan bertugas melanjutkan

perawatan bagi ibu dan bayi dalam melewati enam minggu pertama

kelahiran. Pengawasan dilakukan terhadap bayi, antara lain :

1. Semua bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan minimal dua kali

pemeriksaan sebelum meninggalkan rumah bersalin/rumah

sakit/sebelum bidan pulang (jika lahir di rumah).

2. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan skrining berhubungan dengan

kelahiran.
3. Pemeriksaan kedua lebih komprehensif, termasuk usia dan riwayat

kelahiran.

4. Jika bayi baru lahir pulang dalam waktu 6-12 jam, bidan harus

menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang dalam 3-5 hari

sesudah lahir.

5. Jika bayi baru lahir tinggal di rumah sampai 48 jam, kunjungan ulang

dapat ditunda sampai usia bayi 10-14 hari.

Tujuan Bidan Memberikan Asuhan (kunjungan) Pada BBL dan

Neonatus

1. Mengidentifikasi gejala penyakit.

2. Menawarkan tindakan skrining metabolis.

3. Memberikan KIE kepada orang tua.

4. Hendaknya di poliklinik anak disediakan ruang tunggu khusus, agar

bayi terlindung dari anak-anak yang sakit.

5. Institusi pelayanan kesehatan harus mengusahakan orang tua bisa ikut

ke ruangan periksa pada saat anak menjalani pemeriksaan.

6. Jika orang tua setuju, maka perlu dilakukan skrining metabolis, apabila

sebelumnya, belum dilakukan untuk mengetahui adanya Hipotiroid

Kongenital dan kadar penilketonuria serta penyakit metabolic.

7. Bidan harus bisa menyiapkan spesimen darah yang dibutuhkan,

biasanya diambil dari daerah tumit bayi. Pemeriksaan ini akan akurat

jika dilakukan minimal 24 jam setelah bayi mendapatkan nutrisi.


8. Bidan harus mempunyai perencanaan untuk melakukan kunjungan bayi

baru lahir meliputi mengkaji ulang riwayat ibu, riwayat persalinan dan

tindakan segera pada bayi.

9. Bidan harus mengkaji riwayat atau masalah pada pemenuhan nutrisi

bayi, perhatian, usaha menangis, buang air besar, buang aur kecil dan

lain-lain.

10. Pada saat melakukan kunjungan ulang, harus melakukan pemeriksaan

fisik, memberikan penyuluhan dan anticipatory guidance pada orang

tua.

11. Bidan harus membuat kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi

dan check up serta harus melakukan pengkajian fisik kembali jika

ditemukan kondisi darurat yang memerlukan perawatan dari dokter

spesialis anak.

Jadwal kunjungan pertama dan selanjutnya

Kunjungan neonatal dilakukan untuk memantau kesehatan bayi

sehingga bila terjadi masalah dapat segera diidentifikasi seperti bayi

mengalami kesulitan untuk menyusui, tidak buang air besar dalam 48 jam,

ikterus yang timbul pada hari pertama, kemudian tali pusat merah atau

bengkak atau keluar cairan dari tali pusat, bayi demam lebih dari 37,5 °C

sehingga keadaan ini harus segera dilakukan rujukan.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanankesehatan dasar, mengetahui bila terdapat kelainan pada

bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan. Risiko terbesar kematian.


Bayi baru lahir terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan

dua bulan pertama kehidupannya.

Sehingga bayi lahir sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas

kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam memberikan pelayanan

kesehatan neonatal sekaligus memastikan bahwa bayi dalam keadaan sehat

pada saat bayi pulang atau bidan meninggalkan bayi jika persalinan di

rumah.

Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan

komprehensif, Manajemen Terapdu Bayi Muda, yang meliputi :

a) pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi, bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah.

b) perawatan tali pusat

c) imunisasi hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir

d) konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di

rumah dengan menggunakan Buku KIA

e) penanganan dan rujukan kasus

Pelaksanaan kunjungan neonatus dan bayi baru lahir

1. Kunjungan I pada 6 jam pertama setelah persalinan

a. Menjaga bayi agar tetap hangat dan kering

b. Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana

penampakan bayi secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara

yang dapat menggambarkan keadaan kesehatannya.


c. Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting

untuk diawasi selama 6 jam pertama.

d. Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga

tali pusat agar tetap bersih dan kering.

e. Pemberian ASI awal.

2. Kunjungan II pada hari ke-3 setelah persalinan

a. Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi

b. Menanyakan bagaimana bayi menyusui

c. Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)

d. Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya

busuk.

3. Kunjungan III pada minggu ke-2 setelah persalinan

a. Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu

pascasalin.

b. Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup

c. Bayi harus mendapatkan imunisasi berikut :

1) BCG untuk mencegah tuberculosis

2) vaksin polio I secara oral.

3) vaksin hepatitis B

4. Kunjungan IV pada 6 minggu setelah kelahiran

a. Memastikan bahwa laktasi berjalan dengan baik dan berat badan

bayi meningkat.

b. Melihat hubungan antara ibu dan bayi.


c. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk

penimbangan dan imunisasi.

E. Aplikasi Etika dalam Pelayanan KB

Paradigma baru program Keluarga berencana Nasional telah diubah

visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan

“Keluarga Berkualitas tahun 2015” Keluaraga yang berkualitas adalah

keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa

kepada Tuhan YME. Dalam paradigma baru program KB ini, misinya

sangat menekankan upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai

upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga Berdasarkan salah

satu pesan kunci dalam Rencana Strategik Nasional Making Pregnancy

Safer (MPS) di Indonesia adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan

kehamilan yang diinginkan.

Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut , Keluarga Berencana (KB)

merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan

utama (Saifuddin,2003)

Untuk mencapai hal tersebut di atas Bidan sangat memegang

peranan dalam kesinambungan keberhasilan program KB. Dalam

memberikan pelayanan KB, bidan berkewajiban melaksanakannya secara

professional. Pekerja professional dituntut berwawasan sosial yang luas,

sehingga pilihan jabatan dan perannya didasari nilai tertentu, bersikap

positif terhadap jabatan dan perannya dan bermotivasi serta berusaha untuk

berkarya sebaik-baiknya (Depkes,2003)


Dengan demikian sebagai jabatan professional bidan dalam

pelaksanaan pelayanankebidanan, selalu berpegang pada etika kebidanan.

Etika dapat dapat berarti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi

sesorang atau sesuatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika

mencakup prinsip, konsep dasar dan nilai – nilai yang membimbing

makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak (Supardan S,2008)

Tujuan

1. Meningkatkan profesionalisme bidan dalam pelayanan kebidanan

2. Menerapakan etika kebidanan dalam pelayanan kebidanan

3. Meningkatkan kulitas pelayanan kebidanan

4. Meningkatkan peran bidan bagi tercapainya Keluarga berkualitas tahun

2015

Factor- factor yang harus dipertimbangkan dalam pelayanan KB:

1. Status kesehatan

2. Efek samping potensial

3. Konsekuensi kegagalan

4. Besar keluarga yang direncanakan

5. Persetujuan pasangan

6. Norma budaya lingkungan dan orang tua.

Persyaratan umum dalam metode kontrasepsi ideal:

1. Aman, arinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan

2. Berdaya guna, atinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah

terjadinya kehamilan
3. Dapat diterima bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan

budaya di masyarakat

4. Terjangkau

5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera

kembali kesuburannya, kecuali kontap.

Wewenang Bidan Dalam Pelayanan KB

Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui proses

pengambilan keputusan dan tindakan dilakukan sesuai dengan wewenang

dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Area kewenangan Bidan dalam pelayanan keluarga berencana

tercantum dalam Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 yaitu bidan dalam

memberikan pelayanan keluarga berencana harus memperhatikan

kompetensi dan protap yang berlaku diwilayahnya meliputi :

1. Memberikan pelayanan keluarga berencana yakni pemasangan IUD,

AKBK, pemberian suntikan, tablet, kondom, diagfragma, jelly dan

melaksanakan konseling

2. Memberikan pelayanan efek samping pelayanan kontrasepsi.

3. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan

atas dasar kompentensi dan pelaksanaanya berdasarkan protap.

Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui

pelayanan KB keliling.

4. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa Bidan berwewenang

melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan

bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli.


5. Kewajiban Bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan

kewenangan :

a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan.

b. Memberikan informasi.

c. Melakukan rekam medis dengan baik.

PENERAPAN ETIKA DALAM PELAYANAN KB

1. KONSELING

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan

keluarga berencana. Dengan melakukan konseling berarti petugas

membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang

akan digunakan sesuai pilihannya. Jika klien belum mempunyai

keputusan karena disebabkan ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi

yang akan digunakan, menjadi kewajiban bidan untuk memberikan

informasi tentang kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien,

dengan memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat

dipergunakan oleh klien, dengan memberikan beberapa alternative

sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan

yang dimilikinya.

TUJUAN KONSELING:

a. Calon peserta KB memahami manfaat KB bagi dirinya maupun

keluarganya.

b. Calon peserta KB mempunyai pengetahuan yang baik tentang alasan

berKB , cara menggunakan dan segala hal yang berkaitan dengan

kontrasepsi.
c. Calon peserta KB mengambil keputusan pilihan alat kontrasepsi

Sikap Bidan Dalam Melakukan Konseling Yang Baik Terutama

Bagi Calon Klien Baru

a. Memperlakukan klien dengan baik

b. Interaksi antara petugas dan klien Bidan harus mendengarkan,

mempelajari dan menanggapi keadaan klien serta mendorong

agar klien berani berbicara dan bertanya

c. Memberi informasi yang baik kepada klien

d. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan

Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan

kesulitan bagi klien untuk mengingat hal yang penting.

e. Tersedianya metode yang diinginkan klien

f. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat

Bidan memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada

klien agar memahaminya dengan memperlihtkan bagaimana

cara penggunaannya. Dapat dilakukan dengan dengan

memperlihatkan dan menjelaskan dengan flipchart, poster,

pamflet atau halaman bergambar.

Langkah – Langkah Konseling:

a. Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya

b. Menggali permasalahan yang dihadapi dengan calon

c. Memberikan penjelasan disertai penunjukan alat – alat

kontrasepsi
d. Membantu klien untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat

untuk dirinya sendiri.

Keterampilan Dalam Konseling

a. Mendengar dan mempelajari dengan menerapkan:

1) Posisi kepala sama tinggi

2) Beri perhatian dengan kontak mata

3) Sediakan waktu

4) Saling bersentuhan

5) Sentuhlah dengan wajar

6) Beri pertanyaan terbuka

7) Berikan respon

8) Berikan empati

9) Refleks back

10) Tidak menghakimi

b. Membangun kepercayaan dan dukungan:

1) Menerima yang dipikirkan dan dirasakan klien

2) Memuji apa yang sudah dilakukan dengan benar

3) Memberikan bantuan praktis

4) Beri informasi yang benar

5) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti/sederhana

6) Memberikan satu atau dua saran.

2. INFORMED CHOICE DAN INFORMED CONSENT DALAM

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


Informed Choice adalah berarti membuat pilihan setelah

mendapat penjelasan tentang alternative asuhan yang dialami.

Pilihan atau choice lebih penting dari sudut pandang wanita yang

memberi gambaran pemahaman masalah yang berhubungan dengan

aspek etika dalam otonomi pribadi. Ini sejalan dengan Kode Etik

Internasional Bidan bahwa : Bidan harus menghormati hak wanita

setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk

menerima tanggung jawab dari pilihannya.

Setelah klien menentukan pilihan alat kontrasepsi yang

dipilih, bidan berperan dalam proses pembuatan informed concent.

Yang dimaksud.Informed Concent adalah persetujuan sepenuhnya

yang diberikan oleh klien/pasien atau walinya kepada bidan untuk

melakukan tindakan sesuai kebutuhan. Infomed concent adalah

suatu proses bukan suatu formolir atau selembar kertas dan juga

merupakan suatu dialog antara bidan dengan pasien/walinya yang

didasari keterbukaan akal dan pikiran yang sehat dengan suatu

birokratisasi yakni penandatanganan suatu formolir yang merupakan

jaminan atau bukti bahwa persetujuan dari pihak pasien/walinya

telah terjadi.

Dalam proses tersebut, bidan mungkin mengahadapi

masalah yang berhubungan dengan agama sehingga bidan harus

bersifat netral, jujur, tidak memaksakan suatu metode kontrasepsi

tertentu. Mengingat bahwa belum ada satu metode kontrasepsi yang

aman dan efektif, maka dengan melakukan informed choice dan


infomed concent selain merupakan perlindungan bagi bidan juga

membantu dampak rasa aman dan nyaman bagi pasien.

Sebagai contoh, bila bidan membuat persetujuan tertulis yang

berhubungan dengan sterilisasi, hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah bahwa sterilisasi bersifat permanen, adanya kemungkinan

perubahan keadaan atau lingkungan klien, kemungkinan

penyelesaian klien dan kemungkinan kegagalan dalam sterilisasi.

3. PENCEGAHAN INFEKSI

a. Tujuan

1. Memenuhi prasyarat pelayanan KB yang bermutu

2. Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada

pelayanan kontrasepsi AKDR, suntik, susuk dan kontrasepsi

mantap

3. Menurunkan resiko transmisi penyakit menular seperti hepatitis

B dan HIV/AIDS

b. Kewaspadaan standar

c. Pelayanan KB membutuhkan kepatuhan melaksanakan tindakan

sesuai dengan kewaspadaan standar (standar precaution).

Berikut merupakan cara pelaksanaan kewaspadaan standar

1. Anggap setiap orang dapat menularkan infeksi

2. Cuci tangan

3. Gunakan sepasang sarung tangan sebelum menyentuh apapun yang

basah seperti kulit terkelupas, membrane mukosa, darah atau duh


tubuh lain, serta alat-alat yang telah dipakai dan bahan – bahan lain

yang terkontaminasi atau sebelum melakukan tindakan invasive

4. Gunakan pelindung fisik, untuk mengantisipasi percikan duh tubuh.

5. Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit maupun

membrane mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan

luka, menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptic

berbahan dasar alcohol

6. Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak memasang tutup

jarum suntik, memberikan alat tajam dengan cara yang aman.

7. Buang bahan – bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk

melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cidera

maupun penularan infeksi kepada masyarakat

8. Pemrosesan terhadap instrument , sarung tangan, bahan lain setelah

dipakai dengan cara mendekomentasikan dalam larutan klorin 0,5%,

dicuci bersih, DTT dengan cara-cara yang dianjurkan.

4. PENJELASAN / PENERANGAN YANG DIBERIKAN SAAT

PEMASANGAN/ ALAT KONTRASEPSI

1. Jelaskan kepada klien apa yang dilakukan dan mempersilahkan klien

mengajukan pertanyaan

2. Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada

beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila

sampai pada langkah tersebut.


3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya tentang keterangan

yang telah diberikan dan tentang apa yang akan dilakukan pada

dirinya.

4. Peragakan peralatan yang akan digunakan serta jelaskan tentang

prosedur apa yang akan dikerjakan

5. Jelaskan bahwa klien akan mengalami sedikit rasa sakit saat

penyuntikan anastesi local, sedangkan insersinya tidak akan

menimbulkan nyeri (bila pemasangan AKBK)

6. Tentramkan hati klien setelah tindakan.

5. PELAKSANAAN TINDAKAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR

Berdasarkan KEPMENKES RI No. 369/MENKEN/SK/III/2007

TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN pada standar V

TINDAKAN pada definisi operasional disebutkan bahwa tindakan

kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang

bidan atau hasil kolaborasi

6. MENJAGA KERAHASIAAN DAN PRIVASI KLIEN

Berdasarkan KODE ETIK KEBIDANAN salah satu kewajiban bidan

terhadap tugasnya adalah setiap bidan harus menjamin kerahasiaan

keterangan yang didapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila

diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan

kepentingan klien

7. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN KB


Dalam tahun 2001 pencatatan dan pelaporan program KB

Nasional dilaksanakan sesuai dengan sistim , pencatatan dan

pelaporan yang disempurnakan melalui Instruksi Menteri

Pemberdayaan Perempuan /KepalaBKKBN Nomor 191/HK-

011/D2/2000 tanggal 29 September 2000.

Sistim pencatatan dan pelaporan program KB nasional saat

ini telah disesuaikan dengan tuntutan informasi , desentralisasi dan

perbaikan kualitas. Sistim pencatatan dan pelaporan pelayanan

kontrasepsi meliputi:

a. Kegiatan pelayanan kontrasepsi

b. Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik di klinik maupun di

BPS

c. Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB

F. Aplikasi Etika dalam Penelitian

Menurut kode etik bidan internasional adalah bahwa bidan

seharusnya meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai proses seperti

pengalaman pelayanan kebidanan dab dari riset kebidanan. Riset dan

diseminasinya menjadi tanggung jawab bidan. Tuntunan masyarakat

terhadap mutu pelayanan kebidana semakin tinggi, karena semakin

majunya jaman, dan kita memasuki era globalisasi dimana akses informasi

bagi masyarakat juga semakin meningkat.

Beberapa waktu lalu praktik kebidana masih banyak berdasarkan

kebiasaan atau dogma,’dulu saya diajarkan begitu’ atau ‘biasanya seperti

ini’, dengan kemajuan ilmu penegtahuan dan tehnologi kebidanan praktek


yang seperti itu tidak dapat dilaksanakan lagi, tetapi dituntut prakte

professional berdasarkan evidence based atau hasil penelitian.

Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subjek

maupun objek penelitian. Sehingga bidan perlu tau mengenai etika

penelitian, demi kepentingan melindungi pasien, institute tempat praktek

dan diri sendiri. Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan

memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap untuk

mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayana berdasarkan

hasil penelitian. Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan

memajukan ilmu pengetahuan, bidan harus siap mengadakan penelitian dan

siap untuk memberikan pelayanan berdasarkan hasil penelitian.

1. Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk :

a. Memajukan ilmu pengetahuan dalam kaitan untuk meningkatkan

pelayanan

b. Kemajuan dalam bidang penelitian itu sendiri

2. Menurut Helsinski prinsip dasar penelitian yang mengambil objek

manusia harus memenuhi ketentuan :

a. Bermanfaat bagi umat manusia

b. Harus sesuai dengan prinsip ilmiah dan harus didasarkan

pengetahuan yang cukup dari dukungan kepustakaan ilmiah.

c. Tidak membahayakan obyek(manusia) penelitian itu (diatas

kepentingan yang lain)

d. Tidak merugikan atau menjadikan beban baik waktu,materi,

maupun secara emosi dan psikologis.


e. Harus selalu dibandingkan rasio untung- rugi-resiko. Maka dari itu

penelitian tidak boleh ada factor eksploitasi, atau merugikan nama

baik objek penelitian.

Syarat penelitian kebidanan

1. Suka rela / voluntary

Tidak ada unsure paksaan atau tekanan secara langsung maupun tidak

langsung atau adanya unsure ingin menyenangkan atau adanya

ketergantungan dan diperlukan informed consent.

2. Informed consent penelitian

Setiap profesi perlu mengatur anggotanya, bahwa dalam mengadakan

penelitian, penelitian wajib menjelaskan sejelas-jelasnya kepada objek

penelitian. Selain itu penelitian perlu diyakinkan bahwa informasi yang

diberikan sudah adekuat, juga perlu adanya pemahaman yang adekuat

dari objek penelitian

3. Kerahasiaan

Tidak boleh membuka identitas objek penelitian baik individu,

kelompok, maupun institusi. Adanya jaminan kerahasiaan dari

responden dapat memberikan rasa aman dan akan meningkatkan

keabsahan data yang diberikan.

4. Privacy

Penelitian penelitian seharusnya tidak mengganggu keleluasaan diri

atau privacy dalam hal rasa hormat dan harga diri, aspek social budaya

dan tidak mengganggu ketenangan hidup dan keleluasaan diri atau

gerak, hal ini juga berkaitan dengan kerahasiaan dan masalah pribadi.
5. Kelompok rawan

Kelompok rawa meliputi : wanita hamil, anak balita, usia lanjut, orang

sakit berat, orang sakit mental, orang cacat yang tidak kompetendalam

mengambil keputusan, termasuk juga kelompok minoritas dalam suatu

masyarakat. Untuk penelitian pada kelompok tersebut masalah etika

perlu benar-benar diperhatikan agar tidak melanggar hak objek

penelitian atau terjadi eksploitasi dan eksperimen yang melanggar kode

etik penelitian.

Issue etika dalam penelitian kebidanan

Issue etika dalam penelitian kebidanan, meliputi beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah topic penelitian ?

Penelitian untuk menjawab pertanyaan dan menemukan jawaban dari

pertanyaan dengan gkah yang sistmatik dan objektif. Beberapa

penelitian seharusnya dimulai dengan asumsi implicit, bahwa penelitian

tersebut bernilai bagi seseorang , penelitian kebidanan sering meliputi

aspek tingkah laku dan gaya hidup individu. Sebagai contoh misalnya

perilaku sex, ketergantungan obat, AIDS, dsbg.

2. Siapa yang melaksanakan penelitian dan siapa yang membiayai ?

Apakah penelitian dilaksanakan oleh bidan sendiri? Atau melibatkan

surveyor ? sebaiknya ada badan yang mengatur pelaksanaan penelitian

dalam kebidanan.

3. Siapa yang akan memperoleh ketergantungan dari penelitian termasuk

konsekuensi atau efeknya?


Hal ini menjawab segi kemanusiaan dan pengembangan ilmu

kesehatan, bagaimana penelitian tersebut berdampak pada hal yyang

lebih luas, yaitu pengembangan ilmu kebidanan.

4. Bagaimana pelaksanaan partisipan ?

Partisipan sering disebut juga dengan subjek penelitian, bagaimana

melindungi haknya dan menjamin kesejahteraannya. Problem utama

etik penelitian kebidanan berhubungan issue informed consent ,

sehingga partisipan tahu, merasa bebas, rasional,setuju, dan berperan

serta dalam penelitian. Informed consent merupakan hal utama dalam

segi etika penelitian, segala resiko yang terjadi akibat penelitian harus

dijelaskan dan dipahami. Prosedur dalam penelitian harus dijelaskan

selengkap mungkin dan kemungkinan yang terjadi, kalau perlu

didiskusikan.

5. Bagaimana arah dari penelitian ?

Ada dua metodologi dasar dalam kebidanan, yaitu penelitian kualitatif

dan kuantitatif. Sebagai contoh bidan meneliti tentang wawasan klien

tentang pikiran dan perasaannya, mengenai tindakan episiotomy,

kemudian bagaimana pengalaman psikologis dan emosional seseorang

dalam persalinan, menurut Lydon Rochelle dan Albers bahwa 67%

penelitian kebidanan menggunakan pendkatan deskriptif. Maka perlu

dikembangkan kembali penelitian dalam kebidanan dengan pendekatan

pengembangan praktik atau yang bersifat aplikatif.

6. Bagaimana penelitian disebarluaskan atau didiseminasikan ?


Penelitian dalam kebidanan adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan praktek kebidanan. Kemudian menjadi tanggung jawab

moral antara peneliti untuk melaporkan dan praktisi kebidanan untuk

mengevaluasi. Peneliti mempunyai tanggung jawab untuk menjamin

apakah yang dipublikasikan angka yang nyata dan jujur dari hasil

penelitian. Hasil hasil penelititan seharusnya diinterprestasi secara

objektif sejauh mungkin dan kesimpulan tidak dimanipulasi. Adalah

penting bagi peneliti untuk mempertahankan hak melaporkan data

secara akurat, meskipun pada penelitian yang disponsori, sehingga

hasilnya tidak bersifat subjektif karena kepentingan sponsor.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penelitian kebidanan

1. Masalah senisitif

Masalah sensitive artinya informasi yang dicari peneliti bisa sangat

sensitive dan pribadi, ini dapat menyangkut perilaku yang meyimpang

dari norma masyarakat atau hukum, dan ingin dirahasiakan oleh yang

bersangkutan, misalnya informasi tentang objek penelitian dalam hal

penderita AIDS/HIV positif, PHS,NAPZA,penyimpangan perilaku sex,

kekerasan dalam rumah tangga dsbg. Penelitian ini beresiko membuka

rahasia bagi objek penelitian, informed consent juga diperlukan untuk

kepentingan si peneliti sendiri bila ada tuntunan pengadilan.

2. Keahlian peneliti

Untuk penelitian klinik menyangkut manusia tidak boleh bersifat trial

(coba-coba), tetapi harus didasari keilmuan yang kuat dan dilakukan


oleh orang yang kompeten ilmunya dan diakui secara akademiknya dan

dan didukung oleh prinsip ilmiah dan kepustakaan ilmiah yang cukup.

3. Pemakaian atau prosedur perijinan

Untuk melakukan penelitian harus ijin secara tertulis, setelah melalui

studi pendahuluan dan melalui pengkajian proposal penelitian.

Peran Bidan sebagai Peneliti ( Investigator )

Adapun tugas-tugas bidan sebagai peneliti antara lain :

a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.

Di dalam langkah ini bidan sebagai tenaga kerja profesional tidak

dibenarkan untuk menduga duga masalah yang terdapat pada kliennya.

Bidan harus mencari dan menggali data atau fakta baik dari klien,

keluarga maupun anggota tim kesehatan lainnya dan juga dari hasi

pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri. Dikumpulkan semua

informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara

anamnesa,pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan

tanda- tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.

Langkah ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis,

data atau fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan

proses berfikir yang ditampilkan oleh bidan dalam tindakan yang akan

menghasilkan rumusan masalah yang dialami/ diderita pasien atau

klien.Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan

langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus

yang dihadapi yang akan menentukan proses intrepetasi yang benar atau
tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus

komprehensif meliputi data subyektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan

sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan

valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat,

lengkap dan akurat.

b. Menyusun rencana kerja pelatihan

Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan

dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan

masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi.

c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data

yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang

komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan

riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Pada langkah ini direncanakan

asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini informasi data yang

tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanay meliputi apa apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antispasi terhadap pasien/

klien apa yang terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,

konseling dan apakah merujuk klien, bila ada masalah masalah yang

berkaitan dengan sosial ekonomi kultural atau maslaah psikologis.


Dengan perkataan lain, asuhan terhadap klien tersebut sudah mencakup

setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap

rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan

dan klien/pasien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien

juga akan melaksanakan rencana tersebut.

Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan

rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan

bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum

melaksanakannya.

d. Mengolah dan menginterprestasikan data hasil investigasi.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau

masalah terhadap interpretasi atas data dat yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan diiterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosa dan maslah yang spesifik. Rumusan diagnosa

dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat

didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Masalah sering berkaitan dengan hal hal yang sedang dialami wanita

yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah

juga sering menyertai diagnosa.

Diagnosa kebidanan dalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam

lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenkultur

diagnosa kebidanan.

Standar nomenkultur diagnosa kebidanan :

1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi


2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

3) Memiliki ciri khas kebidanan

4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan

5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

6) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

7) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan

mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.

8) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.


BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan

yang akan mewarnai asuhan itu. Kehamilan merupakan proses yang

alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan

normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan

yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan

harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari

tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.

Aplikasi etika dalam pelayanan intranatal dapat dilukiskan melalui

prinsip-prinsip etika, Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip utama

untuk tindakan profesional dan untuk menyelesaikan masalah dalam

pelayanan kesehatan.

Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan

data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksananakannya

untuk mempercepat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan

memenuhi kebutuhan, ibu dan bayi selama periode nifas.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanankesehatan dasar, mengetahui bila terdapat kelainan pada

bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan

Konseling dalam berKB merupakan aspek yang sangat penting

dalam pelayanan keluarga berencana. Dengan melakukan konseling berarti


petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi

yang akan digunakan sesuai pilihannya


DAFTAR PUSTAKA

Marmi. 2014. Etika Profesi Bidan. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Anda mungkin juga menyukai