Anda di halaman 1dari 13

TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY

KELUARGA BERENCANA

Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

Pengertian Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan adalah metode pendekatan pemecahan masalah yang


digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan
asuhan kebidanan atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan
serta merupakan metode yang terorganisasi melalui tindakan yang logical dalam
pemberian pelayanan (Varney, 2008).

Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan (Varney, 2008)

Proses manajemen kebidanan dalam tujuh langkah yang ada pada waktu tertentu dapat
diperluas dan diperbaharui. Hal ini dimulai dari pengumpulan data dasar dan diakhiri
dengan evaluasi. Tujuh langkah itu adalah :

1. Pengkajian Data
Data yang harus dikumpulkan pada calon/akseptor keluarga berencana
(KB), meliputi : Biodata/identitas baik pasien maupun suami, data subjektif dan
data objektif, yang terdiri atas pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul dan
pemeriksaan laboratorium/penunjang lainnya. Biodata yang dikumpulkan
meliputi : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat
lengkap.
Data Subjektif dan data objektif harus dibedakan menjadi akseptor
kunjungan awal dan pasien kunjungan ulang. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009)

Data Subjektif dari calon/akseptor KB, yang harus dikumpulkan, meliputi


a. Keluhan Utama/alasan datang ke institusi pelayanan kesehatan dan kunjungan
saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang.
b. Riwayat Perkawinan, terdiri atas : Status perkawinan, perkawinan ke, umur klien
saat perkawinan dan lam perkawinan.
c. Riwayat Menstruasi, meliputi : menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi,
dismenorhrea, perdarahan pervaginam dan flour albus.
d. Riwayat Obstetri Para (P)… Abortus (Ab)… Anak Hidup (Ah).., meliputi:
perdarahan pada kehamilan, persalinana dan nifas yang lalu, hipertensi dalam
kehamilan, persalinana dan nifas yang lalu, BB lahir bayi kurang dari 2500 gram
atau lebih dari 4000 gram serta masalah selama kehamilan , persalianan dan nifas
yang lalu.
e. Riwayat Keluarga Berencana, meliputi : jenis metode yang dipakai, waktu,
tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan atau alasan berhenti.
f. Riwayat Kesehatan, meliputi: riwayat penyakit sistemik yang sedang/pernah
diderita (penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsy, hati,
malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS), riwayat penyakit sistemik keluarga,
riwayat penyakit ginekologi dan riwayat penyakit sekarang.
g. Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/makanan
h. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari, meliputi : pola nutrisi (makan dan
minum), eliminasi (BAB dan BAK), personal hygiene, aktivitas dan istirahat.
i. Keadaan Psikososial, meliputi: pengetahuan dan respon pasien terhadap semua
metode/alat kontrasepsi dan/atau kontrasepsi yang digunakan saat ini,
keluhan/kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga dirumah, respon keluarga
terhadap metode/alat kontrasepsi dan/atau kontrasepsi yang digunakan saat ini,
dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluargadan pilhan tempat
mendapatkan pelayanan KB.

Data Objektif dari calon/akseptor KB, yang harus dikumpulkan, meliputi :


a. Pemeriksaan Fisik, meliputi:
1) Keadaan Umum, meliputi: kesadaran, keadaan emosi dan postur badan pasien
selama pemeriksaan, BB.
2) Tanda-tanda Vital: tekanan darah, suhu badan, frekuensi denyut nadi dan
pernafasan.
3) Kepala dan Leher, meliputi: edema wajah, mata (kelopak mata pucat, warna
skrela), mulut (rahang pucat, kebersihan, keadaan gigi (karies, karang,
tonsil)), leher (pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe).
4) Payudara, meliputi: bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi pada areola,
keadaan putting susu, retraksi, adanya benjolan /massa yang mencurigakan,
pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar limfe.
5) Abdomen, meliputi: adanaya bnetuk, adanya bekas luka, benjolan/masa
tumor, pembesaran hepar, nyeri tekan.
6) Ekstremitas, meliputi: edema tangan, pucat atau ikterus pada kuku jari,
varises berat atau pembengkakan pada kaki, edema yang sangat pada kaki.
7) Genetalia, meliputi : luka, varises, kondiloma, cairan (warna, konsistensi,
jumlah, bau, keluhan gatal/panas), keadaan kelenjar bartholini
(pembengkakan, cairan, kista), nyeri tekan, hemoroid dan kelainan lain.
8) Punggung, ada kelainan bentuk atau tidak
9) Kebersihan kulit, adakah ikterus
b. Pemeriksaan ginekologi
Inspekulo, meliputi: keadaan serviks (cairan,/darah, luka/peradangan/tanda-tanda
keganasan), keadaan dinding vagina (cairan/darah, luka) posisi benang IUD (bagi
akseptor KB IUD)
Pemeriksaan Bimanua untuk mencari letak serviks, adakah dilatasi dan nyeri
tekan/goyang. Palpasi uterus untuk menentukan ukuran, bentuk dan posisi,
mobilitas, nyeri, adanya masa ayau pembesaran. Apakah teraba masa adneksa
dan adanya ulkus genetalia.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada kondisi tertentu, calon/akseptor KB harus menjalani beberapa pemeriksaan
penunjang untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan keperluan
menegakkan adanya kehamilan, maupun efek samping/komplikasi penggunaan
kontrasepsi. Beberapa pemeriksaan laboratprium yang harus dilakukan pada
calon.akseptor KB, adalah pemeriksaan tes kehmilan, USG, radiokologi untuk
memastikan posisi IUD/implant, kadar hemoglobin, kadar gula darah dan lain-
lain.

2. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosis yang spesifik. Contoh: Diagnosis : P1 Ab0 Ah1 umur ibu
23 tahun, umur ibu 2 bulan, menyusui, sehat, ingin menggunakan alat
kontrasepsi. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009)

Masalah :
a. Takut dan tidak mau menggunakan IUD
b. Ibu ingin menggunakan metode pil kontrasepsi, tetapi merasa berat jika harus
minum rutin setiap hari.
Kebutuhan :
a. Konseling tentang metode KB untuk menjarangkan kehamilan.
b. Motivasi untuk menggunakan metode yang tepat untuk menjarangkan
kehamilan.

3. Mengidentifikasi Diagonsa atau Masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkain masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan .
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosis/masalah potrnsial ini benar-benar terjadi. (Wafi, Mufdlilah, Nanik,
2009)
Contoh :
Diagnosis potensial : Hipermenorrea karena komplikasi pemakain IUD potensial
terjadi anemia.
Masalah Potensial : lupa minum pil 3 hari berturut-turut potensial terjadi
kegagalan.

4. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan


Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau unruk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Beberapa data
mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dan bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa calon/akseptor KB.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari
dokter, misalnya perdarahan pervaginam yang hebat akibat efek samping IUD.
Adanya hipermenorrea setiap menstruasi, mengaharuskan bidan untuk bertindak
cepat, antara lain memperbaiki keadaan umum akseptor dan bila perlu
pertimbangkan segera mengganti metode kontrasepsi untuk mencegah akseptor
kehilangan darah lebih banyak dan anemia. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009)
5. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dan kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antiispasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperlukan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluahan, konseling
dan pakah perlu merujuk klien bila ada masalah-maslah yang berkaitan dengan
social ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup
setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan
haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, bidan dank lien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena merupakan bagian dari pelaksanaan rencana
tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien,
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
haruslah rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang
up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan
keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan
suatu data dasar yang lengkap dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan
asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009)

6. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan,
sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau bidan tidak
melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggungjawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-
benar terlaksana).
Bila perlu berkolaborasi dengan dokter misalnya karena ada komplikasi.
Manajemen yang efisien berhubungan dengan waktu, biaya seta peningkatan
mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua rencana telah dilaksanakan. (Wafi,
Mufdlilah, Nanik, 2009)

7. Evaluasi
Pada langkah ini di evaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,
apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam
diagnose maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut telah di anggap
efektif apabila semua perencaan dapat terlaksana dengan baik.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan
efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan
ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu evaluasi,
kenapa asuhan yang telah di berikan belum efektif, melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi mengapa proses tersebut tidak efektif serta melakukan
penyesuaian dan modifikasi apabila memang perlu dilakuakan. Langkah-langkah
proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
berfikir yang mempengaruhi tindakan serta orientasi pada proses klinis, karena
proses manajemen tersebut berlangsung didalam setiap situasi klinik.
Manajemen kebidanan terdiriatas 7 langkah ini yang merupakan proses
berfikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan kebidanan
yang dapat diaplikasikan atau di terapkan dalam setiap situasi. (Wafi, Mufdlilah,
Nanik, 2009)

Format Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada KB Menurut Hellen Varney

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan

kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang

klien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Data ini difokuskan pada :

a. Data Subjektif
1) Biodata.

a) Nama : Harus ditulis dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain,

mengingat banyak sekali nama yang sama (Matondang, 2013).

b) Umur : Dikaji untuk mengetahui dan memberikan perencanaan keluarga

pada pasien dengan tepat sesuan 3 fase perencanaan KB

c) Agama : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan

klien dan memudahkan bidan melakukan asuhan kebidanan (Estiwidani,

2008).

d) Pekerjaan :Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap

permasalahan kesehatan klien

e) Suku/bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang

dianut pasien sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan

kebidanan.

f) Pendidikan : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap

kebiasaan klien dan memudahkan bidan melakukan asuhan kebidanan

(Estiwidani, 2008).

g) Alamat : Untuk maksud mempermudah hubungan bila di perlukan

keadaan mendesak (Estiwidani, 2008).

2) Keluhan Pasien.

Dikaji keluhan pasien yang berhubungan dengan penggunaan KB.

3) Riwayat Kesehatan Pasien.

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita atau

sedang menderita penyakit-penyakit meliputi hipertensi, jantung, TBC, paru-

paru, asma, diabetes mellitus, riwayat penyakit/ trauma tulang punggung.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga.


Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai

riwayat penyakit keturunan meliputi penyakit hipertensi, jantung, asma,

diabetes mellitus, dan riwayat keturunan kembar.

5) Riwayat Obstetri.

a) Riwayat haid.

Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah

haid, dismenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.

b) Riwayat perkawinan.

Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah, sudah berapa

kali pasien menikah, berapa umur pasien dan suami pada saat menikah,

sehingga dapat diketahui apakah pasien masuk dalam infertilitas sekunder

atau bukan..

6) Riwayat persalinan yang lalu.

Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi

atau tidak.

7) Riwayat KB.

Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB lain sebelum

menggunakan KB pil dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.

8) Pola kehidupan sehari-hari.

a) Pola nutrisi.

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,

jenis makanan, dan makanan pantangan atau terdapatnya alergi.

b) Pola eliminasi.
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi dan pola

sehari-hari

c) Pola istirahat

Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.

d) Pola seksual

Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan seksual.

e) Pola aktifitas

Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji

pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.

f) Pola personal hygiene masalah dan lingkungan

Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana

kebersihan lingkungan apakah memenuhi syarat kesehatan.

9) Data pengetahuan

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan dilakukan

ibu, mengenai jenis – jenis alat kontrasepsi, manfaat dan efek samping.

10) Data Psikologis

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu sehubungan

dengan hubungan pasien dengan suami, keluarga, dan tetangga. Dan bagaimana

pandangan suami dengan alkon yang dipilih apakah mendapat dukungan atau

tidak.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum.

Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum, kesadaran,

tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat digunakan untuk

mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.

2) Pemeriksaan khusus
a) Kepala

Periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi rambut rontok atau

tidak.

b) Mata

Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak,

dan untuk mengetahui kelopak mata cekung atau tidak.

c) Hidung

Diperiksa untuk mengetahui ada polip atau tidak.

d) Mulut

Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak. Dan ada

caries dentis atau tidak.

e) Telinga

Diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi telinga

f) Leher

Diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.

g) Ketiak

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.

h) Dada

Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada saat

respirasi atau tidak.

i) Mammae

Apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti benjolan abnormal atau

tidak.

j) Abdomen

Diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada daerah abdomen

atau tidak.

k) Pinggang
Untuk mengetahi adanya nyeri tekan waktu diperiksa atau tidak.

l) Genitalia

Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba adanya infeksi

kelenjar batholini dan kelenjar skene atau tidak.

m) Punggung

Periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau tidak.

n) Anus

Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.

o) Ekstremitas

Diperiksa apakah ada varises atau tidak , apakah ada odem dan kelainan

atau tidak.

2. Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah

Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa

kebidanan, masalah dan keadaan pasien.

3. Identifikasi diagnosa/diagnosa Potensial

Yaitu mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati kilen

bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah ini benar-benar

terjadi.

4. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera

Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan

yaitu bukan hanya asuhan kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita

tersebut bersama bidan. Beberapa data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu
situasi yang memerlukan tindakan segera, seperti konsultasi atau kolaborasi dengan

dokter.

5. Perencanaan /Intervensi

Lakukan komunikasi terapiutik pada pasien dan merencanakan asuhan kebidanan

sesuai dengan kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan yang rasional

sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai langkah selanjutnya. Perencanaan

berkaitan dengan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.

a. Berkaitan dengan diagnosa kebidanan.

1) Pemberian informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien.

2) Pemberian informasi tentang indikasi dan kontraindikasi alat kontrasepsi.

3) Pemberian informasi tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi.

4) Pemberian informasi tentang cara penggunaan alat kontrasepsi.

b. Berkaitan dengan masalah.

1) Pemberian informasi mengenai proses atau cara kerja alat kontrasepsi.

6. Pelaksanaan/ Implementasi

Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa kebidanan, masalah pasien sesuai

rencana yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara

sistematis, agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan baik dan melakukan

follow up.

a. Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien.

b. Memberikan informasi tentang indikasi dan kontraindikasi alat kontrasepsi.

c. Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi.

d. Memberikan informasi tentang cara penggunaan alat kontrasepsi.

7. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir dari semua tindakan guna mengetahui apa

yang telah dilakukan bidan, apakah implementasi sesuai dengan perencanaan dan

harapan dari asuhan kebidanan yang diberikan.

a. Pasien mengetahui tentang kondisinya.

b. Pasien mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi alat kontrasepsi.

c. Pasien mengetahui tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi.

d. Pasien mengetahui tentang cara penggunaan alat kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai