A
DENGAN GIZI KURANG PADA KELUARGA Ny. S DI RT 003 RW 010
DUSUN BATUR DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN
KABUPATEN SLEMAN
Laporan Individu
Mahasiswa Prodi Magister Terapan Kebidanan
Semester III T.A 2019/2020
Disusun Oleh :
I Gusti Ayu Raras Praminingrum
18710012
1
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui
Tanggal.........................2019
Menyetujui,
Pembimbing I
(Surjani, M.PH)
2
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui
Tanggal.........................2019
Menyetujui,
Pembimbing I
(Surjani, M.PH)
3
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas individu yang berjudul “Asuhan Kebidanan Anak Balita An. A
Dalam penyusunan laporan individu ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada para pembimbing, keluarga Ny. S selaku pasien dan para kader yang telah
memberikan kesempatan dan memberi kemudahan sehingga laporan individu ini dapat selesai
dengan lancar serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
Akhir kata semoga laporan individu ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan
individu ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih.
Penulis
4
DAFTAR ISI
JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 6
A. Latar Belakang 6
C. Manfaat 10
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................28
BAB V PENUTUP 34
A. Kesimpulan 34
B. Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 39
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah
menderita kelainan gizi, Kejadian gizi kurang seperti fenomena gunung es dimana
Tumbuh kembang yang optimal terjadi pada masa balita. Balita merupakan
kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan gizi dan gizi buruk
(Notoatmodjo, 2010). Balita dengan asupan makanan yang baik akan mendapatkan
status gizi yang baik. Jika tidak optimal maka balita akan menderita kekurangan gizi
dan gizi buruk. Kebutuhan gizi untuk anak pada awal masa kehidupannya merupakan
hal yang sangat penting. Kekurangan gizi dapat memberikan konsekuensi buruk yang
kekurangan gizi yang artinya permasalahan ini terjadi dalam populasi yang jumlahnya
sangat besar. Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan
dengan masalah kurang gizi, yang disebabkan melemahnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit. Menurut WHO pada tahun 2010, masalah kesehatan masyarakat sudah
dianggap serius bila angka prevalensi gizi kurang pada kategori prevalensi tinggi
yaitu antara 20% - 29% dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila prevalensi gizi
kurang ≥ 30%.
6
Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi
yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang serta
sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi
nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%), prevalensi kekurangan gizi
pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri
dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan
terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9 % pada tahun
2010, 5,7 % tahun 2013. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah gizi kurang
dan gizi buruk setiap tahunnya dari tahun 2010 hingga tahun 2013.
yang rendah yang menyebabkan kerentanan terhadap penyakit penyakit seperti infeksi
saluran pernafasan, dan diare. Usaha pemutusan rantai kekurangan gizi ini tentunya
dibutuhkan pemetaan yang tepat untuk dapat mengetahui permasalahan utama yang
Dampak jangka pendek dari kasus gizi kurang adalah anak menjadi apatis,
dampak jangka panjang dari kasus gizi kurang adalah penurunan skor IQ, penurunan
rasa percaya diri. Setiap daerah tentunya memiliki penyebab potensial gizi buruk dan
utamanya. Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah
gizi akan berakibat kerusakan yang sulit bahkan mungkin tidak dapat ditolong.
7
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya angka gizi buruk dan gizi
kurang, antara lain faktor kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan orang tua, pola
asuh orang tua, makanan pendamping, penyakit infeksi, keamanan negara, terb
atasnya fasilitas kesehatan, tidak diberikan ASI Ekslusif, Berat Bayi Lahir Rendah
Menurut UNICEF tahun 1998 yang menjadi faktor penyebab langsung dari
masalah gizi yaitu, asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung
yaitu, ketersediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil, dan pelayanan
kesehatan. Pokok masalah penyebab gizi kurang dan gizi buruk yaitu, kemiskinan,
kurang pendidikan, kurang keterampilan, serta yang menjadi akar masalah dari faktor
pada tubuh. Infeksi akut menyebabkan kurangnya nafsu makan dan toleransi terhadap
Zat gizi di dalam makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau tidak mampu
memenuhi kebutuhan tubuh yang seharusnya, sehingga daya tahan tubuh akan
menurun dan memudahkan menderita penyakit infeksi sehingga anak balita tersebut
makanan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang
8
Tingkat pengetahuan ibu sangat mempengaruhi status gizi anak balita, karena
pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan zat gizi berpengaruh terhadap jumlah dan
jenis pangan yang dikonsumsi. Ibu yang cukup pengetahuan gizi akan memerhatikan
kebutuhan gizi yang dibutuhkan anaknya supaya dapat tumbuh dan berkembang
seoptimal mungkin. Sehingga ibu akan berusaha memiliki bahan makanan yang
memilih makanan yang akan berdampak pada asupan gizinya. Bila pengetahuan ibu
semakin baik, maka pola makan balita pun akan semakin baik. Dengan mengikuti
kegiatan posyandu setiap bulan dan majalah atau informasi tentang pengetahuan gizi
balita, maka pengetahuan ibu akan bertambah. Mengikuti kegiatan posyandu seperti
penimbangan berat badan balita akan dapat memantau pertumbuhan anak balita dan
anak balita akan mendapatkan imunisasi secara lengkap yang dapat meningkatkan
mempengaruhi kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Air Dingin Kota Padang, menyimpulkan bahwa yang menjadi faktorfaktor
penyebab gizi kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang
adalah pola asuh ibu, status ekonomi dan pemanfaatan fasilitas kesehatan serta
gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan yaitu tingkat pengetahuan ibu,
tingkat pendapatan keluarga, dan pemberian ASI serta berat bayi saat lahir. Menurut
9
dengan kejadian gizi kurang pada balita di Puskesmas Lubuk Kilangan antara lain,
Dari hasil data pengkajian yang dilakukan pada Ny. S di Dusun Batur, Desa
terdapat balita yang mengalami gizi kurang atas nama An. A dari keluarga Ny. S RT
03 RW 010 sehingga penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut sebagai suatu
bernama Tn. S dan memiliki 2 orang putra. Suami Ny. S dan ibu kesehariannya
bekerja sebagai petani dan sering berada diluar rumah. Anak pertamanya duduk
dibangku SMP dan anak keduanya An. A berusia 3,5 tahun sering dititipkan di PAUD
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
D. Manfaat
Laporan individu ini diharapkan mampu menjadi salah satu metode yang
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Gizi Kurang
karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang
konsumsi makanan yang tidak menyertakan pangan cukup energi, biasanya juga
kurang dalam satu/lebih zat gizi esensial lainnya. Berat badan yang menurun
adalah tanda utama dari gizi kurang. Gizi kurang merupakan kondisi dimana
seseorang tidak memiliki nutrien yang dibutuhkan tubuh akibat kesalahan atau
kekurangan zat gizi secara terus menerus dan menumpuk dalam derajat
Kecukupan Gizi energi dan protein yang dianjurkan utuk balita adalah sebagai
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi dan Protein yang dianjurkan untuk anak balita
(perorang perhari)
11
Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan terjadinya defisiensi atau
defisit energi dan protein dan sering disebut dengan KKP (kekurangan Kalori
Protein). Dalam standar yang ditetapkan oleh Pemerintah, balita gizi kurang
apabila indeks berat badan menurut umur (BB/U) –3 s/d < -2 SD (Wong, 2008;
Penyebab gizi kurang dan gizi buruk secara mendasar terdiri dari dua
hal yakni sumber daya potensial dan sumber daya manusia. Sumber daya
penyakit. Sumber lain menjelaskan beberapa penyebab gizi kurang dan gizi
buruk adalah asupan makanan, penyakit penyerta dan penyakit infeksi, sosial
UNICEF 1998 status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait baik
secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan
dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak
penyebab kurang gizi atau yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah:
1. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang
12
kurang, tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapatkan makanan cukup
baik, tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita
kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup baik, maka
diserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya
dapat menderita kurang gizi. Pada kenyataannya keduanya baik makanan dan
13
3. Dampak Kekurangan Gizi
Dampak kekurangan gizi sangatlah kompleks. Pada anak, hal ini dapat
dibutuhkan otak untuk dapat bekerja dengan baik. Untuk gangguan kognitif
2. Perkembangan sosial
3. Gangguan pertumbuhan
a. Marasmus
14
3) Cengeng, rewel.
tidak ada.
5) Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air besar, serta
penyakit kronik.
sangat rendah.
b. Kwashiorkor
pedis).
dan duduk.
6) Pembesaran hati.
15
9) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah
c. Marasmik - Kwashiorkor
4. Keluarga
perhatian akan terfokus pada perawatan anak sakit akibat kekurangan gizi
keluarga.
B. Gizi Seimbang
1. Pengertian
sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak janin yang masih didalam
kandungan, bayi, anak-anak, remaja dewasa sampai usia lanjut. Ibu atau
calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup
16
sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, agar dapat melahirkan
hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam
jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002).
yang memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi
seimbang. Menu berasal dari kata ”menu” yang berarti suatu daftar yang
seseorang atau sekelompok untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa
hidangan pagi, siang, dan malam. Pola menu seimbang mulai dikembangkan
seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi
vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan
17
kelompok zat gizi tersebut diuraiakan lebih rinci, maka terdapat lebih dari
gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi
makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis
makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Azwar,
2002)
jumlah gizi disesuaikan dengan golongan usia, jenis kelamin, kesehatan, serta
aktivitas fisik. Tak hanya itu, perlu diperhatikan variasi jenis makanan. Bahan
makanan dalam konsep gizi seimbang terbagi atas tiga kelompok, yaitu:
Pemberian nutrisi pada anak harus tepat, yaitu tepat dalam hal-hal
berikut ini:
18
c. Tepat dengan tahap perkembangan anak, artinya kebutuhan kalori anak
C. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga
merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal balik dalam
perkembangan fisik mental, emosional dan social dari tiap anggota keluarga
tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan
yang erat.
19
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
2010)
2. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
b. Fungsi Sosialisasi
adanya interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial. Fungsi ini melatih
c. Fungsi Reproduksi
keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
e. Fungsi Kesehatan
20
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,perawatan
3. Tipe Keluarga
1. Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas
2. Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak
memiliki anak
3. Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan anak yang
4. Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya terdiri dari
1. Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari orang
21
3. Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki persamaan jenis
D. Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada
pemeriksaan fisik.
bersama klien.
22
d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat
individu.
selanjutnya.
langkah yang secara periodik disaring ulang, proses manajemen ini terdiri dari
Potensial.
23
g. Langkah ke VII (ketujuh): Evaluasi
4. Dokumentasi (SOAP)
bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsisp dari metode SOAP ini
a. S (Data Subyektif)
b. O (Data Obyektif)
c. A (Assesment)
24
tindakan segera harus diidentifikasi manurut kewenangan bidan meliputi:
d. P (Planning)
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka
evaluation/evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Subyektif
26
Data Buku KMS : TB An. A 73 cm, LILA 13 cm, IMT 16,41 Kg, dari buku
KMS posyandu setempat An.A berada di grade warna hujau
muda mengarah ke warna kuning.
B. Data Obyektif
Dari data diatas didapat diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. A
C. Assesment
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak Ny.S terutama pada An.A behubungan
kurang.
2. Resiko gangguan tumbuh kembang pada anak Ny. S terutama pada An. A
D. Planning
27
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Data Subyektif
Pada bab ini, menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan keluarga Ny.
S dengan masalah gizi kurang pada An. A dari tahap pengkajian sampai evaluasi.
informasi serta mengukur keaadan klien dan keluarga dengan norma kesehatan
keluarga.
Dari hasil pengkajian didapatkan analisa data subyektif dimana keluarga Ny. S
merupakan tipe keluarga nuclear family atau keluarga inti yaitu merupakan keluarga
yang terdiri atas suami, istri, dan anak. Keluarga Ny. S pula memiliki fungsi keluarga
yaitu fungsi ekonomi dan fungsi kesehatan dimana dapat memenuhi kebutuhan secara
perawatan kesehatan.
Dari hasil data pengkajian yang didapatkan pada data sekunder dari puskesmas
bahwa terdapat balita yang mengalami gizi kurang atas nama An. A berusia 3,5 tahun.
Dari data buku KMS dapat dilihat hasil TB An. A 73 cm, LILA 13 cm, IMT 16,41
28
Kg, dari buku KMS posyandu setempat An.A berada di grade warna hujau muda
Menurut Ny. S anaknya An. A tidak susah makan, mau makan dengan
menghabiskan makanan apapun jenis makanan yang diberikan dan tanpa paksaan.
Selain itu An. A juga tidak terlalu senang minum susu setiap diminum beberapa cc
saja. An. A juga mau mengonsumsi sayur namun hanya sedikit sedikit saja. Ny. S
juga mengatakan anaknya yang pertama juga mempunyai berat badan yang rendah
namun setelah besar dapat tumbuh dengan normal. Dari hasil wawancara dengan Ny.
S, An. A tercatat sebagai anak yang mengalami gizi kurang dan pernah tidak
Dilihat dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada keluarga NY. S,
bahwa pola asuh ibu yang diberikan pada An. A belum maksimal dimana dengan
adanya keterbatasan waktu yang disebabkan oleh pekerjaan orang tua An. A yang
berprofesi sebagai petani membuat Ny. S tidak dapat mengasuh anaknya dengan baik,
An. A setiap hari dititipkan di PAUD setempat sehingga Ny. S tidak dapat
Menurut penelitian Zulfita dan Syofiah (2013) tentang faktor faktor yang
mempengaruhi kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Air Dingin Kota Padang, menyimpulkan bahwa yang menjadi factor-
faktor penyebab gizi kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kota
Padang adalah pola asuh ibu, status ekonomi dan pemanfaatan fasilitas kesehatan
B. Data Obyektif
Dilihat dari data obyektif An. A hasil pemeriksaan fisik An. A terlihat sangat
kurus dan aktif, usia: 3,5 Tahun, BB: 11 Kg, LK: 40 cm. Dari data diatas dapat
29
disimpulkan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Ny. S terutama pada
yang mengalami gizi kurang yang disebabkan oleh kurangnya edukasi dan
gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Cebongan yaitu tingkat pengetahuan ibu,
tingkat pendapatan keluarga, dan pemberian ASI serta berat bayi saat lahir. Menurut
dengan kejadian gizi kurang pada balita di Puskesmas Lubuk Kilangan antara lain,
Dari hasil pengkajian pada keluarga Ny. S dapat penulis dapat menyimpulkan
bahwa beberapa penyebab gizi kurang yang dialami oleh balita An. A yaitu asupan
makanan yang diberikan oleh ibu, sosial ekonomi, pendidikan, persediaan makanan
yang kurang maksimal, perawatan anak sehari-sehari dimana penulis melihat Ny. S
dan suami bekerja pagi hingga sore dan bekerja sering diluar rumah sehinggal hal
tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya gizi kurang pada An. A
Apabila gizi kurang yang dialami An. A tetap dibiarkan maka dapat
berdampak buruk seperti gangguan pada perkembangan mental, sosial, kognitif dan
kebutuhan keluarga, bentuk perhatian akan terfokus pada perawatan anak sakit akibat
kekurangan gizi dan hal itu dapat mengganggu keseimbangan pemenuhan kebutuhan
keluarga.
30
C. Assesment
pada pengkajian yang terdiri dari masalah kebidanan yang berkenaan pada individu
dalam keluarga yang sakit berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda, 2012) pada An. A berhubungan
Diagnosa tersebut dapat diangkat penulis karena pada saat pengkajian An. A
sangat kurus, tidak susah makan, tidak terlalu suka minum susu. Kemudian
berdasarkan data dari posyandu setempat An. A juga tercatat sebagai anak dengan gizi
kurang. Dilihat dari buku KMS posyandu An. A berada digrade warna hijau muda
mengenal masalah gizi kurang. Diagnosa tersebut dapat diangkat penulis karena pada
saat pengkajian keluarga Ny. S mengatakan belum mengetahui mengapa An. A tidak
dapat tumbuh seperti anak seusianya padahal sudah makan sayuran dan makan
D. Planning
Rencana tindakan yang akan penulis lakukan yaitu meberikan pendidikan kesehatan
mengenai Penkes mengenai gizi kurang , Penkes mengenai gizi seimbang, Penkes
31
pemberian makanan dan cara mengolah gizi seimbang, lakukan penimbangan pada
klien, kolaborasi dengan petugas kesehatan atau kader setempat tentang masalah gizi
kurang, anjurkan untuk menciptakan lingkungan agar nafsu makan klien bertambah,
yang akan penulis lakukan adalah berikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian,
penyebab, tanda gejala, dan akibat dari gizi kurang, cara mengatasi gizi kurang,
makanan gizi seimbang secara teratur, jelaskan kepada keluarga mengenai lingkungan
yang sehat, dan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada apabila terjadi
masalah.
E. Implementasi
pendidikan kesehatan tentang gizi kurang yang bertujuan untuk mengatasi masalah
mengenai tahap mengenal masalah dan memutuskan masalah yang dihadapi oleh
keluarga Ny. S. Materi yang diberikan pengenalan masalah antara lain pendidikan
kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda gejala, dan akibat dari gizi kurang,
cara mengatasi gizi kurang, pemberian dan pengolahan gizi seimbang. Sedangkan isi
materi yang diberikan untuk implementasi memutuskan masalah antara lain, tentang
akibat bila gizi kurang terjadi, bagaimana perawatan untuk gizi kurang bila terjadi,
serta penangananya.
bagaimana merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkugan yang sehat,
32
serta pemanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Materi yang diberikan saat
implementasi yang diberikan antara lain untuk bagian bagaimana merawat anggota
yang sakit dan penulis mengajarkan penkes pemberian dan pengolahan gizi seimbang
untuk meningkatkan berat badan dan pemberian diet menu seimbang yang tinggi
F. Evaluasi
gizi kurang adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang
cukup lama. Penyebabnya gizi kurang penyebab langsung contohnya diare dan pilek,
tingkat pendidikan dan pengetahuan. Tanda dan gejalanya tampak sangat kurus,
lemas. Cara mengatasi masalah gizi kurang dengan cara pemberian gizi seimbang,
caraya dengan memberikan makanan yang brgizi, banyak sayur, buah, dan makanan
tinggi kalori dan protein serta pemberian dan cara pengolahan gizi seimbang.
Keluarga juga dapat menjawab semua pertanyaan dan memahami materi yang
disampaikan.
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosa yang muncul dari dari hasil pengkajian diatas adalah Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Ny. S terutama pada An. A
mengalami kurang gizi dan kurang pengetahuan pada keluarga Ny. S terutama
gizi kurang.
dan keluarga paham dan mengerti. Implementasi juga dapat berjalan sesuai
kriteria dan standar dimana klien dan keluarga mengerti dan dapat
melaksanakannya.
teori tetapi tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh penulis pada pengelolaan
klien dan keluarga karena situasi dan kondisi klien dan keluarga serta kebijakan
B. Saran
34
Camgkringan, maka saran yang dapat diberikan untuk dijadikannya pengalaman
mungkin.
b. Bidan
c. Penulis
Untuk penulis selanjutnya yang terkait dengan kasus kurang gizi pada asuhan
mendekati sempurna.
d. Institusi Pendidikan
serta pemahaman persepsi dari berbagai pihak perlu dikaji kembali, sehingga
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol 1,
No. 1.
Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Kahleen, R.M.
2009. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Pelayanan Fasilitas Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Harnilawati. (2013). Konsep dan proses Keperawatann Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka
As Salamm
Irawan, Roedi. (2006) Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi
Modisco di RSU Dr.Soetomo Surabaya. Sari Pediatri Vol:8. Nomor:3 Desember 2006:
226-230
Istiana, Murah. (2014) Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Gizi Kurang keluarga
Tn.S terutama pada An.R di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Sukoharjo. KTI.
Surakarta : FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta
Judith M. Wilkinson. (2012) Buku Saku Diagnosis Keperawatan, NANDA NIC NOC. Edisi
ke-5. Jakarta : EGC
Kemenkes RI. (2012). Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indnesia. Jakarta : Kemenkes RI; 2015
Kesehatan kementrian Kesehatan Indonesia. Jakarta: Riset Kesehatan Dasar.
Lastanto. (2015). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Balita Gizi Kurang di
Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan. Skripsi. STIKES Kusuma Husada
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Merdawati, Leni. (2008) Upaya Perbaikan Gizi Balita Melalui Gerakan Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI) di RW 01 Kelurahan Gurun, Padang. Warta Pengambidan Andalas
Vol:14. Nomor:21 Desember 2008: 196-201
Muhlisin, Abi. (2012) Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing Nugroho,
Reihan. (2006) Faktor Penyebab Gizi Buruk. Diakses tanggal 27 April 2006 dari
http://www.tipspengetahuan.com/faktor-faktor-penyebab-giziburuk-anak-698.html
Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Riset Kesehatan Dasar Badan penelitian dan Pembangunan
Riski, Muhammad. (2013) Kelebihan dan Kekurangan Metode Wawancara. Diakses tanggal
10 Mei 2013 dari http://www.masterjurnal.com/kelebihan-dan-kekurangan-
metodewawancara-dalam-penelitian.html
Santoso, Soegeng. (2009) Kesehatan dan Gizi. Jakarta : PT Asdi Mahasatya Saputra, Wiko.
(2012) Faktor Demografi dan Gizi Buruk dan Gizi Kurang. Tanjung Biru Research
Institude Vol:2. Nomor :12 Desember 2012: 95- 101
37
Sodikin, (2013) Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta:
Salemba Medika Supariasa, Bakri, Ibnu Fajar. (2005) Penilaian Status Gizi. Jakarta :
EGC
Sediaoetama, A. D. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Dian Rakyat
Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional.
Suhardjo. 2005. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutomo, B & Anggraini, D. Y. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta: Demedia
Stuart, G.W. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 5. EGC, Jakarta
UNICEF. 1998. Nutrition Essentials. A Guide For Health Managers.
UNICEF. 2013. Improving Child Nutrition. New York: Division of Comunication UNICEF.
Uripi, V. 2004. Menu Sehat Untuk Balita. Jakarta: Puspa Swara
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi I. Jakarta. EGC.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
Watloly, A. 2002. Tanggung Jawab Pengetahuan. Penerbit Kanisius: yogjakarta
Widjaja. 2002. Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG). 2004. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia: Jakarta.
World Health Organization. (2008) Data Gizi Buruk menurut WHO Tahun 2008. Diakses
tanggal 02 Mei 2011 dari http://www.ilmukesehatan.com/artikel/data-gizi-buruk-
menurut-who.html.
Yulianti, Rita. (2006) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto
Zulfita dan Putri Nelly Syofiah. 2013. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Gizi
Kurang Buruk Pada Balita. Stikes Mercu bakti jaya Padang.
38
LAMPIRAN
39
40