OLEH :
022EAKKB018
DIII KEBIDANAN
2. Konsistensi Uterus
Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada
garis tengah dari pertengahan symphysis dan umbilikus. Untuk
membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan massase agar
uterus tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat.
Menyusui merupakan metode efektif untuk meningkatkan tonus
uterus, selain itu dapat dilakukan dengan cara mempertahankan
massase ringan yang juga dapat mengurangi perdarahan.
3. Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan
sebanyak satu pembalut perempuan per jam, 6 jam pertama atau
seperti darah haid yang banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini
atau lebih dari normal identifikasi penyebab yaitu apakah ada laserasi
pada vagina atau serviks, apakah uterus berkontraksi dengan baik,
atau apakah kandung kemih kosong.
4. Lochea
Loche (Darah Nifas) adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
yang dikeluarkan pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa/
alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea ini
biasanya berbau anyir/amis.
Jenis-jenis Lochea:
- Lochea Rubra: berwarna merah, berisi darah segar, sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa amnion, lanugo, vernix
casiosa, dan mekonium. Lochea rubra biasanya terjadi pada hari ke
1-2 post partum.
- Lochea Sanguinolenta: berwarna merah kekuningan, berisi darah
dan lendir. Lochea Sanguinolenta biasanya terjadi pada hari ke 3-7
post partum.
- Lochea Serosa: berwarna kuning, biasanya cairan sudah tidak
berdarah lagi. Lochea Serosa biasanya terjadi pada hari ke 8-14
post partum.
- Lochea Alba: berwarna putih, mengandung leukosit, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea Alba
biasanya terjadi setelah 2 minggu post partum.
- Lochea Purulenta: keluarnya cairan seperti nanah, berbau busuk,
dan telah terjadi infeksi.
- Locheostasis: jika lochea tidak lancar keluarnya.
5. Perinium
Perinium dievaluasi untuk melihat adanya odema, memar, dan
pembentukam hematoma serta untuk memeriksa apakah adanya
perdarahan pada jahitan perinium.
6. Kandung Kemih
Jika kandung kemih penuh dengan air kencing, uterus tidak
dapat berkontraksi dengan baik. Jika uterus naik di dalam abdomen
dan tergeser ke samping, ini biasanya merupakan pertanda bahwa
kandung kemih penuh. Bantu ibu untuk bangun dan coba apakah ia
bisa buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil, bantulah ibu agar
merasa rileks dengan meletakkan jari-jarinya di dalam air hangat,
mengucurkan air ke atas perinium, dengan menjaga privasinya. Jika ia
tetap tidak dapat kencing, lakukan kateterisasi. Setelah kandung kemih
kosong, uterus akan dapat berkontraksi dengan baik. Jika kandung
kemih penuh, uterus berkontraksi dengan tidak baik dan akan
mengganggu proses involusi.
https://lusa.afkar.id/kala-iv
https://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/pemantauan-selama-kala-iv.html?m=1
Manuaba, Ida bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.