Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI PERSALINAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI KALA IV

OLEH :

NI PUTU ANGGUN PRATIWI

022EAKKB018

DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KARTINI BALI


TAHUN 2019
PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT KALA IV

A. Pemantauan Dan Evaluasi Lanjut Kala IV


Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa
post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu
akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya terjadi dalam 6
jam post partum. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan
eklamsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit
pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. Selama
1 jam pertama setelah persalinan, tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea,
perinium, dan kandung kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur sampai
semua stabil dalam kisaran normal.
1. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah
Tekanan darah normal <140/90 mmHg. Bila TD <90/60
mmHg, Nadi >100 x/menit (terjadi masalah). Masalah yang
timbul kemungkinan adalah demam atau pendarahan. Sedikit
berubah atau menetap, sistol dan diastole dapat meningkat
sedikit hingga 4 hari post partum.
b. Suhu
Suhu >38°C (identifikasi masalah), kemungkinan
terjadi dehidrasi ataupun infeksi. Normal <38°C, 24 jam
pertama dapat mencapai 38°C karena efek dehidrasi persalinan
(karena persalinan lama atau tidak cukup minum) atau adanya
infeksi.
c. Nadi
Setelah melahirkan Nadi <100 x/menit karena
kelelahan. Frekuensi semakin meningkat >100 x/menit dapat
menunjukkan hipovolemia karena pendarahan.
d. Pernafasan
Bila suhu dan denyut nadi tidsk normal, maka
pernafasan akan mengikutinya. Pernafasan normal, teratur,
cukup dalam frekuensi 18 x/menit. Fungsi pulmonal kembali
ke status sebelum hamil selama 6 bulan post partum.

2. Konsistensi Uterus
Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada
garis tengah dari pertengahan symphysis dan umbilikus. Untuk
membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan massase agar
uterus tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat.
Menyusui merupakan metode efektif untuk meningkatkan tonus
uterus, selain itu dapat dilakukan dengan cara mempertahankan
massase ringan yang juga dapat mengurangi perdarahan.

3. Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan
sebanyak satu pembalut perempuan per jam, 6 jam pertama atau
seperti darah haid yang banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini
atau lebih dari normal identifikasi penyebab yaitu apakah ada laserasi
pada vagina atau serviks, apakah uterus berkontraksi dengan baik,
atau apakah kandung kemih kosong.

4. Lochea
Loche (Darah Nifas) adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
yang dikeluarkan pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa/
alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea ini
biasanya berbau anyir/amis.
Jenis-jenis Lochea:
- Lochea Rubra: berwarna merah, berisi darah segar, sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa amnion, lanugo, vernix
casiosa, dan mekonium. Lochea rubra biasanya terjadi pada hari ke
1-2 post partum.
- Lochea Sanguinolenta: berwarna merah kekuningan, berisi darah
dan lendir. Lochea Sanguinolenta biasanya terjadi pada hari ke 3-7
post partum.
- Lochea Serosa: berwarna kuning, biasanya cairan sudah tidak
berdarah lagi. Lochea Serosa biasanya terjadi pada hari ke 8-14
post partum.
- Lochea Alba: berwarna putih, mengandung leukosit, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea Alba
biasanya terjadi setelah 2 minggu post partum.
- Lochea Purulenta: keluarnya cairan seperti nanah, berbau busuk,
dan telah terjadi infeksi.
- Locheostasis: jika lochea tidak lancar keluarnya.

5. Perinium
Perinium dievaluasi untuk melihat adanya odema, memar, dan
pembentukam hematoma serta untuk memeriksa apakah adanya
perdarahan pada jahitan perinium.

6. Kandung Kemih
Jika kandung kemih penuh dengan air kencing, uterus tidak
dapat berkontraksi dengan baik. Jika uterus naik di dalam abdomen
dan tergeser ke samping, ini biasanya merupakan pertanda bahwa
kandung kemih penuh. Bantu ibu untuk bangun dan coba apakah ia
bisa buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil, bantulah ibu agar
merasa rileks dengan meletakkan jari-jarinya di dalam air hangat,
mengucurkan air ke atas perinium, dengan menjaga privasinya. Jika ia
tetap tidak dapat kencing, lakukan kateterisasi. Setelah kandung kemih
kosong, uterus akan dapat berkontraksi dengan baik. Jika kandung
kemih penuh, uterus berkontraksi dengan tidak baik dan akan
mengganggu proses involusi.

7. Perkiraan Darah Yang Hilang


Sangat sulit untuk memeperkirakan kehilangan darah secara
tepat karena darah bercampur dengan cairan ketuban atau urine dan
mungkin juga terserap handuk, kain atau sarung ibu. Tak mungkin
menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan jumlah
sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah
diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakkan
wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah,
bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan cerminan
asuhan sayang ibu karena berbaring diatas wadah atau pispot sangat
tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusukan
bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan
melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa
banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut. Jika
darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter darah. Jika
darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah.
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara menilai
kondisi ibu. Sedangkan cara tak langsung mengkur jumlah kehilangan
darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila
perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi
sebelumnya maka telah terjadi pendarahan lebih dari 500 ml. Bila ibu
mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50%
dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml). Penting untuk selalu
memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu
selama kala IV melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan
kontraksi uterus.

B. Pemantauan Keadaan Umum Ibu


Setelah lahirnya plasenta:
1) Lakukan massase uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara
melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar
dengan pusat atau lebih bawah dari pusat misalnya dua jari bisa
diletakkan di bawah pusat dan fundus uteri, disebut dua jari di bawah
pusat.
3) Perkirakanlah kehilangan darah secara keseluruhan.
4) Periksa perinium dari perdarahan aktif, misalnya apakah dari laserasi
atau episiotomy.
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum.
6) Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di
halaman belakang patograf segera setelah asuhan diberikan atau
setelah penilaian dilakukan.

C. Selama Dua Jam Pertama Pasca Persalinan


1. Pemantauan tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan
darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap
30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang
tidak normal, tingkat frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
2. Massase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap
15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan
frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
3. Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pasca
persalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa
yang diperlukan.
4. Nilai pendarahan. Periksa perinium dan vagina setiap 15 menit selama
satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala
empat.
5. Ajarkan ibu dan keluarga tentang bagaimana menilai kontraksi uterus
dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan massase jika
uterus menjadi lembek
6. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu
agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga
agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik,
kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi
ASI.
7. Lakukan asuhan esendial bagi bayi baru lahir. Jangan gunakan kain
pembebat perut selama dua jam pertama pasca persalinan atau hingga
kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut menyulitkan penolong
untuk menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika kandung kemih
penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan
anjurkan untuk mengosongkannya setiap kali mulai penuh. Ingatkan
ibu bahwa keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia
melahirkan bayinya. Jika ibu tak dapat berkemih, bantu ibu dengan
cara menyiramkan air bersih dan hangat ke periniumnya. Berikan
privasi atau masukkan jari-jari ibu ke dalam air hangat untuk
merangsang keinginan ibu agar berkemih secara spontan.
Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat berkemih
secara spontan, mungkin perlu dilakukan kateterisasi. Jika kandung
kemih penuh atau dapat dipalpasi, gunakan teknik aseptik saat
memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan
kandung kemih. Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan
massase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.
Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri
dan keluarga mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah
darah yang keluar. Ajarkan pada mereka bagaimana mencari
pertolongan jika aada tanda-tanda bahaya seperti:
- Demam
- Pendarahan aktif
- Keluar banyak bekuan darah
- Bau busuk dari vagina
- Pusing
- Lemas luar biasa
- Penyulit dalam menyusukan bayinya
- Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi
biasa.
DAFTAR PUSTAKA

https://lusa.afkar.id/kala-iv

https://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/pemantauan-selama-kala-iv.html?m=1

Manuaba, Ida bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai