Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PERSALINAN

MAHASISWA SEMESTER III

OLEH:

NI KADEK DIAH MARIANI

021EAKKB018

POLITEHNIK KESEHATAN KARTINI BALI


A. MELAKUKAN PENJAHITAN LUKA EPISIOTOMI/LASERASI

Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan


terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal,
otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.Episiotomi adalah torehan
dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perienium totalis.

Di masa lalu, dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya
adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata
sehingga mudah dilakukan penjahitan (reparasi), mencegah penyulit atau tahanan pada
kepala dan infeksi tetapi hal tersebut ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
cukup (Enkin et al, 2000; Wooley, 1995). Tetapi sebaliknya, hal ini tidak boleh diartikan
bahwa episiotomi tidak boleh dilakukan karena ada indikasi tertentu untuk melakukan
episiotomi (misalnya, persalinan dengan ekstraksi cunam, distosia bahu, rigiditas
perineum, dsb). Para penolong persalinan harus cermat membaca kata rutin pada
episiotomi karena hal itulah yang tidak dianjurkan, bukan episiotominya.

Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan :


1. Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan berisiko hematoma
2. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin
dibandingkan dengan tanpa episiotomi.
3. Meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum
4. Meningkatnya resiko infeksi.
 Tujuan
1. Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam,
sedangkan,ruptur perineum yang spontan bersifat luka koyak dengan dinding luka
bergerigi. Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit dan sembuh dengan
sempurna.
2. Mengurangi tekanan pada kepala anak.
3. Mempersingkat kala II.
4. Episiotomi lateralis dan mediolateralis mengurangi kemungkinan ruptur
perineum totalis.
 Indikasi
Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun pihak janin.
1. Indikasi janin.
 Sewaktu melahirkan janin premature. Tujuannya untuk mencegah terjadinya
trauma yang berlebihan pada kepala janin.
 Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan cunam,
ekstraksi vakum, dan janin besar.
2. Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi
robekan perineum, umpama pada primipara, persalinan sungsang, persalinan
dengan cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar.
Namun indikasi sekarang yang digunakan untuk melakukan episiotomi telah banyak
berubah. Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi
bila didapatkan :
1. Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan.
2. Penyulit kelahiran pervaginam ( sungsang, distosia bahu, ekstraksi cunam
(forcep) atau ekstraksi vakum )
3. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan
persalinan

Ada empat macam episiotomi, yaitu sebagai berikut:


a. Episiotomi medialis yang dibuat di garis tengah.
b. Episiotomi mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi anus.
c. Episiotomi lateralis, 1-2 cm di atas komisura posterior ke samping.
d. Episiotomi Schuchardt, kalau kita melihat ruptur perineum atau episiotomi
medialis yang melebar sehingga mungkin menjadi ruptur perineum totalis, maka
kita gunting ke samping.

 Teknik menjahit robekan perineum


1. Tingkat I :
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan memakai
catgut yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka
delapan (figure of eight)
2. Tingkat II :
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun tingkat III,
jika dijumpai pinggir yang tidak rta atau bergerigi, maka pinggir be rgerigi tersebut
harus diratakan terlebih dahulu.pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-
masing diklem terlebih dahulu Kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata,
baru dilakukan penjahitan luka robekan. Mula-mula otot-otot dijahit denbgan
catgut. Kemudian selaput lendir vgina dijahiot dengan catgut secra terputus-putus
atau jelujur. Penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan .terakhir
kulit pwerineum dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.
3. Tingkat III :
Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian fasia peirektal dan
fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali.
Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem dingan
klem pean lurus. Kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromil sehingga
bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat II.
4. Tingkat IV :
Pasien dirujuk ke fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai.
Teknik jahitan jelujur

Keuntungan teknik jelujur


1. Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis dan satu atau dua jenis simpul).
2. Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan
3. Menggunakan lebih sedikit jahitan.
B. ANASTESI LOCAL dan PRINSIP PENJAHITAN PERINEUM
Anestasi local, prinsip penjahitan perineum Episiotomi adalah suatu tindakan
operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput
dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit
depan perineum. Episiotomi adalah pengguntingan jaringan yang terletak di antara
lubang kemaluan (vagina) dan lubang pelepasan (anus).
Tujuannya untuk memperlebar jalan lahir sehingga memudahkan proses lahirnya
bayi. Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke bawah,
menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia pervis, muskulus
konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan terkadang ikut terpotong serat
dari muskulus levator ani. Episiotomi adalah sayatan pada bagian perineum—area
antara anus dan vagina-untuk melebarkan saluran lahir bilamana dianggap perlu guna
menghindari kerobekan vagina pada saat melahirkan. Prosedur ini dilakukan dokter
karena robekan justru lebih sakit dan lebih lambat sembuh ketimbang sayatan yang
ditutup dengan jahitan. Episiotomi adalah insisi bedah ke dalam perineum dan vagina
dengan indikassi obstetrik. (Dorland, 1998) .
Berikan anastesi lokal pada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi
atau episiotomi. Penjahitan sangat menyakitkan dan menggunakan anastesi lokal
merupakan asuhan sayang ibu. Jika ibu menggunakan anastesi lokal saat dilakukan
episiotomi, lakukan pengujian luka untuk mengetahui bahwa anastesi masih bekerja.
Sentuh luka dengan jarum yang tajam atau cubit dengan forseps atau cunam. Jika ibu
merasa tidak nyaman, maka ulangi lagi pemberian anastesi lokal sebelum penjahitan.
1. Manfaat dan Tujuan

Manfaat dan tujuan anestesi local pada penjahitan laserasi perineum adalah sebagai
berikut.
a. Salah satu dari penerapan asuhan sayang ibu.penjahitan sangat menyakitkan
pasien,dengan pemberian anestesi local maka rasa sakit ini dapat diatasi.
b. Memberikan pengalaman yang memuaskan bagi pasien sehingga proses adaptasi
psikologis masa nifas tidak terganggu dengan pengalaman yang tidak menyenangkan
saat persalinan.
c. Memberikan konsep yang positif tentang bidan bagi pasien.

2. Peralatan
Gunakan tabung suntik satu kali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4 cc.
Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar dapat digunakan, tetapi
jarum harus berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang memerlukan
anastesi. Obat standar yang digunakan untuk anastesi lokal adalah 1% lidokain tanpa
epineprin (silokain). Jika lidokain 1% tidak tersedia, gunakan lidokain 2% dengan
dilarutkan terlebih dahulu dengan air steril dengan perbandingan 1 : 1 (sebagai contoh,
larutkan 5 ml lidokain 2% dengan 5 ml air steril untuk membuat larutan lidokain 1%).

3. Langkah-langkah
Langkah-langkah pemberian anastesi lokal adalah sebagai berikut.
1. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu ibu untuk merasa santai atau
rileks.
2. Isap 10 ml larutan lidokain 1% ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml (jika
diperlukan boleh digunakan tabung yang lebih besar), jika lidokain 1% tidak ada,
boleh menggunakan lidokain 2%, tetapi dilarutkan dulu dengan perbandingan 1:1).
3. Tempelkan/pasang jarum suntik ukuran 22 pada tabung suntik tersebut.
4. Tusukkan jarum ke ujung atau pojok luka (laserasi), tarik jarum sepanjang tepi luka
(ke arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum).
5. Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada
dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik, jangan teruskan
penyuntikan dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan suntikan
kembali.
Alasan: Ibu dapat mengalami kejang dan kematian bila lidokain disuntikkan ke
dalam pembuluh darah.
6. Suntikan anestesi sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik
perlahan-lahan.
7. Tarik jarum sampai ke bawah tempat di mana jarum tersebut disuntikkan.
8. Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah empat.Tusuk
jarum untuk ketiga kalinya sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapat anastesi
lokal. Ulangi proses ini di sisi lain luka tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan
kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk mendapatkan anastesi yang cukup.
9. Tunggu selama dua menit dan biarkan anastesi tersebut bekerja dan kemudian uji
daerah yang dianastesi dengan cara mencubit dengan forsep atau disentuh dengan
jarum yang tajam.Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu dua menit
lagi dan kemudian uji kembali sebelum mulai menjahit luka.

Prinsip DasarPenjahitan Perineum


Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan pada saat melakukan penjahitan luka
episiotomi atau laserasi perineum adalah sebagai berikut.
1. Bidan memiliki penglihatan yang baik terhadap lapang kerja penjahitan perineum
2. Posisi pasien memungkinkan bidan dapat dengan nyaman dan leluasa melakukan
penjahitan, yaitu litotomi. Jika diperlukan dapat ditambahkan pengganjal dibawah
bokong dengan ketebalan beberapa cm
3. Penggunaan cahaya yang cukup terang.
4. Anatomi dapat dilihat dengan jelas.
5. Teknik yang steril.
a. Menggunakan sarung tangan ekstra diatas sarung tangan steril yang telah dikenakan
sebelumnya. Tujuannya untuk menghindari kontaminasi ketika melakukan
pemeriksaan rectum, dan setelah selesai melakukan pemeriksaan rectum sarung
tangan ekstra ini segera dibuang
b. Mengatur posisi kain steril di area rectum dan dibawahnya sampai dibawah
ketinggian meja atau tempat tdur untuk mengupayakan area yang tidak
terkontaminasi jika benang jatuh kearea tersebut dan menyeka apapun yang terdapat
ditempat tersebut
6. Tindakan cepat.
7. Aseptik dan antisepsis pada daerah episiotomi.
8. Jika luka episiotomi meluas, tangani seperti robekan derajat III dan IV.
9. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan catgut cromic 2-0.
10. Mulai dari sekitar 1 cm di atas puncak luka episiotomi sampai pada batas vagina.
11. Gunakan pinset untuk menarik jarum melalui jaringan vagina.
12. Jahit otot perineum dengan benang 2-0 secara interuptus.
13. Jahit kulit secara intruptus dan subkutikuler dengan benang 2-0.
14. Bekerja hati-hati.
15. Hati-hati jangan sampai kasa/kapas tertinggal dalam vagina.
16. Penjelasan dan pendekatan yang peka terhadap perasaan ibu selama tindakan.
17. Pentingnya tindak lanjut jangka panjang untuk menilai teknik dan pemilihan bahan
untuk penjahitan.
18. Pencegahan trauma lebih lanjut yang tidak perlu pada jaringan insisi. Contoh-contoh
trauma lebih lanjut yang tidak perlu, seperti berikut :
a. Penggunaan jarum bermata (berlubang) yang menggunakan dua helai benang
menembus jaringan
b. Penggunaan jarum dan benang dengan ukuran yang lebih besar dari pada yang
diperlukan
c. Penggunaan jarum potong traumatic yang tidak tepat, bukan jarum bundar atraumatik
Jarum potong berbentuk segitiga dan setiap sisinya memiliki sisi pemotong. Jarum ini
akan menyebabkan trauma yang lebih besar dari pada jarum yang berbentuk bundar.
Jarum bundar ini memiliki titik runcing dan akan melewati jaringan lunak lebih
mudah dengan trauma yang lebih sedikit
d. Jumlah pungsi (penusukan) jarum berlebihan yang tidak perlu terjadi, dapat
disebabkan oleh salah satu hal dibawah ini:
e. Penempatan jahitan yang salah sehingga perlu diangkat atau dijahit lagi
f. Terlalu banyak jahitan dan terlalu rapat
g. Stranggulasi jaringan karena jahitan yang terlalu ketat. Stranggulasi jaringan
mengurangi kekuatan jaringan dan jika jahitan terlalu ketat menyebabkan sirkulasi
tidak adekuat bahkan dapat menyebabkan jaringan tanggal (lepas)
h. Tindakan berulang menyentuh dan membersihkan luka yang tidak perlu
Tujuan dari dilakukannya penjahitan pada laserasi perineum adalah menyatukan
kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu memastikan
hemostatis. Setiap dilakukan penusukan jarum saat menjahit, kita sama saja membuat
suatu luka baru pada jaringan, oleh karena itu upayakan jahitan sesedikit mungkin
namun dengan hasil perapatan jaringan semaksimal mungkin.
Secara umum prosedur untuk menjahit episiotomi sama dengan menjahit laserasi
perineum. Jika episiotomi telah selesai, lakukan penilaian secara hati-hati untuk
memastikkan lukanya tidak meluas. Semaksimal mungkin, gunakan jahitan jelujur.
Jika ada sayatan yang terlalu dalam hingga mencapai otot, mungkin diperlukan
penjahitan secara terputus untuk merapatkan jaringan.
YAYASAN KARTINI BALI

POLITEKNIK KESEHATAN KARTINI BALI

Jln. Piranha No 2 Pegok Sesetan Denpasar. Telp (0361) 720471

E-mail :info@politeknikkesehatankartinibali.ac.id

Web :www.politeknikkesehatankartinibali.ac.id

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PIJAT BAYI


NO KETERAMPILAN MAHASISWA
1 2 3 4 5
PERSIAPAN PENJAHITAN
1. Cuci tangan dengan seksama dan gunakan sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika
sudah terkontaminasi, atau jika tertusuk jarum atau peralatan
tajam lainnya.
2. Dekatkan peralatan untuk melakukan penjahitan :

 Dalam wadah set partus masukkan : sepasang sarung


tangan, pemegang jarum, jarum jahit, chromic catgut atau
catgut no. 2/0 atau 3/0, pinset
 Buka alat suntik 10 ml sekali pakai, masukkan ke dalam
wadah set partus
 Patahkan tabung lidokain ( lidokain 1% tanpa epinefrin) -
perkirakan volume lidokain yang akan digunakan-
sesuakain dengan besar/dalamnya robekan. Bila tidak
tersedia larutan jadi lidokain 15 dapat digunakan lidokain
2% yang diencerkan 1:1 dengan menggunakan akuades
steril.
3. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan
posisi litotomi.
4. Pasang kain bersing di bawah bokong ibu
5. Atur lampu sorot/senter ke arah vulva/perineum ibu
6. Pakai satu sarung tangan
7. Isi tabung suntik 10 ml dengan lidokain 1% tanpa epinerfin
8. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan
9. Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari
darah atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan dalamnya
robekan pada daerah perineum
ANASTESI LOKAL
10. Beritahu ibu akan disuntik dan mungkin timbul rasa nyaman
11. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum,
masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang tepiluka.
12. Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila
ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi
lagi aspirasi ( cairan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh
darah dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur).
13. Suntikan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik pada
tepi luka darah perineum
14. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum
suntik sepanjang tepi luks mukosa vagina, lakukan aspirasi,
suntikan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik.
(Bila robekan besar dan dalam, anastesi daerah bagian dalam
robekan - alur suntikan anastesi akan berbentuk seperti kipas :
tepi perineum, dalam luka, tepi mukosa vagina).
15 Lakukan langkah no. 11 s/d 14 untuk kedua tepi robekan.
16. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk
mendapatkan hasil optimal dari anestesi
PENJAHITAN ROBEKAN
17 Setelah memberikan anastesi lokal dan memastikan bahwa
bahwa daerah tersebutsudah di anastesi, telusuri dengan hati-
hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan
batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan
mana yang terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan
bagaimana cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah.
18 Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci
pemegang jarum.
19. Pasang benang jahit (chromic 2-0) pada mata jarum.
20. Lihat dengan jelas batas luka episiotomi.
21. Lakukan penjahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas puncak
luka robekan di dalam vagina, ikat jahitan pertama dengan
simpul mati.potong ujung benang yang bebas ( ujung benang
tanpa jarum) hingga tersisa kurang lebih 1 cm.
22 Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur
hingga tepat di belakang lingkaran himen .

Bila menggunakan benang plain cat gut, buat simpul mati


pada jahitan jelujur di belakang himen.
23 Tepat sebelum lingkaran himen, masukkan jarum ke mukosa
vagina lalu ke bawah dari lingkaran himen sampai jarum ada
di bawah alur laserasi. Periksa bagian antara jarum di
perineum dan bagian atas laserasi.perhatikan seberapa dekat
jarumke puncak luka.

Bila robekan yang terjadi sangat dalam

 Lepaskan jarum dari benang


 Ambil benang baru dan pasang pada jarum
 Buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam untuk
menghindari rongga bebas/ dead space
 Gunting sisa benang
 Pasang kembali jarum pada benang jahitan jelujur semula

24. Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunkan


jahitan jelujur, hingg mencapai bagian bawah laserasi.
Pastikan bahwa jarak setiap jaritan sama dan otot yang terluka
telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkinperlu
untuk melakukan satu atau dua lapis jaritan yang terputus-
putus untuk menghentikan peredaran dan/atau mendekatkan
jaringan tubuh secara efektif.
25. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarumkeatas dan
teruskan penjahitan, menggunakan jahitan jelujur untuk
menutup lapisan subkutikuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan
lapisan kedua. Periksa lubang khas jarum tetap terbuka
berukuran 0.5 cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan
sendirinya pada saat penyembuhan luka
26 Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina.
Jarum harus keluar dari belakang lingkaran hymen
27 Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong
ujung benang dan sisakan sekitar 1.5 cm. Jika ujung benang
dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan
membuka
28 Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan
bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal didalam
29 Masukkan jari paling kecil kedalam anus dengan lembut. Raba
apakah ada jahitan pada rectum. Jika tidak ada jahitan yang
teraba, ulangi pemeriksaan rectum 6 minggu pasca persalinan.
Jika penyembuhan belum sempurna (terjadi fistula rectovagina
atau inkontinensia alvi atau feses), segera rujuk ibu ke fasilitas
kesehatan rujukan.
30 Cuci area genetalia secara lembut dengan sabun dan air DTT,
keringkan. Bantu ibu mencari posisi yag lebih aman
31. Nasehati ibu untuk :

a. Menjaga perineumnya selalu kering dan bersih


b. Hindari menggunakan obat-obatan tradisional pada
perineumnya.
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih
mengalir tiga sampai empat kali perhari
d. Periksa ulang setelah seminggu untuk memeriksa
penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal
jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan
yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah
tersebut menjadi lebih nyeri.

Anda mungkin juga menyukai