Anda di halaman 1dari 8

Melakukan Episiotomi sesuai Indikasi

a. Pengertian Episiotomi
Episiotomy adalah sebuah irisan bedah melalui perineum yang dilakukan unuk
memperlebar vagina dengan maksud untuk membantu proses kelahiran bayi. Perlebaran
ini dapat dilakukan di garis tengah atau dari sebuah sudut dari ujung belakang dari vulva,
dilakukan di bawah bius lokal dan dijahit kembali setelah melahirkan.

Episiotomi dilakukan untuk mencegah robekan yang luas dan tidak beraturan pada
daerah perineum. Keuntungan dilakukannya episiotomi, robeknya lebih mudah dijahit dan
hasilnya lebih bagus. Sedangkan kerugiannya, ada kemungkinan terjadi robekan yang
meluas sampai ke anus jika epsiotomi dilakukan tidak benar. Kemungkinan lain adalah
nyeri setelah melahirkan serta nyeri saat berhubungan intim.

b. Jenis Episiotomi
 Episiotomi mediolateralis
Merupakan insisi perineum kearah bawah, tetapi menjauhi rektum, selain itu
dapat juga kearah kanan atau kiri tergantung tangan dominan yaang digunakan oleh
penolong. Episotomi mediolateralis memotong sampai titik tendineus pusat
perineum, melewati bulbokavernosus dan otot-otot tranversus perinei supervisialis
dan profunda, kemudian kedalam otot pubokoksigeus ( levator ani ). Banyaknya otot
pubokosigeus yang dipotong tergantung pada panjang dan kedalaman insisi. Pada
epsiotomi medialateralis penolong diharapkan agar berhati-hati untuk memulai
potongan pada aspek lateral fourchete atau mengarahkan potongan terlalu jauh ke sisi
lateraal sebagai upaya menghindari kelenjar bartholin di sisi tersebut.
Episiotomi mediolateral paling sering digunakan karena relatif lebih aman untuk
mencegah perluasan ruptur perineum ke arah derajat tiga dan empat. Pada episiotomi
ini kehilangan darah akan lebih banyak dan perbaikan lebih sulit, serta lebih nyeri
dibandingkan episiotomi median.
Pengguntingan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk
mencegah ruptur perineum tingkat tiga. Perdarahan luka lebih banyak karena
melibatkan daerah yang lebih banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum
terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedekimikian
rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

 Episiotomi Medialis
Pengguntingan yang dimulai pada garis tengah komisura posterior lurus kebawah,
tetapi tidak sampai mengebai serabut sfingter ani. Episiotomi medialis merupakan
insisi pada garis tengah perineum kearah rektum, yaitu ke arah titik tendensius
perineum, memisahkan dua sisi otot perineum bulbokavernosus. Otot transversus
perinei profunda juga dapat dipisahkan, bergantung pada kedalaman insisi.
Episiotomi ini efektif, lebih mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri timbul lebih
ringan. Terkadang juga dapat terjadi perluasan ruptur perineum derajat tiga dan
empat, namun penyembuhan primer dan perbaikan ( jahitan ) yang baik akan
memulihkan tonus otot sfingter. Keuntungan dari episiotomi jenis ini adalah
perdarahan yang timbul dari luka lebih sedikit karena merupakan daerah yang relatif
sedikit mengandung pembuluh darah, pengguntingan bersifat simetris dan anatomis
sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
Kerugian dari episiotomi jenis ini adalah dapat terjadinya ruptur perineum tingkat
tiga inkomplet ( laserasi muskulu sfinter ani ) atau komplet ( laserasi dinding rektum).

c. Indikasi Episiotomi
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, walaupun sudah tidak dianjurkan selalu
dilakukan, bukan berarti teknik episiotomi tidak boleh sama sekali. Berdasarkan
evidence based terkini pada keadaan tertentu, episiotomi tetap dilakukan dengan indikasi
yang kuat mengharuskan dilakukannya episiotomi. Beberapa indikasi kuat dilakukannya
episiotomy yaitu :
1. Bayi berukuran besar
Bayi yang memiliki bobot 4 kg atau lebih biasanya sulit melewati jalan lahir. Itulah
sebabnya, dalam kasus ini dokter akan melakukan tindakan episiotomi untuk
memudahkan si bayi lahir. Tanpa tindakan episiotomi, bobot bayi bisa menghambat
proses persalinan. Bahkan dalam kasus tertentu, bayi berbobot besar ini mau tidak
mau harus dilahirkan lewat operasi sesar. Serta beberapa alasan fetal lainnya seperti :
 Bayi yang prematur dan lemah
 Posisi abnormal seperti occipitoposterior, presentasi muka dan presentasi bokong
 Bayi harus dilahirkan dengan cepat pada keadaan gawat janin dan dilatasi
perineum tidak dapat ditunggu
2. Perineum sangat kaku
Kekakuan perineum akan menyulitkan proses keluarnya bayi. Ini akan diperparah
oleh kondisi ibu yang lemah dan lelah. Jangankan mengejan, bergerak pun sudah
tidak bisa. Dalam kondisi seperti ini, tindakan episiotomi dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan menghindarkan bayi dari kemungkinan terkena hipoksia
akibat persalinan terlalu lama. Semakin berat tingkat hipoksianya, kian banyak pula
sel-sel saraf otak yang mengalami kerusakan, hingga mempengaruhi tingkat
kecerdasannya.
3. Perineum pendek
Masing-masing individu memiliki panjang perineum yang bervariasi, ada yang
pendek dan ada pula yang panjang. Bagi ibu yang memiliki perineum pendek,
tindakan episiotomi bisa mencegah dampak negatif yang lebih buruk. Apalagi jika
kepala bayinya besar, bukan tidak mungkin akan terjadi perobekan yang sangat besar.
Bukan tidak mungkin anus pun akan rusak.
4. Persalinan dengan alat bantu
Episiotomi juga dilakukan bila persalinan dilakukan dengan menggunakan alat
bantu, entah itu forceps, vakum atau alat bantu lainnya. Begitu juga pada persalinan
bayi prematur atau letak sungsang, distosia bahu dsb. Dengan tindakan episiotomi,
jalan lahir yang semakin lebar akan meminimalkan risiko mencederai bayi.
d. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam melakukan Episiotomi
1. Jelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya.
2. Sebelum melakukan episiotomi, berikan anastesi pada perineum terlebih dahulu
karena ini merupakan salah satu dari asuhan sayang ibu.
3. Jangan melakukan episotomi terlalu dini karena ini akan menyebabkan
perdarahan. Tunda sampai perineum menipis dan pucat, serta diameter kepala
bayi nampak di vulva 5-6 cm.
4. Arah guntingan adalah mediolateral untuk menghindari ruptur perineum totalis.
5. Jangan menggunting perineum sedikit demi sedikit karena akan luka tidak rata
dan sulit untuk dijahit.
6. Perikasa selalu gunting yang digunakan, pastikan selalu dalam keadan tajam dan
steril.

e. Persiapan Episiotomi
1. Mempertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episotomi dan pastikan
bahwa episiotomi itu penting dilakukan untuk keselamatan dan kenyamanan ibu
dan bayi.
2. Pastikan semua bahan dan perlengkapan sudah tersedia dan dalam keadaan
desinfektan tingkat tinggi atau steril.
3. Gunakan teknik aseptik tiap saat. Gunakan sarung tangan DTT atau steril.
4. Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan , serta jelaskan secara rasional
alasan diperlukannya tindakan episiotomi dilakukan.
Dalam melaksanakan episotomi, berikan anestesi lokal secara dini agar obat tersebut
mempunyai tepat waktu untuk memberikan efek sebelum dilakukan episotomi. Pada
episiotomi diberikan anastesi karena tindakaan ini menimbulkan rasa sakit dan
memberikan ansatesi lokal merupakaan asuhan sayang ibu.
 Memberikan Anestesi Lokal
1. Jelaskan kepada ibu apa yang dilakukan dan bantu ibu untuk merasa rileks.
2. Masukkan 10 ml larutan lidokain 1% kedalam tabung suntik steril ukuran 10 ml
( tabung suntik yang lebih besar juga dapat digunakan jika diperlukan ). Jika lidokain
1% tidak tersedia, larutkan sebagian lidokain 2% dengan 1 bagian cairan garam
fisiologis atau air distilasi steril, sebagai contoh larutkan 5 ml larutan lidokain dalam 5
ml garam fisiologis atau air steril.
3. Pastikan tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm ( jarum yang
lebih panjang boleh digunakan apabila diperlukan ).
4. Letakan dua jari kedalam vaagina diantara kepala bayi dan perineum.
5. Masukkan jarum ditengah fourchete dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan
dilakukan episiotomi.
6. Aspirasi ( tarik batang penghisap ) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada
dalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam tabung suntik, jangan suntikkan
lidokain, tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.
Alasan ; ibu dapat mengalami kejang dan menimbulkan kematian jika lidokain
disuntikkan ke pembuluh darah.
 Tarik jarum perlahan-lahan sambil menyuntikkan lidokain maksimun 10 ml
lidokain.
 Tarik jarum bila sudah kembali ketitik asal jarum suntik ditusukkan. Kulit
melembung sehingga anastesi bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum di
sepanjang garis yang akan dilakukan episotomi.

 Prosedur Pelaksanaan Episotomi


1. Tunda tindakan episotomi hingga perineum menipis dan pucat, serta 3-4 cm kepala
bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.
Alasan : melakukan episiotomi akan menyebabkan perdarahan jangan melakukan
secara dini.
2. Masukkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum. Kedua jari
agak diregangkan dan berikan tekanan lembut kearah luar pada perineum.
Alasan : hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum
sehingga membuatnya lebih mudah di episotomi.
3. Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Tempatkan gunting
ditengah fourchette posterior dan gunting mengarah kesudut yang diinginkan, untuk
melakukan episotomi mediolateralis ( jika penolong bukan kidal, episiotomi
mediolaterla yang dilakukakan disisi kiri lebih mudah dijahit ). Pastikan untuk
melakukan palpasi/ mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting
cukup jauh kearah samping untuk menghindari sfingter.
4. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau
dua arah gunting yang mantap. Hindari menggunting sedikit demi sedikit karena
akan menimbulkan tepi luka yang tidak rata sehingga akan menyulikan penjahitan
atau penyembuhan yang lebih lama.
5. Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina.
6. Jika kepala belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episotomi dengan dilapisi
kain atau kasaa disinfeksi tingkat tinggi atau steril diantara kontraksi untuk
membantu mengurangi perdarahan.
7. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan
episotomi.
8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episotomi,
perineum, dan vagina mengalami perluasan dan laserasi, lakukan penjahitan jika
terjadi perluasan episotomi atau laserasi tambahan.

f. Tingkat Laserasi Perineum

Tingkat Jaringan terkena Keterangan


episiotomy
Pertama · Fourchette · Mungkin tidak perlu dijahit
· Kulit perineum · Menutup sendiri
· Mukosa vagina
Kedua · Fascia + muskulus badan · Perlu dijahit
perineum
Ketiga · Ditambah dengan sfincter ani · Harus dijahit legeartis
sehingga tidak menimbulkan
inkontinensia
Keempat · Ditambah dengan mukosa · Teknik menjahit khusus
rectum sehingga tidak menimbulkan
fistula
g. Dampak Episiotomi Tanpa Indikasi Kuat
Episiotomi yang dilakukan tanpa indikasi kuat dapat memunculkan hal-hal yang
merugikan, seperti :
1. Perdarahan
Perdarahan hebat bisa saja tak terhindarkan jika momen pengguntingan tidak
tepat. Contohnya jika episiotomi dilakukan saat letak kepala bayi di jalan lahir masih
jauh. Waktu yang paling tepat untuk melakukan tindakan episiotomi adalah ketika
jaringan perineum sudah melebar setipis mungkin. Di saat ini jaringan perineum
sudah terdesak oleh kepala bayi yang berada di panggul. Dengan demikian,
pengguntingan hanya akan merobek perineum sedikit dan perdarahan dalam jumlah
banyak bisa diminimalkan.
2. infeksi
Infeksi bisa diakibatkan oleh proses penjahitan yang tidak benar. Proses
penjahitan yang terlalu banyak dan rapat bisa menimbulkan infeksi. Banyak kasus
dimana ibu mengalami infeksi akibat jahitan yang terlalu banyak simpulnya. Selain
itu, infeksi juga bisa terjadi karena perawatan yang kurang telaten atau tak higienis
oleh ibu. Misalnya karena ibu takut menyentuh luka bekas jahitan di daerah
perineumnya.
Padahal jika tidak dibersihkan, kuman dan bakteri akan berkembang biak yang
kemudian berpeluang menyebabkan infeksi. Jika ini terjadi, mau tidak mau ibu mesti
segera pergi ke dokter. Kenali gejala awal infeksi berupa demam dan vagina terasa
sakit.
Jangan malah takut membersihkan luka episiotomi, toh perobekan tadi sudah
rapat karena sudah dijahit. Yang penting untuk diperhatikan adalah arah pembersihan
yang benar, yakni dari depan ke belakang, dan bukan sebaliknya. Sebab proses
penyapuan dari belakang ke depan malah amat berpeluang membawa serta bakteri dan
kuman yang ada di sekitar anus masuk ke vagina. Akibatnya, infeksi pun tidak bisa
terhindarkan.
3. hematoma
Salah satu dampak episiotomi adalah hematoma atau penggumpalan darah di
satu tempat. Ciri-cirinya adalah vagina yang membengkak besar sekali. Kondisi ini
terjadi karena ada pembuluh darah yang pecah tapi tidak terdeteksi karena letaknya di
dalam, sehingga tidak ikut dijahit. Akibatnya, darah akan terus keluar dan makin lama
makin banyak hingga vagina membengkak.
4. Nyeri saat berhubungan
Perlukaan episiotomi juga bisa menyebabkan rasa sakit/nyeri berkepanjangan,
terutama jika perawatan luka dilakukan secara kurang telaten. Selain itu, penjahitan
yang terlalu sempit juga bisa menyebabkan rasa sakit saat berhubungan intim.
Gangguan yang disebut dispareunia ini bisa menyerang siapa saja.
Waktu kemunculannya pun bervariasi, bisa muncul di pertengahan, sewaktu orgasme,
bahkan setelah hubungan intim selesai. Wujud rasa sakit itu sendiri bisa seperti
perasaan terbakar, tertusuk benda tajam atau perasaan nyeri. Sedangkan mengenai
lokasinya bisa di bagian luar vagina maupun di bagian dalam.
5. Tidak ekonomis
Patut juga dicatat, biaya untuk tindakan episiotomi tidaklah sedikit. Selain alat,
pasien juga dibebani dengan berbagai biaya seperti obat bius, jarum suntik, benang
jahit, dan lain-lain. Tindakan ini jelas dapat memperbesar biaya persalinan.

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/evidence-based-episiotomi-dengan.html

https://renipuspita757.wordpress.com/2013/07/22/2/

https://senyumperawat.com/2017/04/pengertian-indikasi-dan-jenis-episiotomi.html

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/tindakan-episiotomi.html

Anda mungkin juga menyukai