Anda di halaman 1dari 22

Polihidramnion dan

Oligohidramnion
Pendahuluan
Cairan amnion atau air ketuban berasal dari urin
janin, transudasi dari darah ibu, dan sekresi dari epitel
amnion.
Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata –
rata adalah 800 ml.
Cairan amnion yang terlalu banyak (>2 liter) disebut
Polihidramnion sedangkan cairan amnion yang kurang
disebut Oligohidramnion.
Polihidramnion
Definisi
Polihidramnion:
Volume cairan ketuban >2000 ml atau Indeks cairan
ketuban (Amniotic Fluid Index /AFI) >25 cm.
AFI Normal : 5-25 cm

Epidemiologi
Insidensi polihidramnion sekitar 0,7 %
Terbanyak: usia 21 – 25 tahun, pada remaja hamil
dengan malnutrisi.
Etiologi
Polihidramnion
Akibat penurunan absorpsi, produksi yang berlebih ,
idiopatik.
Kegagalan janin menelan (akibat atresia trakea,
obstruksi trakea/usus, kelainan neurologis), kelainan
kromosom, diabetes
Patogenesis
Volume cairan amnion tergantung dari: jumlah
produksi air kencing, dan jumlah air ketuban yang
ditelan janin.
Polihidramnion
Produksi air ketuban bertambah :
 Masuknya cairan lain kedalam rongga amnion,
seperti urin janin, produksi cairan paru-paru.
 Reflex menelan janin terganggu
Manifestasi Klinis
Ukuran uterus lebih besar dari seharusnya
Identifikasi janin melalui palpasi sulit dilakukan, balotemen
(+)
DJJ sulit terdengar
Sesak nafas maupun ketidakmampuan bernafas
Asites, efusi pericardial dan pleura
Pembengkakan pada ekstrimitas bawah, vulva, dan dinding
perut
Penurunan produksi urin, gangguan pencernaan, edema
Nyeri abdomen akut disertai mual
Kulit abdomen terlihat mengkilat
Diagnosis
Anamnesis
 Perut dirasa lebih besar
 Keluhan pada organ sekitar uterus: sesak nafas, nyeri ulu hati
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Perut besar dan tegang, kulit berkilat, striae sangat jelas, umbilicus
mendatar
 Ibu terlihat sesak serta kelelahan
Palpasi
 Perut tegang, nyeri tekan, serta terdapat edema pada dinding abdomen
dan ekstrimitas,
 Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sebenarnya,
 Bagian janin sulit diidentifikasi
 Balotement (+)
Diagnosis
Auskultasi:
DJJ tidak terdengar atau sangat halus
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen (bahaya radiasi, lakukan bila sangat
dibutuhkan)
USG
Indeks cairan amnion /AFI) melebihi 25 cm
Tatalaksana
Saat Hamil
Observasi, terapi simptomatis, diet rendah garam, obat
diuresis.
Amniosentesis
Terapi endometasin
Saat partus
Bila keluhan hebat: pungsi transvaginal
Post Partum
Atasi perdarahan
 Antibiotik
Prognosis dan Komplikasi
Prognosis
Jika masih ringan, prognosisnya baik, namun jika
keparahannya cukup berat prognosisnya buruk hal ini
terkait dengan penyulit.
Komplikasi
Solution plasenta
Disfungsi uterus
Perdarahan postpartum.
11

Oligohidramnion
Oligohidramnion
Definisi
Oligohidramnion: volume cairan ketuban <500
ml atau indeks cairan ketuban/AFI <5cm.
(pada usia 32-36 minggu)
Epidemiologi
Insidensi oligohidroamnion bervariasi, sekitar 0,5 –
5%.
Etiologi
Oligohidramnion
Akibat kurangnya produksi, hilangnya cairan amnion,
atau idiopatik.
Fungsi plasenta yang abnormal
Disfungsi ginjal atau anuria fetus, obstruksi traktus
urinaria, dehidrasi maternal
Rupturnya membrane secara prematur (ketuban
pecah dini).
Patogenesis
Oligohidramnion
Cairan amnion ↓
Gangguan produksi urin janin: agenesis ginjal,
obstruksi sistem urinarius.
Dehidrasi maternal
Oligohidramnion → tidak ada bantalan terhadap
dinding Rahim → penekanan janin, anggota gerak
tubuh abnormal, dan gangguan maturitas paru pada.
Manifestasi Klinis
Uterus tampak lebih kecil, balotemen (-)
Ibu merasakan nyeri akibat pergerakan janin
DJJ terdengar lebih awal dan dan lebih jelas
Nyeri berlebih saat kontraksi
Bila ketuban pecah, cairannya sangat sedikit
Pada fetus:
Deformitas pada fetus akibat penekanan
intrauterine, kompresi ekternal, facies
mendatar, hipertelorisme, telinga rendah,
kompresi toraks dan hipoplasia pulmonal
Diagnosis
Anamnesis
Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan
Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak dan
saat his
Pemeriksaan Fisik
Palpasi
Molding : Uterus mengelilingi janin
janin dapat diraba dengan mudah, balottemen (-)
Auskultasi: DJJ terdengar terdengar lebih awal dan jelas.
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen (bila diperlukan)
USG
Indeks cairan amnion kurang dari 5 cm
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Amnioskopi
Kekeruhan air ketuban
Pewarnaan dengan mekonium
USG
Indeks cairan amnion kurang dari 5 cm
Tatalaksana
Bed rest
Pemberian nutrisi
Amniofusi : infus kristaloid untuk menggantikan
cairan amnion yang berkurang secara patologis. Paling
sering digunakan selama persalinan untuk mencegah
kompresi tali pusat.
Prognosis dan Komplikasi
Prognosis
Prognosis dari oligohidroamnion adalah buruk.
Komplikasi
Oligohirdramnion menyebabkan tekanan langsung pada janin:
Deformitas janin: leher menekuk, bentuk kepala janin tidak
bulat, deformitas ekstremitas
Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan
fetal distress
Penekanan pada dada sehingga terjadi kesulitan bernafas,
karena paru mengalami hypoplasia sampai atelaktase paru.
Secara umum
Tindakan penanganan dilakukan oleh dokter melalui
beberapa tahap :
1. Pemantauan berkala
2. Nurisi : Minum lebih banyak air
3. Induksi persalinan
4. Induksi ketuban
5. Sc
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai