Anda di halaman 1dari 63

DETEKSI DINI

PENYULIT, KEHAMILAN
PERSALINAN, NIFAS,
BBL DAN NEONATUS
OLEH
NI NYOMAN SUINDRI
DETEKSI PENYULIT
KEHAMILAN
 Skrining dengan Kartu Skor Poedji Rochjati
Komplikasi dan Penyulit Kehamilan

 KPSW
(ketuban pecah sebelum waktunya)
 Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+)
pada usia <37 minggu
 Diagnosis
 Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm
harus meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi
dan presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal.
 pemeriksaan inspekulo
 servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin (pada
presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran serviks,

 Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak


diperlukan lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis

 Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks


posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan
sekret vagina ~ 4.5 -
 Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas setelah menjalani
pemeriksaan fisik, tes nitrazin 6 dan tes fern, dapat
dipertimbangkan pemeriksaan seperti insulin-like growth factor
binding protein 1(IGFBP-1)
 ultrasonografi dilakukan untuk mengetahui jumlah cairan ketuban
dan kesejahteraan janin
 Pengelolaan
 Informed consent
 Stabilisasi: infus, 02
 Rujuk posisi tirah baring
 POLIHIDRAMNION
 Terdapatnya cairan amnion dalam jumlah berlebihan.
 Faktor Predisposisi
 Ibu dengan diabetes mellitus
 Riwayat hidramnion dalam keluarg

 Diagnosis
 Diagnosis hidramnion ditegakkan bila jumlah cairan amnion lebih dari
2000 ml
 Temuan klinis yang utama pada hidramnion adalah ukuran uterus
yang besar dan tegang disertai dengan kesulitan meraba bagian janin
atau mendengarkan denyut jantung janin. Pada keadaan berat, ibu
dapat mengalami kesulitan bernapas, pembengkakan tungkai, dan
oliguria.
 Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan USG
 Tatalaksana

 Pasien dengan kecurigaan hidramnion dirujuk ke RS untuk


mendapatkan tatalaksana yang memadai.
 Tatalaksana dapat meliputi amnioreduksi, amniotomi, atau pemberian
indometasin (konsultasikan kepada dokter spesialis obstetri dan
ginekologi).
 Oligohidramnion
 Oligohidramnion adalah terjadinya kekurangan atau penurunan
cairan amnion (ketuban)

 Penyebab Oligohidramnion dan Faktor Resikonya


 Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)

 air seni yang dihasilkan juga turut membentuk cairan amnion. Jadi
ketika produksi urine janin mengalami penurunan misalnya karena
obstruksi (penyumbatan saluran kemih), maka bisa menyebabkan
terjadinya oligohidramnion. Maka dari itu, apabila ditemukan cairan
amnion yang sedikit selama trimester satu atau dua bisa
mengindikasikan ketidaknormalan janin.
 Faktor Janin
 Bocornya membran amnion. Terkadang cairan amnion keluar melalui
lubang kecil pada membran amnion sehingga menyebabkan air ketuban
sedikit. Hal ini terjadi pada tahap akhir kehamilan namun kebanyakan
terjadi saat mendekati masa persalinan. Baca juga: Ketuban Pecah?
Seperti Ini Warna Air Ketuban & Baunya

 Ketidaknormalan janin. Tidak adanya ginjal atau ginjal yang abnormal


(agenesis ginjal, ginjal polikistik) pada janin juga bisa menurunkan
produksi urine yang pada akhirnya berdampak pada seikitnya cairan
ketuban.
 Faktor Plasenta
 Abrupsio plasenta. Ketikdanormalan plasenta yang menyebabkan plasenta
terlepas dari dinding rahim bagian dalam sehingga mengakibatkan
terjadinya defisiensi cairan amnion. Ketidakteraturan pada darah plasenta
dan suplai nutrisi bisa mencegah bayi menghasilkan urine sehingga
menyebabkan komplikasi serius.

 Anak kembar. wanita hamil dengan janin kembar memiliki risiko lebih
tinggi terjadinya defisiensi cairan amnion.

 Obat – obatan. Penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan
beberapa inhibitor ACE (angiotensin-converting enzyme) bisa menyebabkan
air ketuban sedikit.
 Kondisi ibu
 Hipertensi
 Dehidrasi
 DM
 Komplikasi
 Cacat Lahir: Malformasi atau tidak komplitnya organ luar atau dalam
pada bayi baru lahir (displasia panggul, club foot)
 Lahir Prematur: Persalinan sebelum genap usia kehamilan 37 minggu
 Keguguran: Kematian bayi yang masih dalam rahim sebelum usia
kehamilan 20 minggu.
 Lahir Meninggal: Kelahiran bayi dalam uterus setelah usia kehamilan
20 minggu dalam keadaan mati.
 Penegakan Diagnosis
 Keluhan: perut nyeri saat janin bergerak
 Pembesaran abdomen <<
 Tfu lebih rendah dari UK
 Palpasi mudah meraba bagian janin
 USG
 Kadar cairan amnion kurang dari 5 cm
 Tidak adanya kantong cairan dengan kedalaman 2-3 cm
 Jumlah total cairan amnion di bawah 500mL antara kehamilan minggu 32
hingga 36
 Pengelolaan
 Konseling
 Rujukan untuk diagnosis dan penatalaksanaan
 Pengobatan
 Amnioinfusion. Yakni memberikan infus cairan NaCl ke rongga amnion menggunakan kateter intrauterin
guna menjaga kadar normal cairan amnion.

 Vesico-Amniotic Shunts. Pengobatn ini dilakukan dengan mengalihkan urine janin ke rahim ibu dengan
fetal obstructive uropathy yang menyebabkan oligohidramnion.

 Injeksi Cairan. Injeksi cairan melalui amniosentesis sebelum persalinan. Meskipun, kondisi ini cenderung
terjadi lagi dalam beberapa minggu setelah pemberian injeksi.

 Rehidrasi Ibu Hamil. Penggunaan cairan oral dan cairan intravena untuk merehidrasi ibu bisa membantu
meningkatkan kadar cairan amnion. Oleh karena itu dokter sering menyarankan ibu untuk banyak minum.

 Bed Rest. Istirahat yang cukup disertai pemberian cairan bisa membantu meningkatkan cairan
 KEHAMILAN MULTIFETUS
 Kehamilan multipel: kehamilan dengan 2 janin atau lebih.
Kehamilan ganda monozigotik/ kembar identik: kehamilan ganda
yang terjadi dari 1 telur yang dibuahi oleh 1 sperma. Kembar
identik dapat bersifat dikorion-diamnion, monokorion-diamnion,
atau monokorion-monoamnion. Jenis kelamin sama, wajah serupa

 Kehamilan ganda dizigotik adalah kehamilan yang berasal dari 2


telur yang dibuahi sperma yang berbeda
 Faktor risiko
 Ras

 Keturunan. Keturunan kembar dari pihak bapak tidak meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar
Penatalaksanaan Kehamilan Multifetus

 Usia ibu. Semakin tinggi umur semakin tinggi frekuensinya (> 35 tahun), setelah umur 40 tahun
frekuensi kehamilan kembar menurun lagi.

 Paritas. Frekuensi kehamilan kembar meningkat sesuai dengan paritas ibu


 Tinggi Badan. Penelitian di Eropa menunjukkan bahwa kembar dizigot lebih sering terjadi pada ibu yang
mempunyai tinggi badan lebih tinggi dibandingkan dengan kembar monozigot. Tinggi badan ayah yang
pendek mengurangi angka kejadian kembar di Eropa.

 Waktu konsepsi. Kemungkinan kehamilan kembar meningkat sesaat setelah penghentian kontrasepsi pil

 Teknologi reproduksi berbantu. Induksi ovulasi ataupun In Vitro Fertilization (IVF). Sekitar 25-30%
kehamilan dari IVF adalah kembar, 5% triplet, dan
 Skrining
 Anamnesa: perut dirasakan lebih besar, gerak janin banyak
 Pemeriksaan:
 Pembesaran abdomen >>
 Palpasi; fundus lebih tinggi dari UK, teraba lebih dari 1 bagian besar,
teraba bnyak bagian kecil
 USG
 Pengelolaan
 Konseling : informasi tentang adanya peningkatan morbiditas dan
mortalitas feto-maternal pada kehamilan ganda, termasuk prematuritas,
pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital, Twin to Twin
Tranfusion Syndrome (TTTS), cerebral palsy, diabetes gestasional,
preeklamsia dan perdarahan pasca salin.

 Rujuk: untuk diagnosis dan keberlanjutan ANC


 PRESENTASI BOKONG
 Diagnosis
 Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.
 Pemeriksaan abdominal: kepala terletak di bagian atas, bokong pada
daerah pelvis, auskultasi menunjukkan denyut jantung janin lokasinya
lebih tinggi.
 Pemeriksaan vaginal: teraba bokong atau kaki, sering disertai adanya
mekonium.

 Pada gambar (berturut-turut): presentasi bokong sempurna, presentasi


bokong murni, dan presentasi kaki (footling)
 Tatalaksana
 Kehamilan TW II masih mungkin berubah presentasi kepala
 Setiap persalinan sungsang sebaiknya ditolong pada fasilitas kesehatan
yang dapat melakukan seksio sesarea
 LETAK LINTANG
 Diagnosis
 Pemeriksaan abdominal: sumbu panjang janin teraba melintang, TIDAK
teraba bagian pada pelvis inlet sehingga terasa kosong.

 Pemeriksaan vaginal: sebelum in partu TIDAK ada bagian terendah


yang teraba di pelvis, sedangkan saat in partu yang teraba adalah bahu,
siku atau tangan.
 Tatalaksana
 Kehamilan tw II masih mungkin berubah presbo atau pres kep

 pada letak lintang in partu, dilakukan seksio sesarea walau janin


hidup/mati
DETEKSI PENYULIT PERSALINAN

 PERSALINAN KALA I
 PERSALINAN KALA II
 PERSALINAN KALA III DAN IV
DETEKSI PENYULIT NIFAS
BBL DAN NEONATUS

 BBL
 Penilaian awal: tangis dan gerak
 1 jam
 HR, RR DAN SUHU
 BB
 KN1
 6-48 jam
 menimbang berat badan bayi, mengukur panjang badan,
memeriksa suhu, memeriksa frekuensi nafas, memeriksa frekuensi
denyut jantung, pemeriksaan fisik lengkap
 Deteksi kelainan kongenital, ikterus, berat badan rendah, masalah
pemberian ASI,
 Memeriksa Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK), skrining ini
dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kelahiran bayi.
 KN 2
 3-7 hari
 menimbang berat badan bayi, mengukur panjang badan,
memeriksa suhu, memeriksa frekuensi nafas, memeriksa frekuensi
denyut jantung,
 keadaan tali pusat tali pusat,
 memeriksa ikterus,
 memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri,
 masalah pemberian ASI
 KN 3
 8-28 hari
 menimbang berat badan bayi, mengukur panjang badan,
 memeriksa suhu, memeriksa frekuensi nafas, memeriksa frekuensi
denyut jantung,
 Keadaan tali pusat,
 memeriksa ikterus,
 memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri, memeriksa diare,
 masalah pemberian ASI
 Kegiatan utama asuhan neonatus
 Melakukan kewaspadaan standar
 Identifikasi terhadap bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah
 Melaksanakan kewaspadaan standar dalam mempersiapkan
kelahiran bayi
 Melaksanakan perawatan rutin bayi baru lahir
 Melaksanakan penilaian bayi baru lahir
 Melakukan penanganan kegawatdaruratan bayi baru lahi
 Identifikasi bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah
 a. Bayi dari Ibu dengan Hepatitis B
 b. Bayi dari ibu dengan HIV
 c. Bayi dari ibu dengan Sifilis
 d. Bayi dari ibu dengan Tuberkulosa
 Melakukan kewaspadaan standar:
 a. Melakukan persiapan diri (Alat Pelindung Diri/ APD dan Hand
Hygiene)
 b. Melakukan persiapan alat dan obat
 c. Melakukan persiapan tempat
 d. Melakukan persiapan keluarga
 Melakukan perawatan rutin bayi baru lahir
 a. Pencegahan kehilangan panas
 b. Pemotongan dan perawatan tali pusat
 c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
 d. Pemberian injeksi Vitamin K1
 e. Pencegahan infeksi mata
 f. Pemberian imunisasi Hepatitis B 0 (HB 0)
 Melakukan penilaian bayi baru lahir
 a. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir (untuk diagnosis trauma
lahir dan kelainan kongenital)
 b. Penentuan usia gestasi dengan New Ballard Score

Anda mungkin juga menyukai