Anda di halaman 1dari 10

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat

terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba,
2002)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
PENYEBAB
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya
tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan
oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher
rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan
karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya melalui
ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2002).
2. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi
distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan.
Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan
distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis,
dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro,
2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung
cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan
amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan
uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua
factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput
ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi.
DIAGNOSIS
Pastikan selaput ketuban pecah.
Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.

Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar
dan nilai 1 jam kemudian.
Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes), jika lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari vagina adalah 44,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun pakis.
Tentuka usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan ketuban keruh dan berbau.
Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Tentukan tanda-tanda persalinan.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur
Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan )
Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau melokalisasi
kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis
PATOFISIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar
kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan
inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/
amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
PENGARUH KPD
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi,
karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu
dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering
diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan
septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan
menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya
KOMPLIKASI KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi
Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat,
deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten.
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia
atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion,
semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

Syndrom deformitas janin


Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal
PENANGANAN
1. Konservatif
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya
jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7
hari.
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason, dosisnya IM
5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan
tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
2. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram 50 mikrogram
intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
1) Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24
jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38c, dengan pengukuran per
rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air
ketuban
Penatalaksanaan lanjutan
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang
menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan yang
adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin
elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin
akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal
berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas dari setiap
infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah prematur
(KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan.
Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan atu
disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM.
Ketuban pecah prematur pada pretermyaitu pecahnya membran Chorio-amniotik sebelum onset
persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture
Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM
Insiden

PROM

: 6-19% kehamilan

PPROM
Etiologi

: 2% kehamilan

Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka usaha preventif
tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD antara lain :
o Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal

o
o
o
o

Inkompetensi serviks
Infeksi vagina/serviks
Kehamilan ganda
Polihidramnion

o
o
o
o
o
o
o

Trauma
Distensi uteri
Stress maternal
Stress fetal
Infeksi
Serviks yang pendek

Prosedur medis
Diagnosa
Secara klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan
keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke
ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan
cara :

Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih) rambut
lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau
Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks
posterior

USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion

Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test


o Jadi biru (basa)
: air ketuban

Terdapat infeksi genital (sistemik)

Gejala chorioamnionitis
Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan berbau,
leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur
darah/urin
Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang
Cairan amnion
Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa, leukosit
esterase (LEA) dan sitokin.
Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka respiratory
distress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar
Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern
Normal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5

Jadi merah (asam)

: air kencing

Prognosis/komplikasi
Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
Prognosis ibu
Infeksi intrapartal/dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya
dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas

Infeksi puerperalis/ masa nifas

Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat

Dry labour/Partus lama


Perdarahan post partum
Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)

Morbiditas dan mortalitas maternal


Prognosis janin
Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress
sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity, intraventricular
hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy),
hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.

Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)


Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score rendah,
ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.
Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan
pertumbuhan janin terhambat (PJT)
Morbiditas dan mortalitas perinatal
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi
intrauterin

Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi
yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi
intrauterin
Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan
cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi,
epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal and maternal monitoring.
Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun
partus pervaginam

Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah


konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan
janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan,
fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial
keluarga.
Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan
kehamilan sampai usia kehamilan matur.

Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis
streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya
dengan aterm
Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant
management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes pematangan paru),
profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus namun
direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.

Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan
konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-coursekortikosteroid,
tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak ada
kontraindikasi)
Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan
keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak direkomendasikan
profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan
karena belum ada data untuk pemberian yang lama)

Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang
panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya
resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan necrotizing
examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi pilihannya adalah
dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk
jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik
dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple
course tidak direkomendasikan
Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 26 mg (2
hari) atau betametason 112 mg (2 hari)

Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis (nifedipine),


prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis
(atosiban)
Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti
berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk
maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi
lagi setelah terjadi PROM

Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tandatanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan,
lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan
KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3250 mg,
amoksisillin 3500 mg dan kortikosteroid

KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan ampisillin
21 gr IV dan penisillin G 42 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi persalinan
dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC
KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin
42 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC

TEORI ERNESTEIN WIEDENBACH


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilihat dari fenomena fenomena kehidupan yang ada di sekililing kita.
Masih banyak orang tua(ibu hamil) yang mengalami ketidaktahuan tentang
bagaimana cara melakukan perawatan pada saat ibu tersebut sedang hamil. Dalam
bidang kesehatan, hal hal tersebut telah menjadi tugas seorang perawat(bidan)
yang dimana perawat(bidan) berfungsi sebagai pembimbing para ibu yang sedang
hamil. Dalam ilmu keperawatan terdapat banyak sekali teori teori yang
memaparkan tentang asuhan asuhan atau berbagai macam bimbingan yang
diberikan bidan oleh klien(ibu hamil). Dari berbagai teori tersebut, setiap teori
tentunya memiliki karakteristik dan ciri khas yang tersendiri, karena cara pandang
yang mengemukakan teori tersebut berbeda beda dan jug di pengaruhi oleh
perkembangan jaman yang terus berkembang.
Berdasarkan perkembangan jaman, teori ilmu keperawatan sangatlah
penting dalam dunia kesehatan khususnya untuk merawat seseorang, oleh karena
itu para ahli menyediakan suatu peranan penting bagi perawat(bidan) dan tenaga
kesehatan lainnya.
Disini, kami sebagai penulis makalah ini akan membahas tentang salah
satu teori yang berlaku didalam ilmu keperawatan, yakni teori Ernestine
Wiedenbach. Yang dimana teori ini dikemukakan oleh seorang nurse-midwife

yang berkualifikasi sebagai perawat dan kemudian menjadi nurse-midwife.


Didalam teorinya, Ernestine memberikan dampak yang begitu besar bagi profesi
perawat(bidan).
Sebagai tenaga kesehatan, kita wajib untuk mengetahui dan memahami
teori keperawatan. Teori ini secara tidak langsung banyak digunakan. Namun,
terkadang seseorang tidak menyadari bahkan tidak mengetahui bahwa mereka
menggunakan teori dalam praktiknya. Teori Ernestine ini banyak digunakan dalam
berkomunikasi dengan klien dan filoosofi dalam ilmu keperawatan.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Agar mahasiswa dapat Mengetahui tentang teori Ernestine Wiedenbach

Agar mahasiswa dapat memahami teori Ernestein Wiedenbach dan


menerapkan dalam praktik lapangan
C. Hipotesa
Mampu mempersiapkan kebutuhan untuk menjadi orang tua .

Dapat memenuhi kebutuhan dalam memberikan asuhan secara memuaskan


untuk wanita dalam masa reproduksi, keluarganya dan masyarakat .

Mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan masing masing individu


sebelum menentukan tujuan .
Mampu mencapai tujuan yang diinginkan .
Memiliki tujuan yang berpedoman pada falsafah dan memiliki jiwa seni .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ernestine adalah seorang perawat yang menemukan konsep dari
realitas keperawatan. Sebelum menjadi nurse midwife, Ernestine
Wiedenbach telah menjadi perawat selama 20 tahun. Kemudian dia
menyelesaikan kualifikasi nurse midwife pada tahun 1946. Dia
adalah penulis dari buku Family Centered Maternity Nursing
pada tahun 1958, sebuah teks menyeluruh pada perawatan kandungan.
Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf Dickoff
dan James tahun 1960 ketika ia menjadi mahasiswi di Yale
University School of Nursing.
Walaupun Ernestine pernah lama menjadi perawat tetapi
bukunya ini ditulis pada waktu dia bekerja di bagian Kebidanan.
Ernestine menyatakan bahwa bagian favoritenya di pelatihan bidan
adalah kedatangannya dirumah pasien untuk memberikan pertolongan
melahirkan.
Ilmu
perawatan
klinis
Ernestine
Wiedenbach
telah
dikembangkanberdasarkan pengetahuannya selama bertahun-tahun di
aturan klinis danajarannya sebagai hubungan profesionalnya.
Ernestine Wiedenbach memiliki banyak buku dan artikel yang
telah diterbitkan. Beberapa diantaranya adalah:

Wiedenbach, E (1958). Family-Centered maternity nursing, New York:


G.P. Putnams Sons.
Wiedenbach, E (1964). Clinical Nursing: A helping Art. New York:
Spinger.

B. Teori
Ernestine yakin bahwa ada 4 elemen dalam praktek keperawatan /
kebidanan. Ke 4 elemen tersebut yaitu filosofi, tujuan, praktek, dan seni. Falsafah
adalah sikap dan kepercayaan danbagaimana akibat dari kenyataan itu bagi
mereka.
Penjabaran ke-4 elemen menurut Ernestine adalah sebagai berikut :

Filosofi adalah sesuatuyang memotivasi perawat / midwife untuk


bertindak dengan berbagai cara.

Tujuan perawat / bidan adalah apa yang diinginkan perawatuntuk


menyelesaikan apa yang dilakukannya. Ini semua ditujukan ke arahyang
baik dari keseluruhan pasien.

Praktik adalah tindakan keperawatan yang mempengaruhi kepercayaan


dan perasaan tentang menemukan kebutuhan pasien yang ditemukan.

Seni keperawatan / kebidanan termasuk mengerti apa yang


pasien butuhkan dan perhatikan, mengembangkan cita-cita dan
tindakan untuk meningkatkan kemampuan / kesehatan pasien dan
memberikan aktivitas yang berhubungan dengan rencana
pengobatan agar dapat lebih meningkatkan kesehatan pasien.
Perawat / bidan juga harus selalu memusatkan pikiran pada
pencegahan atau perkembangan suatu hal baru yang memprihatinkan.
Konsep yang luas menurut Ernestine pada tahun 1967 yang nyata
ditemukan dalam keperawatan yaitu :
The Agent Midwife
Empat elemen dalam Clinical Nursing yaitu filosofi, tujuan, praktik dan
seni. Dikemukakan juga 3 poin dasar dalam filosofi keperawatan /
kebidanan, yaitu :
a. Menghargai atas kehidupan yang diberikan
b. Menghargai kehormatan, otonomi dan individualisme pada setiap
orang
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang
segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan
untuk persiapan menjadi orang tua.
The recipient
Penerima asupan adalah wanita dalam masa reproduksi, keluarganya dan
masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat memenuhi kebutuhannya.
Sehingga bidan perlu melakukan tindakan atau intervensi bila terdapat
kendala yang menyebabkan mereka tidak dapat memenuhi secara

memuaskan.

The Goal / purpose


Kebutuhan masing masing individu perlu diketahui sebelum menetapkan
tujuan. Bila sudah diketahui kebutuhannya maka dapat diperkirakan goal /
tujuan yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik,
emosional, atau fisiologikal yang berbeda dari kebutuhan normal.
The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Ernestine menentukan
beberapa tahap yaitu :
a. Identification = identifikasi kebutuhan klien
b. Ministration = memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan
yang dibutuhkan
c. Validation = memberikan dukungan sesuai kebutuhan
d. Coordination = mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan
bantuan
The Framework
Meliputi lingkungan sosial, organisasi dan profesi.
Konsep keperawatan Ernestine sebagai latihan untuk mengidentifikasi
kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien, utuk membantupenelitian pemberian
sopan santun dan keselarasan, perkembangan darimaksud ini yaitu keselarasan
dengan pasien, menentukan penyebab dariketidaknyamanannya, dan menemukan
kemampuan pasien untukmemecahkan ketidaknyamanannya atau jika pasien
tersebut memerlukanbantuan dari perawat atau tenaga kesehatan professional
yang lain.Perawat utamanya harus bisa mengidentifikasi pasien yang
membutuhkanpertolongan. Dalam memberikan perawatan seorang perawat
menggunakanpandapat baik melalui perundingan, latihan, dan pemberian
pendidikantentang gejala-gejala. Persepsi pasien dari situasi ini adalah
pertimbanganpenting bagi perawat ketika memberikan perawatan yang kompeten.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari model kepunyaannya tentang ilmu keperawatan klinis,
Ernestine menemukan bahwa ada 4 elemen utama yang diperlukan untuk
ilmu keperawatan klinis, di antaranya antara lain :
ELEME
N
Filoso
fi

PENJELASAN
Cara yang ditempuh seseorang dalam memikirkan hidup
dan

bagaimana kepercayaan mereka mempangaruhi mereka.


Sasaran di mana perawat bermaksud mencapai
akhir
daritindakan
yang
diambil.
Semua
Tujuan
aktivitas dimaksudkan untuk mencapai agar
sesuatuhal menjadi semakin baik.
Tindakan di mana perawat melaksanakan sesuatu dalam
Prakti
k
rangka memelihara kebutuhan pasien
Kemampuan untuk memahami kebutuhan klien, dan
Seni
mampu
mengembangkan
suatu
intuisi
dalam
hubungan dengan aktivitas mereka
Ketika memperhatikan komponen ini, ilmu keperawatan klinis
ini ada lebih unuk diperhatikan, dan Ernestine mengerjakan ini
dengan memperhatikan 4 tindakan dan proses, yaitu :
Refleks secara spontan
Dikondisikan otomatis
Dengan penuh tanggung jawab
Dalam hubungan dengan perawatan praktek, ada 3 komponen yaitu :
Pemahaman kebutuhan klien
Sediakan tindakan untuk membantu menengahi kebutuhan itu

Mengirimkan pengesahan atas tindakan yang diambil untuk


memenuhi kebutuhan pasien tersebut.

Anda mungkin juga menyukai