Anda di halaman 1dari 12

] Tugas ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

Maternitas : Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Keperawatan Maternitas

“ LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN : KETUBAN PECAH DINI “

DOSEN PEMBIMBING

Ibu Bani Sakti SKM MKM

NAMA

Aprilia Salsabilla Dinda

NIM

P17320119009

TINGKAT / KELOMPOK

2A/2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN BANDUNG

2021
1. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini
A. Pengertian
Ketuban pecah dini atau spontaneous/ early/ premature rupture of the
membrane (PROM) merupakan pecahnya ketuban sebelum in partu yaitu jika
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
(Mochtar, 2013). Ketuban pecah dini yaitu bocornya cairan amnion sebelum
mulainya persalinan terjadi pada kira-kira 7-12% kehamilan. Ketuban paling
sering pada saat mendekati masa persalinan, persalinan terjadi secara spontan
dalam beberapa jam. Jika ketuban pecah dini dihubungkan dengan kehamilan
peterm, ada risiko peningkatan morbilitas dan mortalitas perinatal akibat dari
mimanutrisi janin. Bila kelahiran tidak terjadi selama 24 jam, juga dapat
terjadi risiko peningkatan risiko intrauterin. (Taber, 1994). Risiko Infeksi
merupakan keadaan pasien yang berisiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik (Tim Pokja SDKI SPP PPNI, 2017)
Ketuban pecah dini atau spontaneous / early / premature rupture of the
membrabe (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu : yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah , maka dapat terjadi
infeksi yang dapat meningngkatkan angka kematian ibu dan anak. Untunglah
karena adanya antibiotika spektrum luas maka hal ini dapat ditekan. Sampai
saat ini pertentangan mengenai penatalaksanaan PROM yang bervariasi dari
“doing nothing” sampai pada tindakan yang berlebih – lebihan.menurut
EASTMAN insiden PROM ini kira – kira 12% dari semua kehamilan.
B. Etiologi
Menurut (Manuaba, 2009) penyebab terjadinya ketuban pecah dini adalah:
1. Serviks inkompeten yaitu kelainan pada serviks uteri dimana kanalis
servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di
atas 7 ostium uteri internum pada serviks atau peningkatan intra uterin
secara mendadak.

2
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik).
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
1) Makin Panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan terjadinya
infeksi
2) Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahnya tanpa
menimbulkan morbilitas janin.
3) Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam Rahim misalnya letak sungsang dan letak
lintang, karena tidak ada bagian rendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
Kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalovelvik,
disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.

Menurut (Sinseng, 2008) penyebab terjadinya infeksi pada ibu bersalin


dengan ketuban pecah dini yaitu setelah ketuban pecah maka kuman yang
berada di dalam serviks mengadakan invasi ke dalam saccus amnion dalam
waktu 24 jam cairan amnion akan terinfeksi. Akibat dari infeksi cairan
amnion maka akan terjadi infeksi pada ibu dan janin

C. Patofisiologi
Menurut (Manuaba, 2009) mekanisme terjadinya ketuban pecah dini
dimulai dengan terjadinya pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban
mengalami devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami devaskularisasi
selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang
menyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan tubuh
dipercepat 9 dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enxim yaitu enzim
proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan.

3
Pecahnya ketuban pada saat persalinan secara umum disebabkan oleh
adanya kontraksi uterus dan juga peregangan yang berulang. Selaput ketuban
pecah pada bagian tertentu dikarenakan adanya perubahan biokimia, yang
mengakibatkan berkurangnya keelastisan selaput ketuban, sehingga menjadi
rapuh. Biasanya terjadi pada daerah inferior (Prawirohardjo, 2010).
Selaput ketuban yang tadinya sangat kuat pada kehamilan muda akan
semakin menurun seiring bertambahnya usia kehamilan, dan puncaknya pada
trimester ketiga. Selain yang telah disebutkan di atas, melemahnya kekuatan
selaput ketuban juga sering dihubungkan dengan gerakan janin yang
berlebihan. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang
fisiologis (Prawirohardjo, 2010). Setelah ketuban pecah maka kuman yang
berada di dalam serviks mengadakan invasi ke dalam saccus amnion dalam
waktu 24 jam cairan amnion akan terinfeksi. Akibat dari infeksi cairan amnion
maka akan dapat terjadi infeksi pada ibu. Infeksi yang dapat ditimbulkan yaitu
infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis, septicemia dan dry-labor.
D. WOC

4
E. Manifestasi klinis
Tanda yang terjadinya ketuban pecah dini adalah merembesnya cairan
air ketuban melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti
bau amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karen
uterus 8 diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau
menyumbat kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, berak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi. (Sunarti, 2017).
Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan seperti air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui selaput
ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai
28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang
sebenarnya dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan. (Darma Sari, 2017).
Tanda dan gejala terjadinya infeksi ditandai dengan adanya demam
38°C dan minimal 2 dari kondisi berikut: takikardi pada ibu, takikardi pada
janin, nyeri tekan uterus, cairan ketuban berbau busuk, atau darah ibu
mengalami leukositosis. Rongga ketuban umumnya steril. Invassi mikroba
5
dari rongga ketuban mengacu pada hasil kultural mikroorganisme cairan
ketuban yang positif (Suwiyoga, 2004)
F. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dalam
mendiagnosa KPD yaitu :
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi,
bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban
mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH: 4-5,
dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes Lakmus (tes
Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan
adanya air ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina
dapat menghasilkan tes yang positif palsu. Mikroskopik (tes pakis) dengan
meneteskan air 17 ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam cavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion
G. Penatalaksanaan
Menurut Sujiyanti, mulfidah, dan Hidayat (2009) ada 2 macam
penatalaksanaan pada ketuban pecah dini pada umur kehamilan <37 minggu
dan pada umur kehamilan >37 minggu. Penatalaksanaan ketuban pecah dini
secara konservatif pada kehamilan < 37 minggu adalah dengan memberikan
antibiotic profilaksis setiap 6 jam dan tidak dilakukan pemeriksaan dalam
tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya infeksi. Selama melakukan 10
penatalaksanaan konservatif maka harus dilakukan pemantauan leukosit setiap
hari, observasi tanda-tanda vital terutama temperature setiap 4 jam sekali, dan
observasi denyut jantung janin. Jika selama pengelolaan konservatif pasien
mengalami infeksi maka segera lakukan penatalaksanaan ketuban pecah dini
secara aktif yaitu melakukan induksi tanpa melihat umur kehamilan. Jika
induksi tidak berhasil maka dilakukan tindakan bedah sesar. Pemberian

6
antibiotik pada kejadian ketuban pecah dini kurang dari 32 minggu yang
mengalami infeksi dapat menurunkan angka kesakitan ibu dan neonates.
Penatalaksanaan pada kehamilan > 37 minggu, jarak antara pecahnya
ketuban dengan permulaan persalinan disebut periode laten. Makin muda
umur kehamilan maka makin lama periode laten. Menurut Sujiyantini,
Muflidah, dan Hidayat (2009) sekitar 70-80 % kehamilan cukup bulan akan
terjadi persalinan dalam waktu 24 jam. Jika dalam 24 jam belum berlangsung
maka dilakukan penatalaksanaan aktif yaitu dengan induksi. Pada
penatalaksanaaN Ketuban pecah dini dengan kehamilan aterm juga diberikan
antibiotik profilaksis yang diberikan setelah 6 jam ketuban pecah dini dengan
pertimbangan bahwa kemungkinan infeksi telah terjadi dan biasanya proses
persalinan berlangsung lebih dari 6 jam.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2017).
Pengkajian dilakukan sebelum mendapatkan data lengkap. Data ini di
prioritaskan untuk menentukan kondisi ibu dan janin.
1. Identitas Pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, nomor rekam
media (RM), tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian,
dan kaji identitas penanggung jawab atas pasien
2. Data Kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling
dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian
3. Riwayat Obstetrik dan Ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat
menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang
lalu, riwayat kehamilannya saat ini, dan riwayat keluarga berencana

7
4. Riwayat Penyakit
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien
dan keluarganya memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau
diabetes mellitus (DM)
5. Pola Kebutuhan Sehari – Hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari – hari pada pasien seperti
pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB
dan BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa
nyaman (Pasien merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus,
perineum menonjol). Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau
hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi,
kebutuhan belajar.
6. Pemeriksaan Fisik
Mengkaji keadaan umum pasien terlebih dahulu seperti glasgow coma
scale (GCS), tingkat kesadaran, tanda – tanda vital (TTV). Dilanjutkan
dengan melakukan pemeriksaan fisik head to toe dari :
1) Kepala : Pemeriksaan pada rambut, telinga, mata, mulut, dan leher.
Apakah ada kelainan pada bagian tertentu, ada benjolan atauu tidak,
ada edema atau tidak.
2) Dada : Pemeriksaan pada mamae, areola
3) Abdomen : Pemeriksaan leopold, tinggi fundus uteri (TFU), detak
jantung janin (DJJ)
4) Genetalia dan perineum : Pemeriksaan dalam seperti vaginal
toucher (VT), status portio, warna air ketuban.
5) Ekstremitas atas dan bawah : Lihat dan raba apakaj ada tanda –
tanda edema, varises, dan sebagainya.
7. Data Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dalam
mendiagnosa KPD yaitu :
1) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi,

8
bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban
mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH: 4-5,
dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes Lakmus (tes
Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan
adanya air ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina
dapat menghasilkan tes yang positif palsu. Mikroskopik (tes pakis) dengan
meneteskan air 17 ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam cavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion
B. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
3. Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi
lahir prematur

9
C. Perencanaan Keperawatan (Tujuan, Intervensi, Rasional Tindakan)

NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


KEPERAWATAN TINDAKAN
1. Nyeri akut Pain level, Pain control, Pain management
berhubungan Comfort level 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui
dengan terjadinya Setelah dilakukan tindakan komprehensif yang meliputi sejauh apa nyeri yang
ketegangan otot keperawatan, klien mampu lokasi, karakteristik, dirasakan oleh pasien
rahim mengontrol nyeri dengan onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
kriteria hasil : intensitas atau beratnya nyeri pasien
1. Mampu mengontrol nyeri dan faktor pencetus
(Ttahu penyebab nyeri, 2. Observasi adanya petunjuk 2. Untuk memantau
mampu menggunakan adakah rasa nyeri yang
nonverbal mengenai
teknik non farmakologi tidak bisa pasien
ketidaknyamanan terutama
untuk mengurangi nyeri, katakan
mencari bantuan) pada mereka yang tidak dapat
2. Melaporkan bahwa nyeri berkomunikasi secara efektif 3. Untuk mengurangi
berkurang dengan 3. Pastikan perawatan analgesik rasa nyeri pasien
menggunakan manajemen bagi pasien dilakukan dengan
nyeri pemantauan yang ketat 4. Untuk meminimalisir
3. Mampu mengenali nyeri 4. Ajarkan penggunaan teknik non rasa nyeri pasien
(Skala, intensitas, farmakologi (Terapi Relaksasi)
frekuensi dan tanda nyeri) 5. Berikan informasi mengenai 5. Agar menambah
4. Menyatakan rasa nyaman nyeri seperti penyabab nyeri, informasi pasien
setelah nyeri berkurang berapa lama nyeri dirasakan
5. Tanda vital dalam rentang
normal
2. Risiko infeksi Immune status, knowldege Infection protection
berhubungan infection control 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Mendeteksi dini resiko
dengan ketuban Setelah dilakukan tindakan hal bahaya pada pasien
pecah dini keperawatan, klien memahami 2. Monitor hasil lab leukosit 2. Agar mengetahui
informasi mengenai infeksi apakah kadar leukosit
dengan kriteria hasil : dalam tubuh tinggi
1. Klien bebas dari tanda dan 3. Monitor keamanan terhadap 3. Meminimalisir
gejala infeksi infeksi kolonisasi bakteri dan
2. Mendeskripsikan proses kuman
penularan penyakit, factor 4. Monitor masukkan nutrisi dan 4. Membentuk antibodi
yang mempengaruhi cairan yang cukup yang kuat
penularan serta 5. Instruksikan pasien minum 5. Menekan resiko
pelaksanaannya antibiotik sesuai resep infeksi terjadi
3. Menunjukan kemampuan 6. Ajarkan pasien tanda dan gejala 6. Mendeteksi dini resiko
untuk mencegah infeksi hal bahaya pada pasien
timbulnya infeksi 7. Observasi DJJ 7. Memastikan reguler
4. Jumlah leukosit dalam atau iregulerkah djj
batas normal
3. Ansietas b.d Mengontrol Kecemasan Pengurangan kecemasan
perubahan status Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong keluarga untuk selalu 1. Dorongan positif dari
kesehatan keperawatan, klien mampu mendampingi pasien keluarga berdampak
mengontrol kecemasan dengan sangat positif bagi
kriteria hasil : psikologis pasien
1. Mengurangi penyebab 2. Ciptakan lingkungan yang tenang 2. Agar pasien merasa
kecemasan dan tanpa distraksi nyaman dan tetap
2. Menggunakan strategi rileks
koping yang efektif 3. Dorong klien mengambil posisi 3. Agar pasien merasa
3. Menggunakan teknik yang nyaman nyaman dan tetap
relaksasi rileks
4. Mempertahankan 4. Minta klien untuk rileks dan 4. Agar pasien bisa
hubungan sosial merasakan sensasi yang terjadi mencurahkan seluruh
5. Mempertahankan tidur perasaannya dan
adekuat merasa lega
6. Mengendalikan respon 5. Tunjukkan dan praktikkan teknik 5. Agar pasien dapat
kecemasan relaksasi pada klien meminimalisir cemas
11
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. Kamitsuru, Shigemi (2018) NANDA – I Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Huda, Amin. Hardhi Kusuma (2015) NANDA NIC – NOC Jilid II. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction Jogja

Kasiat. Rosmalawati, Wayan. (2016) Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta Selatan :


Pusdik SDM Kesehatan

Mochtar, Rustam. (1998) Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing Outcomes


Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan. United Kingdom Elsevier

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing Interventions


Classification (NIC) United Kingdom : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai