Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA IBU “Y” DENGAN


MASALAH KESEHATAN TB PARU PADA REMAJA “D”

TUGAS INDIVIDU
Disusun sebagai Kelengkapan Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Oleh :
NADIYAH FITHRIYANI
NIM. 171.0065

Dosen Pembimbing:
HIDAYATUS SYA’DIYAH, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
JUNI 2020

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui
menyerang manusia dan menjadi penyebab utama kematian diseluruh dunia.
Penyakit ini menular melalui udara yang mengandung kuman mycobacterium
tuberculosis yang dikeluarkan saat penderita batuk, bersin, maupun berbicara.
Penyakit ini memerlukan pengobatan yang lama yaitu 6 bulan (Naga, Sholeh
S, 2014). Dukungan keluarga sangat penting untuk penyembuhan penyakit
ini, keluarga perlu memberikan dukungan dan menjadi pengawas minum obat
(PMO) untuk anggota keluarganya yang menderitan TB paru. perilaku
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita TB paru
dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki tentang TB paru. Seseorang yang
memiliki pengetahuan yang tinggi maka akan sadar terhadap perilaku sehat
dan pengobatan terhadap penyakit TB paru yang dideritanya (wahyudi dalam
Tugas keluarga memberikan perawatan pada anggota keluarganya yang
menderita sakit TB paru masih kurang, salah satunya yang tampak yaitu,
keluarga tidak pernah mengingatkan anggota keluarganya menutup mulut saat
batuk dan kurang dalam menyediakan makanan yang bergizi, serta kurang
perhatian terhadap penyakit yang diderita anggota keluarganya.
Ketidakmampuan keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota
keluarganya yang menderita TB paru dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu kurangnya informasi mengenai konsep penyakit TB paru, cara
pengobatan TB paru, cara perawatan TB paru, dan pencegahan penularan TB
paru yang dapat berdampak pada prilaku kesehatan keluarga, menigkatkan
resiko penularan dan kambuhnya penyakit, bahkan menimbulkan kematian.
Dari beberapa faktor diatas seringkali muncul masalah ketidakefektifan
menejmen kesehatan keluarga , sehingga sangat perlu diberikan dukungan
pengasuhan (caregiver), peningkatan keterlibatan keluarga, dan mobilisasi
keluarga.
Pemberian pendidikan kesehatan sangat penting diberikan untuk pasien
dan anggota keluarganya seperti dukungan pengasuhan (caregiver) seperti

2
memberikan informasi pada caregiver mengenai dukungan pelayanan
kesehatan pada pasien TB, dukungan pengambilan keputusan seperti
menginformasikan kepada pasien mengenai solusi dengan cara yang jelas dan
mendukung mengenai TB, dan peningkatan keterlibatan keluarga seperti
menginformasikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kondisi pasien dan
anggota keluarga . Menurut WHO yang menyebutkan bahwa untuk merubah
perilaku diperlukan startegi diantaranya adalah melalui cara pemberian
pendidikan kesehatan tentang cara pencegahan penularan penyakit, dan cara
mencapai hidup sehat untuk mencapai hal tersebut tugas keluarga dibidang
kesehatan sangat diperlukan antara lain adalah mengenal masalah kesehatan
keluarga, memutuskan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga yang
sakit, memodifikasi lingkungan untuk menunjang kesehatan, dan dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik. Permasalahan kesehatan akan
teratasi jika keluarga mempunyai kemampuan dalam melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga. Selanjutnya dengan bekal pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran mereka, dan pada akhirnya kan menyebabkan
anggota keluarga memiliki prilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
Perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh
kesadaran dan bukan paksaan.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan
keluarga dengan TB Paru.
b. Tujuan khusus
1. Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan TB Paru.
2. Dapat merencanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB Paru.
3. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dengan TB Paru.
4. Dapat melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan TB Paru.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan untuk
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu-
individu yang ada didalamnya dilihat dari interaksi yang reguler dan
ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk
mencapai tujuan umum ( Duval 1972, dalam Ali 1999, hal. 4 ).
Keluarga adalah dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan ( Departemen
Kesehatan RI 1988, dalam Ali 1999, hal. 5 ). Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah
perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga berinteraksi satu
dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya ( Bailon dan Magloya 1989, dalam Ali
1999, hal. 5 ).
b. Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya
menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi.
Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan
pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan
kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi
(Potter & Perry, 2005).
c. Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Tahap Perkembangan
Anak Usia Remaja

4
1. Pengertian
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap
kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini
berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau
lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19
atau 20 tahun ( Friedman, 1998, hal. 124). Dimulai saat anak
pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20
tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi
dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya
terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada
tahapan ini seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang
tua dan anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan
berdampak pada hubungan selanjutnya. ( diadaptasi dari Duval,
dalam Setiawati & Dermawan, 2008, hal. 20).
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun
dan biasanya berakhir sampai pada usia 19 sampai 20 tahun, pada
saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
lebih dewasa ( Mubarak, 2009, hal. 89 ). Berlangsung di usia 13-
19 tahun (selama 6-7 tahun). Metamorfosis: pergeseran yang luar
biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, pergeseran dimulai
dengan kematangan fisik remaja, sejalan dengan peran orangtua
memasuki pertengahan hidup (Preto, 1988, dalam
perawatindonesia.org, 2010).
2. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja
Tugas perkembangan keluarga saat ini:
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan
seimbang dan tanggung jawab mengingat remaja adalah
seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi)
2) Memelihara komunikasi terbuka

5
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga
4) Mempersiapkan berubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga
(Duvall, 1985)
3. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap
Perkembangan Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang
ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan anggota-anggota
keluarga,terus menerus mengritik atau buat komentar-komentar
yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota
keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja.
Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik
rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya
psikologis pada setiap usia, terlebih selama masa remaja karena
pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya
pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh
rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan
bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan
masa remaja. Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan
pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama,
dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan
pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang
hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan
hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah.
Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam
masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang ang selalu
mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap
tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat
penyesuaian sosial yang baik.

6
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang
indah dan penuh romantika, padahal sebenarnya masa ini
merupakan masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan hanya bagi
dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa ini akan
membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih
anak-anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang
dewasa. Situasi ini membuat mereka dalam kondisi konflik,
sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau
tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam
usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang
tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan
nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Pendapat
orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun
sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang
kuat. Orang yang dianggap penting dalam masa ini adalah teman
sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan gaya
teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng,
dengan menjadi anggota geng mereka akan saling memberi dan
mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-
geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari
kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-
tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak
akan berani melakukannya secara individual.
Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah
masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu
sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang
menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi
disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan
kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah
banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya
kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi

7
diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan
sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum
dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari
kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton
film porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar
norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan
sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih
bijaksana dalam menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah
dengan mengurangi control secara bertahap terhadap anaknya,
sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara
bertahap sampai akhirnya dewasa.
4. Masalah-masalah kesehatan
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya
baik. Tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting.
Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan
keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai
dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat
dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa
mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari
perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya mereka ini
lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada
remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya
yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena atletik juga
umum terjadi (Friedman, 1998, hal. 127).
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga
berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan
konseling seks merupakan bidang perhatian yang relevan. Dalam
mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak
dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda,
remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji
kehamilan, menggunakan obat-obatan, uji AIDS, keluarga

8
berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin.
Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk
menerima perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua
diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum
mereka dikumpulkan (Friedman, 1998, hal. 127).
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang
hubungan dan bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan
dan hubungan remaja dengan orang tua. Konseling langsung yang
bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber dalam
komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat
rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan,
pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan
(Friedman, 1998, hal. 127).
2.2 Konsep Masalah
TB paru biasanya menyerangi pada usia produktif 15-60 tahun. Hal ini
mengharuskan perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan anak remaja. Tak hanya pada keluarga dengan anak
remaja, tapi bahkan bisa kepada keluarga dengan lansia. TB paru ini
menyerang sistem pernafasan, dan biasanya orang yang terkena TB paru
ini mengalami gangguan pernafasan.
2.3 Konsep Penyakit
a. Pengertian
Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
paru-paru dan dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI ,
2002)
TB Paru adalah suatu penyakit menular kronis yang disebabkan
oleh kuman Mycobakterium tuberculosis yang menyerang paru-paru
dan organ lain ditandai dengan batuk-batuk lebih dari tiga minggu,
batuk darah, demam nyeri dada dan sesak nafas bila penyakit sudah
lanjut. (Suyono. S, 2001, hal 820).

9
TB Paru adalah penyakit infeksi kronis (menahun) yang
disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis, dan biasanya
terdapat pada paru-paru,tetapi mungkin juga pada organ tubuh
lainnya. (Misnadiarly , 2006).
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman
Mycobakterium tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai
hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer. (Mansjoer. A, 2000)
b. Penyebab
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan
oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan
tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam
cairan mati dalam suhu 60°C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya
menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor terjadinya
fibrosis
dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel (FKUI, 2005).
c. Tanda dan Gejala
Keluhan yang dirasakan pasien Tuberculosis dapat bermacam-
macam atau bahkan tanpa ada keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Penderita Tuberculosis akan mengalami berbagai gangguan
kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, subfebris, berkeringat tanpa
sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan anorexia.
Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan
kematian.
1. Gejala Umum : Batuk terus menerus dan berdahak selama 3
minggu atau lebih. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Sifat batuk dimulai dengan batuk kering kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif.
2. Gejala lain yang sering dijumpai :

10
1) Dahak bercampur darah / Hemaptoe. Hal ini terjadi karena
terdapat pembuluh darah yang pecah, kebanyakan batuk darah
pada penderita Tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat
juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
2) Sesak nafas. Sesak terjadi karena infiltrasi sudah meliputi
setengah bagian dari paru-paru.
3) Nyeri dada. Nyeri dada terjadi bila infiltrat radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan pleura sewaktu pasien menarik dan melepaskan
nafasnya.
4) Anorexia. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam dan demam. Keringat malam disebabkan oleh irama
temperatur sirkadian norman yang berlebihan.
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a) Demam
b) Malaise
c) Anoreksia
d) Penurunan berat badan
e) Batuk ada atau tidak
f) Peningkatan frekuensi pernapasan
g) Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h) Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i) Demam persisten
j) Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan
penurunan berat badan
d. Komplikasi
Penyakit tuberkolosis paru bila tidak ditanganin dengan benar
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan
komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
poncet’s arthropathy

11
2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas ->SOPT (Sindrom
Obstruksi Pasca Tuberkolosis), kerusakan parenkim berat->
fibrosis paru, korpulmonal, amiloidosis, karsinoma pari, sindrom
gagal nafas dewasa
e. Penatalaksanaan
Dalam pengobatan Tb paru dibagi menjadi 2 bagian:
1. Jangka pendek
- Dengan cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1-3
bulan Strecptomicin injeksi 750 mg
- Ethambutol 1000 mg
- Isoniazid 400 mg
2. Jangka panjang
Tata cara pengobatan: setiap 2x seminggu, dengan lama
pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan. Dengan
menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksaan sputum BTA A dengan kombinasi obat
- Rifampicin
- Isoniazid (INH)
- Ethambutol
- Pyridoxin (B6)
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mencegah
kematian, mencegah kakambuhan atau resistensi terhadap OAT
serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkolosis
terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7bulan). Panduan obat digunakan terdiri dari obat
utama dan obat tambahan. Jenis obat yang utama yang digunakan
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah rifampisin, INH,
pirasinamid, streptomisin, dan ethambutol. Sedangkan jenis obat
tambahan adalah kanamisin, kuinolon, maurolide, dan amoksilin+
asam klavulanat, derivat rifampisin/INH.
f. Masalah Keperawatan yang Muncul
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

12
2. Gangguan pertukaran gas
3. Ketidakefektifan pola napas
4. Hipertermi.
5. Nyeri akut.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
7. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
8. Resiko kontaminasi

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Agar di peroleh data pengkajian yang akurat dan sesuaidengan keadaan
keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa yang mudah dimegerti
yaitu bahasa yang digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji sesuai dengan teori pengkajian keluarga Friedman:
1. Pengkajian Tahap I
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses
perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk
mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. (Setiawati Santun,
2008). Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model
Family Centre Nursing Friedman, meliputi 8 komponen pengkajian yaitu:
1) Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
(1) Nama Kepala Keluarga (KK)

13
(2) Umur (KK)
(3) Pekerjaan Kepala Keluarga (KK)
(4) Pendidikan Kepala Keluarga (KK)
(5) Alamat dan nomor telepon
b) Komposisi anggota keluarga
No Nama L/ Umur Hub. Pekerjaan Pendidikan
. P Keluarga
1. Tn. M L 40 th Suami Supir SMP
2. Ny. Y P 38 th Istri Satpam SMA
Umur penderita Tuberkulosis Paru, seringkali berasal dari usia
produktif (15 – 60 tahun) (Soeparman, Sarwono Waspadji, 1990).
Angka tertinggi pada wanita ditemukan pada usia 40 – 50 tahun,
sedangkan laki-laki usia lebih dari 65 tahun. Pada wanita angka
pravelensinya masih lebih rendah dan meningkatnya juga lebih
sedikit dibandingkan laki-laki (Crofton, John, 1998). Jenis
pekerjaan yang berat akan lebih tinggi terjadinya Tuberkulosis
Paru, seperti : tukang batu, kuli, dan buruh bangunan.
c) Genogram
Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera
nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar atau
simbol.
d) Tipe keluarga
Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah
ada yang menderita penyakit Tuberkulosis Paru
e) Suku bangsa
(1) Asal suku bangsa keluarga
(2) Bahasa yang dipakai keluarga
(3) Kebiasaaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan
f) Agama
(1) Agama yang dianut keluarga
(2) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
g) Status sosial ekonomi keluarga

14
(1) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
Dampak keluarga yang berpenghasilan kurang atau kepala
keluarga yang tidak mampu bekerja lagi, mudah terserang
Tuberkulosis Paru karena keadaan gizi menurun dan daya
tahan tubuh semua anggota keluarga rendah. Sehingga
kemungkinan terserang Tuberkulosis Paru sangat besar.
Sedangkan penderita Tuberkulosis Paru memerlukan
perawatan yang lama, rutin, dan biaya untuk pengobatan.
(2) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
(3) Tabungan khusus kesehatan
(4) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot,
transportasi)
Keadaan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan masalah
pendidikan, ini disebabkan karena ketidakmampuan keluarga
dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi dan kurangnya
pengetahuan tentang masalah Tuberkulosis Paru pada salah satu
anggota keluarga, sehingga tidak mampu merawat penderita
dengan baik yang mengakibatkan kondisi bertambah buruk, dan
timbul komplikasi.
h) Aktifitas rekreasi keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam rekreasi
atau refreshing. Rekreasi tidak harus ke tempat wisata, namun
menonton TV, mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
rekreasi keluarga.
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak
tertua)
b) Tahap perkambangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat keluarga inti
(1) Riwayat terbentuknya keluarga inti.
(2) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit
menular atau penyakit menular di keluarga)

15
Tingkat perkembangan pada tahap pembentukan keluarga akan
didapati masalah dengan social ekonomi yang rendah karena harus
belajar menyesuaikan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Keluarga baru belajar memecahkan masalah. Dengan keadaan tersebut
berpengaruh pada tingkat kesehatan keluarga. Social ekonomi yang
rendah pada umumnya berkaitan erat dengan masalah kesehatan yang
mereka hadapi disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidak
tahuan dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi (Effendy,1998).
Tidak adanya riwayat keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
tidak berpengaruh pada status kesehatan keluarga.
3) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)
a) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular dikeluarga.
b) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
c) Lingkungan
Lingkungan rumah yang bersih, pembuangan sampah dan
pembuangan limbah yang benar dapat mengurangi penularan TBC
dan menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosa. TBC sangat
erat berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kumuh.
Tempat tinggal yang sempit, padat, sanitasi yang tidak terjaga,
polusi udara juga menjadi potensi tersebarnya Tuberkulosis Paru.
(1) Karakteristik rumah:
Keadaan rumah yang sempit, ventilasi kurang, udara yang
lembab termasuk rumah dengan kondisi di bawah standart
kesehatan. Salah satu factor yang bisa menyebabkan kuman
tuberculosis bertahan hidup adalah kondisi udara yang lembab
(Depkes RI, 2002). Lingkungan perumahan yang kumuh,
berdebu, kurang ventilasi, penerangan yang tidak adekuat,
keadaan kamar tidur yang pengab karena sinar matahari tidak
dapat masuk, kasur yang tidak pernah dijemur merupakan
faktor-faktor yang menyebabkan kuman-kuman Tuberkulosis
mudah menyebar dan menular
(a) Ukuran rumah (luas rumah)

16
(b) Kondisi dalam dan luar rumah
(c) Kebersihan rumah
(d) Ventilasi rumah
(e) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
(f) Air bersih
(g) Pengelolaan sampah
(h) Kepemilikan rumah
(i) Kamar mandi/wc
(j) Denah rumah
(2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal:
(a) Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
(b) Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
(c) Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
Penderita Tuberkulosis Paru cenderung merasa rendah diri
dalam pergaulan dengan tetangga dan masyarakat, oleh karena
itu penderita tidak perlu dikucilkan atau diasingkan. Jika rajin
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan secara berkala dan
minum obat secara teratur, maka penderita dapat disembuhkan.
(3) Mobilitas geografis keluarga
(a) Apakah keluarga sering pindah rumah
(b) Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah
menyebabkan stress)
Status rumah yang dihuni oleh keluarga apakah rumah sendiri
atau menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut,
dan pindah dari daerah mana.
(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Bakteri tuberculosis dapat menular dari ke orang melalui
udara. Semakin sering kontak langsung dengan penderita
bereksiko sekali tertular TBC. Terutama yang merawat di
rumah berkesempatan terkena TBC dari pada yang berada di
tempat umum.

17
(5) Perkumpulan/organisasi social yang diikuti oleh anggota
keluarga.
(6) Sistem pendukung keluarga
Dukungan keluarga untuk penderita dengan memberikan
motivasi dan semangat agar penderita tertib minum obat, rajin
memeriksakan diri, penyediaan gizi yang sesuai anjuran.
Adanya sistem pendukung dalam keluarga diharapkan
membantu proses kesembuhan.
(7) Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami
masalah
4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan
dua arah akan sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling
mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus melakukan
pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan.
(1) Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
(2) Cara keluarga memecahkan masalah
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana
kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga.
(1) Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami
masalah
(2) Power yang dilakukan keluarga
c) Struktur peran (formal dan informal)
Peran seluruh anggota keluarga. Bila anggota keluarga dapat
menerima dan melaksanakan perannya dengan baik akan membuat
anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam
keluarga dan masyarakat.

18
d) Nilai dan norma keluarga
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang
ditampakan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang
berlaku dalam keluarga. Persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan yang terjadi di keluarga dalam hal ini Tuberkulosis
Paru.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
(1) Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih
sayang
(2) Perasaan saling memiliki
(3) Dukungan terhadap anggota keluarga
(4) Saling menghargai, kehangatan
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota
keluarga yang sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan.
Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit.
b) Fungsi sosialisasi
(1) Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia
luar
(2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain. Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita
dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita
asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya .Sosialisasi
sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5
tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu :
(1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

19
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan
sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidak sanggupan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga
salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan .
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda
dan gejala, akibat, pancegahan, perawatan dan pengobatan
TBC.
(2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga,dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan
keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
bahkan teratasi. Ketidak sanggupan keluarga mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan
karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.
(3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar,
tetapi keluarga memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan
tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.
(4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan
kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan.

20
Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga
diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat.
(5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga.
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit
memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar
masalah teratasi.
6) Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi
reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan
berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
7) Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
8) Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangkan panjang dan stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga
b) Respon keluarga terhadap stress
c) Strategi koping keluarga
d) Strategi adaptasi yang disfungsional: Adakah cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaptive
Bila koping keluarga tidak efektif terhadap stressor yang akan
menyebabkan stress yang berkepanjangan.Hal ini akan mempengaruhi
daya tahan tubuh .
9) Keadaan Gizi Keluarga
a) Pemenuhan gizi (gizi dalam keluarga terpenuhi atau tidak)

21
b) Upaya lain (upaya keluarga untuk memenuhi asupan gizi
keluarga)
Pada penderita tuberculosis mengalami nafsu makan menurun bila
terjadi terus menerus akan menyebabkan penderita menjadi lemah.
Bagi penderita tuberculosis dianjurkan diet Tinggi Kalori Tinggi
Protein (TKTP).
10) Pemeriksaan fisik (head to toe)
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata
mulut, THT, Leher, Thorax, abdomen, ekstermitas atas dan
bawah, sistem genitalia.
(a) Inspeksi
- Observasi penampilan umum penderita : tubuh kurus,
postur tubuh cenderung membungkuk, dan tampak
lemah.
- Observasi kulit : Pucat. Turgor buruk, kering/bersisik
3) Batuk berdahak (produktif/non produktif)
- Sesak nafas, gelisah/distraksi
- Berhati-hati pada area yang sakit, terutama pada daerah
dada
(b) Palpasi dada
- Pengembangan paru yang tidak simetris (efusi pleural)
- Nyeri dada
(c) Perkusi dada
Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau
penebalan pleural)
(d) Auskultasi paru dan dada
Kaji frekuensi pernafasan, irama kedalaman, bunyi nafas
tidak normal (ronchi, mengi atau stridor).
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.
11) Harapan keluarga

22
a) Terhadap masalah kesehatan keluarga
b) Terhadap petugas kesehatan yang ada
2. Pengkajian tahap II
1) Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
keluarga, meliputi:
a) Persepsi terhadap keparahan penyakit
b) Pengertian penyakit
c) Tanda dan gejala penyakit
d) Faktor penyebab
e) Persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengambil keputusan,
meliputi:
a) Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah
b) Masalah dirasakan keluarga
c) Bagaimana keluarga mengambil keputusan terhadap keluarga
yang sakit
3) Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, meliputi:
a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
d) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4) Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga memelihara
lingkungan, meliputi:
a) Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
b) Pentingnya hygiene sanitasi
c) Upaya pencegahan penyakit.
5) Pengkajian terkait kemampuan keluarga menggunaan fasilitas
keluarga, meliputi:
a) Keberadaan fasilitas kesehatan
b) Keuntungan yang didapat

23
c) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
d) Pengalaman keluarga yang kurang baik
e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
sangat berpengaruh dalam perawatan tuberculosis baik untuk
mendapatkan informasi maupun pengobatan. Beberapa tempat yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi tuberculosis adalah Puskesmas,
BP4, Rumah Sakit dan Dokter pratek swasta.
3.2 Analisis Data, Diagnosis Keperawatan dan Prioritas Masalah
a. Analisa data
Analisa data dilakukan setelah pengkajian, selanjutnya data dianalisa
untuk dapat dilakukan perumusan diagnosa keperawatan. Tahapan analisa
data adalah:
1. Validasi data
2. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan
spiritual.
3. Membandingkan dengan standart.
4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
b. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang
telah disepakati, terdiri dari:
1. Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
(individu).
2. Penyebab (etiology ,E) adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga,
yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat
anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subyektif dan obyektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.

24
c. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (NANDA 00099 Hal 146)
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan (NANDA 00078 Hal 147)
3. Hambatan pemeliharaan rumah (NANDA 00098 Hal 240)
d. Prioritas Masalah
Dalam merumuskan diagnosa dalam keperawatan keluarga perlu
dilakukan prioritas masalah dan adanya kriteria prioritas masalah. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1. Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.
2. Perlu mempertimbangkan masalah-masalan yang dapat mengancam
kehidupan keluarga seperti masalah penyakit.
3. Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap
asuhan keperawatan yang akan diberikan.
4. Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka
hadapi.
5. Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah
kesehatan/ keperawatan keluarga.
6. Penetahuan dan kebudayaan keluarga (Effendy,1998).
Kriteria prioritas masalah
Beberapa kriteria dalam penyusunan prioritas masalah menurut Effendy
(1998:52)
1. Sifat masalah, dikelompokkan menjadi : ancaman kesehatan, keadaan
sakit atau kurang sehat dan situasi krisis.
2. Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah kemungkinan
keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila
dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi masalah TBC dapat dirubah adalah:
a. Pengetahuan dan tindakan untuk menangani masalah TBC.
b. Sumber daya keluarga, diantaranya adalah keuangan, tenaga,
sarana dan prasarana.

25
c. Sumber daya perawatan, diataranya adalah pengetahuan dan
ketrampilan dalam penanganan masalah TBC serta waktu.
d. Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi,
seperti posyandu, polindes dan sebagainya.
3. Potensi masalah TBC untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya
masalah TBC yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah TBC adalah :
1) Hal-hal yang berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah
TBC yang menunjukkan pada prognosa dan beratnya TBC yang
diderita oleh anggota keluarga.
2) Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan
untuk mencegah dan mengobati masalah TBC dalam rangka
meningkatkan status kesehatan keluarga.
3) Lamanya masalah, berhubungan dengan beratnya masalah TBC
pada keluarga dan potensi masalah untuk dicegah.
4) Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok
yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
5) Menonjolnya masalah TBC,adalah cara keluarga melihat dan
menilai masalah TBC dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk
diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.
3.3 Intervensi Keperawatan / Rencana Tindakan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan
mencegah masalah keperawatan penderita.Tahapan ini disebut perencanaan
keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan,
menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
Tujuan dan Kriteria
Diagnosis Intervensi
No. Hasil
Keperawatan (NIC)
(NOC)
1. Ketidakefektif Setelah dilakukan 1. Tentukan pengetahuan

26
an kunjungan rumah kesehatan dan gaya hidup
pemeliharaan selama 360 menit, perilaku saat ini pada
kesehatan diharapkan keluarga keluarga
(NANDA mampu 2. Lakukan skrining
00099 Hal mempertahankan kesehatan pada keluarga
146) kesehatan secara 3. Kaji tingkat pengetahuan
efektif. keluarga terkait penyakit
Kriteria Hasil: yang diderita salah satu
1. Keluarga anggota keluarga
memiliki 4. Jelaskan mengenai proses
pengetahuan penyakit, tanda gejala,
untuk penyebab, dan komplikasi
meningkatkan dari penyakit
perilaku 5. Review pengetahuan
kesehatan keluarga mengenai
2. Keluarga mampu kondisinya
melakukan 6. Edukasi keluarga
pemeriksaan mengenai tindakan untuk
kesehatan yang mengontrol/meminimalka
direkomendasika n gejala dari penyakit.
n 7. Bantu keluarga memilih
3. Keluarga mampu profeisonal perawatan
mengetahui kesehatan yang tepat
pentingnya
skrining
pencegahan
2. Ketidakefektifa Setelah dilakukan 1. Tentukan motivasi pasien
n manajemen kunjungan rumah terhadap perubahan
kesehatan selama 360 menit, perilaku
(NANDA diharapkan klien 2. Kaji tingakt pengetahuan
00078 Hal 147) mampu pasien terkait dengan
memanajemen proses penyakit yang

27
kesehatan dirinya spesifik
secara efektif. 3. Review pengetahuan
Kriteria Hasil: pasien mengenai
1. Klien mampu kondisinya
memonitor tanda 4. Jelaskan mengenai proses
dan gejala penyakit, tanda gejala,
penyakit. komplikasi, dan tindakan
2. Klien mampu untuk mengontrol atau
memonitor tanda meminimalkan gejala
dan gejala 5. Diskusikan perubahan
komplikasi gaya hidup yang mungkin
3. Klien mematuhi diperlukan untuk
aturan mencegah komplikasi di
pengobatan masa yang akan datang
atau mengontrol proses
penyakit
3. Hambatan Setelah dilakukan 1. Tentukan kebutuhan
pemeliharaan kunjungan rumah pemeliharaan rumah
rumah selama 360 menit, pasien
(NANDA diharapkan keluarga 2. Libatkan keluarga dalam
00098 Hal 240) mampu untuk memutuskan kebutuhan
mempertahankan pemeliharaan rumah
lingkungan yang 3. Sediakan informasi
meningkatkan mengenai bagaimana
kesehatan. membuat rumah aman
Kriteria Hasil: dan bersih
1. Pencahayaan
cukup
2. Pemeliharaan
gedung rumah
baik
3. Kebersihan

28
lingkungan baik
4. Suhu ruangan
baik

3.4 Implementasi Keperawatan / Pelaksanaan Tindakan


Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual,
teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat
dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik
yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan
prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Mansjoer, A.(2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Ausculapius.

Naga, Sholeh S. (2014). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.


Jogjakarta:
Diva Press.

30

Anda mungkin juga menyukai