Anda di halaman 1dari 32

STASE KEPERAWATAN KELUARGA

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN TUMBUH


KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH DI KELUARGA Tn. M
DI DUSUN GUNTING GILANGHARJO PANDAK
BANTUL YOGYAKARTA

Di Susun Oleh :

ASMAYANTI
3217021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) ( ) ( )
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA
SEKOLAH

A. Teori Keluarga
1. Definisi
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan ( Jhonsons
dan Leny, 2010).
Duval dan Logan (1986) dalam Effendi dan Makhfudi (2009)
menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,
2010).
2. Tipe-Tipe Keluarga
Macam-macam tipe keluarga menurut Jhonsons dan Leny (2010)
Ada beberapa tipe keluarga yaitu:
a. Menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga
orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah
menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri
dari suami istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak
adopsi.
b. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah)
dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari
salah satu atau dua pihak orang tua atau Keluarga orientasi (keluarga
asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
c. Selain itu terdapat juga keluarga luas atau keluarga besar yang ditarik
atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini
yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah meliputi hubungan antara paman, bibi,
keluarga kakek, dan keluarga nenek.
Pembagian tipe keluarga menurut Anderson Carter dalam Effendi dan
Makhfudi (2009) adalah:
a) Kelurga inti (nuclear family), keluarga yang terdiri atas ayah, ibu , dan anak.
b) Keluarga besar (extended family), keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c) Keluarga berantai (serial family), kelurga yang terdiri atas wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d) Keluarga duda atau janda (single family), keluarga ini terjadi karena adanya
perceraian atau kematian.
e) Keluarga berkomposisi, keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama.
f) Keluarga kabitas, keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
Pembagian tipe keluarga menurut konteks keilmuan dan pengelompokkan
orang adalah (Effendi dan Makhfudi, 2009):
a) Nuclear Family: keluarga inti tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
b) Reconstituted nuclear: pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu anak dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
c) Middle age atau aging couple: suami sebagai pencari uang, istri di rumah,
atau keduanya bekerja di luar rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah, perkawinan atau meniti karir.
d) Dyadic nuclear: pasangan suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
e) Single parent: keluarga dengan satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya. Anak-anaknya dapat tinggal di dalam atau di luar
rumah.
f) Dual career: suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g) Commuter married: pasangan suami istri atau keduanya sama-sama bekerja
dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada
waktu-waktu tertentu.
h) Single adult: wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
i) Three generation: tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
j) Institusional: anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti.
k) Cummunal: satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama berbagi fasilitas.
l) Group marriage: satu rumah terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga.
m)Unmarried parent and child: ibu dan anak yang pernikahannya tidak
dikehendaki dan kemudian anaknya diadopsi.
n) Cohobitating couple: dua oarang atau satu pasangan yang bersama tanpa
menikah.
o) Extended family: nuclear family dengan anggota keluarga lain tinggal dalam
satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga.
3. Ciri –ciri Struktur Keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga menurut Anderson Carter adalah:
a) Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
b) Ada keterbatasan: setiap anggota memilki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
c) Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
Struktur keluarga atau komposisi keluarga terdiri atas individu,
masing-masing dengan status dan kedudukan sosial serta posisi yang
diketahui, yang saling berinteraksi dengan cara reguler, dan berulang
berdasarkan sanksi sosial (Wong et al, 2008).
4. Fungsi dan Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar
pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan
yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut (Jhonson dan Leny,
2010):
a) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Lima fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah:
a) Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap
anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan
memilki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang dan
reinforcement. Keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif maka
seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Perceraian, kenakalan anak, atau masalah keluarga sering timbul sebagai
akibat tidak terpenuhinya fungsi afektif.
b) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosial
Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi antara anggota keluarga yang ditujukan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma, budaya, dan
perilaku melalui hubungan dan iteraksi dalam keluarga.
c) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah
sumber daya manusia. Adanya program keluarga berencana fungsi ini
sedikit terkontrol. Di sisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan
atau di luar ikatan perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru dengan
satu orang tua.
d) Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan
dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah.
Fungsi ini sukar dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan.
e) Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan
Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap
memilki produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam
memberikan perawatan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Fungsi ini merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian
keluarga. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan keluarga. Tingkat
pengetahuan keluarga tentang sehat sakit mempengaruhi perilaku
keluarga dalam masalah kesehatan keluarga.

5. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Tugas kesehatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam
Effendi dan Makhfudi (2009) adalah:
a) Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan
orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan berapa besar
perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-
fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam
membuat kepeutusan. Hal-hal yang harus dikaji oleh perawat adalah:
(1) Sejauh mana keluarga mengerti sifat dan luasnya masalah.
(2) Keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
(3) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami.
(4) Keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
(5) Keluarga mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan.
(6) Keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
(7) Keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
(8) Keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
(1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis, dan
perawatannya).
(2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
(3) Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
(4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik,
psikososial).
(5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan, keluarga harus mengetahui hal-hal
sebgai berikut:
(1) Sumber-sumber keluarga yang dimilki.
(2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
(3) Pentingnya hygiene sanitasi.
(4) Upaya pencegahan penyakit.
(5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
(6) Kekompakkan antar anggota keluarga.
e) Merujuk pada fasilitas kesehatan
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ini:
(1) Keberadaan fasilitas keluarga.
(2) Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan.
(3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
(4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

6. Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Duvval (1977) dalam Wong et al
(2008) adalah:
a) Tahap I: Perkawinan dan Tempat Tinggal Pribadi Penggabungan Keluarga
(1) Membangun kembali identitas pandangan.
(2) Membina hubungan dengan keluarga besar.
(3) Membuat kepeutusan mengenai masa menjadi orang tua.
b) Tahap II: Keluarga dengan Bayi
(1) Mengintegrasikan bayi ke dalam unit keluarga. Keluarga yang baru
memiliki anak di mulai ketika anak pertama anatara baru lahir dan
berusia 30 bulan.
(2) Mengakomodasi peran baru menjadi orang tua dan kakek nenek.
(3) Memelihara ikatan perkawinan.
c) Tahap III: Keluarga dengan Anak Prasekolah
(1) Mensosialisasikan anak.
(2) Orang tua dan anak menyesuaikan diri terhadap perpisahan.
d) Tahap IV: Keluarga dengan Anak Sekolah
(1) Anak menegmbangkan hubungan dengan teman sebaya.
(2) Orang tua melakukan penyesuaian dengan teman sebaya anak mereka
dan pengaruh sekolah.
e) Tahap V: Keluarga dengan Remaja
(1) Temaja terus mengembangkan autonomi.
(2) Orang tua memfokuskan ulang pada masa pertengahan perkawinan dan
masalah karier.
(3) Orang tua menggeser perhatian ke arah generasi yang lebih tua.
f) Tahap VI: Keluarga sebagai Pusat Landasan
(1) Orang tua dan dewasa muda menetapkan identitas mandiri.
(2) Melakukan kesepakatan ulang mengenai hubungan perkawinan.
g) Tahap VII: Keluarga Usia Paruh Baya
(1) Melakukan penyesuaian ulang terhadap identitas pasangan hidup
disertai pengembangan minat pribadi.
(2) Membina kembali hubungan yang melibatkan menantu dan cucu.
(3) Menyesuaikan diri dengan ketidakmampuan dan kemetian generasi
yang lebih tua.
h) Tahap VIII: Keluarga Lansia
(1) Menggeser peran bekerja menjadi masa senggang dan persiapan
pensiun atau pensiun penuh.
(2) Memelihara fungsi pasangan dan fungsi individu sambil beradaptasi
dengan proses penuaan.
(3) Mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan kehilangan
pasangan hidup dan/ atau saudara kandung dan teman sebaya.

7. Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)

 Keluarga mandiri tingkat I


a.       Menerima petugas perawatan kesehatan
b.  Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan

 Keluarga mandiri tingkat II


a.       Menerima petugas perawatan kesehatan
b.  Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana Keperawatan
c.       Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d.      Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan

 Keluarga mandiri tingkat III


 

a.       Menerima petugas perawatan kesehatan


b.  Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c.       Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d.      Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
e.       Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f.       Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

 Keluarga mandiri Tingkat IV


a.       Menerima petugas perawatan kesehatan
b.  Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c.       Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d.      Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
e.       Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f.       Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
g.      Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

B. TAHAP PERKEMBANGAN
1. Definisi
Perkembangan adalah proses pematangan atau maturasi fungsi organ
tubuh termasuk berkembangnya kemampuan mental intelegensia serta
perlakuan anak. Pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah tertib dan
teratur, proses yang dapat diprediksi dari embrio dan berlanjut sampai
meninggal.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-
organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian, aspek
perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi
dari masing-masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya
jantung untuk memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai
kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-benda
di sekelilingnya serta kematangan dan sosial anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi
(0-1 tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia
sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara
anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada
anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu
rentang cepat dan lambat.
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif,
konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak
tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai
perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan
kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Hal tersebut juga
dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini
sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan
mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak.
Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hampir sama dengan konsep
diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk
mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis.Salah satu
pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti bagaimana anak
lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya. Kemudian
perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk
mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat dilihat
seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan
menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan
terbentuknya perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia.
Perubahan perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan
yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya
yaitu anak-anak.
Tumbuh kembang, dianggap sebagai satu kesatuan yang
mencerminkan berbagai perubahan yang terjadi selama kehidupan.
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat
membelah diri dan mensisntesis protein baru yang menghasilkan
peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel (Wong et al,
2008).
Tumbuh kembang pada manusia menurut Hamid (2008) terjadi
sepanjang kehidupan yang terdiri atas beberapa tahap yang
berkesinambungan yang mencakup masa neonatus, bayi, todler, prasekolah,
sekolah, remaja, dewasa muda, tengah baya, dan dewasa tua atau lansia.
Tahap tumbuh kembang ditinjau dari perkembangan fisik dan psikososial.
Aspek perkembangan psikososial meliputi perkembangan emosional dan
sosial, kognitif serta moral (Hamid, 2008).

2. Tahap-tahap tumbuh kembang


a) Neonatus (lahir – 4 minggu)
Tumbuh kembang fisik neonatus ditandai dengan menangis,
bernapas cepat dan tidak teratur, nadi cepat, tonus otot kuat, bereaksi
terhadap stimulasi, dan warna kulit merah muda. Kepala tampak besar
dibandingkan badan, wajah bulat dengan tumpukan lemak pada pipi dan
rahang bawah, dan dada berbentuk silinder dengan kaki tampak pendek
jika diperhatikan dalam proporsi tubuh secara keseluruhan. Selam empat
minggu pertama kehidupan, berat badan neonatus bertambah 0,5-0,7 kg
dengan panjang badan bertambah 2,5 cm dari ukuran ketika beru lahir.
Perkembangan psikososial neonatus ditandai dengan
ketergantungan pemenuhan kebutuhan yang sangat tinggi terhadap kasih
sayang, kehangatan, kebersihan, makan minum, dan perlindungan.
Neonatus juga membangkitkan perilaku kasih sayang orang tua sehingga
terjalin hubungan saling membutuhkan. Rasa keterikatan emosional
dipengaruhi oleh kondisi kesehatan neonatus dan orang tua untuk
menentukan kebutuhan dan isyarat yang diekspresikan oleh neonatus.
Perkembangan kognitif neonatus pada dasarnya masih bersifat
sensorimotorik, yaitu gerakan seperti mengisap dan memegang sesuatu.
b) Bayi (1-12 bulan)
Tumbuh kembang tercepat terjadi pada masa bayi yang terlihat
melalui peningkatan kendali motorik yang mengikuti prinsip tumbuh
kembang, yaitu pola sefalokaudal dan proksimodistal. Tumbuh kembang
fisik bayi ditandai dengan bayi dapat mengendalikan kepala pada usia 3
bulan, mengendalikan torso usia 6 bulan, pengendalian terhadap tungkai
pada usia 9 bulan. Koordinasi mata-tangan sehingga bayi dapat
mengambil dan memegang sesuatu pada usia 6 bulan. Pada usia yang
sama sudah dapat berguling yang selanjutnya secra bertahap belajar
berjalan pada usia sekitar 12 bulan.
Perkembangan psikososial pada bayi melibatkan semua aspek
utama perkembangan yang penting untuk proses maturasi pada tahap
lebih lanjut, yaitu perkembangan emosi, kognitif, dan moral.
Perkembangan emosional merupakan kelanjutan pembinaan rasa percaya
versus tidak percaya yang telah dimulai sejak masa neonatus.
Penyelesaian tahap ini sangat menentukan bagaimana individu
menyelesaikan tahap tumbuh kembang selanjutnya. Pada tahun pertama
kehidupannya, bayi bergantung pada orang tua dalam pemenuhan
kebutuhan fisiologis maupun psikologisnya. Pemenuhan terhadap
kebutuhan tersebut diperlukan bayi untuk mengembangkan perasaan
percaya melalui sikap orang tua yang secara konsisten berespon terhadap
kebutuhan bayi, membuat lingkungan yang aman melalui rutinitas, peka
terhadap kebutuhan bayi dan pemenuhan kebutuhan secara terampil dan
sesegera mungkin.
Pada usia 7 hingga 9 bulan, bayi mulai menyadari bahwa dirinya
merupakan bagian terpisah dari orang tuanya. Bayi akan menangis jika
dipisahkan dari orang tua atau pengasuhnya. Harga diri merupakan
terbentuk melalui kegiatan fisik dan reaksi orang lain terhadap bayi.
c) Todler (1-3 tahun)
Pada masa ini, anak mulai mengembangkan kemandiriannya
dengan lebih mamahirkan keterampilan yang telah dipelajarinya ketika
masih bayi, seperti berjalan, berbicara, dan menyuap makanan sendiri.
Keseimbangan tubuh sudah lebih berkembang terutama dalam berjalan
yang sangat diperlukan untuk menguatkan rasa otonomi untuk
mengendalikan kemauannya sendiri.tumbuh kembang yang paling nyata
pada tahap ini adalah kemampuan untuk mengeksplor dan memanipulasi
lingkungan tanpa bergantung pada orang lain. Tampak saling keterkaitan
antara perkembangan dan pertumbuhan fisik dengan psikososial.
Tubuh anak berbeda pada waktu bayi. Bayi mempunyai torso
tubuh yang lebih panjang daripada anggota tubuh, sedangkan todler
mempunyai tungkai yang lebih panjang. Berat badan biasanya naik
secara perlahan. Todler juga belajar mengendalikan defekasi dan
berkemih menjelang usia tiga tahun.
Perkembangan aspek sosial dan emosional ditekankan pada
pengembangan pola otonomi versus malu dan ragu-ragu. Todler meniru
perilaku oarang dewasa yang menjadi contoh perannya. Todler juga
belajar menoleransi frustasi sampai batas tertentu, dan biasanya masih
mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan kegiatan. Mereka juga
sudah dapat mengidentifikasi dirinya sebagai anak laki atau wanita dan
meniru perilaku orang tua sejenis.
Perkembangan kognitif ditunjukkan malaui rasa ingin tahu
tentang diri mereka sendiri. Kebiasaan dan rutinitas menimbulkan rasa
aman bagi anak, kemampuan berbahasa juga menjadi lebih baik dan
mulai mengerti konsep waktu dan berespon jika disuruh menunggu.
Anak mulai mengerti baik buruk dan mencoba untuk mematuhi orang tua
untuk mendapatkan persetujuan dan menghindari hukuman.
d) Prasekolah (3-5 tahun)
Anak prasekolah telah menguasai keterampilan motorik kasar dan
halus, serta sudah mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik
secara verbal maupun nonverbal. Selama tahap ini, anak terus
menghaluskan keterampilan lain dalam persiapannya agar dapat
meluaskandunianya ke linkungan tetangga dan sekolah. Anak prasekolah
memfokuskan pengembangan kemampuan motorik halus melalui
gerakan, seperti menggunakan pensil dan menggambar.
Menurut teori Erikson, pada tahap prasekolah, anak
mengembangkan inisiatif versus rasa bersalah setelah berhasil
menanamkan rasa percaya dan otonomi yang berkembang pada tahap
sebelumnya. Inisiatif dapat berkembang jika anak merasa man
psikososial melalui interaksi yang sesuai dengan orang tuanya. Pada
masa ini anak tidak mampu membedakan antara kenyataan dengan
fantasi dalam semua situasi.
Kemampuan kognitif terlihat melalui pemikiran magis dan cara
berpikir yang konkret. Anak prasekolah masih terbatas kemampuan
menentukan ukuran, bentuk volume, usia dan waktu. Mereka biasanya
mengulangi perilaku yang memuaskan dirinya dan orang yang berarti
bagi dirinya, serta sudah tidak terlalu bergantung pada orang tua untuk
membatasi perilakunya.
e) Usia sekolah (5-12 tahun)
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekutan internal dan
tingkat kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar
rumah. Tugas perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan
interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan
keterampilan intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan motorik
halus, dan ekspansi keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik
dengan pesat mulai melambat pada usia 10 hingga 12 tahun. Bentuk
wajah berubah karena tulang wajah tumbuh lebih cepat dari pada tulang
kepala.anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih panjang,
koordinasi neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh.
Perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu
diberikan kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam
berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga. Anak juga mengamati
bahwa tidak semua keluarga berinteraksi dengan cara atau sikap yang
sama bahwa tiap keluarga mempunyai perbedaan norma tentang perilaku
yang diterima atau tidak diterima. Tugas perkembangan pada tahap ini
adalah mengembangkan pola industri (produktif) versus inferioritas
(rendah diri). Perkembangan seksual dan citra diri tidak hanya
berhubungan dengan aspek fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten,
penerimaan, dan penghargaan.
Perkembangan kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini, yaitu
menerapkan keterampilan merasionalisasikan pemahaman tentang ide
atau konsep. Mereka dapat menghubungkan antara konsep waktu dan
ruang, mampu mengingat, serta keterampilan mengumpulkan benda
sejenis. Anak usia sekolah juga belajar memperhatikan norma di rumah,
sekolah, agama, dan menghargai tokoh otoriter, seperti orang tua atau
guru.

f) Remaja (12-18/20 tahun)


Pertumbuhan fisik terjadi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu
dalam 18 hingga 36 bulan dan selesai selama masa pubertas. Remaja
putri tingginya bertambah 5 – 20 cm dan berat badan bertambah 7 – 25
kg yang dialami 2 tahun lebih awal daripada remaja putra. Pengaruh
hormonal pada pertumbuhan dan perubahan fisik remaja sangat nyata
terutama pada fungsi seksual atau karakteristik seks sekunder.
Pertumbuhan reproduktif berakhir pada usia 17 tahun.
Tugas psikososial pada tahap ini adalah mengembangkan
identitas kelompok dan rasa identitas pribadi dan menjalin hubungan
personal akrab, baik dengan teman pria maupun wanita sebagai identitas
versus kerancuan identitas.
Perkembangan kognitif pada tahap ini, remaja mampu berpikir
tentang cara mengubah masa depan dan mampu mengantisipasi
konsekuensi dari tiap perilaku mereka, serta dapat melihat hubungan
abstrak antara diri mereka dan lingkungannya. Dari segi moral, remaja
biasanya mulai menentang nilai-nilai tradisional dan mencoba
mengkajinya secara logis.
g) Dewasa muda (20-40 tahun)
(1) Gaya hidup personal berkembang.
(2) Membina hubungan dengan orang lain
(3) Ada komitmen dan kompetensi
(4) Membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan peran sebagai
orang tua
(5) Individu berusaha mencapai dan menguasai dunia, kebiasaan berpikir
rasional meningkat
(6) Pengalaman pendidikan, pengalaman hidup dan kesempatan dalam
pekerjaan meningkat.
h) Dewasa menengah (40-65 tahun)
(1) Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain,
seperti anak meninggalkan rumah
(2) Anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai meninggalkan rumah
(3) Dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis
lipatan pada muka, dan lain-lain
(4) Waktu untuk bersama lebih banyak
(5) Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara
menikah lagi (dangerous age).
i) Dewasa tua
(1) Young-old (tua-muda), 65-74 tahun : beradaptasi dengan masa
pensiun (penurunan penghasilan), beradaptasi dengan perubahan fisik,
dapat berkembang penyakit kronik.
(2) Middle-old (tua-menengah), 75-84 tahun : diperlukan adaptasi
terhadap penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan sensori
dan peningkatan ketergantungan terhadap orang lain.
(3) Old-old (tua-tua), 85 tahun keatas : terjadi peningkatan gangguan
kesehatan fisik.

3. Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud


1. Fase Oral: 0-1 tahun
Keuntungan:
a) Kepuasaan/kebahagian terletak pada mulut
b) Mengisap, menelan, memainkan bibir, makan, kenyang dan tidur.
Kerugian :
a) Menggigit, mengeluarkan air liur, marah, menangis jika tidak
terpenuhi.
2. Fase Anal : 1-3 tahun
Keuntungan:
a) Belajar mengontrol pengeluran BAB dan BAK, senang melakukan
sendiri
Kerugian:
a) Jika tidak dapat melakukan dengan baik.
3. Fase Phalic : 3-6 tahun
a) Dekat dengan orang tua lawan jenis
b) Bersaing dengan orang tua sejenis
4. Fase latent: 6-12 tahun
a) Orientasi social keluar rumah
b) Pertumbuhan intelektual dan social
c) Banyak teman dan punya group
d) Impuls agresivitas lebih terkontrol
5. Fase genital
a) Pemustan seksual pada genital
b) Penentuan identitas
c) Belajar tidak tergantung pada orang tua
d) Bertanggung jawab pada diri sendiri
e) Intim dengan lawan jenis.
f) Keuntungan: bergroup Kerugian: konflik diri, ambivalen.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang


a) Faktor Genetik
b) Faktor herediter konstitusional
c) Faktor lingkungan
Lingkungan ini meliputi aspek fisikobiopsikososial yang dapat berupa :
1) Orang tua : hidup rukun dan harmonis, persiapan jasmani, mental,
social yang matang pada saat membina keluarga, mempunyai tingkat
ekonomi/kesejahteraan yang cukup, cukup waktu untuk
memperhatikan, membimbing dan mendidik anak
2) Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan Ibu
dan Anak dengan jaringan dan fasilitas yang memadai dalam tenaga,
peralatan, anggaran dan mencakup seluruh populasi.
3) Di daerah perkotaan maupun pedesaan diciptakan keadaan yang cukup
baik dalam segi-segi : kesehatan, geografis, demografis, social
ekonomi.
4) Pendidikan di rumah, sekolah, diluar sekolah dan rumah untuk
pembinaan perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung
jawab, pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.

5. Masalah Yang Sering Terjadi Pada Tahap Tumbuh Kembang


a) Masalah pada anak-anak dari sejak lahir sampai usia 5 tahun.
(1) Sindroma Down
(2) Kerdil
(3) Autis
(4) Gangguan perkembangan bicara
b) Masalah utama anak usia sekolah dan remaja
(1) Penyesuaian diri di sekolah
(2) Bentuk tulang belakang yang abnormal
(3) Penyalahgunaan obat/substansi
c) Masalah pada usia pertengahan orang dewasa
(1) Diabetes
(2) Cacat fisik tubuh
(3) Osteoporosis
d) Masalah utama pada manula
1. Kerusakan penglihatan
2. Kerusakan pendengaran

6. Tugas Keluarga Sesuai dengan Tumbuh Kembang


a. Keluarga pemula
(1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
(2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harminis
(3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai
orangtua)
b. Keluarga dengan anak usia 1-3 tahun (toddler)
(1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.
(2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
(3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
(4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek
c. Keluarga dengan anak usia prasekolah
(1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan
(2) Mensosialisasikan anak
(3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain
(4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
(1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prastasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sehat
(2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
(3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
(1) Mengembangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
(2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
(3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
f. Keluarga melepaskan anak dewasa muda
(1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru didapatkan melalui perkawinan anak-anak
(2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
(3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun
istri
g. Orang tua usia pertengahan
(1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
(2) Mempertahankan hubungan – hubungan yang memuaskan dan penuh
arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak
(3) Memperkokoh hubungan perkawinan
h. Keluarga lansia
(1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
(2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
(3) Mempertahankan hubungan perkawinan
(4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
(5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
(6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan
integrasi hidup).

C. Anak Usia Sekolah


1. Definisi
Usia sekolah dasar adalah rentang usia 6-12 tahun. Usia
sekolah dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun, dimana
dimulai dengan masuknya anak ke lingkungan sekolah (Wong et al,
2008).
Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami
pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan fisik. Anak
yang berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun, dalam
periode ini sudah muncul kepekaan untuk belajar dan sifat ingin tahu.
Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka mempunyai
berbagai macam perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang,
di antaranya perbedaan intelegensi, kemampuan kognitif dan bahasa,
perkembangan kepribadian dan fisik (Papalia, 2008).
2. Pertumbuhan pada anak
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi
pada setiap makhluk hidup. Perubahan yang terjadi pada seseorang
tidak hanya meliputi perubahan fisik dengan bertambahnya berat
badan dan tinggi badan, namun juga perubahan dari segi lain sepeti
berfikir, emosi dan tingkah laku. Semua anak-anak tumbuh melalui
suatu tahapan pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, dan
emosional yang dapat diidentifikasi kualitas anak dapat dinilai dari
proses tumbuh kembang (Soetjiningsih, 2004).
Menurut Nursalam dkk (2005) pertumbuhan dan perkembangan
anak usia sekolah dapat diukur dengan berbagai macam, meliputi:
1) Parameter umum
Rata-rata tinggi badan anak usia 7-12 tahun 113 cm dan rata-rata berat
badan anak usia 6-12 tahun mencapai 21 kg.
2) Nutrisi
Kebutuhan kalori harian anak usia 7-12 tahun menurun sehubungan
dengan ukuran tubuh, dan rata-rata membutuhkan 2400 kalori perhari.
Banyak anak yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya satu jenis
makanan, yang disukai orang tua mempunyai peranan penting dalam
mempengaruhi pilihan anak terhadap makanan.
3) Pola tidur
Kebutuhan tidur setiap anak bervariasi, biasanya 8 sampai 9,5 jam
setiap malam.
4) Kesehatan gigi
Mulai sekitar usia 6 tahun gigi permanen tumbuh, dan secara bertahap
anak kehilangan gigi desidua.
5) Eliminasi
Pada usia 6 tahun, 85% anak memiliki kendala terhadap kandung
kemih dan defekasi, enurisis nocturnal (mengumpul) terjadi pada 15%
anak usaia 6 tahun.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak


Menurut Soetjiningsih (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan motorik anak, antara lain sebagai berikut :
a. Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum kehamilan atau pada saat kehamilan sering
menghasilkan berat bayi lahir rendah (BBLR), disamping itu dapat pula
menyebabkan hambatan otak janin yang mempengaruhi perkembangan
kecerdasan dan emosi.
b. Status gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana
kebutuhan makan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa. Status gizi
yang kurang akan mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik anak.
c. Stimulasi
Stimulasi merupakan hal penting dalam hal tumbuh kembang anak. Anak
yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih mudah
berkembang terutama dalam perkembangan motorik, seperti berjalan, berlari
dan melompat.
d. Pengetahuan ibu
Faktor pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi faktor perilaku
ibu dalam tumbuh kembang anak. Terbatasnya pengetahuan ibu
memungkinkan terhambatnya perkembangan anak. Pengetahuan ibu
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan motorik anak pada periode
tertentu.
4. Pemeriksaan perkembangan anak menurut Denver II
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih,
2009).
Perkembangan di nilai dengan 4 bagian antara lain:
a. Personal social (Perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Fine motor adaptive (Gerak motorik halus)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu.
c. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
d. Gross motor (Gerak motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Perkembangan motorik kasar pada anak usia 15 bulan mampu melangkah
dan berjalan dengan tegak. Pada sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki
tangga dengan cara satu tangan dipegang pada akhir tahun kedua sudah
mampu berlari-lari kecil, menendang bola dan mulai mencoba melompat
perkembangan motorik halus mampu mencoba menyusun atau membuat
menara dengan kubus, menggerakan jari-jari, membuat garis vertical.
Kemampuan bahasa pada anak sudah mulai ditunjukan dengan anak mampu
memiliki sepuluh pembendaharaan kata, kemampuan meniru dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukan dua
gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mampu menunjukan
lambaian anggota badan. Pada adaptasi social mulai membantu kegiatan
dirumah, menyuapi boneka, menggosok gigi dan mulai merapikan baju
(Hidayat, 2005). Adapun cara pengukuran dan cara penilaian sebagai
berikut :
a. Cara pengukuran Denver II :
1. Tentukan umur anak pada saat pemeriksaan.
2. Tarik garik pada lembar denver II sesuai dengan umur yang telah
ditentukan.
3. Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis
yang ada nilai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal
social.
4. Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan dan abnormal.
5. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang
akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12
bulan untuk satu tahun.
6. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah,
jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. Apabila
anak memiliki riwayat premature maka usia kronologisnya usia saat
tes dikurangi lama premature.
7. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis
horisontal tugas perkembangan pada formulir denver
8. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan
berapa yang F
9. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal,
Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.
b. Klasifikasi penilaian Denver II :
1. Jika anak mampu melakukan item di kanan garis usia maka nilainya
adalah advance.
2. Jika anak lulus, gagal atau menolak melakukan item 25-75% di mana
garis umur berada (garis putih) atau apabila anak gagal /menolak
melakukan item di kanan garis usia maka nilainya adalah normal.
3. Jika anak gagal atau menolak melakukan item dimana garis umur
berada di antara 75-90% maka nilainya adalah caution.
4. Jika anak gagal / menolak melakukan item di sebelah kiri garis usia
maka nilainya delay.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram :
a) Nama / inisial
b) Jenis Kelamin
c) Tanggal lahir/umur
d) Hubungan dengan kepala keluarga
e) Pendidikan
Pekerjaan
6) Tipe keluarga
7) Latar belakang budaya
8) Identifikasi religious
9) Status ekonomi
10) Aktifitas rekreasi/waktu luang
b. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Mobilitas geografis keluarga
3) Hubungan keluarga dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga.
c. Struktur keluarga.
1) Pola komunikasi keluarga.
2) Struktur Kekuatan keluarga.
3) Struktur Peran.
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif.
2) Fungsi Sosialisasi.
3) Fungsi ekonomi.
e. Stres dan koping keluarga.
1) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
2) Strategi koping yang diigunakan.
f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan sesuaii
dengan tahap perkembangan saat ini.
3) Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini.
4) Riwayat keluarga sebelumnya.
Pengkajian fokus:
a. Review kembali catatan medis masalah kesehatan yang berkaitan
dengan gangguan pada perkembangan anak
b. Kaji pengetahuan keluarga akan penyakit/masalah yang berkaitan
dengan gangguan tumbang anak
c. Tentukan perkembangan anak sesuai umurnya (dengan DDST)
d. Kaji kemampuan fungsional anak yang meliputi kemampuannya dalam
makan,mandi, berpakaian, berjalan, memecahkan masalah dan
berkomunikasi.
e. Kaji persepsi orang tua dan tingkat perkembangan anak dan
pengharapan mereka terhadap anaknya.
f. Kaji tentang hubungan orang tua denagan anak
g. Kaji sumber-sumber yang mendukung seperti tingkat perekonomian
keluarga dll yang dapat mendukung perkembangan anak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Potensial peningkatan status kesehatan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan
b. Kurang pengetahuan b/d Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatan.

INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa NOC NIC

1. Potensial Setelah dilakukan


peningkatan tindakan keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya
status kesehatan selama 3 kali kunjungan perawat dengan anggota
keluarga pada diharapkan keluarga keluarga dalam rangka
berhubungan dapat mempertahankan perencanaan tindak lanjut.
dengan atau meningkatkan status 2. Motivasi keluarga untuk tetap
Kemampuan kesehatan keluarga menjaga kesehatan
keluarga dalam Dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan kepada keluarga untuk
mengenal -Keluarga mengetahui segera membawa ke pusat
masalah tentang cara penanganan pelayanan kesehatan jika
kesehatan awal pada anggota anggota keluarga ada yang
keluarga yang sakit kurang sehat
-Keluarga mampu 4. Anjurkan keluarga untuk
mengenal dan menjaga PHBS di keluarga dan
menggunakan fasilitas lingkungan
kesehatan yang ada di
masyarakat sebagai
bagian dari upaya
kesehatan keluarga

2 Kurang Setelah dilakukan Teaching : disease Process


pengetahuan b/d tindakan keperawatan 1. Berikan penilaian tentang
Ketidaktahuan selama 3 kali kunjungan tingkat pengetahuan pasien
keluarga pengetahuan tentang tumbuh kembang
mengenal pengetahuan keluarga secara spesifik.
masalah mengenai penyakit 2. Gambarkan tanda dan gejala
kesehatan Diabetes Melitus dapa yang biasa muncul pada
meningkat dengan penyakit, dengan cara yang
kriteria hasil: tepat
a. Keluarg 3. Berikan pendidikan kesehatan
a menyatakan mengenai penanganan sesak
pemahaman dengan dengan baik dan benar.
menyebutkan dengan 4. Identifikasi kemungkinan
benar mengenai penyebab, dengan cara yang
tumbuh kembang anak tepat
75% benar. 5. Sediakan informasi pada
b. Keluarg pasien tentang kondisi, dengan
a mampu cara yang tepat
menyebutkan kembali 6. Diskusikan perubahan gaya
100% penanganan dan hidup yang mungkin
perawatan tumbuh diperlukan
kembang anak sesuai 7. Instruksikan mengenai tanda
usianya dan gejala yang tidak sesuai
dengan usia untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Christensen, P.J dan Kenny, J.W. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi


Model Konseptual. Alih bahasa Yudha, E.K dan Subekti, N.B ed.4.
jakarta: EGC.

Effendi, F dan Makhfudi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hamid, A.Y.S. (2008). Asuhan Keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

Jhonson & Leny. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Maryam, R.S. Ekasari, M.F. Rosidawati. Jubaedi, A. Batubara, I. (2008).


Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.

Nursalam, Susilaningrum & Utami. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan


Anak untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba.
Papalia, E. Diane. (2008). Human development. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.


Jakarta: Rineka Cipta.

Tamher dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika

Wong, D.L. Eaton, H.B. wilson, W. Winkelstein, M.L. dan Schwartz, P.


(2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa: Agus
Sutarna, Neti dan Juniarti, H.Y Kuncara; editor bahasa Indonesia,
Egi Komara Yudha et al. Vol 1 Ed. 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai