Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil
dan bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung.
Karakteristik ibu hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko tinggi
pada kehamilan terjadi pada kelompok usia 35 tahun, dikatakan usia tidak aman
karena saat bereproduksi pada usia 35 tahun dimana kondisi organ reproduksi
wanita sudah mengalami penurunan kemampuan untuk bereproduksi, tinggi badan
kurang dari 145 cm, berat badan kurang dari 45 kg, jarak anak terakhir dengan
kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4 (Hapsari, 2014).
Faktor penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat
mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu
kematian ibu dan bayi.
Berdasarkan data WHO (2015) AKI Indonesia pada 2015 mencapai 125 per
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya namun masih di atas target yang ditetapkan. Kematian ibu menurut
World Health Organization (WHO) adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 2 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan oleh
karena kecelakaan atau cedera. Kematian ibu 90% terjadi pada saat persalinan dan
segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu antara lain oleh sebab
perdarahan yaitu 28%, eklamsia sebesar 24% dan infeksi 11%. Sedangkan
penyebab tidak langsung adalah kurang energi kronis (KEK) saat kehamilan 57%,
anemia pada kehamilan 40% (Pusat Data dan Informasi, 2012). Selain itu
penyebab tidak langsung kematian ibu juga karena terlambat dalam mengambil
keputusan, terlambat tiba ke tempat rujukan, dan terlambat mendapatkan
pelayanan di fasilitas kesehatan. Penyebab lainnya adalah terlalu muda
melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, terlalu dekat jarak
kelahiran, rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kedudukan dan

1
peran perempuan, faktor sosial budaya, serta faktor transportasi (Kemenkes,
2012).
Penyebab lain dari meningkatnya angka kematian ibu adalah komplikasi
kehamilan yang dapat muncul melalui tanda bahaya kehamilan. Berdasarkan
penyebab tersebut kehamilan berisiko tinggi atau komplikasi kehamilan biasanya
terjadi karena faktor 4 terlalu dan 3 terlambat : Faktor 4 Terlalu yaitu: (1) Terlalu
muda (kurang dari 20 tahun); (2) Terlalu tua (lebih dari 35 tahun); (3) Terlalu
sering hamil (anak lebih dari 3); (4) Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilannya
(kurang dari 2 tahun). Faktor 3 Terlambat yaitu: (1) Terlambat mengambil
keputusan untuk mencari upaya medis kedaruratan; (2) Terlambat tiba di fasilitas
kesehatan; (3) Terlambat mendapat pertolongan medis (Kemenkes RI, 2017).

B. Rumusan Masalah
a.Bagaimana konsep dasar ibu hamil?
b. Bagaimana konsep kehamilan dengan resiko tinggi?
c.Bagaimana konsep asuhan keperawatan?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan ibu hamil resiko
tinggi
b. Tujuan Khusus
1. Agar mengetahui konsep dasar ibu hamil
2. Agar mengetahui konsep kehamilan dengan resiko tinggi
3. Agar mengetahui konsep asuhan keperawatan

2
D. Manfaat
a. Untuk mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga dengan
ibu hamil resiko tinggi
b. Untuk perguruan tinggi
Untuk menambah literatur tenatng asuhan keperawatan keluarga dengan ibu
hamil resiko tinggi
c. Untuk masyrakat
Menambah ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga dengan
ibu hamil resiko tinggi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Ibu Hamil


A. Pengertian
Bumil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami
kehamilan.
Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan
persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28
minggu), trimester III (28 – 42 minggu).
B. Konsep Pertumbuhan / Perkembangan Fisik
1. Perubahan/ Pertumbuhan Fisik
a. Perubahan Pada Kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu.
Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga
menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum).
Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang berwarna hitam di
sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya
tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae
sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih
menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang
memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam
dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang
ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi
terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2
jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan
stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh
melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis.

4
b. Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti
leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
c. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan
semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk
memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan
yang terlihat pada payudara adalah:
1) Payudara membesar, tegang dan sakit
2) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
3) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta
muncul areola mamae sekunder
4) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae
membesar dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery
mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu
lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang
biak bakteri.
5) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai
kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada
kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak
putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih
kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak.
Cairan ini disebut kolostrum.
d. Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar.
Biasanya hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum
kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan
membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol
ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba
serta linea nigra.

5
e. Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya
kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh
darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai
dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan
janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna
hitam kebiruan (tanda Chadwick).
f. Perubahan padaTungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil
tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi
karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah
kanan atau kiri.
g. Perubahan Sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
2. Perkembangan/ Perubahan Psikologis
a. Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
b. Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan
mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat.
Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
c. Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih
introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.
3. Masalah yang Sering Terjadi
a. Respon Terhadap Perubahan Citra Tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk
tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit
berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang nyata,
penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status
kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan
menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring
bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan
batasan–batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri
sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman. 

6
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai –
nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah
seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya
terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan,
perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita
perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan
hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi
yang permanen tentang diri mereka.
b. Ambivalensi Selama Masa Hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang
simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau
suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami
individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru.
Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama
hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari
waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap
kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan
seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang
kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti
melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi
tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam
merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat
mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi
(Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat,
kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi
yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat
kembali saat–saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa
sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia
dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah
menyebabkan anaknya cacat.

7
c. Hubungan Seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa
pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka,
sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang
berbeda–beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi, dan
interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil,
masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra
tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah
pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I
seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia
merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II
kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang
meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk
melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan
keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan
kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan
seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu
terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat
menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan
merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak memahami
perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama
masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku
pasangannya. Dengan membicarakan perubahan-perubahan yang
mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan
menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat
memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada
pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin
dialami wanita selama masa hamil.

8
d. Kekhawatiran terhadap Janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda–beda
selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul
pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya
keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan
kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika
janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan
dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah
kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan
membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk
memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna.
Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat
meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti
semakin tidak dipikirkan orang tua.
4. Tugas Perkembangan
a. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah
menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam
gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan
dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya
dalam menerima kehamilan.
1) Kesiapan menyambut kehamilan 
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna
bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu
komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun,
merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima
kehamilan. Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu
hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun
tidak diinginkan, bergantung pada keadaan. 
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu
gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis tentang
kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan

9
kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “tidak
yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan
perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda
validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa
malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan
dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu
mencari validasi medis dini. 
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat
bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak
yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak
wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan
sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut
ketika mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring
meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang anak,
akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima
kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak.
Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya
hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
2) Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya
sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis
dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka
memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri
akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan
untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum
keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang
terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai
pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas
terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang-
orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air

10
mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta
kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya
karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama
sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon
ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan
mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama
menopause.
Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap
nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya
perilaku yang tidak menentu ini. 
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka
tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia
membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang
dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa
pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan
menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif.
Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar,
meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita
hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya
perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung
kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman
yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai
suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa
nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa
senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir
dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan
diri terhadap rasa tidak nyaman ini.

11
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya
mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan
untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya.
Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan
koping perlu dilakukan.
b. Mengenal Peran Ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap
kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika
ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya.
Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga
membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir,
menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen.
Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka,
menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan
pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai
anak-anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat
dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi
penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap
adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua. Wanita yang lain
tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu
bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak
menginginkan kehamilan dan keputusan-keputusan yang berkaitan
denga karir dan anak harus diselesaikan.
c. Hubungan Ibu-Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode
prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan
melamunkan dirinya menjadi ibu. Mereka mulai berpikir seakan-
akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu
seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan
bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat, penuh
cinta, dan dekat dengan anaknya.

12
Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan
membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan,
kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang
harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan
mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum
dilahirkan ini. menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan
menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya
sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan,
dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan
pengalaman. 
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil
sebagai suatu proses perkembangan. Banyak wanita khususnya
Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi
persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang
tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara
perempuan, teman, orang yang tidak dikenal). Mereka akan
mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan
perawatan. Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan
proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya.
d. Hubungan Dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya
ialah ayah sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti
menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh
pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit
gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan
lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Ada 2
kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil
(Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda –
tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah
merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak
dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga menyatakan

13
bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi
sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota
baru tersebut.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke
waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan
pasangan untuk selama-lamanya. melaporkan bahwa hubungan istri
dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia
mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan
suami-istri akibat peran dan aspek-aspek baru yang ditemukan
dalam diri masing-masing pasangan.
e. Kesiapan Untuk Melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan
napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu
tidur ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk
berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat
mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung
mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga
rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk
menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau
campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir
kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita
siap masuk ke tahap persalinan.

B. Konsep Kehamilan Dengan Resiko Tinggi


A. Pengertian
Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor resiko
yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam
jiwa ibu dan janin
Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami risiko
atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan, bila
dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.

14
1. Kriteria Ibu Hamil dengan Faktor Resiko, yaitu:
a. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Paritas primipara (kehamilan pertama) atau kehamilan telah
lebih dari empat.
c. Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun
d. Tinggi badan kurang dari 142 cm
e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm pada trimester III
2. Ibu Hamil Yang Tergolong Resiko Tinggi yaitu:
a. Ibu hamil yang sering pusing berat, penglihatan kabur, kaki
bengkak dan kenaikan tekanan darah
b. Ibu hamil dengan kelainan letak (sungsang atau lintang
c. Ibu hamil yang diperkirakan bayinya kembar
d. Riwayat kehamilan jelek
e. Ibu dengan riwayat penyakit jantung, ginjal, TBC, liver,
hipertensi dan penyakit berat lainnya.

B. Masalah yang sering terjadi


Ada beberapa masalah yang sering ditemukan pada wanita hamil dengan
usia di atas 35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang muncul
pada saat kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga masalah-masalah pada
janin. Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga akan lebih sering
mengalami masalah pada kandung kemih dibandingkan wanita hamil
dengan usia yang lebih muda. Resiko-resiko lainnya adalah resiko
keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan melalui operasi
Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara
normal, dan juga memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi cacat.
Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi
medis berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine dan tumor
otot. Fibroid uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan lain di
dinding uterus, membentuk tumor.

15
Fibroid uterine dan tumor otot bisa menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan
vagina saat kehamilan berkembang. Jika wanita tersebut hamil di atas usia
40 tahun, tingkat keparahannya bahkan lebih berat lagi.
Problem-problem tadi bisa bertambah dengan adanya hemoroid (wasir),
inkontinensi (kesulitan menahan keluarnya urin), varises, problem-problem
pembuluh darah, nyeri otot, nyeri punggung, dan juga proses melahirkan
yang lebih sulit dan lebih panjang.
Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko keguguran
dan melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di atas 35
tahunan juga memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau saat
proses melahirkan. Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan, namun
pada wanita dengan usia 35 tahun ke atas, resiko ini lebih besar, yaitu 7 dari
1000 kehamilan.
Hal lain yang perlu diwaspadai pada kehamilan diusia 35 tahun keatas
aalah terjadinya pre-eklamsia. Gejala awalnya adalah tekanan darah yang
meningkat secara drastis hingga lebih dari 140/90 mmHg, rin mengandung
protein, terjadi pembengkakan pada pergelangn kaki, tangan dan wajah. Bila
terdiagnosis pre-eklamsia harus diperiksa juga fungsi organ-organ tubuh
yang lain seperti ginjal, jantung, paru, mata, otak dan sistem syaraf.
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu. Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih
dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi
selama kehamilan.
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom.
Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya
kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik,
perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH
secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause. Selain itu kelainan
kehamilan juga berpengaruh.

16
Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan akibat Ibu hamil dengan risiko
tinggi adalah sebagai berikut:
1. Bayi lahir belum cukup bulan.
2. Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
3. Keguguran (abortus).
4. Persalinan tidak lancar / macet. 
5. Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan. 
6. Janin mati dalam kandungan. 
7. Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
8. Keracunan kehamilan / kejang-kejang.
C. Pencegahan
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, yaitu dengan
cara:
1. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama
masa kehamilan.
2. Dengan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali. 
3. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif. 
4. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.

17
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
b. Nama Kepala Keluarga : Tn.D
c. Umur : 24 tahun
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Buruh
f. Pendidikan : SD
g. Telepon : -
h. Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
i. Alamat : desa karang anyar RT.01 RW.09 Kota situbondo
j. Komposisi keluarga :
No Nama Hub dgn KK Umur JKSuku PendidikPekerjaan Status GiziStatus
an Saat Ini Imunisasi
Terakhir Dasar
1. Tn. kandung 31 L Madura, SD buruh baik Lengkap
Delon thn indonesia
2. Ny. kandung 26th P Madura, SMP buruh baik Lengkap
Nunung n indonesia

k. Genogram

l. Tipe keluarga :

18
a. Jenis tipe keluarga
Keluarga Tn. Delon merupakan Nuclear Family (keluarga inti)
karena terdiri dari suami, istri, anak.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
Keluarga Tn. Delon mengatakan tidak ada masalah yang terjadi
di keluarganya selain masalah kesehatan yang diderita oleh
Ny.N
m. Suku Bangsa
a. Latar Belakang Etnis Keluarga
Keluarga Tn. D berasal dari suku madura, bahasa sehari-hari
yang digunakan keluarga Tn. D adalah bahasa madura. Bahasa
yang digunakan dirumah untuk berinteraksi dengan anggota
keluarga juga menggunakan bahasa madura.
b. Tempat tinggal keluarga
Tempat tinggal keluarga Tn. D dalam sebuah lingkungan yang
secara etnis sama yaitu rata-rata tetangga yang inggal di
lingkungan rumah Tn. D asli suku madura, bahasa yang
digunakan keluarga Tn. D untuk berinteraksi dengan tetangga
menggunakan bahasa madura
n. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Agama yang dianut
Keluarga Tn. D beragama Islam, keluarga Tn. D merupakan
keluarga yang taat beribadah, menjalankan perintah agama dan
aktif mengikuti pengajian yang ada di lingkungannya yang di
adakan seminggu sekali. Apabila di keluarga ada yang sakit,
keluarga selalu berdoa demi kesehatan dan berharap
persalinannya lancar.Tidak ada budaya di keluarga yang
bertentangan dengan kesehatan.

b. Status ekonomi
Status ekonomi keluarga Tn.D merupakan ekonomi menengah.
Sumber penghasilan kelurga Tn. Arif hanya mengandalkan dari

19
hasil bekerja Tn. D dan Ny. D sebagai buruh harian lepas ±
1.500.000 perbulan. Menurut pengakuan keluarga penghasilan
yang ada saat ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Keluarga juga mengatakan penghasilan perbulan dicukup-
cukupkan untuk kebutuhan.
o. Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn. D mengatakan bahwa dalam kegiatan anggota
keluarganya tidak ada program rekreasi keluar rumah dan hanya
menghabiskan waktu luangnya dirumah dengan menonton TV dan
berkumpul bersama
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. D berada dalam tahap perkembangan keluarga tahap I
yaitu keluarga Pemuda. Dengan tugas perkembangannya yaitu:
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
c. Keluarga Berencana (keputusan dengan kedudukan sebagai
orangtua)
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga Tn.D belum bisa memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan
yang semakin meningkat, dan kehidupan yang lebih sejahtera.
III. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
1. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny.N mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah mengalami
masalah kesehatan seperti diabetes, hipertensi, TBC, dan penyakit
lainnya.
a. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Imunisasi Tindakan
Keadaan Masalah
No Nama Umur BB (BCG/Polio/D yang telah
kesehatan kesehatan
PT/Campak) dilakukan
Tn.
1. 24 65 Sehat Lengkap Tidak ada -
Delon

20
Ny. Ibu Hamil
2. 20 70 Sakit Lengkap -
Nuraeni Terlalu muda

b. Sumber kesehatan yang telah dimanfaatkan


Mengatakan apabila di keluarganya ada yang sakit selalu
membawanya berobat ke puskesmas terdekat. Ny. N juga selalu
memeriksa kandungannya ke posyandu atau puskesmas.
IV. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristik rumah
a. Gambaran tipe tempat tinggal
Mengatakan bahwa rumahnya milik sendiri, terdiri dari 1 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi. Tipe bangunan
rumah adalah permanen keadaan lantai terbuat dari terlasa,
ventilasi udara cukup. Keluarga Tn. D selalu menggunakan
jamban pribadi yang berada di dalam rumah. Keluarga Tn.D
selalu menggunakan sumber air yang berasal dari sumur galian
dengan kualitas air bersih dan jernih, menurut keluarga
pembuangan air kotoran atau limbah keluarga adalah ke selokan
yang letaknya dari jamban ± 15 meter.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tetangga keluarga Tn. D cukup ramah, tempat tinggal keluarga Tn.
D di dusun dengan tipe tempat tinggal pemukiman warga, jarak
antara rumah cukup berdektan. Huubungan dengan tetangga sangat
akrab dan mereka saling berinteraksi. Interaksi ini juga didukung
dengan adanya penggajian di kampung tersebut
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. D mengatakan tidak pernah berpindah tempat sejak
menikah

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Mengatakan waktu untuk berkumpul dengan keluarga besarnya
biasanya hanya pada hari-hari besar saja seperti Idul fitri. Sedangkan

21
pada hari-hari biasa Tn. D dan Ny. Nunung berkerja sampai sore.
Interaksi dengan masyarakat sangat baik karena masyarakat
disekitarnya cukup ramah dan ada juga yang masih saudara jadi
sudah tidak canggung lagi.
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat ada dua orang, yaitu Tn D dan
Ny. Nunung. Keluarga Tn. D mengatakan tidak mempunyai alat
untuk pertolongan pertama seperti alat P3K, tetapi keluarga Tn. D
mengatakan ada banyak dukungan dari masyarakat dan keluarga
untuk kelancaran dalam kehamilan Ny. Nunung
V. Struktur Keluarga
1. Komunikasi keluarga
mengtakan komunikasi dilakukan secara musyawarah untuk
menyelesaikan masalah, pola komunikasi di dalam keluarga berjalan
dengan lancar dan terbuka. Komunikasi dilakukan pada malam hari
ketika anggota keluarga berkumpul bersama.
2. Stuktur kekuatan keluarga
Ny. Nunung mengatakan komunikasi di dalam keluarganya berjalan
lancar, apabila salah satu anggota keluarga mendapatkan masalah
maka akan diselesaikan secara musyawarah, dan Tn.D sebagai
pengambil keputusan. Keluarga sering berinteraksi dengan anak
saudara, kerabat dan tetangganya.
3. Struktur peran
Tn. D berperan sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab mengurus
rumah tangga. berperan sebagai ayah yang mencari sumber ekonomi
dan mengurus semua anggota keluarganya.
4. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan nilai
agama yang di anut dan norma yang berlaku di lingkungannya.
VI. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif

22
Tn. D mengatakan selalu mengajarkan istrinya agar selalu saling
menghormati, menghargai, dan menyayangi satu sama lain.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. D berinteraksi dengan baik dengan masyarakat di
lingkungannya. Ny. Nunung kadang mengikuti dalam pengajian yang
ada dikampungnya yang diadakan seminggu sekali.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Tugas perawatan keluarga
1) Mengenal masalah keluarga
Ny. Nuraeni mengatakan tidak mengetahui tentang pengertian,
penyebab, tanda gejala dan resiko ibu hamil terlalu muda
2) Mengambil keputusan
Ny. Nuraeni mengatakan ketika ada maslah kesehatan Tn.D
selalu konsul ke puskesmas atau bidan terdekatnya.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn. D Mengatakan khawatir terhadap kandungannya
karena tidak tahu cara merawat anggota keluarga dengan
kehamilan 4T (terlalu muda).
4) Memelihara lingkungan
Keluarga Tn. D kurang mampu dalam memodifikasi
lingkungan dengan baik, lingkungan ruamah terlihat kotor dan
kurang nyaman, memiliki sedikit pencahayaan dan ventilasi
yang cukup dan selalu membersihkan rumah.
5) Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Keluarga mengatakan sudah mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan yang mudah di jangkau, keluarga memahami
tentang keuntungan yang dapat di peroleh dari fasilitas
kesehatan, keluarga percaya terhadap petugas kesehatan di
puskesmas dan di Rumah Sakit. Ny. Nunung mengatakan
merasa senang atas pelayanan yang diberikan oleh petugas
kesehatan, keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
terdekat.

23
4. Fungsi reproduksi
Mengatakan menikah karena sama – sama suka bukan karena di
jodohkan, sebelumnya tidak pernah menggunakan KB Ny. Nunung
sekarang sedang mengandung anak pertama
5. Fungsi ekonomi
Kebutuhan sandang, pangan dan papan keluarga bisa terpenuhi
dengan mengandalkan dari hasil bekerja Tn. D dan ny. Nunung
sebagai buruh harian lepas yaitu ± 1.500.000 perbulan.
VII. Stress dan koping keluarga
1. Stessor jangka pendek dan panjang
Sejak 1 terakhir ini kondisi tidak terlalu fit karena setiap pagi suka
merasakan mual dan ketika sore menjelang malam selalu meriang,
sedangkan Ny. Nunung juga harus bekerja pagi hari dan harus
membersihkan rumah
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Keluarga merasa kasihan dengan kondisi sehingga terkadang Tn.D
juga membantu membersihkan rumah
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga menerima keadaan dengan rasa ikhlas dan tabah, dan untuk
sementara keluarga saling membantu agar pekerjaan rumah dapat
terselelaikan.
VIII. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik ibu hamil dan anggota keluarga
Jenis Pemeriksaan Tn. Delon Ny. Nunung
Keadaan umum
tensi 120/80mmHg 120/90 mmHg
nadi 80x/mnt 88x/mnt
RR 22x/mnt 20x/mnt
Suhu 36,5oC 36,7oC

BB 68 BB sebelum hamil 35 kg
saat hamil 58 kg

24
TB 170 cm

LL -
LK -
GPA - 10-09-2019
HPHT - 8 Bulan
Usia Kehamilan -
IMT
Pemeriksaan Cepalo  Bentuk kepala bulat, rambut  Bentuk kepala bulat,
Caudal bersih, tidak ada benjolan rambut bersih, tidak ada
Kepala Dan Rambut dikepala benjolan dikepala
 Kedua lubang hidung tampak  Kedua lubang hidung
Hidung simetris, kebersihan bersih, tampak simetris,
tidak ada cuping hidung, tidak kebersihan bersih, tidak
ada keluaran cairan dari ada cuping hidung, tidak
hidung, klien dapat mencium ada keluaran cairan dari
bau kayu putih hidung, klien dapat
 bentuk simetris, tidak ada luka mencium bau kayu putih
di telinga, tidka ada keluaran  Bentuk simetris, tidak
cairan dari telinga ada luka di telinga, tidka
 Mata tampak simetris, tidak ada keluaran cairan dari
ada keluaran cairan telinga
Telinga konjungtiva berwarna merah  Mata tampak simetris,
 Mulut lembab, tidak pecah- tidak ada keluaran cairan
pecah lidah bersih, gigi masih konjungtiva berwarna
utuh tidak ada luka dimulut merah
 Tidak teraba kelenjar thyroid,  Mulut lembab, tidak
Mata tidak nyeri tekan, dan tidak pecah-pecah lidah bersih,
adanyeri nelan. gigi masih utuh tidak ada
 Pergerakan dada simetris, luka dimulut
tidak menggunakan otot bantu  Tidak teraba kelenjar

25
Mulut, Gigi, Lidah, dan tidak ada suara nafas thyroid, tidak nyeri
Tonsil Dan Pharing tambahan tekan, dan tidak ada
 Bunyi jantung S1 S2, irama nyeri telan
teratur  Pergerakan dada
simetris, tidak
leher dan tenggorokan menggunakan otot bantu
tidak terkaji
dan tidak ada suara nafas
tambahan
 Bentuk bulat TFU tidak
 Bunyi jantung S1 S2,
terkaji, pemeriksaan leovold
irama teratur
tidak terkaji
Dada/thorak bentuk payudara sietris dan
 Di ekstremitas atas tidak
pemeriksaan paru tidak ada benjolan
edema, CRT < 2 dtk, kekuatan
 Bentuk simetris, bising
otot di ekstremitas bawah tidak
usus 12xmnt, tidak ada
ada edema, CRT < 2 dtk,
distensi, tidak ada nyeri
kekuatan otot
tekan
 Tidak terkaji
 Di ekstremitas atas tidak
a. Saraf olfaktorus: klien bisa
Pemeriksaan jantung edema, CRT < 2 dtk,
mencium bau handbody
payudara kekuatan otot di
b. Saraf optikus : klien dapat
ekstremitas bawah tidak
melihat tulisan papan nama
ada edema, CRT < 2 dtk,
c. Saraf okilomotorius: klien
kekuatan otot
dapat menggerakan bola mata
Pemeriksaan abdomen  Tidak terkaji
d. Saraf troklearis: klien dapat
a. Saraf olfaktorus: klien
menggerakan bola mata
bisa mencium bau
e. Saraf trigenimus: klien dapat
handbody
mengunyah dan klien dapat
b. Saraf optikus: klien
mengekspresikan wajahnya
ekstremitas, kuku dan dapat melihat tulisan
dengan senyum
kekuatan otot papan nama
f. Saraf abdusen: klien dapat
c. Saraf okilomotorius:
mengatur pergerakan mata
klien dapat menggerakan
terbuti saat di kaji klien
bola mata
mengikuti arahan dari

26
mahasiswa d. Saraf troklearis: klien
g. Saraf fasialis : klien dapat dapat menggerakan bola
Genetalia dan anus membedakan antara rasa pahit mata
pemeriksaan dan manis e. Saraf trigenimus: klien
h. Saraf vestibulokokle aris : dapat mengunyah dan
klien dapat mendengan suara klien dapat
perawat dalam jarak kurang mengekspresikan
lebih 30 cm wajahnya dengan
i. Sarafa glosofaringeus: klien senyum
dapat membedakan rasa pahit f. Saraf abdusen: klien
dan manis dapat mengatur
j. Saraf vagus: pergerakan mata terbuti
k. Saraf aksesorius: klien dapat saat di kaji klien
mengerakan kepala dan bahu mengikuti arahan dari
mahasiswa
g. Saraf fasialis : klien
l. Saraf hipoglosus: klien dapat dapat membedakan
mengatur pergerakan lidah antara rasa pahit dan
manis
h. Saraf vestibulokokle
aris: klien dapat
mendengan suara
perawat dalam jarak
kurang lebih 30 cm
i. Saraf glosofaringeus:
klien dapat membedakan
rasa pahit dan manis

j. Saraf aksesorius: klien


dapat mengerakan kepala
dan bahu

27
k. Saraf hipoglosus: klien
dapat mengatur
pergerakan lidah

IX. Data Penunjang


1. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb di Puskesmas situbondo hasilnya Hb 12 mg/dl.
2. Harapan keluarga
Keluarga Tn. Arif berharap dengan adanya penyuluhan kesehatan
tentang ibu hamil dengan 4T (Terlalu Muda) mampu meningkatkan
kesiapan menjadi orang tua. Ny. Nunung juga berharap agar dapat
melahirkan dengan lancar
B. ANALISA DATA
Nama Klien: Ny. Nunung
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Kehamilan muda Kesiapan
Ny. Nunung mengatakan meningkatkan
belum ada kesiapan untuk Tidak berpengalaman menjadi orang tua
menjadi orang tua, ibu juga hamil
mengatakan bahwa ini
kehamilan yang pertama Kurangnya
Do: tampak gelisah pengetahuan merwat
TD: 120/80 mmHg bayi
Nadi: 88 x/mnt
RR: 20 x/mnt Ketidaksiapan menjadi
Suhu: 36,7°C orang tua
2. DS : ketidak mampuan Ansietas
Ny. N mengatakan keluarga dalam
khawatir karena setiap sore merawat anggota
sampai malam sering keluarga yang sakit

28
meriang, mual dan juga
kehilangan selera makan

Do:
Klien tampak gelisah, pucat
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 88 x/mnt
RR: 20 x/mnt
Suhu: 36,7°C

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


1. Defisit pengetahuan pada Ny. N keluarga Tn.D berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
2. Ansietas pada Ny. N keluarga Tn. D

D. SKORING PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA


1. Kurang pengetahuan b.d ketidak mampuan keuarga mengenal masalah
Skor x
No Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Bobot
1. Sifat masalah kurang sehat dibuktikan
tidak/kurang sehat dengan DS Ny. N
mengatakan tidak mengetahui
3
3 1 x1=1 tentang pengertian resiko
3
DO= TD: 120/90 mmHg
Nadi: 88x/mnt, RR: 20
x/mnt, suhu: 31,7oC
2. kemungkinan 2 2 2 dengan mudah sumber dan
x2=2
2
masalah dapat tindakan untuk memecahkan
diubah masalah dapat dijangkau oleh
mudah keluarga, kesadaran, dan
motivasi dari keluarga sudah

29
cukup kuat
3. potensial masah tinggi kesadaran masalah
untuk dicegah tinggi untuk diataso amggota
2
tinggi 2 1 x1=1 keluarga mendukung dan
2
peduli terhadap anggota
keluarga dan hamil
4. menonjolnya masalah berat harus segera
masalah masalah ditangani keluarga belum
masalah berat dan 3 menyadari terhadap
3 1 x1=1
harus segera 3 kesehatannya tersebut bahwa
ditangani pengetahuan sangat penting
bagi ibu hamil dengan 4T
Jumlah 5

2. Ansietas b.d ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang


sakit
Skor x
No Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Bobot
1. Sifat masalah kurang sehat dibuktikan
tidak/kurang sehat dengan DS Ny. N
mengatakan khawatir karena
setiap sore sampai malam
3
3 1 x1=1 sering meriang
3
DO :Klien tampak cemas,
TD: 120/90 mmHg Nadi:
88x/mnt, RR: 20 x/mnt,
suhu: 31,7oC
2. kemungkinan 2 2 2 dengan mudah sumber dan
x2=2
2
masalah dapat tindakan untuk memecahkan
diubah masalah dapat dijangkau oleh
mudah keluarga, kesadaran dan
motivasi dari keluarga sudah
cukup kuat

30
3. potensial masalah cukup, kesulitan masalah
untuk dicegah cukup untuk diatasi anggota
2 2
cukup 2 1 x1= keluarga mendukung dan
3 3
peduli terhadap anggota
keluarga ibu hamil
4. menonjolnya ada masalah tetapi tidak perlu
masalah segera ditangani
1 1
ada masalah, tidak 3 1 x1= karenapengetahuan yang akan
2 2
perlu segera mengatasi kecemasan tentang
ditangani ibu hamil
1
Jumlah 4
2

E. DIANGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua berhubungan dengan orang tua
mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang tua
2. Ansietas berhubungan dengan gelisah.

F. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa kep Kriteria Hasil Intervensi


1. Kesiapan pengetahuan : perawatan bayi  perawatan bayi
meningkatkan
N Indikator 1 2 3 4 5
menjadi orang tua 1. akomodasi apa
berhubungan o yang disukai orang tua
dengan orang tua untuk memandikan
mengungkapkan 1. Pertumbuhan dan
bayi
keinginan untuk perkembangan yang
meningkatkan 2. Ganti popok
peran menjadi normal 3. berikan makanan
orang tua pada anak sesuai usia
2. Memegang bayi yang

31
tepat perkembangan
3. Memposisikan bayi 4. jaga pengaman sisi
tempat tidur bayi tetap
dengan tepat tegak ketika tidak
4. Membedong sedang merawat bayi
5. monitor keamanan
5. Tehnik pemberian
lingkungan bayi
makan bayi 6. sediakan
6. Memandikan bayi lingkungan yang
tenang selama waktu
7. Pola tidur-bangun
tidur siang dan malam
bayi
8. Strategi untuk  peningkatan
kelekatan
menyesuaikan diri 1. diskusikan reaksi
dengan adanya bayi pasien terhadap
kehamilan
2. fasilitasi kontak
kinerja pengasuhan: bayi mata antara orang tua
dan bayi baru lahir
No Indikator 1 2 3 4 5 segera setelah
1. Menunjukkan kelahiran ( mis,
hubungan yang tunjukkan posisi
wajah, redupkan
2. saling mencintai
lampu kamar,
3. Berinteraksi sediakan lingkungan
dengan bayi untuk yang penuh privasi
dan tenang)
mendukung 3. informasikan
perkembangan pasien mengenai
bahasa perawatan yang
diberikan pada bayi
4. dorong ibu untuk
menyusui dengan
tepat
4. Memberikan
5. instruksikan orang
pengawasan yang tua mengenai tanda
tepat bayi merasa lapar
(mis, menghisap jari,
5. Memelihari menangis)
lingkungan tidur 6. instruksikan pada
yang aman orang tua mengenai
bagaimana merawat
6. Menyediakan bayi (mis, mengganti
nutrisi sesuai usia popok, memberikan
makan,
menggendong,
memijat

32
2. Ansietas Kontrol kecemasan diri  Pengurangan
berhubungan N Indikator 1 2 3 4 5 Kecemasan
dengan gelisah o 1. Berikan aktivitas
1 Mengurangi pengganti yang
penyebab bertujuan untuk
kecemasan mengurangi
tekanan
2 Menggunakan
teknik relaksasi 2. Bantu klien
untuk mengidentifikasi
mengurangi situasi yang
kecemasan memicu kecemasan
3. Instruksikan klien
3 Mempertahanka untuk
n tidur adekuat
menggunakan
4 Memantau

33
menifestasi teknik relaksasi
perilaku dari 4. Kaji untuk tanda
kecemasan verbal dan
nonverbal
kecemasan
Tingkat kelelahan
N Indikator 1 2 3 4 5 5. Dorong aktivitas
o yang tidak
1. Kelelahan kompetitif secara
tepat
2. Kelesuhan 6. Identifikasi pada
saat
3. Tingkat stress
terjadiperubahan
4. Kehilangan tingkat kecemasan
selera makan  Terapi Relaksasi
1. Gambarkan
rasionalisme dan
manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi
yang tersedia
(misalnya; musik,
meditasi, relaksasi
otot progresif)
2. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
pada klien
3. Dorong klien untuk
mengulang praktik
teknik relaksasi,
jika memungkinkan
4. Berikan waktu yang
tidak terganggu
karena mungkin
saja klien tertidur
5. Evaluasi dan
dokumentasikan
respon terhadap
terapi relaksasi

34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor resiko yang
dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam jiwa ibu
dan janin
Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami risiko atau
bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan, bila
dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.
B. Saran

35
Pendidikan terhadap pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan yang
berhubungan dengan keperawatan manajemen tentang asuhan keperawatan
keluarga ibu hamil dengan harapan institusi pendidikan mampu mengerjakan
pengenalan terhadap berbagai keperawatan keluarga. Semoga makalah tentang
keperawatan keluarga ini dapat bermanfaat.

36
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. 2018. Nanda-I Diagnosa Keperawatan: Definisi Dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.
Moorhead, Johnson, Dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification Edisi Kelima.
Mocomedia: Elseiver Inc.
Moorhead, Johnson, Dkk. 2013. Nursing intervention Classification Edisi Kelima.
Mocomedia: Elseiver Inc.
Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi.Jakarta: Salemba Medika
Levero, Kenneth J dkk. 2009. Obstetric Williams. Jakarta: EGC

37

Anda mungkin juga menyukai