Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN IBU HAMIL

Dosen Pengampu : Ns. Suwanti., S.Kep, MNS.

Disusun Oleh:

Kelompok :

1. Lisa Dewi Nandikasari (010116A051)


2. Riska Novianti ` (010116A068)
3. Risa Lailatum Musfiroh (010116A069)
4. Ulyatul Khasanah ( 010116A082)
5. Wakhida Mumtaza (010116A086)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang , kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesiakan makalah ilmiah tentang Atresia Duktus Hepatikus dan proses
keperawtan nya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Asuhan keperawatan
pada ibu hamil sehingga dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Ungaran, 22 April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan


dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta
dan tumbuh kembang hasil aterm. Kehamilan atau gestasi adalah suatu
proses atau rangkaian peristiwa baru yang akan dialami oleh wanita bila sel
ovumnya dibuahi oleh sel sperma yang berasal dari tubuh pria dalam proses
reproduksi. Oleh karena itu ibu yang sedang hamil dikatakan pula sedang
mengandung. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai dengan
lahirnya janin.
Kehamilan seorang wanita merupakan hal yang membahagiakan
karena ia akan memperoleh keturunan sebagai pelengkap dan penyempurna
fungsi sebagai wanita, pada umumnya kehamilan dan kelahiran bayi itu
memberikan arti emosional yang besar pada setiap wanita yang normal.
Kehamilan termasuk salah satu periode kritis dalam kehidupan seorang
wanita yang tidak dapat di elahkan. Ibu hamil adalah suatu kondisi dimana
seorang perempuan mengalami kehamilan, kehamilan adalah suatu kondisi
yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawa antara sel telur (ovum) dan
sel mani (spermatozoa).
Bagi seorang ibu yang sedang hamil atau sedang mengandung sudah
tentu akan mengalami perubahan didalam badanya, kebanyakan wanita
yang sudah siap hamil tidak menjadi masalah terhadap perubahan yang akan
dialaminya, akan tetapi wanita yang belum siap hamil untuk hamil
kemudian tiba-tiba menjadi hamil sering menimbulkan perasaan-perasaan
yang menekan jiwanya terutama karena perubahan badan atau fisiknya.
Kehamilan meyebabkan perubahan fisik, psiskis, dan social pada
ibu oelh karena itu peran keluarga sangat besar dalam upaya memelihara
kehamilan. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, tri wulan kedua dimulai bulan ke 4 sampai bulan
ke 6, trimester ketiga dimulai dari bulan ke 7 samapai bulan ke 9.

B. Rumusan Masalah
1. Konsep tentang ibu hamil secara keseluruhan?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil ?

C. Tujuan
1. Untuk mentahui konsep ibu hamil secara keseluruhan
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil

D. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan terkait dengan asuhan keperawatan keluarga
dengan ibu hamil.
2. Memberi manfaat bagi tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan
asuhan kepada pasien.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Ibu Hamil


1. Pengertian
Ibu hamil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan
mengalami kehamilan. Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila
ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani
(spermatozoa). Kehamilan terbagi atas trimester I (1 – 14 minggu),
trimester II (14 – 28 minggu), trimester III (28 – 42 minggu).
Kehamilan adalah salah satu tugas perkembangan yang didambakan
oleh sebagian besar perempuan yang telah memasuki kehidupan berumah
tangga. Namun demikian, Jaringan sosial yang terdekat dengan ibu hamil
adalah keluarga. Melalui berbagai bentuk dukungan yang diberikan
keluarga, diharapkan calon ibu dapat melakukan penyesuaian diri yang
lebih baik pada masa kehamilannya. Pitt (1994) menyatakan bahwa banyak
perempuan menjadi dewasa dalam perjalanan suatu kehamilan. Hal ini tidak
semata-mata disebabkan oleh tanggung jawab sebagai seorang ibu yang
membuat mereka menjadi lebih matang, melainkan juga karena pengalaman
menghadapi konflik-konflik selama kehamilan. Dukungan yang diberikan
keluarga dapat membantu seorang calon ibu untuk belajar mengenal,
menerima dan mempergunakan perasaan barunya tentang dirinya serta
melewati hari-hari dalam sembilan bulan dengan penuh harap dan suka
cita.(Mada, 2000)

2. Konsep Pertumbuhan / Perkembangan Fisik


Menurut (Pieter & Namora, 2010), konsep pertumbuhan dan
perkembangan fisik pada ibu hamil yaitu:
a. Perubahan/ Pertumbuhan Fisik
1) Perubahan Pada Kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat
tertentu. Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi
sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma
gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang
berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar
areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini
disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan
membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis,
terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai
pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul
garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada
perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang
merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu
stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna
putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating
hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis.
2) Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk
seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita
hamil.
3) Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan
semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk
memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan
yang terlihat pada payudara adalah:
a) Payudara membesar, tegang dan sakit
b) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta
muncul areola mamae sekunder
d) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae
membesar dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery
mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu
lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang
biak bakteri.
e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai
kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada
kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak
putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih kental,
berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini
disebut kolostrum.
4) Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar.
Biasanya hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum
kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan
membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat
menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi
pada linea alba serta linea nigra.
5) Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya
kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh
darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai
dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan
janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti
berwarna hitam kebiruan (tanda Chadwick).
6) Perubahan padaTungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada
hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema
terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis
sebelah kanan atau kiri.
7) Perubahan Sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
b. Perkembangan/ Perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
1) Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
2) Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan
mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat.
Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
3) Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih
introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.
c. Masalah yang Sering Terjadi
1) Respon Terhadap Perubahan Citra Tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan
bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk
tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran
abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran
payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh
tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas.
Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan.
Secara bertahap terjadi kehilangan batasan–batasan fisik secara
pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan
memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh
nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering
berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh
biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan
kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada
kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh
mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak
menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri
mereka.
2) Ambivalensi Selama Masa Hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang
simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau
suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami
individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru.
Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama
hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari
waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap
kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan
seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang
kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti
melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen.
Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung
jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III
dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum
diatasi. Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan
perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir
cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat–
saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat
bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat
menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan
anaknya cacat.
3) Hubungan Seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual.
Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual
mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan
yang berbeda–beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik,
emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa
hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh,
citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua
belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama
trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama
jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester
II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang
meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk
melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan
keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan
kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun.
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas
hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu
yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah
dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara
pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak
memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan
cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat
perilaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan –
perubahan yang mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan
masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan.
Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan
berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan
perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil.
4) Kekhawatiran terhadap Janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda–
beda selama masa hamil. Kekhawatiran pertama timbul pada
trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya
keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau
memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode
ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat
dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua
yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua
mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan
berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam
keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa
anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan
kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.
d. Tugas Perkembangan
1) Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah
menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam
gaya hidup wanita tersebut. Tingkat penerimaan dicerminkan dalam
kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima
kehamilan.
a) Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna
bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu
komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun,
merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima
kehamilan.Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu
hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun
tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu
gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis tentang
kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat,
seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,”
mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan. Namun
beberapa wanita menunda validasi medis karena akses
keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk
orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami,
sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat
bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak
yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita
ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.”
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai
kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika
mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya
penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka
menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat
disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin
tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu
dilahirkan.
b) Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya
sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis
dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki
harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil
akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota
keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka
baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan
mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas
terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang-
orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata
dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang
luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi
kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu
terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood,
hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama
menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut
terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan
timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka
tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia
membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang
dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran-
pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik
untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan
ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan
untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan
kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan
terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang
timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu
iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman
tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang
timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan
dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa
tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan
ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi
konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih
lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan
2) Mengenal Peran Ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap
kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika
ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok
sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong
memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak
menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran - peran batu
loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan
merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti
menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai
anak-anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat
dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi
penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap
adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua. Wanita yang lain
tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu
bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak
menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan
denga karir dan anak harus diselesaikan.
3) Hubungan Ibu-Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode
prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan
melamunkan dirinya menjadi ibu. Mereka mulai berpikir seakan-
akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu
seperti apa yang mereka miliki.
Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk
menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan
anaknya. Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan -
perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat
kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan
terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk
perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan
kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak
yang belum dilahirkan ini. menemukan bahwa wanita “
menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil
contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi
pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan
pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa
hamil sebagai suatu proses perkembangan. Banyak wanita
khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk
menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas
untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu,
saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan
mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan
perawatan. Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan
proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya.
4) Hubungan Dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil
biasanya ialah ayah sang anak. Semakin banyak bukti menunjukkan
bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya
selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan
fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah
melakukan penyesuaian selama masa nifas. Ada 2 kebutuhan utama
yang ditunjukkan wanita selama ia hamil. Kebutuhan pertama ialah
menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan
kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap
sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin
menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya
akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk
anggota baru tersebut.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu
ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan
pasangan untuk selama–lamanya. Lederman (1984) melaporkan
bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa
hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan
berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat peran dan
aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing
pasangan.
5) Kesiapan Untuk Melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami
kesulitan napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga
mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan
untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat
mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung
mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga
rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk
menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau
campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir
kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita
siap masuk ke tahap persalinan.

B. BENTUK-BENTUK KEHAMILAN
Menurut (Pieter & Namora, 2010) Bentuk kehamilan salah satunya
kehamilan dengan resiko tinggi.
1. Konsep kehamilan dengan resiko tinggi
a. Pengertian
Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor
resiko yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau
mengancam jiwa ibu dan janin
Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami
risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun
persalinan, bila dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.
a) Kriteria Ibu Hamil dengan Faktor Resiko, yaitu :
1) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Paritas primipara (kehamilan pertama) atau kehamilan telah
lebih dari empat.
3) Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 142 cm
5) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm pada trimester III
b) Ibu Hamil Yang Tergolong Resiko Tinggi yaitu :
1) Ibu hamil yang sering pusing berat, penglihatan kabur, kaki
bengkak dan kenaikan tekanan darah
2) Ibu hamil dengan kelainan letak (sungsang atau lintang
3) Ibu hamil yang diperkirakan bayinya kembar
4) Riwayat kehamilan jelek
5) Ibu dengan riwayat penyakit jantung, ginjal, TBC, liver,
hipertensi dan penyakit berat lainnya.

b. Masalah Yang sering Terjadi


Ada beberapa masalah yang sering ditemukan pada wanita hamil
dengan usia di atas 35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang
muncul pada saat kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga masalah-
masalah pada janin. Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga akan
lebih sering mengalami masalah pada kandung kemih dibandingkan
wanita hamil dengan usia yang lebih muda. Resiko-resiko lainnya adalah
resiko keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan melalui
operasi Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk
melahirkan secara normal, dan juga memiliki resiko lebih tinggi
melahirkan bayi cacat.
Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-
kondisi medis berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine
dan tumor otot. Fibroid uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan
lain di dinding uterus, membentuk tumor. Fibroid uterine dan tumor otot
bisa menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan vagina saat kehamilan
berkembang. Jika wanita tersebut hamil di atas usia 40 tahun, tingkat
keparahannya bahkan lebih berat lagi. Problem-problem tadi bisa
bertambah dengan adanya hemoroid (wasir), inkontinensi (kesulitan
menahan keluarnya urin), varises, problem-problem pembuluh darah,
nyeri otot, nyeri punggung, dan juga proses melahirkan yang lebih sulit
dan lebih panjang.
Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko
keguguran dan melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di
atas 35 tahunan juga memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau
saat proses melahirkan. Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan,
namun pada wanita dengan usia 35 tahun ke atas, resiko ini lebih besar,
yaitu 7 dari 1000 kehamilan.
Hal lain yang perlu diwaspadai pada kehamilan diusia 35 tahun
keatas aalah terjadinya pre-eklamsia. Gejala awalnya adalah tekanan darah
yang meningkat secara drastis hingga lebih dari 140/90 mmHg, rin
mengandung protein, terjadi pembengkakan pada pergelangn kaki, tangan
dan wajah. Bila terdiagnosis pre-eklamsia harus diperiksa juga fungsi
organ-organ tubuh yang lain seperti ginjal, jantung, paru, mata, otak dan
sistem syaraf.
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu. Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang
masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan.
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom.
Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya
kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik,
perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan
FSH secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause. Selain itu kelainan
kehamilan juga berpengaruh.
Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan akibat Ibu hamil dengan risiko
tinggi adalah sebagai berikut :
a) Bayi lahir belum cukup bulan.
b) Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
c) Keguguran (abortus).
d) Persalinan tidak lancar / macet.
e) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
f) Janin mati dalam kandungan.
g) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
h) Keracunan kehamilan / kejang-kejang.

c. Pencegahan
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, yaitu dengan
cara :
a) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali
selama masa kehamilan.
b) Dengan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
c) Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih
sering dan lebih intensif.
d) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5
sempurna

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Proses pengkajian dilakukan selama periode prenatal yang meliputi
wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Data yang
perlu dikumpulkan pada saat pengkajian adalah interpretasi subyektif
pasien tentang status kesehatan dan kehamilannya dan observasi afek
pasien, postur, bahasa tubuh, warna kulit, tanda fisik dan keadaan
emosional (Klien, 2000).
Saat wawancara tanyakan riwayat kesehatan komprehensif yang
menekankan pada :
a. Kehamilan saat ini: alasan mencari perawatan, keluhan utama atau
keluhan yang dirasakan selama hamil, hamil keberapa, usia kehamilan
sekarang, tanggal perkiraan melahirkan, kebutuhan selama kehamilan,
persiapan persalinan dan persiapan awal menjadi ibu, harapan yang
diinginkan tentang cara kelahiran, jenis kelamin bayi, status nutrisi,
pola berkemih.
b. Kehamilan sebelumnya: jumlah anak saat ini, riwayat kehamilan dan
pengalaman persalinan sebelumnya, riwayat kehilangan (abortus) janin,
dan riwayat medis yang meliputi: riwayat pembedahan, penggunaan
obat, penyakit yang menyertai, riwayat menstruasi.
c. Riwayat psikososial dan budaya: pekerjaan wanita dan pasangan,
pendidikan, status pekawinan, latar belakang budaya dan etnik, status
sosial ekonomi, persepsi tentang kehamilan saat ini (apakah kehamilan
ini diinginkan, direncanakan, apakah wanita dan pasangan senang,
apakah wanita menerima kehamilan), masalah yang timbul akibat
kehamilan (finansial, karier/pekerjaan, tempat tinggal), perubahan pola
seksual.
d. Keadaan keluarga: kaji sistem dukungan keluarga, hubungan ibu hamil
dengan suami, keluarga ayah, ibu, dan saudara, hubungan dengan
keluarga suami, riwayat cacat dan kelainan genetik Riwayat keluarga
memberi informasi tentang keluarga pasien, orang tua, saudara
kandung, anak, Hal ini membantu mengidentifikasi gangguan genetik,
familial dan kondisi yang dapat mempengaruhi status kesehatan wanita
atau janin.
e. Pengkajian fisik: pemeriksaan fisik difokuskan pada pemeriksaan
ginekologi, payudara, abdomen, pemeriksaan panggul, inspeksi luar,
pemeriksaan dalam, palpasi luar, dan pemeriksaan yang menyangkut
keluhan utama dan riwayat kesehatan atau penyakit yang pernah
diderita pasien.
f. Tes kesehatan atau laboratorium yang pernah dilakukan selama hamil:
pemeriksaan darah (kadar Hb, Ht, sel darah putih, glukosa,), tekanan
darah, tinggi badan, berat badan, urin (protein, sel darah putih, pH),
USG, VDRL, hepatitis, EKG, titer rubela, toxo, pap smear.
g. Pengkajian semua faktor resiko yang mungkin ada: Hipertensi, jantung,
diabetes, cacat bawaan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga perlu dilakukan
pengkajian yang berkaitan dengan tugas perawatan kesehatan keluarga,
yaitu:
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan adalah
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang fakta dari masalah yang
meliputi pengertian, tanda kehamilan, gejala kehamilan normal dan
penyimpangan dari normal,
2) Persepsi keluarga terhadap kehamilan
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat adalah:
1) Apakah kehamilan yang dialami dianggap suatu masalah
2) Apakah keluarga takut dengan akibat perubahan yang terjadi akibat
kehamilan
3) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap anggota
keluarga yang sedang hamil dan kehamilannya
4) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
5) Apakah keluarga percaya terhadap petugas kesehatan
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit adalah :
1) Sejauh mana keluarga mengetahui kehamilannya: kebutuhan,
perubahan dan perawatan
2) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan dan perkembangan
perawatan yang diperlukan
3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber yang ada dalam
keluarga (penanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fusik,
psikososial, dukungan keluarga)
4) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sedang
hamil
d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat adalah :
1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber sumber yang dimiliki
2) Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan
lingkungan
3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya higiene sanitasi
4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
5) Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga
e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat.
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat
adalah :
1) Sejauh mana keluarga tahu keberadaan fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan untuk perawatan wanita hamil
2) Sejauhmana keluarga mengetahui keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan
3) Sejauhmana keluarga mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik
dengan petugas kesehatan
5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kesiapan meningkatkan menjadi orangtua , Populasi beresiko
:Orangtua mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan peran
menjadi orangtua
b. Kesiapan meningkatkan proses keluarga, batasan karakteristik :
Mengungkapkan keinginan meningkatkan adaptasi keluarga terhadap
perubahan dan mengungkapkan keinginan meningkatkan
kebahagiaan keluarga
c. Ansietas yang berhubungan dengan kekhawatiran terhadap diri sendiri
dan janin, krisis situasional/maturasional, perubahan fisik selama
hamil, Rasa tidak nyaman selama krhamilan, ancaman terhadap
konsep diri, Stres, Perubahan status peran, status kesehatan, pola
peran, keadaan ekonomi

3. Intervensi
NANDA NOC NIC

00164. Kesiapan 1819 Pengetahuan: 5370. Peningkatan peran


meningkatkan menjadi perawatan bayi
Definisi : membantu pasien, orang
orangtua
Definisi : tingkat yang penting bagi pasien dan atau
Definisi : suatu pola pemahaman yang keluarga untuk meningkatkan
penyediaan lingkungan untuk disampaikan tentang hubungan dengan mengklarifikasi
anak guna memelihara merawat bayi dari lahir dan menunjang perilaku yang
pertumbuhan dan sampai ulang tahun merupakan peran yang khusus.
perkembangan yang dapat pertama.
Aktiivtas-aktivitas :
ditingkatkan.
1. Bantu pasien untuk
Populasi beresiko :
Setelah dilakukan mengidentifikasi
Orangtua mengungkapkan perawatan keluarga kemampuannya dalam
keinginan untuk peningkatkan peran
selanjutnya
meningkatkan peran menjadi selama ....X 24 jam 2. Bantu pasien untuk
orangtua diharapkan dapat : mengidentifikasi periode
transisi peran yang akan
1. memegang bayi
dialami
dengan benar
3. Bantu pasien untuk
2. memposisikan
megidentifikasi
bayi dengan
ketidakcukupan peran
benar.
4. Bantu pasien untuk
3. teknik
mengidentifikasi perilaku-
pemberian
perilaku yang diperlukan
makan bayi
untuk mengembangkan
4. memandikan
peran
bayi
5. Dukung pasien untuk
5. perawatan tali
mengidentifikasi gambaran
pusar
realistik dari adanya
6. teknik relaksasi
perubahan peran
7. strategi untuk
6. Fasilitasi diskusi mengenai
penyesuaikan
bagaimana peran saudara
diri dengan
kandung akan berubah
adanya bayi.
dengan adanya bayi yang
1817 pengetahuan :
baru lahir dengan cara yang
melahirkan dan
tepat
persalinan
7110. Peningkatan keterlibatan
Definisi : tingkat keluarga
pemahaman yang
Definisi : memfasilitasi partisipasi
disampaikan tentang
anggota keluarga dalam perawatan
persalinan dan kelahiran
fisik dan emosional pasien.
pervagina.
Aktiivtas-aktivitas :
Setelah dilakukan
perawatan keluarga
selama... X 24 jam 1. Identifikasi persepsi anggota
diharapkan keluarga keluarga mengenai situasi,
dapat : perasaan dan perilaku pasien
2. Identifikasi stressor
1. tanda dan gejala
situasional lainnya untuk
persalinan
anggota keluarga
2. tahapan
3. Identifikasi gejala fisik
persalinan dan
individu anggota keluarga
melahirkan.
yang terkait dengan stress (
3. Strategi dalam
misalnya mual muntah)
mengontrol
4. Dorong anggota keluarga
nyeri.
dan pasien untuk membantu
4. Teknik relaksasi
dalam mengembangkan
yang efektif.
rencana keperawatan,
5. Teknik
termasuk hasil yang
mendorong
diharapkan dan pelaksanaan
yang efektif.
rencana perawatan

00159. Kesiapan 2609 dukungan 5270. dukungan emosional


meningkatkan proses keluarga
Definisi : memberikan kenyamanan,
keluarga
Definisi : kapasitas dari penerimaan dan dukungan selama
Definisi : suatu pola fungsi sebuah keluarga untuk masa stress
keluarga untuk mendukung menujukkan dan
Ajtivitas-aktivitas :
kesejahteraan anggota menyediakan dukungan
keluarga dan dapat emosional kepada 1. Bantu pasien untuk
ditingkatkan individu yang mejalani mengenali perasaan nya
keperawatan. seperti adanya, cemas marah
Batasan karakteristik :
atau sedih
Setelah dilakukan
- Mengungkapkan
perawatan keluarga
keinginan
selama ...X 24 jam
meningkatkan diharapkan keluarga 2. Dengarkan atau dorong
adaptasi keluarga dapat : ekspresi keyakinan dan
terhadap perubahan perasaan
1. meminta
- Mengungkapkan 3. Kurangi kebutuhan terkait
informasi
keinginan dengan fungsi kognitif
kesehatan
meningkatkan apabila pasien dalam kondisi
pasien.
kebahagiaan keluarga stress, kesakitan dan
2. Berkerja sama
kelelahan
dengan
4. Rujuk untuk konseling,
menyedikan
sesuai kebutuhan
layanan
5568. pendidikan orangtua : bayi
kesehatan
dalam Definisi : mengajarkan cara
menetukan pengasuhan dan perawatan fisik
perawatan yang diperlukan selama tahun
pertama kehidupan

Aktivitas-aktivitas :

1. Tentukan pengetahuan,
kesiapan, dan kemampuan
orangtua dalam belajar
mengenai perawatan bayi
2. Berikan bimbingan
antisipatif mengenai
perubahan perkembangan
selama tahun petama
kehidupan
3. Bantu orangtua dalam
mengartikulasikan cara
untuk mengintegrasikan
bayi kedalam sistem
keluarga
4. Berikan bimbingan
antisipatif mengenai
perubahan pola eiminasi dan
perubahan pola tidur selama
tahun pertama
5. ajarkan orangtua cara
merawat dan mencegah
ruam popok
(00146) Ansietas (1211) Tingkat (2930) Persiapan melahirkan
kecemasan definisi: memberikan pelayanan
Faktor yang berhubungan
kepada pasien segera sebelum
dengan kekhawatiran terhadap Definisi: keparahan dari
operasi dan memeriksa prosedur
diri sendiri dan janin, krisis tanda-tanda ketakutan,
dan pemeriksaan yang diperlukan
situasional/maturasional, atau kegelisahan yang
serta mendokumentasikan dalam
perubahan fisik selama hamil, berasal dari sumber yang
catatan medis.
Rasa tidak nyaman selama tidak dapat didefinisikan.
krhamilan, ancaman terhadap Aktivitas-aktivias:
Setelah dilakukan
konsep diri, Stres, Perubahan
tindakan keperawatan 1x3  Identifikasi tingkat
status peran, status kesehatan,
jam diharapkan pasien kecemasan/ketakutan pasien
pola peran, keadaan ekonomi
memenuhi kriteria hasil mengenai prsedur
sebagai berikut: pembedahan
 121101 tidak dapat  Perkuat pengajaran
beristirahat dari skala informasi pre operatif
2 ditingkatkan ke  Pastikan pasien dalam
skala 4 keadaan NPO, sesuai
 121124 pusing dari kebutuhan
skala 2 ditingkatkan  Pastikan riwayat dan
ke skala 5 pemeriksaan fisik lengkap
 121129 gangguan tercatat dalam catatan
tidur dari skala 1 perkembangan
ditingkatkan ke skala  Beri dukungan pasien
4 dengan tingkat
 121131 perubahan kecemasan/ketakutan yang
pada pola makan dari tinggi
skala 2ditingkatkan
keskala 4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
` Ibu hamil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan
mengalami kehamilan. Ada beberapa pertumbuhan atau perubahan yang
terjadi pada ibu hamil terutama perubahan pada kulit, perubahan kelenjar,
perubahan payudara, perubahan perut, perubahan alat kelamin luar,
perubahan pada tungkai dan perubahan sikap tubuh dan adapula
perkembangan atau perubahan psikologis pada ibu hamil. Dengan adanya
perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil akan menyebabkan
beberapa masalah yang terjadi pada ibu hamil diantaranya respon terhadap
perubahan citra tubuh, konflik perasaan yang dialami invidu untuk
mempersiapkan diri untuk suatu peran baru, kekhawatiran terhadap janin.
Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor
resiko yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau
mengancam jiwa ibu dan janin. Masalah yang sering terjadi pada
kehamilan resiko tinggi biasanya dialami pada wanita hamil diatas usia 35
tahun diantaranya diabetes gestasional, tekanan darah tinggi, dan juga
masalah-masalah pada janin. Selain itu juga wanita hamil dengan usia
diatas 35 tahun akan meningkatkan resiko melahirkan dengan operasi
caesar atau janin mati dalam kandungan. Sehingga hal-hal tersebut dapat
dilakukan pencegahan sedini mungkin.
B. Saran
Perawat sebagai fungsi edukator berkewajiban untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan ibu hamil sesuai dengan
apa yang dibutuhkan dengan meningkatkan pendekatan-pendekatan
melalui komunikasi terapeutik agar keberhasilan asuhan keperawatan
dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria., Howard Butcher., Joanne Dochterman., Cheryl Wagner. ( 2013).


Nursing Interventions Classification ( NIC ). St. Louis: Mosby.

Klein, S., Miller, dan Thomson. 2012. Buku Bidan Asuhan pada Kehamilan,
Kelahiran, dan Kesehatan Wanita. Jakarta : EGC

Mada, U. G. (2000). Hubungan Antara Dukungan Keluarga, (2), 84–95.

Moorhead, Sue., Marion Jhonson., Maridean Maas., Elizabeth Swanson. ( 2013 ).


Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis: Mosby.

Nanda. ( 2018 ). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020. Edisi


11 editor Monica Ester, Wuri Praptiani. Jakarta : EGC.

Pieter, Herri Zan dan Lubis, Namora Lumongga. (2010). Pengantar Psikologi dalam
Keperawatan. Jakarta : Kencana.

Anda mungkin juga menyukai