Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan
agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia (WHO, 2007).
ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang satu bagian atau lebih
dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah
dan juga pleura. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit dari penyakit tanpa gejala sampai penyakit parah dan mematikan.
tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan pejamu (
Depkes RI, 2006 ).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak balita, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah, kejadian batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita
rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali setahun. Penyakit
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran
pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, tetapi
ISPA yang berlanjut menjadi Pneumoni sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene.
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah
satu masalah kesehatan di dunia. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya
angka kesakitan dan kematian karena ISPA dimana angka kematian balita
44 per 1000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2008). Angka kematian balita di
atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan
usia balita (Depkes RI, 2010). Kematian akibat penyakit ISPA pada balita
mencapai 12,4 juta di seluruh dunia, dimana dua pertiganya adalah bayi,

1
yaitu golongan umur 0-1 tahun dan 15%-20% pada golongan usia balita
(WHO, 2007).

B. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi komunitas
2. Agar mahasiswa mengetahui masalah ISPA pada kelompok balita
3. Agar mahasiswa mengetahui indikator kesehatan balita
4. Agar mahasiswa mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan
5. Agar mahasiswa mengetahui faktor resiko ISPA
6. Agar mahasiswa mengetahui transmisi terjadinya ISPA
7. Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gejala ISPA
8. Agarmahasiswa mengethaui cara pencegahan ISPA
9. Agar mahasiswa mengetahui program pemerintah pengendalian ISPA
10. Agar mahasiswa mengetahui ruang lingkup asuhan keperawatan
kelompok balita
11. Agar mahasiswa mengetahui peran perawat komunitas
12. Agar mahasiswa mengetahui konsepasuhan keperawatan komunitas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KOMUNITAS
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
yang sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di
suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau
lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
minat yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak,
2007).
Perawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik
yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan
peran serta aktif dari masyarakat. (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder
dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong
semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan
nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal
(Elisabeth, 2007).

B. MASALAH INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA


KELOMPOK BALITA DI INDONESIA

3
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan suatu penyakit
pernapasan akut yang disebabkan oleh virus dan bakteri ditandai dengan
gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang
berlangsung sampai dengan 14 hari. Saluran pernafasan adalah ogan yang
bermula dari hidung hingga alveoli beserta adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengahdan pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh dan berkembang
biak sehingga menimbulkan penyakit (Depkes RI,2002).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang
disebabkan oleh virus,bakteri, atipikal (mikroplasma), atau
asprirasisubstansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran
pernafasan (Wong, 2003).
Berbagai laporan menyatakan ISPA anak merupakan penyakit yang
paling sering terjadi pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit
balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun. Umumnya infeksi biasanya
mengenai saluran nafas bagian atas, hanya kurang dari 5% yang mengenai
saluran pernapasan bawah. Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di
daerah perkotaan dibandingkan pada balita di daerah pedesaan. Seorang
anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5-8
periode setahun, sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode
(WHO, 1992)
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak balita, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah, kejadian batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita
rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali setahun. Penyakit
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran
pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, tetapi
ISPA yang berlanjut menjadi Pneumoni sering terjadi pada anak kecil

4
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene.

C. INDIKOATOR KESEHATAN KELOMPOK BALITA


Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia (Kompas, 2006).
Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak
sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa, sehingga masalah
kesehatan anak menjadi salah satu prioritas dalam perencanaan
pembangunan bangsa.
Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat
beberapa indikator yang dapat digunakan, antara lain angka kematian bayi,
angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir.
1. Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam
menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan
cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka
kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi.
Penyakit yang hinggasaat ini masih menjadi penyebab kematian
terbesar dari bayi, diantaranya penyakit diare, tetanus, gangguan
perinatal, dan radang saluran napas bagian bawah (Hapsari, 2004).
Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh trauma
persalinan dan kelainan bawaanyang kemungkinan besar disebabkan
oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan serta kurangnya
jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan (WHO, 2002).
Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang
cukup tinggi. Masalah tersebut terutama dalam periode neonatal dan
dampak dari penyakit menular terutama pneumonia, malaria, dan

5
diare ditambah dengan masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih
dari 80% kematian anak (WHO, 2002).
2. Angka Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam
menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan
cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka
kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan
pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial
ekonomi, dan pendidikan ibu.
3. Status Gizi
Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat
kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang
optimal. Kecukupangizi dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga
diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat
membantu untuk mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah
kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk
antisipasi dalam merencanakan perbaikan kesehatan anak.
4. AngkaHarapanHidupWaktuLahir
Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolok ukur
selanjutnya dalam menentukan derajat kesehatan anak. Dengan
mengetahui angka harapan hidup, maka dapat diketahui sejauh mana
perkembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat penting dalam
menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya. Usia
harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status
kesehatan anak yang sangat terkait dengan berbagai faktor, sperti factor
social, ekonomi, budaya, dan lain-lain.

D. FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHI KESEHATAN

6
Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan anak balita
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan faktor utama yang dapat


menentukan status kesehatan anak secara umum. Faktor ini ditentukan
oleh status kesehatan anak itu sendiri, status gizi, dan kondisi sanitasi.

2. Faktor Kebudayaan

Pengaruh budaya juga sangat menentukan status kesehatan anak,


dimana terdapat keterkaiatan secara langsung antara budaya dengan
pengetahuan. Budaya di mayarakat dapat juga menimbulkan penurunan
kesehatan anak, misalnya terdapat beberapa budaya di masyarakat yang
dianggap baik oleh masyarakat padahal budaya tersebut justru
menrunkan kesehatan anak.

Sebagai contoh, anak yang badannya panas akan dibawa ke


dukun dengan keyakinan terjadi kesurupan/kemasukan barang ghaib.
Contoh lain, anak yang pasca operasi dilarang makan telur dan daging
ayam atau sapi karena dianggap dapat menambah nyeri dan jumlah nanah
atau pus pada luka operasi dan menghambat proses penyembuhan luka
operasi. Berbagai contoh budaya yang ada di masyarakat tersebut sangat
besar mempengaruhi derajat kesehatan anak, mengingat anak dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya membutuhkan
perbaikan gizi atau nutrisi yang cukup.

3. Faktor Keluarga

Faktor keluarga dapat menentukan keberhasilan perbaikan status


kesehatan anak. Pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat besar melalui pola hubungan anak dan
keluarga serta nilai-nilai yang ditanamkan. Apakah anak dijadikan

7
sebagai pekerja ataukah diperlakukan sebagaimana mestinya dan
dipenuhi kebutuhannya baik asah, asih, dan asuhnya.

Peningkatan status kesehatan anak juga terkait langsung dengan


peran dan fungsi keluarga terhadap anaknya, seperti membesarkan anak,
memberikan dan menyediakan makanan, melindungi kesehatan,
memberikan perlindungan secara psikologis, menanamkan nilai budaya
yang baik, memepersiapkan pendidikan anak, dan lain-lain (Behrman,
2000).

E. FAKTOR-FAKTOR RESIKO ISPA


Menurut Notoatmodjo(2010), faktor-faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan antara lain :
1. Faktor Pencemaran Udara
Faktor pencemaran udara dan keadaan lingkungan tempat tinggal
yang tidak sehat lebih beresiko dapat terinfeksi ISPA, misalnya
lingkungan tempat tinggal yang tidakadatumbuhan hijau
disekitarnya, rumah yang tidak berventilasi, rumah yang dihuni
anggota keluargayang merokok.
2. Faktor Dukungan Pelayanan Kesehatan
Menurut Kholisah (2009), faktor dukukngan pelayanan kesehatan
berdasarkan status imunisasi beresiko 4,88 kali lipat terhadap
terjadinya ISPA. Imunisasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit tertentu dengan menggunakan sejumlah keci
lmikroorganisme yangdimatikan atau dilemahkan. Bayi dan balita
yang mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita ISPA
dapat diharapkan perkembangan penyakitnya idak akan menjadi
lebih berat. Imunisasi campak yangefektif sekitar 11% kematian
pneumonia balita dapat dicegah dan dnegan imunisasipertusis
(DPT) 6% kematian pneumonia dapat dicegah.
3. Faktor Status Gizi

8
Bebrapa penelitian membuktikan tentang adanya hubungan antara
gizi burukdan infeksiparu, sehingga anak-anak yang mmilikistatus
gizi buruk sering mendapat penumonia. Disamping itu adanya
hubungan antara gizi buruk danterjadinya campak dan infeksi virus
berat lainnya serta menurunyya daya tahan tubuh anak terhadap
infeksi.
4. Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif juga menjadi faktor resiko terjadinya
ISPA. Hal ini disebabkan selain ASI mengandung gizi yang cukup
lengkap, ASI mengandung antibodi atauzat kekebalan yang akan
melindungi balita terhadap infeksi (Ribka, 2012).
5. Faktor Usia Anak
Menurut Kholisoh (2009), faktor umur anak berisiko terhadap
kejadian ISPA. Hasil penelitian sesui dengan sejumlah studi yang
menunjukkan bahwa insiden penyakit pernafasan oleh virus
melonjak pada bayi dan usis dini anak-anak. Insiden ISPA tertinggi
pada umur 6-12 bulan pada balita usia1-4 tahun.

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala ISPA ringan, antara lain:
- Batuk
- Pilek
- Panas atau demam 38oC
2. Gejala ISPA Sedang, antara lain :
- Pernafasan cepat
- Suhu >39o
- Timbul bercak-bercak merah menyerupai bercak campak
- Telinga sakit hinggamengeluarkan nanah dari lubang telinga
- Pernafasan berbunyi seperti mengorok
3. Gejala ISPA berat, antara lain:
- Bibir/kulit membiru

9
- Anak tidak sada/kesadaran menurun
- Anak tampak gelisah
- Tampak retraksi dada

G. TRANSMISI PENYAKIT ISPA


Transmisi penyakit ISPA dapat melalui udara. Jasad renik yang
berada diudara akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan
menimbulkan infeksi, penyakit ISPA dapat pula berasal dari penderita yang
membawa bibit penyakit, maupun pembawa karier. Transmisi ISPA dapat
terjadi melalui sekresi saluran pernafasan dapat berupa saliva dan sputum.

H. CARA PENCEGAHAN ISPA


Cara pencegahan ISPA menurut Depkes RI (2002) , antara lain :
1. Menjaga kesehatan Gizi Agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka hal itu akan mencegah
dari penyakit. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh
kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus/bakteri
penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh.
2. Imunisasi
Imunisasi diberikan untuk menjaga kekebalan tubuh supaya tidak
mudah terserang berbagaimacam penyakit yang disebabkan oleh
virus/bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap atau asap rokok yang ada di dalam rumah.
Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara agar tetap
segar dan sehat.
4. Menjaga jarak dengan penderita ISPA
Bibit penyakit ini biasanya berupa virus atau bakteri di udara yang
umumnya berbentuk aerosol ( suspensi yang melayang di udara ) yang
dapat di tularkan oleh seseorang .

10
I. PROGRAM PENGENDALIAN ISPA DARI PEMERINTAH
Program pengendalian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia yaitu Program Pengendalian Penyakit ISPA (P2 ISPA)
yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya
pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA.
Ruang lingkup pengendalian ISPA pada awalnya fokus pada
pengendalian pneumonia balita. Dalam beberapa tahun terakhir telah
mengalami pengembangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakat yaitu:
1. Pengendalian Pneumonia Balita.
2. Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun.
3. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta
penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah.
4. Faktor risiko ISPA.

Dalam upaya pengendalian penyakit ISPA ini dirumuskan beberapa


program pengendalian penyakit ISPA yangdilakukan melalui bebrapa
kegiatan, yaitu:

1. Kebijakan,untuk mencapai tujuan program pemberantasan penyakit


ISPA balita makadirumuskan beberapakebijakan, antara lain:
a. Melaksanakan promosi berupa advokasi dan sosialisasi untuk
penanggulangan pneumonia balita
b. Melaksanakan penemuan penderita ISPA melalui sarana
kesehatan dasar (seperti Puskesmas)
c. Melaksanakan tatalaksana standar penderita ISPA dengan
deteksi dini,pengobatan yang tepat dan segera, pencegahan
komplikasi dan rujukan kesarana kesehatan

11
d. Melaksanakan survelans kesakitan dan kematian pnemonia
balita sertafaktor resikonya
2. Strategi , rumusan strategi untuk pengendalian ISPA antara lain :
a. Promosipenanggulangan ISPA melalui advokasi, bina saranadan
gerakan masyarakat
b. Penurunan angka kematian dan kesakitan dengan
upayapencegahan/penanggulangan faktorresiko melalui
kerjasama dengan progam seperti imunisasi, program kesehatan
balita, program perbaikan gizi
c. Peningkatan penemuan melalui upaya perilaku masyarakat
dalam pencaharian pengobatan yang tepat

J. RUANG LINGKUP ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK BALITA


Ruang lingkup kegiatan keperawatan kelompok khusus balita
mencakup upaya-upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
resosilitatif melalui berbagai kegiatan yang terorganisisasi sebagai
berikut:
1. Upaya Promotif
a. Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua,
terutama ibu tentang pemenuhan dan peningkatan gizi bayi
dan balita sesuai usia tumbuh kembangnya.
b. Memberikan informasi tentang kebersihan diri bayi meliputi
cara memandikan bayi yang benar, cara perawatan tali pusat,
cara mengganti popok bayi, dsb.
c. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi yang meliputi
jenis-jenis imunisasi, usia pada saat dilakukan imunisasi,
manfaat, efek samping, dan akibat yang akan timbul jika tidak
dilakukan imunisasi.
d. Memberikan informasi tentang pentingnya memeriksakan
bayi dan balita yang sakit ke petugas kesehatan

12
e. Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang
bayi dan balita.
2. Upaya Preventif
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan
balita.
d. Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
e. Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan
balita sejak dini.
3. Upaya Kuratif
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh
orangtua tetapi masih dalam pengawasan petugas kesehatan
untuk memulihkan kondisi kesehatan bayi atau balita.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.
3. Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa
pemulihan. Upaya pemulihan yang dapat dilakukan yaitu latihan
fisik dan fisioterapi.
4. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat.
Misal: kelompok balita yang diasingkan karena autis.

K. PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM KELOMPOK BALITA


Perawat komunitas minimal dapat berperan sebagai pemberi
pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh
kesehatan, penemu kasus, penghubung dan koordinator, pelaksana
konseling keperawatan, dan model peran.

13
Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada
kelompok khusus balita merupakan bagian dari ruang lingkup promosi
kesehatan. Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat
diharapkan dapat mendukung kelompok khusus balita mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Peran perawat komunitas pada kelompok khusus balita:
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider)
Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana
asuhan keperawatan kepada balita, baik itu balita dalam kondisi
sehat maupun yang sedang sakit.
2. Pendidik (health educator)
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan
pendidikan atau informasi kepada keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan balita. Diperlukan pengkajian tentang
kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita.
Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat
pengetahuan klien dan informasi apa yang dibutuhkan.
3. Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh
orangtua yang mempunyai balita untuk membantu memberikan
jalan keluar berbagai permasalahan kesehatan balita dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pemantau Kesehatan (health monitor)
Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui
posyandu, puskesmas, atau kunjungan rumah. Pemantauan ini
berguna mengetahui dinamika kesehatan balita terutama
pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga jika terjadi
masalah kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan diatasi secara
tepat dengan segera.

14
5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service)
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat
menyeluruh dan tidak terpisah-pisah. Perawat juga dapat
berperan sebagai pionir untuk mengkoordinir berbagai kegiatan
pelayanan di masyarakat terutama kesehatan balita dalam
mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim
kesehatan lainnya.
6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan
mengenai kesehatan balita. Perawat disamping memberikan
penyuluhan juga dapat menjadi pembaharu untuk merubah
perilaku atau pola asuh orangtua terhadap balita di suatu
wilayah, misalnya budaya yang tidak sesuai dengan perilaku
sehat.
7. Panutan (role model)
Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki
ilmu kesehatan yang lebih dari profesi lainnya di luar bidang
kesehatan. Oleh sebab itu akan lebih mulia bagi perawat untuk
mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari- hari sehingga
dapat memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata
cara merawat balita.
8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit
pelayanan kesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.

15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM
KOMUNITAS KESEHATAN BALITA DENGAN ISPA

A. Pengkajian Asuhan
Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk
memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara
sistematis dan rasional yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah
masyarakat.
Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu
roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian
komunitas terdiri
1. inti komunitas(the community core ),
2. subsistem komunitas (the community subsystems), dan
3. persepsi (perception).
Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat
yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat
untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.
B. Data inti
1. Demografi Variabel
Hal-hal yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan.Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan
berupa laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan pasien
yang berobat.
Kuoisoner yang dapatdilampirkan,meliputi :
a. Nama KK :
b. Umur :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Suku :
f. Agama :
g. Alamat :

16
h. Komposisi keluarga :

2. Vital statistik
Hal-hal yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka
kematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari
penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
Kuoisoner yang dapatdilampirkan,meliputi :
 PELAYANAN KESEHATAN UMUM
a. Anggota keluarga yang sakit pada saat ini :

 Tidak ada
 Ada, sebutkan (siapa dan sakit yang
diderita)…………………....
b. Apa yang biasanya dilakukan keluarga bila ada anggota keluarga
yang sakit
□ Membiarkannya sampai sembuh sendiri
□ Membawa ke tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas,
mantri,bidan, dll)
□ Membawa berobat ke alternatif/ dukun
□ Membeli obat di warung
□ Memberi obat tradisional
□ Lainnya,sebutkan...........................
c. Apakah alasan keluarga memilih cara mengatasi masalah kesehatan
pada pertanyaan sebelumnyaJarak rumah dengan tempat pelayanan
kesehatan terdekat
□ ≤ 500 meter
□ 500 meter
d. Informasi kesehatan yang sudah pernah di dapat pada 3 bulan
terakhir
e. Informasi kesehatan yang dibutuhkan saat ini
f. Sumber informasi kesehatan didapat dari

17
□ Tidak ada
□ Masyarakat melalui mulut ke mulut
□ Petugas kesehatan
□ Media (koran, TV, Poster, dll)

 KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA


 IBU Hamil (diisi bila ada saat survei)

1. Adakah anggota keluarga yang sedang hamil ? kehamilan ke berapa


?
□ Tidak ada
□ Ada, kehamilan ke……..(sebutkan)
2. Bila jawaban pertanyaan di atas ada, usia kehamilan
□ Trimester satu (3 bulan pertama)
□ Trimester dua (usia 3 – 6 bulan)
□ Trimester tiga (> 6 bulan)
3. Apakah Ibu pernah mengalami keguguran, ..........
□ Tidak pernah
□ Pernah ………….. kali
4. Berapa kali melahirkan ……………….
□ 1 kali
□ 2 -3 kali
□ Lebih dari 3 kali
5. Dimana tempat pemeriksaan kehamilan
□ Tidak pernah periksa
□ Tempat pelayanan kesehatan, sebutkan………………………….
□ Non kesehatan, sebutkan……………………………
6. Apakah ibu hamil memilki KMS
□ Ya
□ Tidak, sebutkan alasannya…………………………….
7. Immunisasi TT

18
□ Lengkap
□ Tidak lengkap
□ Tidak imunisasi
8. Keluhan yang dirasakan saat ini :
□ Tidak ada
□ Pusing
□ Tidak nafsu makan, Mual, muntah
□ Mudah lelah
□ Kaki bengkak
□ F Lain-lain, sebutkan.................................................
9. Obat-obatan yang diminum selama hamil
□ Tidak ada
□ Ada, sebutkan…...................
10. Mengkonsumsi makanan lebih dari porsi biasa
□ Tidak, sebutkan alasannya……………….
□ Ya
11. Informasi kesehatan yang sudah diketahui tentang kehamilan
□ Tidak ada
□ Ada, sebutkan.........................................
12. Informasi kesehatan ibu yang dibutuhkan saat ini
□ Tidak ada
□ Perawatan kehamilan
□ Perawatan saat nifas
□ Senam hamil
□ Senam setelah melahirkan
□ Lain-lain, sebutkan……………..
13. Rencana alat kontrasepsi yang akan digunakan keluarga
□ Tidak ada, sebutkan alasannya…………….
□ Ada, sebutkan......................

 KESEHATAN BAYI dan BALITA ( < 5 TAHUN)

19
14. Jenis makanan (selain ASI dan susu) yang di konsumsi bayi/ Balita
saat ini
□ Tidak ada
□ Biskuit/ Roti, buah
□ Biskuit/ Roti, Nasi Tim/ nasi lunak, buah
□ Nasi biasa, buah
15. Pengolahan makanan mentah sebelum diberikan untuk bayi/ Balita
□ Dicuci dahulu baru di potong dan dimasak sampai lunak
□ Dicuci dahulu baru di potong dan dimasak tetapi tidak
sampai lunak benar
□ Dipotong dahulu baru dicuci dan di masak sampai lunak
□ Dipotong dahulu baru di cuci dan dimasak tetapi tidak
sampai lunak benar
16. Bayi/ Balita diberikan imunisasi lengkap sesuai usia
□ Tidak, sebutkan
alasannya…………………………………………..
□ Ya
17. Bayi/ Balita dibawa ke Posyandu/ pelayanan kesehatan secara rutin
(1 bulan sekali)
□ Tidak, sebutkan alasanya…………………………………….
□ Ya
18. Adakah bayi dan Balita mempunyai KMS
□ Ya
□ Tidak
19. Informasi kesehatan tentang bayi/ Balita yang dibutuhkan saat ini
□ Tidak adaPentingnya imunisasi bagi bayi/ Balita
□ Cara menyusui yang benar pada bayi
□ Cara menstimulasitumbuhkembangbayi/ Balita
□ Cara mengatasibayi/ balita kuranggizi
□ Cara mengatasipenyakitumum pada bayi/ balita (ISPA, diare,
dll)

20
20. Pengelolaan sampah
□ Dibuat kompos
□ Dibakar
□ Dibuang terbuka
□ Dibuang ke tong sampah
□ Ditimbun
□ Dibuang ke sungai / parit/ got
21. Keadaan rumah
□ Pencahayaan cukup
□ Ventilasi cukup
□ Ruangan tidak lembab
□ Cahaya matahari masuk rumah

3. Variabel karakteristik penduduk meliputi :


- Fisik
Jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya.
Perawat mengobservasi ketika ada program posyandu.
 KADER KESEHATAN
1. Masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat pada 3 bulan
terakhir ?
2. Kebiasaan masyarakat memeriksakan kesehatan ?
3. Kebiasaan masyarakat terkait kesehatan (budaya yang
mempengaruhi kesehatan) ?
4. Informasi kesehatan yang sudah didapatkan masyarakat ?
5. Tempat pelayanan kesehatan dan wadah kesehatan yang ada di
masyarakat ?
6. Peranan kader dalam meningkatkan kesehatan masyarakat ?

- Psikologis
Efek psikologis terhadap anak maupun orang tua.
Kuoisoner yang dapatdilampirkan,meliputi :

21
1. Apa yang orangtua rasakan jika anaknya sakit ?
2. Hal apa yang dilakukan orangtua ketika anaknya sakit?

- Sosial
sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh
dan tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa
anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.
Meliputi :
1. Bagaimana pandangan toma/ toga/ toda tentang budaya
masyarakat yang terkait dengan kesehatan ?
2. Harapan masyarakat dengan keberadaan petugas kesehatan ?
3. Bagaimana sumber daya dan sumber dana masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan ?
4. Bagaimana kebijakan pemerintahan terhadap kesehatan ?

C. Sub sistem
- Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah
dampak buruk terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga
rentan terkena penyakit, selain faktor untuk menjamin
mendapatkan makanan yang sehat akan sulit didapat, selain itu
kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah satu
tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.
1. Kebersihan lingkungan masyarakat, pengelolaan sampah,
pengelolaan ternak, pengelolaan SPAL, polusi ?
2. Pemanfaatan halaman/ pekarangan rumah
3. Kondisi perumahan (tipe rumah, lantai, pencahayaan/
ventilasi, dll)

- Ekonomi

22
Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan
lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.
Kuisoner yang dapat dilampirkan, meliputi:
1. Apa pekerjaan orangtua?
2. Berapa Penghasilan rata – rata keluarga /bulan?
3. Berapa pengeluaran rata – rata keluarga /bulan ?
4. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan anjut usia
5. Karakteristik pendapatan keluarga
a) Persentase pendapatan keas bawah
b) Persentase keluarga mendapat bantuan social
c) Persentase keluarga dengan kepala keluarga wanita
6. Karakteristik pekerjaan
a) Jumlah usia produktif
b) Baraoa persen pengangguran
c) Berapa persen yang bekerja
d) Jumlah kelompok khusus

- Keamanan dan transportasi


Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi
bantuan untuk dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal
memfasilitasi masyarakat untuk mempermudah akses
mendapatkan layanan kesehatan. Variabel keamanan meliputi
jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada, tingkat kenyamanan
dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan
yang ada.
Kuisoner yang dapat dilampirkan, meliputi:
1. Adakah sarana transportasi yang terdapat di masyarakat (jenis,
jumlah, dll)?
2. Apa jenis fasilitas pengamanan/ pencegahan bahaya yang ada di
masyarakat?

23
- Kebijakan dan pemerintah
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi
kesehatan yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan
mendapatkan pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi
masyarakat dalam.
Kuisoner yang dapat dilampirkan, meliputi :
Adakah peran serta politik dalam pelayanan kesehatan,
kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan, diantaranya:
1) Struktur organisasi
2) Kelompok organisasi dlaam komunitas
3) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
4) Kelompok pelayanan masyarakat :
a) PKK
b) Karang Taruna
c) Panti Wreda
d) LKMD, dll
- Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang
digunakan penduduk, khususnya komunikasi formal dan informal
yang digunakan dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan
terutama dalam penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung
keluarga terhadap balita yang sakit.
Kuisoner yangdapat dilampirkan, meliputi :
1. Sarana umun komunikasi
2. Jenis alat komunikasi yang digunakan dikomunitas
3. Cara penyebaran informasi
Melalui koran, papan pengumuman, atau brosur, dll
- Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan
penduduk tentang pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi,

24
bahaya dan dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara
perawatan ,serta cara mencegahnya.
Kuisoner yangdapat dilampirkan, meliputi :
1. Tigkat pendidikan komunitas
2. Fasilitas pendidikan yang tersedia
3. Jenis pendidikan yang diadakan dikomuniatas
4. Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
5. Jenis Bahasa yang digunakan
- Rekreasi
Hal-hal yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang
ada, tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta
jaminan keamanan dari sarana rekreasi yang ada.
Kuisoner yangdapat dilampirkan, meliputi :
1. Sarana rekreasi yang ada di lingkungan masyarakat (jenis, jarak,
biaya, dll)
2. Pemanfaatan sarana rekreasi oleh masyarakat
- Layanan Kesehatan dan sosial
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.
Kuisoner yangdapat dilampirkan, meliputi :
1. Pelayanan kesehatan dan sosial yang ada di masyarakat
2. Media untuk menginformasikan kesehatan yang ada (poster,
spanduk, dll)
3. Pemanfaatan oleh masyarakat

D. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui
kegiatan wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan
memilih data-data yang ada sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu

25
diagnosa keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan
data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki,
sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
balita.
Tujuan analisa data:
- Menetapkan kebutuhan balita
- Menetapkan kekuatan.
- Mengidentifikasi pola respon balita
- Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat
menemukan masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh
kelompok khusus balita. Masalah yang sudah ditemukan tersebut perawat
dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang selanjutnya dapat
diteruskan dengan intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang tidak
dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan prioritas masalah.
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow
yaitu:
- Keadaan yang mengancam kehidupan
- Keadaaan yang mengancam kesehatan
- Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

N DATA MASALAH
o KESEHATAN
1. Hasilangket

2. Hasilwawancara Perilaku
-kepadatantempattinggal kesehatan
- apakahudara di dalamrumahterasalembab cenderung

26
-apakahsirkulasiudara di dalamrumahbaik beresiko
-apakahterdapatanggotakeluarga yang merokok (00188)
di dalamrumah
-apakah di keluargaseringmencucitangandengan
sabundan air bersih
-
apakahdalamkeluargaseringterkenabatukdanpil
ek
-apakahdalamkeluargamakan-makananbergizi
3 Hasilobservasi Ketidakefektifa
-lingkunganpadatpenduduk n pemeliharaan
-kurangnyaventilasi kesehatan
-terdapatanggotakelurgamerokok (00099)
-kurangmakanan yang bergizi
-lingkunganrumahdekatdenganpabrik
4 Data sekunder
Data daripelayanankesehatan

E. Rencana keperawatan
DATA DIAGNOSE NOC NIC
(NANDA)

Angket DOMAIN 1 Prevensi Primer Prevensi Primer

- 45,8% ibu Promosi kesehatan Domain IV: Pengetahuan Domain III


yang kesehatan dan perilaku
Terapi perilaku :
memiliki

27
balita KELAS 2 Kelas S: Pengetahuan 4360: Modifikasi
kurang kesehatan perilaku
Manajemen
pengetahua
kesehatan 1841: Pengetahuan:  Tentukan
n tentang
Manajemen penyakit Akut motivasi pasien
infeksi - Perilaku
terhadap
saluran kesehatan Indikator
perubahan
pernafasan cenderung
 184401: faktor penyebab (perilaku)
akut beresiko
dan faktor yang  Dukung untuk
(ISPA)pada (00188)
berkonstribusi (1 – 3) mengganti
balita - Ketidakefe
 184404: perjalanan kebiasan yang
- 45% balita ktifan
penyakit seimbang (1 – tidak diinginkan
terpapar pemelihara
3) dengan
polusi asap an
 184406 : strategi untuk kebiasaan yang
rokok kesehatan
mencegah komplikasi (1- diinginkan
dilingkunga (00099)
3)  Hindari
nnyaa
 184409 : pilihan menunjukkan
Observasi
pengobatan yang tersedia perilaku atau
- Sebagian (1-3) ketidaktertarika
besar ibu n pada saat
kurang 1805: Pengetahuan: pasien berjuang
pengetahua Perilaku sehat untuk merubah
n mengenai perilaku
Indikator
kebersihan  Identifikasi
lingkungan  180501: Praktik masalah pasien
- Perumahan penyediaan makanan terkait istilah
padat seimbang (1 – 3) perilaku
penduduk  180516: Teknik skrining  Dukung pasien
- Sebagian diri (1 - 3) untuk
rumah berpartisipasi
kurangmem dalam monitor

28
iliki Kelas Q: Perilaku sehat dan pencatatat
ventilasirum perilaku
3100: Manajemen
ah yangbaik
Diri:Penyakit Akut
- Sebagian
penduduk Indikator 5540: Peningkatan
memiliki kesiapan
 310001 :manajemen tanda
kebiasaan pembelajaran
dangejala penyakit
merokok
 310002: patuhi peringtan  Bina hubungan
yang direkomendasikan baik yang saling
Wawancara
 310007: Patuhi mempercayai
- Sebagian besar pengobatanyang  Hindari
ibu tidak direkomendasikan konsumsi obat –
mengetahui  310008 : lakukan obatan yang
tentang ISPA proseduryang dianjurkan bias
pada Balita  310012: menggunakan mempengaruhi
- Sebagian besar strategi untuk mengurangi persepsi pasien
keluarga transmisi penyakit ke  Fasiltasi
acuhterhadap orang lain penerimaan
keberssihan pasien terhadap
sekita situasi, dengan
Kelas R: Keyakinan
- Sebagian besar cara yang tepat
terhadap kesehatan (Health
tidak mengetahui  Bantu pasien
beliefs)
tanda – tanda untuk
anak mengalami 1705: Orientasi kesehatan mengembangka
gejala ISPA n kepercayaan
Indikator
diri dengan cara
 170514: Fokus yang tepat
mempertahankan  Bantu pasien
perilaku sehat (1-4) menyadari
kemampuan

29
 170508: Persepsi untuk mencegah
bahwa perilaku sehat penyakit /
berhubungan dengan kondisi dengan
kesehatan seseorang cara yang tepat
(1-3)
 170512: Persepsi
Domain VII :
bahwa kesehatan
Komunitas
merupakan prioritas
dalam pilihan gaya Kelas C : Promosi
hidup Kesehatan
Komunitas
Prevensi Sekunder
8500: perkembangan
kesehatankomunitas
Kelas T : Kontrol Resiko
dan Keamanan
Indikator:
 190220 : identifikasi
faktorresiko (1-3)
 190201: menyadari
faktor reskio (1-4)
 190202: memonitor
faktorresikoyangadadi
lingkungan (1-4)

Prevensi Tersier

Domain IV: Kesehatan


keluarga
Kelas X : Kesejahteraan
keluarga

30
Indikator:
 260605: kesehatan
fisik anggota keluarga
(1-$)
 260628: skrinning
infeksi terhadap
anggota keluarga (1-
3)
 260612: pertumbuhan
fisik anggota keluarga
(1-3)

Kelas DD :Parenting
Perfomance
Indikator :
221101 : menyediakan
kebutuhan fisik anak (1-4)
221122: menyediakan gizi
yang sesuai umur (2-3)
221108: penggunaan sumber
komunitas yang ada

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

31
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan suatu penyakit
pernapasan akut yang disebabkan oleh virus dan bakteri ditandai dengan
gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir
yang berlangsung sampai dengan 14 hari. (Depkes RI,2002).
Berbagai laporan menyatakan ISPA anak merupakan penyakit yang
paling sering terjadi pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit
balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun (WHO, 1992).
Maka dari hal itu diperlukan peran perawat komunitas dalam
melayani dan membantu menanggulangi masalah ISPA di masyarakat.

B. Saran
Mahasiswa perawat dapat memahami tentang asuhan keperawatan
komunitas tentang malnutrisi pada balita dengan melakukan tindakan
prosedur dengan baik.

32

Anda mungkin juga menyukai