PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan
agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia (WHO, 2007).
ISPA adalah penyakit infeksi akut yang menyerang satu bagian atau lebih
dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah
dan juga pleura. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit dari penyakit tanpa gejala sampai penyakit parah dan mematikan.
tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan pejamu (
Depkes RI, 2006 ).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak balita, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah, kejadian batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita
rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali setahun. Penyakit
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran
pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, tetapi
ISPA yang berlanjut menjadi Pneumoni sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene.
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah
satu masalah kesehatan di dunia. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya
angka kesakitan dan kematian karena ISPA dimana angka kematian balita
44 per 1000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2008). Angka kematian balita di
atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan
usia balita (Depkes RI, 2010). Kematian akibat penyakit ISPA pada balita
mencapai 12,4 juta di seluruh dunia, dimana dua pertiganya adalah bayi,
1
yaitu golongan umur 0-1 tahun dan 15%-20% pada golongan usia balita
(WHO, 2007).
B. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi komunitas
2. Agar mahasiswa mengetahui masalah ISPA pada kelompok balita
3. Agar mahasiswa mengetahui indikator kesehatan balita
4. Agar mahasiswa mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan
5. Agar mahasiswa mengetahui faktor resiko ISPA
6. Agar mahasiswa mengetahui transmisi terjadinya ISPA
7. Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gejala ISPA
8. Agarmahasiswa mengethaui cara pencegahan ISPA
9. Agar mahasiswa mengetahui program pemerintah pengendalian ISPA
10. Agar mahasiswa mengetahui ruang lingkup asuhan keperawatan
kelompok balita
11. Agar mahasiswa mengetahui peran perawat komunitas
12. Agar mahasiswa mengetahui konsepasuhan keperawatan komunitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KOMUNITAS
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
yang sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di
suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau
lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
minat yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak,
2007).
Perawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik
yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan
peran serta aktif dari masyarakat. (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder
dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong
semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan
nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal
(Elisabeth, 2007).
3
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan suatu penyakit
pernapasan akut yang disebabkan oleh virus dan bakteri ditandai dengan
gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang
berlangsung sampai dengan 14 hari. Saluran pernafasan adalah ogan yang
bermula dari hidung hingga alveoli beserta adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengahdan pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh dan berkembang
biak sehingga menimbulkan penyakit (Depkes RI,2002).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang
disebabkan oleh virus,bakteri, atipikal (mikroplasma), atau
asprirasisubstansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran
pernafasan (Wong, 2003).
Berbagai laporan menyatakan ISPA anak merupakan penyakit yang
paling sering terjadi pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit
balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun. Umumnya infeksi biasanya
mengenai saluran nafas bagian atas, hanya kurang dari 5% yang mengenai
saluran pernapasan bawah. Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di
daerah perkotaan dibandingkan pada balita di daerah pedesaan. Seorang
anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5-8
periode setahun, sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode
(WHO, 1992)
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak balita, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah, kejadian batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita
rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3 sampai 6 kali setahun. Penyakit
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran
pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, tetapi
ISPA yang berlanjut menjadi Pneumoni sering terjadi pada anak kecil
4
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene.
5
diare ditambah dengan masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih
dari 80% kematian anak (WHO, 2002).
2. Angka Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam
menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan
cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka
kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan
pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial
ekonomi, dan pendidikan ibu.
3. Status Gizi
Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat
kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang
optimal. Kecukupangizi dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga
diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat
membantu untuk mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah
kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk
antisipasi dalam merencanakan perbaikan kesehatan anak.
4. AngkaHarapanHidupWaktuLahir
Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolok ukur
selanjutnya dalam menentukan derajat kesehatan anak. Dengan
mengetahui angka harapan hidup, maka dapat diketahui sejauh mana
perkembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat penting dalam
menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya. Usia
harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status
kesehatan anak yang sangat terkait dengan berbagai faktor, sperti factor
social, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan anak balita
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Kesehatan
2. Faktor Kebudayaan
3. Faktor Keluarga
7
sebagai pekerja ataukah diperlakukan sebagaimana mestinya dan
dipenuhi kebutuhannya baik asah, asih, dan asuhnya.
8
Bebrapa penelitian membuktikan tentang adanya hubungan antara
gizi burukdan infeksiparu, sehingga anak-anak yang mmilikistatus
gizi buruk sering mendapat penumonia. Disamping itu adanya
hubungan antara gizi buruk danterjadinya campak dan infeksi virus
berat lainnya serta menurunyya daya tahan tubuh anak terhadap
infeksi.
4. Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif juga menjadi faktor resiko terjadinya
ISPA. Hal ini disebabkan selain ASI mengandung gizi yang cukup
lengkap, ASI mengandung antibodi atauzat kekebalan yang akan
melindungi balita terhadap infeksi (Ribka, 2012).
5. Faktor Usia Anak
Menurut Kholisoh (2009), faktor umur anak berisiko terhadap
kejadian ISPA. Hasil penelitian sesui dengan sejumlah studi yang
menunjukkan bahwa insiden penyakit pernafasan oleh virus
melonjak pada bayi dan usis dini anak-anak. Insiden ISPA tertinggi
pada umur 6-12 bulan pada balita usia1-4 tahun.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala ISPA ringan, antara lain:
- Batuk
- Pilek
- Panas atau demam 38oC
2. Gejala ISPA Sedang, antara lain :
- Pernafasan cepat
- Suhu >39o
- Timbul bercak-bercak merah menyerupai bercak campak
- Telinga sakit hinggamengeluarkan nanah dari lubang telinga
- Pernafasan berbunyi seperti mengorok
3. Gejala ISPA berat, antara lain:
- Bibir/kulit membiru
9
- Anak tidak sada/kesadaran menurun
- Anak tampak gelisah
- Tampak retraksi dada
10
I. PROGRAM PENGENDALIAN ISPA DARI PEMERINTAH
Program pengendalian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia yaitu Program Pengendalian Penyakit ISPA (P2 ISPA)
yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya
pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA.
Ruang lingkup pengendalian ISPA pada awalnya fokus pada
pengendalian pneumonia balita. Dalam beberapa tahun terakhir telah
mengalami pengembangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakat yaitu:
1. Pengendalian Pneumonia Balita.
2. Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun.
3. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta
penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah.
4. Faktor risiko ISPA.
11
d. Melaksanakan survelans kesakitan dan kematian pnemonia
balita sertafaktor resikonya
2. Strategi , rumusan strategi untuk pengendalian ISPA antara lain :
a. Promosipenanggulangan ISPA melalui advokasi, bina saranadan
gerakan masyarakat
b. Penurunan angka kematian dan kesakitan dengan
upayapencegahan/penanggulangan faktorresiko melalui
kerjasama dengan progam seperti imunisasi, program kesehatan
balita, program perbaikan gizi
c. Peningkatan penemuan melalui upaya perilaku masyarakat
dalam pencaharian pengobatan yang tepat
12
e. Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang
bayi dan balita.
2. Upaya Preventif
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan
balita.
d. Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
e. Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan
balita sejak dini.
3. Upaya Kuratif
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh
orangtua tetapi masih dalam pengawasan petugas kesehatan
untuk memulihkan kondisi kesehatan bayi atau balita.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.
3. Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa
pemulihan. Upaya pemulihan yang dapat dilakukan yaitu latihan
fisik dan fisioterapi.
4. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat.
Misal: kelompok balita yang diasingkan karena autis.
13
Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada
kelompok khusus balita merupakan bagian dari ruang lingkup promosi
kesehatan. Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat
diharapkan dapat mendukung kelompok khusus balita mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Peran perawat komunitas pada kelompok khusus balita:
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider)
Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana
asuhan keperawatan kepada balita, baik itu balita dalam kondisi
sehat maupun yang sedang sakit.
2. Pendidik (health educator)
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan
pendidikan atau informasi kepada keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan balita. Diperlukan pengkajian tentang
kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita.
Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat
pengetahuan klien dan informasi apa yang dibutuhkan.
3. Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh
orangtua yang mempunyai balita untuk membantu memberikan
jalan keluar berbagai permasalahan kesehatan balita dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pemantau Kesehatan (health monitor)
Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui
posyandu, puskesmas, atau kunjungan rumah. Pemantauan ini
berguna mengetahui dinamika kesehatan balita terutama
pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga jika terjadi
masalah kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan diatasi secara
tepat dengan segera.
14
5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service)
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat
menyeluruh dan tidak terpisah-pisah. Perawat juga dapat
berperan sebagai pionir untuk mengkoordinir berbagai kegiatan
pelayanan di masyarakat terutama kesehatan balita dalam
mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim
kesehatan lainnya.
6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan
mengenai kesehatan balita. Perawat disamping memberikan
penyuluhan juga dapat menjadi pembaharu untuk merubah
perilaku atau pola asuh orangtua terhadap balita di suatu
wilayah, misalnya budaya yang tidak sesuai dengan perilaku
sehat.
7. Panutan (role model)
Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki
ilmu kesehatan yang lebih dari profesi lainnya di luar bidang
kesehatan. Oleh sebab itu akan lebih mulia bagi perawat untuk
mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari- hari sehingga
dapat memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata
cara merawat balita.
8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit
pelayanan kesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.
15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM
KOMUNITAS KESEHATAN BALITA DENGAN ISPA
A. Pengkajian Asuhan
Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk
memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara
sistematis dan rasional yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah
masyarakat.
Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu
roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian
komunitas terdiri
1. inti komunitas(the community core ),
2. subsistem komunitas (the community subsystems), dan
3. persepsi (perception).
Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat
yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat
untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.
B. Data inti
1. Demografi Variabel
Hal-hal yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan.Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan
berupa laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan pasien
yang berobat.
Kuoisoner yang dapatdilampirkan,meliputi :
a. Nama KK :
b. Umur :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Suku :
f. Agama :
g. Alamat :
16
h. Komposisi keluarga :
2. Vital statistik
Hal-hal yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka
kematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari
penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
Kuoisoner yang dapatdilampirkan,meliputi :
PELAYANAN KESEHATAN UMUM
a. Anggota keluarga yang sakit pada saat ini :
Tidak ada
Ada, sebutkan (siapa dan sakit yang
diderita)…………………....
b. Apa yang biasanya dilakukan keluarga bila ada anggota keluarga
yang sakit
□ Membiarkannya sampai sembuh sendiri
□ Membawa ke tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas,
mantri,bidan, dll)
□ Membawa berobat ke alternatif/ dukun
□ Membeli obat di warung
□ Memberi obat tradisional
□ Lainnya,sebutkan...........................
c. Apakah alasan keluarga memilih cara mengatasi masalah kesehatan
pada pertanyaan sebelumnyaJarak rumah dengan tempat pelayanan
kesehatan terdekat
□ ≤ 500 meter
□ 500 meter
d. Informasi kesehatan yang sudah pernah di dapat pada 3 bulan
terakhir
e. Informasi kesehatan yang dibutuhkan saat ini
f. Sumber informasi kesehatan didapat dari
17
□ Tidak ada
□ Masyarakat melalui mulut ke mulut
□ Petugas kesehatan
□ Media (koran, TV, Poster, dll)
18
□ Lengkap
□ Tidak lengkap
□ Tidak imunisasi
8. Keluhan yang dirasakan saat ini :
□ Tidak ada
□ Pusing
□ Tidak nafsu makan, Mual, muntah
□ Mudah lelah
□ Kaki bengkak
□ F Lain-lain, sebutkan.................................................
9. Obat-obatan yang diminum selama hamil
□ Tidak ada
□ Ada, sebutkan…...................
10. Mengkonsumsi makanan lebih dari porsi biasa
□ Tidak, sebutkan alasannya……………….
□ Ya
11. Informasi kesehatan yang sudah diketahui tentang kehamilan
□ Tidak ada
□ Ada, sebutkan.........................................
12. Informasi kesehatan ibu yang dibutuhkan saat ini
□ Tidak ada
□ Perawatan kehamilan
□ Perawatan saat nifas
□ Senam hamil
□ Senam setelah melahirkan
□ Lain-lain, sebutkan……………..
13. Rencana alat kontrasepsi yang akan digunakan keluarga
□ Tidak ada, sebutkan alasannya…………….
□ Ada, sebutkan......................
19
14. Jenis makanan (selain ASI dan susu) yang di konsumsi bayi/ Balita
saat ini
□ Tidak ada
□ Biskuit/ Roti, buah
□ Biskuit/ Roti, Nasi Tim/ nasi lunak, buah
□ Nasi biasa, buah
15. Pengolahan makanan mentah sebelum diberikan untuk bayi/ Balita
□ Dicuci dahulu baru di potong dan dimasak sampai lunak
□ Dicuci dahulu baru di potong dan dimasak tetapi tidak
sampai lunak benar
□ Dipotong dahulu baru dicuci dan di masak sampai lunak
□ Dipotong dahulu baru di cuci dan dimasak tetapi tidak
sampai lunak benar
16. Bayi/ Balita diberikan imunisasi lengkap sesuai usia
□ Tidak, sebutkan
alasannya…………………………………………..
□ Ya
17. Bayi/ Balita dibawa ke Posyandu/ pelayanan kesehatan secara rutin
(1 bulan sekali)
□ Tidak, sebutkan alasanya…………………………………….
□ Ya
18. Adakah bayi dan Balita mempunyai KMS
□ Ya
□ Tidak
19. Informasi kesehatan tentang bayi/ Balita yang dibutuhkan saat ini
□ Tidak adaPentingnya imunisasi bagi bayi/ Balita
□ Cara menyusui yang benar pada bayi
□ Cara menstimulasitumbuhkembangbayi/ Balita
□ Cara mengatasibayi/ balita kuranggizi
□ Cara mengatasipenyakitumum pada bayi/ balita (ISPA, diare,
dll)
20
20. Pengelolaan sampah
□ Dibuat kompos
□ Dibakar
□ Dibuang terbuka
□ Dibuang ke tong sampah
□ Ditimbun
□ Dibuang ke sungai / parit/ got
21. Keadaan rumah
□ Pencahayaan cukup
□ Ventilasi cukup
□ Ruangan tidak lembab
□ Cahaya matahari masuk rumah
- Psikologis
Efek psikologis terhadap anak maupun orang tua.
Kuoisoner yang dapatdilampirkan,meliputi :
21
1. Apa yang orangtua rasakan jika anaknya sakit ?
2. Hal apa yang dilakukan orangtua ketika anaknya sakit?
- Sosial
sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh
dan tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa
anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.
Meliputi :
1. Bagaimana pandangan toma/ toga/ toda tentang budaya
masyarakat yang terkait dengan kesehatan ?
2. Harapan masyarakat dengan keberadaan petugas kesehatan ?
3. Bagaimana sumber daya dan sumber dana masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan ?
4. Bagaimana kebijakan pemerintahan terhadap kesehatan ?
C. Sub sistem
- Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah
dampak buruk terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga
rentan terkena penyakit, selain faktor untuk menjamin
mendapatkan makanan yang sehat akan sulit didapat, selain itu
kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah satu
tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.
1. Kebersihan lingkungan masyarakat, pengelolaan sampah,
pengelolaan ternak, pengelolaan SPAL, polusi ?
2. Pemanfaatan halaman/ pekarangan rumah
3. Kondisi perumahan (tipe rumah, lantai, pencahayaan/
ventilasi, dll)
- Ekonomi
22
Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan
lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.
Kuisoner yang dapat dilampirkan, meliputi:
1. Apa pekerjaan orangtua?
2. Berapa Penghasilan rata – rata keluarga /bulan?
3. Berapa pengeluaran rata – rata keluarga /bulan ?
4. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan anjut usia
5. Karakteristik pendapatan keluarga
a) Persentase pendapatan keas bawah
b) Persentase keluarga mendapat bantuan social
c) Persentase keluarga dengan kepala keluarga wanita
6. Karakteristik pekerjaan
a) Jumlah usia produktif
b) Baraoa persen pengangguran
c) Berapa persen yang bekerja
d) Jumlah kelompok khusus
23
- Kebijakan dan pemerintah
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi
kesehatan yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan
mendapatkan pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi
masyarakat dalam.
Kuisoner yang dapat dilampirkan, meliputi :
Adakah peran serta politik dalam pelayanan kesehatan,
kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan, diantaranya:
1) Struktur organisasi
2) Kelompok organisasi dlaam komunitas
3) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
4) Kelompok pelayanan masyarakat :
a) PKK
b) Karang Taruna
c) Panti Wreda
d) LKMD, dll
- Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang
digunakan penduduk, khususnya komunikasi formal dan informal
yang digunakan dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan
terutama dalam penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung
keluarga terhadap balita yang sakit.
Kuisoner yangdapat dilampirkan, meliputi :
1. Sarana umun komunikasi
2. Jenis alat komunikasi yang digunakan dikomunitas
3. Cara penyebaran informasi
Melalui koran, papan pengumuman, atau brosur, dll
- Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan
penduduk tentang pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi,
24
bahaya dan dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara
perawatan ,serta cara mencegahnya.
Kuisoner yangdapat dilampirkan, meliputi :
1. Tigkat pendidikan komunitas
2. Fasilitas pendidikan yang tersedia
3. Jenis pendidikan yang diadakan dikomuniatas
4. Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
5. Jenis Bahasa yang digunakan
- Rekreasi
Hal-hal yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang
ada, tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta
jaminan keamanan dari sarana rekreasi yang ada.
Kuisoner yangdapat dilampirkan, meliputi :
1. Sarana rekreasi yang ada di lingkungan masyarakat (jenis, jarak,
biaya, dll)
2. Pemanfaatan sarana rekreasi oleh masyarakat
- Layanan Kesehatan dan sosial
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.
Kuisoner yangdapat dilampirkan, meliputi :
1. Pelayanan kesehatan dan sosial yang ada di masyarakat
2. Media untuk menginformasikan kesehatan yang ada (poster,
spanduk, dll)
3. Pemanfaatan oleh masyarakat
D. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui
kegiatan wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan
memilih data-data yang ada sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu
25
diagnosa keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan
data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki,
sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
balita.
Tujuan analisa data:
- Menetapkan kebutuhan balita
- Menetapkan kekuatan.
- Mengidentifikasi pola respon balita
- Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat
menemukan masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh
kelompok khusus balita. Masalah yang sudah ditemukan tersebut perawat
dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang selanjutnya dapat
diteruskan dengan intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang tidak
dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan prioritas masalah.
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow
yaitu:
- Keadaan yang mengancam kehidupan
- Keadaaan yang mengancam kesehatan
- Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
N DATA MASALAH
o KESEHATAN
1. Hasilangket
2. Hasilwawancara Perilaku
-kepadatantempattinggal kesehatan
- apakahudara di dalamrumahterasalembab cenderung
26
-apakahsirkulasiudara di dalamrumahbaik beresiko
-apakahterdapatanggotakeluarga yang merokok (00188)
di dalamrumah
-apakah di keluargaseringmencucitangandengan
sabundan air bersih
-
apakahdalamkeluargaseringterkenabatukdanpil
ek
-apakahdalamkeluargamakan-makananbergizi
3 Hasilobservasi Ketidakefektifa
-lingkunganpadatpenduduk n pemeliharaan
-kurangnyaventilasi kesehatan
-terdapatanggotakelurgamerokok (00099)
-kurangmakanan yang bergizi
-lingkunganrumahdekatdenganpabrik
4 Data sekunder
Data daripelayanankesehatan
E. Rencana keperawatan
DATA DIAGNOSE NOC NIC
(NANDA)
27
balita KELAS 2 Kelas S: Pengetahuan 4360: Modifikasi
kurang kesehatan perilaku
Manajemen
pengetahua
kesehatan 1841: Pengetahuan: Tentukan
n tentang
Manajemen penyakit Akut motivasi pasien
infeksi - Perilaku
terhadap
saluran kesehatan Indikator
perubahan
pernafasan cenderung
184401: faktor penyebab (perilaku)
akut beresiko
dan faktor yang Dukung untuk
(ISPA)pada (00188)
berkonstribusi (1 – 3) mengganti
balita - Ketidakefe
184404: perjalanan kebiasan yang
- 45% balita ktifan
penyakit seimbang (1 – tidak diinginkan
terpapar pemelihara
3) dengan
polusi asap an
184406 : strategi untuk kebiasaan yang
rokok kesehatan
mencegah komplikasi (1- diinginkan
dilingkunga (00099)
3) Hindari
nnyaa
184409 : pilihan menunjukkan
Observasi
pengobatan yang tersedia perilaku atau
- Sebagian (1-3) ketidaktertarika
besar ibu n pada saat
kurang 1805: Pengetahuan: pasien berjuang
pengetahua Perilaku sehat untuk merubah
n mengenai perilaku
Indikator
kebersihan Identifikasi
lingkungan 180501: Praktik masalah pasien
- Perumahan penyediaan makanan terkait istilah
padat seimbang (1 – 3) perilaku
penduduk 180516: Teknik skrining Dukung pasien
- Sebagian diri (1 - 3) untuk
rumah berpartisipasi
kurangmem dalam monitor
28
iliki Kelas Q: Perilaku sehat dan pencatatat
ventilasirum perilaku
3100: Manajemen
ah yangbaik
Diri:Penyakit Akut
- Sebagian
penduduk Indikator 5540: Peningkatan
memiliki kesiapan
310001 :manajemen tanda
kebiasaan pembelajaran
dangejala penyakit
merokok
310002: patuhi peringtan Bina hubungan
yang direkomendasikan baik yang saling
Wawancara
310007: Patuhi mempercayai
- Sebagian besar pengobatanyang Hindari
ibu tidak direkomendasikan konsumsi obat –
mengetahui 310008 : lakukan obatan yang
tentang ISPA proseduryang dianjurkan bias
pada Balita 310012: menggunakan mempengaruhi
- Sebagian besar strategi untuk mengurangi persepsi pasien
keluarga transmisi penyakit ke Fasiltasi
acuhterhadap orang lain penerimaan
keberssihan pasien terhadap
sekita situasi, dengan
Kelas R: Keyakinan
- Sebagian besar cara yang tepat
terhadap kesehatan (Health
tidak mengetahui Bantu pasien
beliefs)
tanda – tanda untuk
anak mengalami 1705: Orientasi kesehatan mengembangka
gejala ISPA n kepercayaan
Indikator
diri dengan cara
170514: Fokus yang tepat
mempertahankan Bantu pasien
perilaku sehat (1-4) menyadari
kemampuan
29
170508: Persepsi untuk mencegah
bahwa perilaku sehat penyakit /
berhubungan dengan kondisi dengan
kesehatan seseorang cara yang tepat
(1-3)
170512: Persepsi
Domain VII :
bahwa kesehatan
Komunitas
merupakan prioritas
dalam pilihan gaya Kelas C : Promosi
hidup Kesehatan
Komunitas
Prevensi Sekunder
8500: perkembangan
kesehatankomunitas
Kelas T : Kontrol Resiko
dan Keamanan
Indikator:
190220 : identifikasi
faktorresiko (1-3)
190201: menyadari
faktor reskio (1-4)
190202: memonitor
faktorresikoyangadadi
lingkungan (1-4)
Prevensi Tersier
30
Indikator:
260605: kesehatan
fisik anggota keluarga
(1-$)
260628: skrinning
infeksi terhadap
anggota keluarga (1-
3)
260612: pertumbuhan
fisik anggota keluarga
(1-3)
Kelas DD :Parenting
Perfomance
Indikator :
221101 : menyediakan
kebutuhan fisik anak (1-4)
221122: menyediakan gizi
yang sesuai umur (2-3)
221108: penggunaan sumber
komunitas yang ada
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
31
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan suatu penyakit
pernapasan akut yang disebabkan oleh virus dan bakteri ditandai dengan
gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir
yang berlangsung sampai dengan 14 hari. (Depkes RI,2002).
Berbagai laporan menyatakan ISPA anak merupakan penyakit yang
paling sering terjadi pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit
balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun (WHO, 1992).
Maka dari hal itu diperlukan peran perawat komunitas dalam
melayani dan membantu menanggulangi masalah ISPA di masyarakat.
B. Saran
Mahasiswa perawat dapat memahami tentang asuhan keperawatan
komunitas tentang malnutrisi pada balita dengan melakukan tindakan
prosedur dengan baik.
32