Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS II

DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD )

Dosen Pengampu : Puji Purwaningsih., S.Kep,M.Kep.

Disusun Oleh:

Kelompok :

1. Lisa Dewi Nandikasari (010116A051)

2. Vania Maghfiroh (010116A057)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,


Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
karunianya makalah ini dapat diselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas II dengan judul makalah “ Asuhan Keperawatan Komunitas Demam Berdarah
Dengue “.
Makalah ini merupakan salah satu pendukung untuk memenuhi kebutuhan Mahasiswa
dan Mahasiswi yang aktif, terampil, berani menyampaikan pendapat dan mampu bekerja sama
dengan rekan-rekannya. Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama kepada Dosen Pembimbing.
Semoga makalah ini bermanfaat, member motivasi serta semangat dalam hal
pembelajaran dari berbagai pihak.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
penularanya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti.
Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah
dengan memotong siklus penyebaran nya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah
satu cara untuk memberantas nyamuka edes aegypti adalah dengan melakukan fogging.
Selain itu jga dapat dilakukan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) dan abatisasi untuk
memberantas jentik nyamuk.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue ( DBD ) telah
dilaksanakan meliputi promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk,
pencegahan dan penanggulangan faktor resiko serta kerjasama lintas program dan lintas
sektor terkait sampai dengan tingkat desa/ kelurahan untuk pemberantasan sarang
nyamuk masalah utama dalam menekan angka DBD adalah belum optimalnya upaya
pergerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam
berdarah dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk DBD perlu ditingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk.
Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan
tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah tanah
air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk. Penularan
infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes. Peningkatan kasus tiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat perindukan bagi nyamuk
betina yaitu di bejana yang berisi air jernih. Penyakit demam berdarah dengue merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah
penderita dan penyebarannya yang sejalan dengan arus transfortasi dan kepadatan
penduduk. Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah kasus
DBD, pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 dan
sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran kasus
DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi,
perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan distribusi
penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih memerlukan penelitian lebih
lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Jakarta merupakan kota ke-dua setelah Bali yang menyumbang angka kejadian
DBD tertinggi di Indonesia. Intensitas hujan serta cuaca yang tak menentu di wilayah
DKI Jakarta, menyebabkan tingginya angka potensi gangguan kesehatan bagi
masyarakat, terutama penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD). Kepala Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur, Safarudin mengungkapkan, hingga pertengahan Februari 2013,
telah mendapat laporan dari rumah sakit bahwa terdapat 433 pasien DBD di Jakarta
Timur. Dua pasien di antaranya diketahui meninggal dunia. Jumlah tersebut melonjak
lebih dari 20 persen dari periode yang sama pada tahun 2012 lalu, yakni sebanyak 355
pasien. (Compas.com, 26 Februari 2013). Berdasarkan incidence rate secara nasional,
Provinsi DKI Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate
DBD di DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, yakni
kurang dari 150 per 100.000 penduduk. Namun, dilihat dari jumlah kasus, DKI Jakarta
lebih tinggi. Pada tahun 2010, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai 18.006 dan kasus
ditemukan hampir di seluruh wilayah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD yaitu perkembangan
wilayah perkotaan, peningkatan mobilitas, kepadatan penduduk, perubahan iklim,
kurangnya peran serta masyarakat, dan termasuk lemahnya upaya program pengendalian
DBD, sehingga upaya program pengendalian DBD perlu lebih mendapat perhatian
terutama pada tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas (Kementerian Kesehatan RI,
2010). Peran serta masyarakat dalam upaya penanggulangan DBD menjadi fakor penting
dalam penularan DBD. Peran serta masyarakat dapat meningkatkan peran dan
kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan. Sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan dan derajat kesehatan masyarakat. Upaya pemberantasan DBD salah
satunya dengan pengendalian vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes
No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan PSN dilakukan secara periodik oleh masyarakat
yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan pesan inti 3M Plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada
keberadaan vektor yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih
atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan mengukur keberadaan vektor dilakukan
oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW dan tenaga kesehatan
yang telah dilantik menjadi kader.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep Komunitas
2. Konsep penyakit DBD
3. Pengkajian Keperawatan Komunitas pada penyakit DBD
4. Asuhan Keperawatan Komunitas pada penyakit DBD
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep komunitas
2. Mengetahui konsep penyakit DBD
3. Mengetahui pengkajian keperawatan komunitas pada penyakit DBD
4. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penyakit DBD
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Komunitas
a. Letak Demografis Indonesia
Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua
eurasian di sebelah utara dan benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu dibatasi
juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan samudera Hindia di sebelah Barat,
sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari iklim di Indonesia. Iklim dan
cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap penyebaran, pemencaran dan perilaku serangga. Salah satu dari
serangga adalah Aedes Agepty. Sehingga iklim dan cuaca berpengaruh terhadap
penyebaran / distribusi penyakit DBD.
b. Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di Masyarakat
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan
sub-tropis, dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD sampai saat ini masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, karena
jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Demam berdarah dengue tersebar diwilayah.Faktor yang berkaitan dengan
peningkatan transmisi virus dengue yaitu :
- Vector; perkembang biakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di
lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain
- Pejamu; terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
nyamuk, usia dan jenis kelamin.
- Lingkungan; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
- Faktor Agent (Penyebab)
Agent yaitu semua unsure atau elemen hidup dan mati yang kejadiran atau
ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia rentan
dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimulus untuk mengisi dan
memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent
dalam penyebaran DBD adalah virus dengue. Factor host (penjamu) Faktor host atau
penjamu yang dimaksud adalah manusia yang kemugkinan terpapar terhadap
penyakit DBD. Factor host antara lain umur, ras, social ekonomi, cara hidup, ststus
perkawinan, hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam penularan DBD factor manusia
erat kaitannya dengan perilaku dan mobilitas penduduk.
a) Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit.
Beberapa penelitian menunujukkan bahwa kelompok umur yang paling banyak
diserang DBD adalah kelompok umur < 15 tahun, yang semakin besar adalah
usia sekolah.
b) Kondisi social ekonomi akan mempengaruhi perilaku dalam mempercepat
penularan penyakit DBD. Seperti kurangnya pendingin (AC) di dalam rumah
sehingga membuat masyarakat terbiasa untuk duduk-duduk dui luar rumah pada
pagi dan sore hari yang merupakan waktu yang pas nyamuk Aedes Aegepty
mencari mangsanya
c) Tingkat kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena
berkaitan dengan jarak terbang nyamuk sebagai vektornya. Dari beberapa hasil
penelitian menunjukkan kejadian epidemic DBD banyak terjadi pada daerah
yang berpenduduk padat.
d) Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau system kekebalan.
Jika system kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka dengan mudah tubuh
akan terkena penyakit.
e) Ststus gizi diperoleh dari nutrient yangdiberikan. Secara umum kekurangan gizi
akan berpengaruh terhadap daya tahan dan resp[on imunologis terhadap penyakit
- Faktor lingkungan
Factor lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik, lingkungan kimia,
lingkungan biologi dan lingkungan social ekonomi.
1) Lingkungan fisik Lingkungan fisik mencakup keadaa iklim yang terdiri dari curah
hujan, suhu udara, kelembaban udara sehingga nyamuk sangat rentan terhadap
kelembaban rendah. Spesies nyamuk yang mempunyai habitat hutan lebih rentan
terhadap perubahan kelembaban daripada spesies yang mempunyai habitat iklim
kering
2) Sinar matahari Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas
nyamuk dalam mencari makan dan beristirahat. Spesien nyamuk mempunyai
variasi dalam pilihan intensitas cahaya untuk aktivitas terbang, menggigit dan
pilihan tempat istirahat
3) Angin Kecepatan angin secara tidak langsung mempengaruhi suhu udara.
Sedangkan pengaruh langsung dari kecepatan angin yaitu kemampuan terbang.
Apabila kecepatan angin 11-14 m/ detik akan menghambat aktivitas terbang
nyamuk. Nyamuk aedes aegepty mempunyai jarak terbang yang paling efektif 50-
100 mil atau 81-161 Km.
4) Lingkungan kimia Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Air
merupakan habitat nyamuk pradewasa dan berperan penting dalam proses
perkembangbiakan nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan
penyediaan air. Salah satu diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh
serangga yang bergantung pada air seperti aedes aegepty dapat berkembang biak
pada air denagn PH normal 6,5 – 9
5) Lingkungan biologi Lingkungan biologi berpengaruh terhadap risiko penularan
penyakit menular. Hal yang berpengaruh antara lain jenis parasit, ststus kekebalan
tubuh penduduk, jenis dan populasi serta potensi vector dana adanya predator dan
populasi hewan yang ada
6) Lingkungan social ekonomi Secara umum faktor yang berkaitan dengan
lingkungan social ekonomi adalah :
a) Kepadatan penduduk akan mempengaruhi terhadap ketersediaan makanan dan
kemudahan dalam penyebaan penyakit
b) Kehidupan social seperti perkumpulan olahearaga, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, fasilitas ibadah dan lain sebagaianya
c) Stratifikasi social berdasarakan tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis dan
sebagaianya
d) Kemiskinan, biasanya berkairtan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi yang
tidak memadai yang secara langsung merupakan factor peninjang dalam
proses penyebaran penyakit menular
e) Keberadaan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.
Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain perilaku penduduk, tenaga kesehatan, sistem peringatan dini
oleh pemerintah, resistensi nyamuk terhadap insektisida, serta alokasi dana.
Dalam perilaku penduduk, Sebagian besar penduduk Indonesia belum
menyadari pentingnya memelihara kebersihan lingkungan. Salah satu masalah
yang umum ditemukan adalah rendahnya kesadaran penduduk untuk menjaga
agar tidak terdapat wadah-wadah yang dapat menampung air di lingkungan
tempat tinggalnya. Hal itu terutama menjadi masalah pada musim hujan.
Akibatnya, terjadi peningkatan kasus DBD selama musim hujan. Kebiasaan
lain yang turut menghambat pemberantasan DBD adalah tidak menguras bak
mandi secara benar dan teratur. Pengurasan umumnya hanya dilakukan
dengan mengganti air tanpa menyikat dinding bak mandi. Cara tersebut tidak
efektif karena telur Aedes aegypti tetap melekat di dinding bak mandi. Telur
Aedes aegypti dapat bertahan hingga enam bulan sehingga jika tidak
dihilangkan akan terus melanjutkan siklus hidupnya. Menurut Departemen
Kesehatan RI, tempat penampungan air yang banyak digunakan adalah bak
mandi, tempayan, drum dan tangki air, tempat gelas pada dispenser.
Umumnya, penduduk Indonesia menggunakan bak mandi yang terbuat dari
semen. Dinding bak mandi yang terbuat dari semen bersifat kasar, gelap, dan
mudah menyerap air. Dinding tempat penampungan air seperti itu sangat
disukai Aedes aegypti. Tempat penampungan air yang tidak disukai Aedes
aegypti adalah yang dindingnya licin, tidak menyerap air dan terang misalnya
keramik. Berdasarkan hal tersebut masyarakat perlu diberikan informasi agar
menggunakan tempat penampungan air yang dindingnya licin, berwarna
terang (putih) dan tidak menyerap air (Sungkar, 2007).
2. Konsep Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD )
A. Definisi
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal
dalam waktu yang relatif singkat. Demam berdarah dengue ditularkan melalui nyamuk
Aedes Aegypti, dimana nyamuk ini menyimpan virus dengue pada telurnya yang
selanjutnya akan menularkan virus tersebut melalui gigitan nya. Sekali menggigit maka
hal ini akan diulanginya dengan menggigit orang lain sehingga dengan mudah daraah
seseorang yang mengandung virus dengue akan cepat berpindah ke orang lain dengan
cepat dalam hal ini yang terdekat adalah keluaga yang tinggal satu rumah ( Hastuti,
2008).
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan kepada manusia melalui ggitan nyamuk aedes aegypti dan aedes
albocpictus ( Kemenkes RI, 2017 )
Demam berdarah dengue ( DHF ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh pendrita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti.
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi disertai leukopenia, dengan
atau tanpa tanda ruam dan limfadenopati.
B. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever ( DHF ) atau demam berdarah adalah
virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/ suku/ grup flaviviridae yang dikenal ada
4 serotipe yaitu dengue 1, dengue 2 , dengue 3 dan dengue 4 yang ditularkan melalui
vektor nyamuk aedes aegypti ( Satari & Mila, 2008 ). Infeksi dengan salah satu serotype
akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan. Tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
C. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi – virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus
sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan
reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan
peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran palsma.
Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga
terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut
menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock
tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia
jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia
sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1) aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler
sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2)
agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1)
peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh
vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419)
Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan
pada vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler terjadi
kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit pada fase awal
penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul trombositopenia, gangguan
agregasi, penurunan betathromboglobulin, kenaikan PF4 dan umurnya memendek.
Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi pula
koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antara lain munculnya
leukopenia, aneosinofilia, limfosit plasma biru, penurunan limfosit –T dan kenaikan
limfosit-B, peningkatan imunoglobulin dan komplek imun. Saat ini terdapat banyak teori
patogenesis DHF yang menunjukkan belum jelas patogenesis yang sesungguhnya.
Patogenesis tersebut antara lain infeksi sekunder yang berturutan dengan tipe virus yang
lain, yang ada hubungannya dengan ADE, IgM dan makrofag, teori virulensi virus, teori
trombosit-endotel, dan teori mediator. Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan
pembuluh darah dan peninggian permeabilitas kapiler. Kerapuhan pembuluh darah
dibuktikan dengan uji tourniquet atau Rumpel Leede atau uji Hess. Uji ini mungkin
positif meskipun waktu perdarahan normal. Permeabilitas kapiler yang meningkat
menyebabkan protein plasma dan cairan dari intravaskuler bocor ke ektravaskuler. Hal
tersebut terbukti dengan timbulnya hemokonsentrasi, efusi pleura, ascites, edema,
hipoproteinemia terutama hipoalbuminemia. Biopsi pada bercak merah di kulit
menunjukkan adanya edema perivaskuler pada mikrovaskulatur terminal di daerah papila
kulit, dengan infiltrasi limfosit dan monosit. Di daerah ini dapat ditemukan antigen
dengue, deposit kompolemen, imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul
vaskulopati dan disfungsi trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi
trombosit yang terganggu berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4)
dan penurunan betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit.
Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen virus
dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh
fibrinogen degradation product (FDP). Trombositopeni pada DHF dapat
disebabkan karena adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun
tersebut akan menyebabkan rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati dan
lien. Trombositopeni dapat juga terjadi karena depresi sumsum tulang dan konsumsi yang
berlebihan di sirkulasi. Koagulopati dibuktikan dengan adanya penurunan faktor
fibrinogen, faktor V, VII, VIII, X dan XII. Pada DHF fase akut terjadi koagulasi
intravaskuler dan fibrinolisis. Telah dibuktikan adanya pemanjangan partial
thromboplastin time (PTT), perpanjangan thrombin time, penurunan fibrinogen dan
kenaikan FDP hersama-sama dengan penurunan antithrombin IIi, alfa-2 antiplasminogen.
Koagulasi intravaskuler ini terutama pada DSS. Perubahan imunologik pada DHF terdiri
atas perubahan imunologik humoral dan seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan
dengan terbentuknya antibodi IgG yang dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi
inhibition (HI) dan Dengue Blot, dan IgM yang pada umumnya dideteksi dengan IgM
Elisa Capture. Selain komplek imun IgG dan IgM, juga ada komplek imun IgA dan IgE.
Perubahan imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase akut disertai
aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfosit-B
meningkat pada fase akut.

D. Manifestasi klinis
a. Demam tinggi secara mendadak 2-7 hari ( 38-40 derajat celcius )
b. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya puspura perdarahan
c. Perdarahan pada hidung dan gusi
d. Mual muntah
e. Sakit kepala
f. Demam yang dirasakan menyebabkan keluhan pegal atau sakit persendian
g. Munculnya bintik-bintik merah akibat pecahnya pembuluh darah
E. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Kegagalan sirkulasi
c. Hepatomegali
d. Efusi pleura
F. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makan lunak
c. Minum banyak ( 2-2,5 liter / 24 jam )
d. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
e. Monitor tanda-tanda vital
G. Pencegahan
Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian Program pencegahan dan pengendalian
dilakukan dengan melakukan manajemen lingkungan mencakup semua perubahan yang
dapat mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vector, sehingga kontak antara
manusia dan vector berkurang.
a. Modifikasi lingkungan
- Perbaikan persediaan air.
- Tanki atau reservoir di atas atau bawah tanah anti nyamuk.
b. Manipulasi lingkungan
- Drainase instalasi persediaan air
- Penyimpanan air rumah tangga
- Pot/vas bunga dan jebakan semut
- Bagian luar bangunan
- Keharusan menyimpan air untuk pemadaman kebakaran
- Pembuangan sampah padat
- Pengisian rongga pada pagar
- Botol kaca dan kaleng
c. Perlindungan Diri
- Pakaian pelindung
- Tikar, obat nyamuk bakar dan aerosol
- Penolak serangga
- Insektisida untuk kelambu dan gorden
d. Pengendalian Biologis
- Ikan pemakan larva
- Bakteri penghasil endotoksin
- Siklopoids/sejenis udang-udangan
- Perangkap telur autosidal/ perangkap telur pembunuh
e. Pengendalian Kimiawi
- Pemberian Larvasida kimiawi
- Pengasapan wilayah
3. Pengkajian
1. Winshield survey
a. Tipe perkampungan/ pedesaan
Perumahan sudah permanen
b. Lingkungan tempat tinggal
Ada jarak antar rumah
c. Umur area perumahan
bangunan terpelihara dengan baik dan tidak ada bangunan yang terbengkalai
d. Karkteristik socio-kultural
Mayoritas penduduk berusia anak-anak dan remaja \
e. Lingkungan ‘
1) Tampak umum
Halaman dan pekarang terlihat kurang bersih, jalanan berlubang dan
terlihat adanya genangan air
2) Bahaya lingkungan
Terlihat adanya sampah botol yang menumpuk
3) Stressor lingkungan
Tidak ada stressor lingkungan
f. Sumber-sumber ( yang ada dan tidak ada )
setiap rumah tidak memiliki tempat sampah 1 di depan rumah, terdapat balai
desa
g. Pelayanan kesehatan
Tidak terdapat rumah sakit ataupun klinik, terdapat praktik dokter
2. Pengkajian inti komunitas
a. Riwayat
Ada riwayat penggalian tanah yang dibiarkan sehingga menyebabkan
genangan air
b. Demografi
Tingkat pendidikan rata-rata SMA, status ekonomi menengah ke atas
c. Statistik vital
Masalah kesehatan yang terjadi adalah demam berdarah, dalam 2 tahun
terakhir terjadi kasus demam berdarah yang mengakibatkan kematian
d. Nilai dan kepercayaan
Mayoritas warga berasal dari suku jawa dan beragama islam
3. Pengkajian subsistem
a. Lingkungan fisik
Inspeksi : terdapat sampah botol yang menumpuk dan lingkungan kurang
bersih
Tanda vital : kondisi saat ini adalah musim hujan, kondisi lingkungan kurang
bersih, terdapat genangan air di dekat rumah warga.
System review : tidak ada kerja bakti secara rutin, kerja bakti diadakan jika
lingkungan terlihat kotor saja
b. Pelayanan kesehatan dan sosial
Kegiatan posyandu diadakan setiap1 bulan sekali, pengecekan jentik tidak
berjalan.
c. Ekonomi : ada sebagian masyarakat yang mempunyai tabungan kesehatan
berupa asuransi kesehatan dan BPJS
d. Keamanan
Kondisi jalan kurang baik, sehingga menyebabkan genangan air saat musim
penghujan
e. Politik dan pemerintahan
Kegiatan yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat adalah dengan penyuluhan kesehatan, penyuluhan
dilakukan oleh petugas kesehatan dari puskesmas tetapi penyuluhan dilakukan
hanya jika terjadi kasus ( puskesmas kurang tanggap terhadap masalah
kesehatan yang terjadi ), penyuluhan kesehatan menyesuaikan dengan kasus,
dan setelah dilakukan penyuluhan tidak terjadi perubahan apapun terhadap
masyarakat dan pola hidup masyarakat.
f. Komunikasi
Media komunikasi di masyarakat dengan arisan, PKK, dan pengajian
g. Pendidikan
Mayoritas penduduk berpendidikan SMA
h. Rekreasi
ANGKET PENGKAJIAN KOMUNITAS

DEMAM BERDARAH DENGUE

Petunjuk Pengisian:

1. Pertanyaan mohon diisi sesuai dengan pengetahuan dan kondisi keluarga dengan memberikan
tanda silang (V) pada jawaban yang telah tersedia
2. Jawaban yang diberikan tidak akan menyebabkan kerugian apapun dan akan dijamin
kerahasiaannya.

No Kategori YA TIDAK
1. Apakah ada anggota keluarga yang sudah pernah terjangkit DBD?
PRAKTIK
2. Apakah menurut anda perlu dilakukan penyuluhan tentang DBD?
3. Apakah pernah mengikuti penyuluhan DBD?
4. Apakah banyak nyamuk di rumah anda sejak siang hingga sore
hari?
5. Apakah PSN rutin dilakukan di lingkungan tempat anda tinggal?
6. Apakah di rumah anda terdapat tempat-tempat (seperti vas bunga,
dispenser, tempat makan burung, dll.) yang dapat menjadi sarang
nyamuk DBD?
7. Apakah anda menguras / membersihkan tempat-tempat
penampungan air seminggu sekali?
8. Apakah banyak pakaian anda yang digantung ?
9. Apakah anda memelihara ikan pemakan jentik nyamuk (seperti ikan
cupang) di tempat penampungan air di rumah anda?
10. Apakah anda dan keluarga anda rutin menggunakan lotion atau
semprotan pembasmi nyamuk?
SIKAP
11. Apakah anda membuang sampah seperti botol atau wadah yang
dapat menampung genangan air sembarangan?
12. Apakah upaya pencegahan penyakit demam merupakan kebutuhan
masyarakat yang harus segera dilakukan?
13. Apakah anda setuju bila diadakan upaya pencegahan penyakit
demam berdarah secara berkala / rutin di lingkungan tempat
tinggal ibu ?
14. Bila diadakan upaya pencegahan penyakit demam berdarah di
lingkungan tempat tinggal ibu, apakah ibu bersedia untuk ikut
secara aktif melaksanakannya ?
15. Apakah menurut ibu perlu membersihkan / menguras bak mandi ?
16. Apakah ibu setuju dengan upaya 3M yang digalakkan oleh
pemerintah?
17. Menurut ibu apakah boleh menyimpan pakaian digantung?
18. Menurut ibu apakah pengawasan terhadap jentik nyamuk perlu
dilakukan?
19. Menurut ibu apakah foging(pengasapan) efektif mencegah demam
berdarah?
20. Menurut ibu apakah 3M perlu dilakukan untuk mencegah demam
berdarah?
Analisa Data Komunitas

Kategori data Pernyataan Kesimpulan


Geografi : 1. Banyak terdapat 1. Ada media
Lingkungan fisik sampah botol perkembangbiakan
sehingga nyamuk
menyebabkan adanya 2. Lingkungan kotor
genangan.
Demografi : 1. Mayoritas warga 1. Jumlah penduduk
Usia anak-anak dan remaja anak- anak dan
remaja tinggi
Statistik vital 1. 20% warga terkena 1. Prevalensi kejadian
DBD / tahun DBD tinggi
2. Wabah DBD selalu
datang saat musim
hujan maupun
pergantian musim
System review 1. Tidak ada kegiatan 1. PHBS rendah
kerja bakti rutin
2. Kegiatan kerja bakti
diadakan jika
lingkungan terlihat
kotor saja dan jika
ada laporan warga
yang terkena DBD
Ekonomi 1. Masyarakat mampu 1. Status ekonomi
menyediakan masyarakat
makanan yang bergizi menengah ke atas
baik dari segi 2. Kemampuan
pengetahuan dan keluarga untuk
ekonomi menyediakan
makanan bergizi
baik

Pendidikan 1. Mayoritas warga 1. Tingkat pendidikan,


berpendidikan sampai pengetahuan dan
SLTA kemampuan warga
2. Warga dapat dalam menerima
menerima informasi informasi baik.
dengan baik
3. Tidak ada warga yang
buta huruf

Rumusan Diagnosa

Masalah Etiologi Tanda dan gejala


( aktual / potensial ) berhubungan dengan dimanifestasikan oleh
Tingginya angka kejadian 1. Prevalensi kejadian 1. 20% terkena DBD/
DBD DBD tinggi tahun
2. Ada media 2. Wabah DBD selalu
perkembangbiakan datang saat musim
nyamuk hujan maupun
3. Lingkungan kurang pergantian musim
sehat 3. Kondisi jalan rusak,
terdapat genangan
air saat hujan
Rendahnya tingkat 1. PHBS rendah 1. Tidak ada kegiatan
pengetahuan warga kerja bakti rutin
tentang kebersihan 2. Kegiatan kerja
lingkungan bakti dilakukan
hanya saat
lingkungan terlihat
kotor dan ketika
ada laporan warga
terjangkit DBD

Diagnosa Keperawatan Komunitas

1. Tingginya angka kejadian DBD berhubungan dengan prevalensi kejadian DBD


tinggi, ada media perkembangbiakan nyamuk dan lingkungan kurang sehat di
manifestasikan oleh 20% warga terkena DBD/ tahun, wabah DBD selalu datang saat
musim penghujan, kondisi jalan rusak sehingga terjadi genangan air.
2. Rendahnya tingkat pengetahuan warga tentang kebersihan lingkungan berhubungan
dnegan PHBS rendah dimanifestasikan oleh tidak ada kegiatan kerja bakti rutin oleh
warga , kegiatan kerja bakti dilakukan hanya jika lingkungan terlihat kotor saja dan
jika ada laporan warga terkena DBD.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terkait dengan konsep demam berdarah dengue ( DBD ), maka dapat disimpulkan :
1. Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi.
2. Virus dengue tergolong dalam flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN-3 merupakan
serotipe yang paling banyak
3. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti
4. Gejala utama demam berdarah dengue adalah demam, perdarahan dan syok
5. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat preventif yaitu dengan melakukan
program jumantik secara rutin dan menerapkan gaya hidup sehat dan bersih serta
melakukan 3M untuk memutus rantai pekembang biakan nyamuk.
B. Saran
Perawat komunitas diharapkan dapat menerapkan program-program yang bersifat
promotif dan preventif terhadap kejadian DBD, agar angka kejadian DBD di suatu
wilayah dapat dikendalikan sesuai dengan program pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria., Howard Butcher., Joanne Dochterman., Cheryl Wagner. ( 2013 ). Nursing
Interventions Classification ( NIC ). St. Louis: Mosby.

Moorhead, Sue., Marion Jhonson., Maridean Maas., Elizabeth Swanson. ( 2013 ). Nursing
Outcomes Classification (NOC). St. Louis: Mosby.

Hastuti, Oktri. 2008. Demam Berdarah Dengue : Penyakit dan Cara Pencegahannya. Yogyakarta:
Kanisius.

Nanda. ( 2018 ). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020. Edisi 11 editor
Monica Ester, Wuri Praptiani. Jakarta : EGC.

Satari, Hidra I. Dr. Sp. A(K). Dan Meiliasari, Mila. 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah
dan Rumah Sakit. Jakarta: Puspa Suara
ANALISIS DATA KOMUNITAS

Kategori Data Pernyataan Kesimpulan


Geografi :  Lingkungan perumahan dekat dengan  Ada media perkembangbiakan nyamuk
Lingkungan fisik persawahan  Kelembaban lingkungan tinggi
 Banyak terdapat genangan air di sekitar  Lingkungan kurang sehat
rumah
 Lingkungan sekitar rumah warga basah dan
lembab saat musim penghujan
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data geografi menjadi factor
predisposisi bagi perkembangbiakan nyamuk
Demografi :  40% penduduk di RT X adalah anak-anak  Jumlah penduduk yang berusia anak-anak
Usia  20% penduduk di RT X adalah remaja dan remaja tinggi
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan data demografi tersebut konsisten atau
berubah
Statistik Vital  20% warga terkena DBD / tahun  Prevalensi kejadian DBD tinggi
 Wabah DBD selalu datang saat musim hujan
maupun pergantian musim
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data statistic vital meningkatkan
terjadinya DBD di RT X
System Review  Tidak ada kegiatan kerja bakti rutin oleh  PHBS rendah
warga RT X
 Kegiatan kerjabakti dilakukan jika ada
laporan warga yang terkena DBD
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data system review berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan warga tentang kebersihan lingkungan di RT X
Ekonomi  Penghasilan masyarakat di RT X rata-rata  Status ekonomi masyarakat menengah ke
Rp. 3.000.000 atas
 Kemampuan masyarakat untuk menyediakan
makanan sehat dan bergizi bagi keluarga
baik
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data ekonomi berpengaruh
terhadap kemampuan masyarakat untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi di RT X
Pendidikan  Mayoritas warga berpendidikan sampai  Tingkat pendidikan, pengetahuan dan
SLTA. kemampuan warga dalam menerima
 Warga dapat menerima informasi baru informasi baik.
dengan baik.
 Wawasan warga sudah cukup baik dan luas.
 Hanya 2 % warga di RT X yang buta huruf.
Warga yang buta huruf adalah lansia
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan apakah data pendidikan berpengaruh
terhadap pengetahuan dan kemampuan warga dalam menerima informasi di RT X
RUMUSAN DIAGNOSA

Masalah Etiologi Tanda dan gejala


( Aktual / potensial ) Berhubungan dengan Dimanifestasikan oleh
Tingginya angka kejadian DBD di wilayah RT X  Prevalensi kejadian DBD tinggi  20% warga terkena DBD / tahun
RW 04 Desa Bantulan  Ada media perkembangbiakan  Wabah DBD selalu datang saat musim
nyamuk hujan maupun pergantian musim
 Kelembaban lingkungan tinggi  Wabah DBD selalu datang saat musim
 Lingkungan kurang sehat hujan maupun pergantian musim,
 Lingkungan perumahan dekat dengan
persawahan, banyak terdapat genangan
air di sekitar rumah
 Lingkungan sekitar rumah warga basah
dan lembab saat musim penghujan
Rendahnya tingkat pengetahuan warga tentang  PHBS rendah  Tidak ada kegiatan kerja bakti rutin oleh
kebersihan lingkungan di wilayah RT X Desa warga RT X
Bantulan  Kegiatan kerjabakti dilakukan jika ada
laporan warga yang terkena DBD
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Tingginya angka kejadian DBD di wilayah RT X RW X Desa X, berhubungan dengan prevalensi kejadian DBD tinggi, ada media
perkembangbiakan nyamuk, kelembaban lingkungan tinggi, dan lingkungan kurang sehat dimanifestasikan oleh 20% warga terkena
DBD / tahun, wabah DBD selalu datang saat musim hujan maupun pergantian musim, lingkungan perumahan dekat dengan
persawahan, banyak terdapat genangan air di sekitar rumah, lingkungan sekitar rumah warga basah dan lembab saat musim
penghujan.

2. Rendahnya tingkat pengetahuan warga tentang kebersihan lingkungan di wilayah RT X Desa Bantulan, berhubungan dengan PHBS
rendah dimanifestasikan oleh tidak ada kegiatan kerja bakti rutin oleh warga RT X, kegiatan kerjabakti dilakukan jika ada laporan
warga yang terkena DBD
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Diagnosa Keperawatan Komunitas A B C D E F G H I J K Total Prioritas


.
1. Tingginya angka kejadian DBD di wilayah RT X
RW X Desa X, berhubungan dengan prevalensi
kejadian DBD tinggi, ada media
perkembangbiakan nyamuk, kelembaban
lingkungan tinggi, dan lingkungan kurang sehat
dimanifestasikan oleh 20% warga terkena DBD /
5 4 3 3 3 2 4 4 5 4 4 41 1
tahun, wabah DBD selalu datang saat musim
hujan maupun pergantian musim, lingkungan
perumahan dekat dengan persawahan, banyak
terdapat genangan air di sekitar rumah,
lingkungan sekitar rumah warga basah dan
lembab saat musim penghujan.
2. Rendahnya tingkat pengetahuan warga tentang
3 2 3 3 4 2 3 3 5 4 4 36 2
kebersihan lingkungan di wilayah RT X Desa X,
berhubungan dengan PHBS rendah
dimanifestasikan oleh tidak ada kegiatan kerja
bakti rutin oleh warga RT X, kegiatan kerjabakti
dilakukan jika ada laporan warga yang terkena
DBD

Keterangan :

A : ResikoTerjadi F : Sesuai dengan program Pemerintah I. Dana

B : Resiko Keparahan G. Tempat J. Fasilitas Kesehatan

C : Potensial untuk Pendkes H. Waktu K. Sumber daya

D : Minat Masyarakat E : Kemungkinan diatasi


DATA DIAGNOSA NOC NIC
(NANDA/IACP)
STUDI DOKUMENTASI DOMAIN 1 Prevensi Primer: Prevensi Primer:
 20% warga terkena DBD / Promosi kesehatan
tahun Domain IV: Status Kesehatan Domain 3: Perilaku
KELAS 2 Komunitas
ANGKET Manajemen kesehatan Indikator Kelas S: Edukasi klien
 270101: Meningkatkan 5510: Pendidikan Kesehatan
OBSERVASI (WINSHIELD  Defisien Kesehatan partisipasi dalam
SURVEY) Komunitas pelayanan perawatan Kelas Y: Mediasi Sistem
 Wabah DBD selalu datang saat kesehatan preventif (1 – 3) Kesehatan
musim hujan maupun  270107: Meningkatkan 7400: Bimbingan terhadap system
pergantian musim partisipasi dalam program kesehatan (Health system
 Lingkungan perumahan dekat kesehatan komunitas (1 – guidance)
dengan persawahan, banyak 3)
terdapat genangan air di Domain 7: Komunitas
sekitar rumah 1805: Pengetahuan: Perilaku
 Lingkungan sekitar rumah Promosi Kesehatan Kelas c: Promosi kesehatan
warga basah dan lembab saat Indikator komunitas
musim penghujan  160201: Menggunakan 8500 : Perkembangan kesehatan
perilaku yang menghindari komunitas
DATA DIAGNOSA NOC NIC
(NANDA/IACP)
WAWANCARA resiko (1 – 3) 8700: Program development
 Tidak ada kegiatan kerja bakti  160207: Melakukan
rutin oleh warga RT X perilaku kesehatan secara Kelas d: Manajemen resiko di
 Kegiatan kerjabakti dilakukan rutin (1 - 3) komunitas
jika ada laporan warga yang  160208: Mendukung 6520: Skrining kesehatan
terkena DBD kebijakan publik yang 6610: Identifikasi resiko
sehat ( 1-3)
Kelas R: Keyakinan terhadap Prevensi Sekunder
kesehatan (Health beliefs)
1705: Orientasi kesehatan
Indikator Prevesi Tertier
 170514: Fokus
mempertahankan perilaku
sehat (1-4)
 170508: Persepsi bahwa
perilaku sehat
berhubungan dengan
kesehatan seseorang (1-3)
DATA DIAGNOSA NOC NIC
(NANDA/IACP)
Prevensi Sekunder
Kelas T: Kontrol Resiko
Komunitas : Budaya yang tidak
sehat
Indikator:
 281004: Identifikasi
praktik budaya yang
berbahaya ( 1-3 )
 281003 : Identifikasi
praktik budaya yang sehat
(1-3)
 281007 : Penggunaan
perwakilan komunitas
yang berpengaruh untuk
mendorong perubahan ( 1-
3)
 281018 : Hilangkan
praktik budaya yang
berbahaya (1-3)
DATA DIAGNOSA NOC NIC
(NANDA/IACP)
 281019 : Penguatan paktik
budaya yang sehat (1-3)

Prevensi Tersier
Domain VI: 2808 Keefektifan
Program Komunitas
Indikator:
280808: tingkat partisipasi
program ( 2-4)
280802: tujuan program yang
dapat dicapai ( 2-4 )

Kelas DD: 2807 Keefektifan


skrining kesehatan komunitas
Indikator:
280701: identifikasi kondisi
berisiko tinggi yang umum di
komunitas( 2-4)
280703 : pemilihan skrining
DATA DIAGNOSA NOC NIC
(NANDA/IACP)
difokuskan pada deteksi dini ( 2-
4)
280725 : Tingkat partisipasi
populasi target pada saat skrining
( 2-4)

Anda mungkin juga menyukai