Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA II

“LANSIA YANG DEPRESI DAN DEMENSIA”

YANG DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

1. ANITA BAHAR
2. DWI ANDRIANTO
3. PATRIA IZAWATI
4. SAIDATUL NISYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa II dengan judul makalah “Asuhan Keperwatan Pada Lansia Yang
Depresi Dan Demensia”.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis diharapkan mampu memahami mengenai
materi tentang asuhan keperawatan pada lansia yang Depresi dan Demensia. berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Walaupun makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna, dengan masih
banyaknya kekurangan dalam makalah ini, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca, dengan harapan kedepan supaya makalah ini dapat lebih sempurna dan berguna
bagi kita semua.
 
Mataram, 23 September 2021
 

(kelompok 8)
DAFTAR ISI

Judul …………………………………………………………………………………… 1

Kata pengantar ………………………………………………………………………… 2

Daftar isi ………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 4

A. Latar belakang ………………………………………………………………... 4


B. Tujuan Peulisan ……………………………………………………………… 5
C. Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………. 6

A. Konsep Depresi……………………………………………………………….. 6
1. Definisi depresi …………………………………………………………… 6
2. Epidemiologi ……………………………………………………………. 6
3. Etiologi depresi ………………………………………………………… 7
4. Gambaran klinik …………………………………………………………….. 7
5. Perubahan pada lansia depresi ……………………………………………. 7
6. Tanda dan gejala depresi ……..………………………………………….. 9
7. Tingkat depresi …………………………………………………………. 10
B. Konsep Demesia ……………………………………………………………… 13
1. Pengertian Demensia ……………………………………………………… 13
2. Penyebab Demensia ………………………………………………………. 13
3. Patofisiologi demensia …………………………………………………… 14
4. Manifestasi klinis demensia ……………………………………………... 14
5. Klasifikasi demesia ………………………………………………………. 15
6. Pencegahan ……………………………………………………………….. 15
7. Penatalaksanaan demensia ………………………………………………… 16
8. Komplikasi demensia ………………………………………………………. 16
9. Askep lansia dengan depresi ……………………………………………… 17
10. Askep lansia dengan demensia ……………………………………………. 30
11. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 40
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kemajuan suatu bangsa dipandang dari usia harapan hidup yang
meningkat pada lansia. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah
7,49% dari data populasi , Tahun 2011 menjadi 7,69% pada tahun 2013 populasi
lansia sebesar 8,1% dari total populasi. Dan di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta
jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih
dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia
adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia dibandingkan
bayi atau balita. Lanjut usia pasti mengalami masalah kesehatan yang diawali dengan
kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor
resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami
lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak,
termasuk, beberapa penyakit sepeti hipertensi, gangguan pendengaran, penglihatan
dan demensia. Prevalensi demensia terhitung mencapai 35,6 juta jiwa di dunia. Angka
kejadian ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun, yaitu 65,7
juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050 (Alzheimer’s Disease
International, 2009). Peningkatan prevalensi demensia mengikuti peingkatan populasi
lanjut usia (lansia). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan
prevalensi demensia setiap 20 tahun. Deklarasi Kyoto menyatakan tingkat prevalensi
dan insidensi demensia di Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India,
dan Jepang (Alzheimer’s Disease International, 2006). Data demensia di Indonesia
pada lanjut usia (lansia) yang berumur 65 tahun ke atas adalah 5% dari populasi lansia
(Tempo, 2011). Prevalensi demensia meningkat menjadi 20% pada lansia berumur 85
tahun ke atas. Kategori lanjut usia penduduk berumur 65 tahun ke atas angka lansia di
Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 11,28 juta. Jumlah ini diperkirakan meningkat
menjadi 29 juta jiwa pada tahun 2020 atau 10 persen dari populasi penduduk (Tempo,
2011).

B. Tujuan penulisan
1. Mahasiswa dapat Memahami konsep lansia
2. Memasiswa dapat memahami konsep demensia
C. Rumusan Masalah
1. Apa itu depresi lansia?
2. Apa itu Epidemiologi depresi lansia?
3. Apa Etiologi depresi lansia ?
4. Bagaiamana Gambaran klinik depresi lansia?
5. Bagaiamana Perubahan pada lansia depresi?
6. Apa Tanda dan gejala depresi?
7. Bagaimana Tingkat depresi?
8. Apa pengertian demensia?
9. Apa Penyebab Demensia?
10. Bagaimana Patofisiologi demensia?
11. Apa saja Manifestasi klinis demensia?
12. Bagaimana Klasifikasi demesia?
13. Bagaiamana Pencegahan demensia?
14. Bagaimana Penatalaksanaan demensia?
15. Apa saja Komplikasi demensia?
16. Bagaiamana Askep lansia dengan depresi?
17. Bagaiamana Askep lansia dengan demensia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Depresi

1. Pengertian Depresi
Depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan
patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan
memulai sautu kegiatan, tak mampu berkonsentrasi, tak punya semangat hidup,
selalu tegang, dan mencoba bunuh diri (Atkinson, 1991) dalam (Lubis, 2016).

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan


kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik

diri, tidak dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari)
(Gerald C. Davison, 2004) dalam (Miftahudin, 2016).

Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang


mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku)
seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan
tidak berdaya dan kehilangan harapan (Rice PL, 1992) dalam (Miftahudin, 2016).

2. Epidemiologi
Prelevansi orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun, banyak menderita
gangguan mental atau neurologis. Sebesar 6,6% dari total cacat yang dialami oleh
lansia berusia lebih dari 60 tahun banyak dikaitkan dengan gangguan mental maupun
gangguan neurologis. Gangguan neuropsikiatri yang paling umum dari kelompok
lansia adalah demensia dan depresi. Gangguan kecemasan mempengaruhi 3,8%
populasi lansia, masalah penggunaan narkoba mempengaruhi hampir 1% dari total
populasi lansia, dan hampir seperempat kematian yang terjadi pada lansia
dikarenakan perbuatan menyakiti diri sendiri yang dilakukan oleh lansia (World
Health Organization, 2013) dalam (Qonitah & Isfandiari, 2015). Hasil analisis
lanjutan riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat
antara masalah gangguan mental emosional dengan lansia, khususnya pada
usia 65 tahun ke atas(Idaini, Suhardi, & Kristanto, 2009) dalam (Qonitah &
Isfandiari, 2015).

Lanjut usia menurut undang-undang no. 13 tahun 1998 tentang


kesejahteraan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Umur Harapan Hidup (UHH) Indonesia meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN), pada
tahun 2009 UHH di Indonesia adalah 70,7 tahun, pada tahun 2010 meningkat
menjadi 70,9 tahun. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 UHH di Indonesia adalah
sebesar 71,7 tahun (Bappenas, 2013). Peningkatan UHH akan menyebabkan
meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia setiap tahunnya. Jumlah
lansia di Indonesia pada tahun 2010 lalu berdasarkan hasil sensus adalah sebesar
24 juta jiwa atau sebesar 9,7% dari total populasi. Penduduk lansia diperkirakan
akan melonjak menjadi 11,34% dari total penduduk Indonesia pada 2020
mendatang. Suatu wilayah apabila memiliki penduduk tua lebih dari 7% maka
wilayah tersebut dikatakan memiliki struktur penduduk tua (Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2011). Berdasarkan data di
atas, maka Indonesia termasuk negara dengan struktur penduduk tua.
Meningkatnya UHH merupakan indikator baiknya perbaikan dalam bidang
kesehatan. Namun hal ini akan memberikan sebuah tantangan tersendiri, karena
juga akan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama angka
kesakitan akibat penyakit degeneratif akan meningkat (Kementerian Kesehatan
RI, 2013) dalam (Qonitah & Isfandiari, 2015).

3. Etiologi
Penyebab depresi sangat kompleks, yaitu penyebab eksternal dan penyebab
internal, tetapi lebih sering merupakan hasil kombinasi dari keduanya. Berat
ringannya depresi tergantung pada kepribadian mental, kematangan individu,
progresifitas penyakit fisik, dan tingkat pendidikan.Hingga saat ini etiologi depresi
yang pasti belum diketahui. Terdapat beberapa faktor predisposisi yang telah
diketahui berkaitan dengan terjadinya depresi, yaitu antara lain faktor genetik.
Faktor ini berperan secara sangat kompleks dalam perkembangan gangguan
mood.Pada penelitian mengenai depresi dalam keluarga diperoleh bahwa generasi
pertama berpeluang lebih sering dua sampai sepuluh kali mengalami depresi
berat.Penelitian yang berhubungan dengan anak kembar mengemukakan bahwa
kembar monozigot berpeluang sebesar 50%, sedangkan kembar dizigot sebesar 10-
25%. Mengenai faktor neurobiologik, adanya perubahan neurotransmiter otak, yaitu
antara lain: norepinefrin, serotonin, dopamin, dan juga menurut teori amina biogenik,
depresi disebabkan karena defisiensi senyawa monoamin, terutama noradrenalin dan
serotonin). Juga perlu dipertimbangkan peran faktor psiko-sosial (peristiwa dalam
kehidupan dan stres lingkungan) dan faktor kognitif(Ballo, Kaunang, Munayang, &
Elim, 2012).

4. Gambaran Klinik
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi
menetap yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat
berpikiran atau melakukan percobaan bunuh diri.Pada lansia gejala depresi lebih
banyak terjadi pada orang dengan penyakit kronik, gangguan kognitif, dan
disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi eksekutif lansia depresi akan membaik
setelah depresi teratasi. Gangguan depresi lansia dapat menyerupai gangguan
kognitif seperti demensia, sehingga dua hal tersebut perlu dibedakan.Para lansia
depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik tersamar yang
bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada
lansia depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam
pemikiran, perubahan dalam perasaan, dan perubahan perilaku.

5. Perubahan pada lansia depresi (Irawan, 2013):


a. Perubahan fisik

1) Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat
badan bulan terakhir).

2) Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur, atau
tidur terlalu lama. Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi hari
penurunan energi dengan perasaaan lemah dan kelelahan fisik. Beberapa
orang mengalami agitasi dengan kegelisahan dan bergerak terus.

3) Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak
diketahui gangguan perut, konstipasi.

b. Perubahan pemikiran

1) Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit mengingat


informasi
2) Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan
3) Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka
4) Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan
kepercayaan diri
5) Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan
6) Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik) atau delusi
7) Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri

c. Perubahan perasaan
1) Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber kesenangan
2) Penurunan minat dan kesenangan seks
3) Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar
4) Tidak ada perasaan
5) Perasaan akan terjadi malapetaka
6) Kehilangan percaya diri
7) Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari
8) Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas
9) Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan agresif

d. Perubahan perilaku
1) Menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai
2) Menghindari mengambil keputusan
3) Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau membayar
tagihan
4) Penurunan aktivitas fisik dan olahraga
5) Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan
6) Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan

6. Tanda dan Gejala


Penggambaran gejala depresi pada lansia (Samiun,2006 dalam Aspiani, 2014)

a. Kognitif

Sekurang-kurangnya ada 6 proses kognif pada Iansia yang menunjukkan


gejala depresi. Pertama, individu yang mengalami depresi memiliki selfesteem
yang sangat rendah.Mereka berpikir tidak adekuat, tidak mampu, merasa dirinya
tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa bersalah terhadap kegagalan yang
dialami.Kedua, Iansia selalu pesimis dalam menghadapi masalah dan segala
sesuatu yang dijalaninya menjadi buruk dan kepercayaan terhadap dirinya (self-
confident) yang tidak adekuat.Ketiga, memiliki motivasi yang kurang dalam
menjalani hidupnya, selalu meminta bantuan dan melihat semuanya gagal dan sia-
sia sehingga merasa tidak ada gunanya berusaha.Keempat, membesar-besarkan
masalah dan selalu pesimistik menghadapi masalah.Kelima, proses berpikirnya
menjadi lambat, performance intelektualnya berkurang.Keenam, generalisasi dari
gejala depresi, harga diri rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi.

b. Afektif
Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan, murung, sedih, putus asa,
kehilangan semangat dan muram.Sering merasa terisolasi, ditolak dan tidak
dicintai. Lansia yang mengalami depresi menggambarkan dirinya berada dalam
lubang gelap yang tidak dapat terjangkau dan tidak dapat keluar dari sana.

c. Somatik
Masalah somatik yang sering dialami Iansia yang mengalami depresi seperti
pola tidur yang terganggu (insomnia), gangguan pola makan dan dorongan
seksual yang berkurang. Lansia telah rentan terhadap penyakit karena system
kekebalan tubuhnya melemah, selain karena aging proses juga karena orang yang
mengalami depresi menghasilkan sel darah putih yang kurang
d. Psikomotor

Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah retardasi


motor.Sering duduk dengan terkulasi dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara
sedikit dengan kalimat datar dan sering menghentikan pembicaraan karena tidak
memiliki tenaga atau minat yang cukup untuk menyelesaikan kalimat itu. Dalam
pengkajian depresi pada lansia menurut Sadavoy et all (2004) gejala-gejala depresi
dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan pola tidur (sleep) pada lansia yang
dapat berupa kelelahan, susah tidur, mimpi buruk dan bangun dini dan tidak bisa
tidur lagi, penurunan minat dan aktivitas (interest), rasa bersalah dan menyalahkan
diri (gulity), merasa cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy), penuruan
konsentrasi dan proses pikir (concentration), nafsu makan menurun (appetie),
gerakan lamban dan sering duduk terkulai (psychomotor), dan penelantaran diri
serta ide bunuh diri (suicidaly).

7. Tingkat depresi pada lansia


Menurut PPDGJ-III (Maslim, 1997) dalam (Aspiani, 2014)
a. Depresi ringan

1) Kehilangan minat dan kegembiraan


2) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

b. Depresi Sedang

1) Kehilangan minat dan kegembiraan


2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
c. Depresi sedang

1) Mood depresif
2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
7) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
8) Tidur terganggu
9) Disertai waham, halusinasi
10) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu

12
B. Konsep Demensia

1) Pengertian Demensia

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau keadaan
yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi
atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia merupakan sindrom yang
ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya
ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,persepsi perhatian dan konsentrasi,
penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).
Dimensia alzheimer adalah penyakit deganeratif otak yang progresif, yang
mematikan sel otak sehigga mengakibatkan menurunya daya ingat, kemampuan
berpikir, dan perubahan perilaku. Dimensia alzheimer merupakan penyakit
neurodegeneratif progresif dengan gambaran klinis dan patologi yang khas, berfariasi
dalam awitan, umur, berbagai gambar gangguan kognitif, dan kecepatan
pemburukannya. Penyakit alzheimer ditemukan oleh seorang dokter ahli saraf dari
jerman yang bernama Dr. Alois Alzheimer pada tahun 1906 penyakit ini 60%
menyebabkan kepikunan atau dimensia dan diperkirakan akan meningkat terus, bahkan
diramalkan pertumbuhannya akan lebih cepat dari padakecepatan pertambahan jumlah
penduduk usia diatas 65 tahun.

2) Penyebab demensia menurut Nugraho (2009)


a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
system enzim, atau pada metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya : Penyakit degenerasi spino –
serebelar.a). Sub akut leuko-eselfalitis sklerotik fan bogaert dan b) Khores
Hungtington.
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantranya :a). Penyakit cerrebro kardioavaskuler dan b) penyakit
Alzheimer.

13
3) Patofisiologi Demensia
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf
pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30
sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan
kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta
gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat
menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark,
inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu
fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif
(daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi,
isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang
terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut
demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

4) Manifestasi klinis demensia


Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan keluarga
tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari demensia
Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah :

a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali-kali.

14
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa
takut dan gugup yang tak beralasan.
e. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.
f. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

5) Klasifikasi Demensia :

Berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat klinisnya dan


menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III
(PPDGJ III).
1) Menurut Umur:
a. Demensia senilis (>65th)
b. Demensia prasenilis (<65th).
2) meurt perjalanan penyakit
a. Reversible
b. ireversibel (normal pressure hydrcepalus, subdural
c. hematoma, defisiensi vitamin B
d. hipotiridsm, intoksikasi pb
3) meurt kerusakan struktur otak
a. tipe Alzheimer
b. tipe non-alzheime
c. demesia vascular
d. demensia jisim lewy (lewy body demetia.
e. Demensia Lobus frontal-temporal.
f. Demensia terkait dengan HIV-AIDS.
g. Morbus Parkinson.
h. Morbus Huntington.
i. Morbus Pick.
j. Morbus Jakob-Creutzfeldt.
k. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker

6) Pencegahan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
1) Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
dan zat adiktif yang berlebihan
2) Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.

15
3) Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif, seperti
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4) Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
5) Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

7) Penatalaksanaan Demensia

Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :


1) Farmakoterapi Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan;
Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine.
Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif. Demensia karena stroke yang berturut-turut
tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan
dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
2) Dukungan atau Peran Keluarga Mempertahankan lingkungan yang familiar
akan membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar,
cahaya yang terang, jam dinding.
3) Terapi Simtomatik Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi
simtomatik, meliputi :
Latihan fisik yang sesuai
Terapi rekreasional dan aktifitas

8) Komplikasi demensia menurut Kushariyadi (2010)


a) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh yang terdiri dari; a) Ulkus
diabetikus; b) Infeksi saluran kencing dan c).Pneumonia.
b) Thromboemboli, infarkmiokardium:
- Kejang,
- Kontraktur sendi,
- Kehilangan kemampuan untuk merawat diri,
- Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan dan
- menggunakan peralatan

16
ASUHAN KEPARAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEPRESI

1. PENGKAJIAN
Mengkaji pasien lansia dengan depresi
1.  sering sering mengalami ganggun Tidur 
2. Lelah, lemas kurang dapat menikmati kehidupan sehari-hari
3. Mudah tersinggung sedih berkepanjangan
4. Kebersihan diri terabaikan 
5. Filtrasi dan daya ingat menurun 
6. Rasa putus asa dan tidak berguna
7.  nafsu makan menurun
8.  timbul  ide-ide bunuh diri

Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan depresi, pertama-tama Anda harus
membina hubungan saling percaya dalam pasien lansia. untuk dapat membina hubungan
saling percaya dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: 
1. Selalu mengucapkan salam kepada pasien dalam kurung, assalamualaikum wr wb
2.  perkenalkan perkenalkan nama   lengkap dan nama panggilan anda serta sampaikan
bahwa anda akan merawat pasien.
3.  tanyakan tanyakan pula  nama pasien danNama panggilan kesukaannya.
4. Jelaskan tujuan anda merawat pasien dan aktivitas yang Anda lakukan
5. Jelaskan pula Kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut
dilaksanakan.
6. Bersikap empati dengan cara:
a) Duduk bersila pasien, lalu kontrak kontak mata apa ma beri sentuhan dan
tunjukkan perhatian.
b) Bicara lambat, bahasa sederhana dan Beri waktu bagi pasien untuk berpikir dan
menjawab
c) Bersikap hangat, Ekspresikan pengharapan pada pasien.
d) Berikan dukungan kepada pasien ketika pasien mampu melakukan sesuatu.

17
Latihan 14.1
Berikut adalah percakapan dalam membina hubungan saling percaya dengan pasien
lansia :

“Selamat pagi Pak/Bu!”


“saya…….Saya senang dipanggil….. Saya perawat dari Puskesmas….. yang datang untuk
merawat Bapak atau Ibu nama bapak ibu siapa tanda tanya senang dipanggil siapa
bagaimana perasaan Bapak Ibu hari ini?”

“bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan atau keluhan Bapak atau Ibu?”

“mau duduk di mana bapak/Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu? (usahakan tempat yang
ada privasinya). mari kita duduk Disana, tidak lama kok cuma setengah jam saja.” 

Saat mengkaji pasien lansia dengan depresi anda dapat menggunakan teknik observasi perilaku
pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya.Observasi yang anda lakukan
terutama untuk mengkaji data observasi sebagai berikut:
1. penampilan tidak rapi kusut dan kulit kotor dalam kurung (kebersihan diri kurang)
2. Kontak mata kurang selama interaksi 
3. afek datar labil dan tidak sesuai 
4. tampak sedih dan murung 
5. Tampak lesu dan lemah 
6. komunikasi lambat atau tidak mau berkomunikasi 
Aspek psikososial yang perlu dikaji adalah bagaimana perasaan saat ini, apakah mengalami
kebingungan kecemasan atau mempunyai ide untuk bunuh diri data ini dapat dikaji melalui
wawancara dengan menggunakan skala depresi pada lansia (depresion geriatric scale). Data
yang perlu didapatkan dari keluarga adalah: 
1. Apakah pasien suka tidur atau Sering terbangun pada malam hari? 
2. Apakah pasien sering mengurung diri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain? 
3.  Apakah pasien sering mengatakan tidak ada artinya hidup? 
4. Apakah pasien sering mengatakan merasa kesepian? 
5.  Apakah pasien tidak mampu melakukan aktivitas yang bisa dilakukan ?
6.  Apakah pasien sering menangis? 

18
Percakapan untuk mengkaji depresi pada lansia (dalam percakapan selalu diawali
dengan menyebut nama perawat dan memanggil nama pasien)

1. Apakah Bapak atau Ibu merasa nyaman dalam kehidupan ini? ya/tidak
2. Apakah ibu bapak Mengalami penurunan dalam melakukan
aktivitas Dan hobi ? ya/tidak
3. Apakah Bapak Ibu merasa hidup ini hampa? ya/tidak
4. Apakah Bapak Ibu sering merasa bosan? ya/tidak
5. Apakah Bapak Ibu optimis terhadap masa depan? ya/tidak
6. Apakah bapak ibu takut sesuatu yang buruk akan terjadi? ya/tidak
7. Apakah Bapak Ibu merasa bahagia sepanjang waktu? ya/tidak
8. Apakah Bapak Ibu sering merasa sendirian ya/tidak
9. Apakah Bapak Ibu lebih senang berada di rumah daripada
keluar rumah dan mengerjakan sesuatu yang baru ? ya/tidak
10. Apakah Bapak Ibu mempunyai masalah dengan daya ingat? ya/tidak
11. Apakah Bapak Ibu merasa senang dengan kehidupan saat ini?
12. apakah Bapak Ibu merasa tidak berharga?
13. Apakah bapak ibu saat ini bersemangat?
14. Apakah Bapak Ibu merasa orang lain Lebih baik dan bapak ibu?

cara menilai :
jika anda menemukan 8 atau lebih jawaban yang digaris bawahi maka hal tersebut
mengindikasikan adanya depresi pada lansia. 

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosis
keperawatan ketidakberdayaan, resiko bunuh diri, gangguan pola tidur. 
Berapa temenmu tethering data yang didapat berdasarkan pengkajian diatas
didokumentasikan pada kartu berobat pasien di Puskesmas. contoh pendokumentasiannya
adalah sebagai berikut: klien tampak Murung penampilan tidak rapi, selalu tampak lesu,
mengatakan malas bicara dengan orang lain dan melakukan kegiatan sehari-hari
mengatakan tidak ada gunanya hidup karena dirinya tidak berguna. keluarga mengatakan
pasien tidak mampu melakukan apa-apa apa.

3. TINDAKAN KEPERAWATAN
Anda dapat memilih tindakan keperawatan berikut sesuai dengan kondisi pasien anda. 
Lansia depresi dengan ketidakberdayaan

19
1. Tindakan keperawatan untuk pasien 
Tujuan tindakan : 
1. pasien mampu berpartisipasi dalam memutuskan perawatan dirinya.
2.  pasien mampu melakukan kegiatan dalam menyelesaikan  masalahnya
Tindakan keperawatan 
1. beri kesempatan bagi pasien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan dirinya
a. beri kesempatan menetapkan tujuan perawatan dirinya. contoh minta
pasien memilih apakah atau mau mandi 
b. Beri kesempatan untuk menetapkan aktivitas perawatan diri untuk
mencapai tujuan titik contoh: jika pasien memilih mandi bantu pasien
untuk menetapkan aktivitas untuk mandi (bawa sabun handuk pakaian
bersih.)
2. Bantu pasien untuk melakukan aktivitas yang telah ditetapkan. 
3. berikan pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya. 
4. tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
5. sepakati jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut secara teratur.

20
Percakapan dalam melakukan tindakan keperawatan pada pasien lansia dengan
ketidakberdayaan

orientasi
“Selamat pagi bu, saya suster yang kemarin datang ke sini Bagaimana perasaan Ibu
hari ini? hari ini kita akan bercakap-cakap tentang kegiatan ibu selama 20 menit.”

Kerja
“Kegiatan kebersihan diri apa yang bisa ibu lakukan? oh ibu dapat menggosok gigi dan
menggunting kuku. Ibu maupun kegiatan yang mana yang ingin dibulati bersama suster.
Apakah ibu mau latihan gosok gigi atau gunting kuku?”

jika pasien memilih gunting kuku; lanjutkan percakapan 


“Apa saja alat yang perlu disiapkan untuk menggunting kuku?”
“menurut Ibu, Bagaimana cara cara menggunting kuku?”
“baik sekali ibu dapat menyebutkan cara untuk menggunting kuku dengan benar.”
“ ibu menggunting kuku sendiri atau dibantu oleh suster?”
“ Coba sekarang ibu menggunting kuku sendiri titik bagus sekali ibu dapat
melakukannya “ kapan lagi ibu mau menggunting kuku? Bagaimana kalau ibu
menggunting Kuku sekali seminggu?”
“Bagaimana kalau jadwal menggunting kuku kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan
ibu?”

terminasi :
Bagaimana perasaan Ibu setelah menggunting kuku sendiri coba Ibu Sebutkan langkah-
langkah untuk menggunting kuku sebaiknya lakukan secara rutin memotong kuku sesuai
jadwal Bu besok saya akan datang lagi untuk melatih melakukan perawatan diri yang
lain seperti menggosok gigi sampai sok ya Bu. selamat pagi! 

Latih kemampuan lain yang ingin dilakukan klien dan masukkan ke dalam jadwal kegiatan klien
2. tindakan untuk keluarga
    Tujuan: 
1. keluarga mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien: 
2. keluarga mampu membantu pasien mengembangkan kemampuannya 
Tindakan Keperawatan. 
1. diskusikan dengan keluarga tentang kemampuan yang pernah dimiliki pasien. 

21
2. bersama keluarga memilih kemampuan yang dapat dilakukan pasien saat ini 
3. anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki
pasien. 
4. anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki 
5. anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan Sesuai dengan
jadwal kegiatan yang sudah dibuat. 
6. Jelaskan pada keluarga tentang obat-obatan anti depresi, antipsikotik dan anti ansietas
dengan: 
a. Ajarkan prinsip 5 benar minum obat (benar obat pasien acara dosis waktu)
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada lansia dengan demensia titik 
c. Jelaskan akibat bila obat tidak dikonsumsi sesuai program 
d. Jelaskan efek samping obat dan hal-hal untuk menghindari efek samping obat 
e. Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat 

Percakapan dengan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan


pasien lansia dengan ketidakberdayaan .

orientasi

“Selamat pagi bu saya suster saya baru saja selesai bercakap-cakap dengan
orang tua Ibu. Bagaimana perkembangan keadaan orang tua Bapak Ibu hari
ini? hari ini kita akan bercakap-cakap tentang kemampuan yang dapat
dilakukan oleh orang tua bapak ibu saat ini kita diskusi selama 20 menit”.

kerja

“menurut Bapak Ibu apa saja kemampuan atau hal positif yang dimiliki oleh
orang tua bapak-ibu sebelum ini?”

“ aktivitas Apa yang biasanya dilakukan oleh Beliau sebelumnya”

“menurut Bapak atau Ibu masih adakah dari kegiatan tersebut yang dapat
dilakukan beliau saat ini?”

“menurut Bapak Ibu Kegiatan apa yang dapat membuat orang tua bapak-ibu
bahagia dan masih dapat dilakukan sampai saat ini?”

“apakah Bapak Ibu bersedia melatih beliau untuk melakukan aktivitas


tersebut? dan jangan lupa untuk selalu memberikan pujian bila lansia mampu
melakukannya tadi saya telah melatih Brio cara menggunting kuku dan telah
dimasukkan ke dalam jadwal aktivitasnya sekali seminggu Selain itu Coba
22
bapak ibu anjurkan beliau untuk mengikuti kegiatan di lingkungan Bapak Ibu
Lansia Depresi dengan Risiko Bunuh Diri

1. Tindakan untuk pasien.

Tujuan:

1. Pasien tidak membahayakan dirinya sendiri.

2. Pasien mampu milih alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif.

Tindakan keperawatan:

1. Diskusikan dengan pasien tentang ide-ide bunuh diri.

2. Buat kontrak dengan pasien untuk tidak melakukan bunuh diri.

3. Bantu pasien mengenali perasaan yang menjadi penyebab timbulnya ide bunuh diri.

4. Ajarkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah yang konstruktif

5. Bantu pasien memilih cara yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah secara
konstruktif.

6. Beri pujian terhadap pilihan yang telah dibuat pasien dengan tepat.

7. Anjurkan pasien mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang ada di lingkungannya.

23
Percakapan pada pasien Lansia dengan risiko bunuh diri

Orientasi :

Selamat pagi Pak/bu, saya suster… yang kemarin datang kesini. Bagaimana perasaan dan
keadaan Bapak/Ibu hari ini? Hari ini kita akan bercakap-cakap tentang perilaku mencederai diri,
selama 20 menit.

Pernahkan Bapak/Ibu pikirkan untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri?

Apakah yang Bapak/Ibu rencanakan untuk dikerjakan?

Apakah Bapak/Ibu memiliki cara untuk melaksanakan hal ini?

Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu berpikir untuk bunuh diri?

Adakah hal-hal yang menyebabkan Bapak/Ibu tidak nyaman?

Bagus sekali Bapak/Ibu dapat menceritakan perasaan Bapak/Ibu.

Menurut Bapak./Ibu, adakah cara lain yang lebih tepat untuk menyelesaikan masalah
Bapak/Ibu selain melukai diri?

Jika ya tanyakan :

Coba Bapak/Ibu sebutkan cara tersebut!

Dapatkah Bapak/Ibu memilih cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah Bapak/Ibu
selain melukai diri?

Bagaimana kalau suster menjelaskan cara penyelesaian masalah yang lebih tepat yang
lain seperti : secara spiritual BapakDAFTAR PUSTAKA
dapat berdoa dan menyerahkan masalah Bapak pada Tuhan
YME, atau Bapak dapat mengungkapkan masalah yang bapak hadapi dengan orang yang bapak
percaya, selain itu bapak dapat melakukan aktivitas yang membuat perasaan bapak bahagia dan
berguna seperti melakukan hobi bapak. Bapak juga dapat ikut kegiatan yang ada di masyarakat
yangKeliat,
membuatBudi Annamerasa
bapak et. al. 2007. Keperawatan
bahagia. Kesehatan
Menurut bapak, Jiwacara
kira-kira Komunitas. EGC:
mana yang Jakarta
ingin bapak latih
untuk mengatasi maslah bapak? Bagaimana pak? Sudah ada hal-hal yang membuat bapak
Irawan Hendry.2013. Gangguan Depresi Pada Lanjut Usia. CDK-210/vol.40 no. 11
bahagia?

Bandiyah,
Terminasi : Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi? Coba bapak sebutkan kembali cara-cara
mengatasi masalah yang baik dan dapat bapak latih. Mulai saat ini, bapak dapat memulai
menerapkan cara-cara tersebut. Besok suster akan datang lagi mendiskusikan tentang gangguan
tidur yang mungkin terjadi pada orang seusia bapak/ibu. Selamat pagi!

24
2. Tindakan untuk keluarga
Tujuan :
1. Keluarga mampu mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri pada pasien
2. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh
diri
3. Membantu pasien menggunakan cara penyelesaian masalah yang sehat
Tindakan keperawatan :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku pasien saat muncul ide bunuh
diri
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara mencegah perilaku bunuh diri pada pasien
a. Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien
Singkirkan semua benda-benda yang berpotensi membahayakan pasien (benda tajam,
tali pengikat, dll).
b. Antisipasi penyebab yang dapat membuat pasien bunuh diri
c. Lakukan pengawasan secara terus menerus
3. Anjurkan keluarga meluangkan waktu lebih banyak bersama lansia
4. Mendiskusikan dengan keluarga cara penyelesaian masalah yang baik atau positif yang
pernah dimiliki pasien
5. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien menggunakan cara-cara positif. Baik dalam
menyelesaikan masalah
6. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap penggunaan cara penyelesaian
masalah yang positif yang telah digunakan oleh pasien

25
Percakapan pada pasien Lansia dengan risiko bunuh diri

Orientasi :

Selamat pagi Pak/bu, saya suster… yang kemarin datang kesini. Bagaimana perasaan dan
keadaan Bapak/Ibu hari ini? Hari ini kita akan bercakap-cakap tentang perilaku lansia, selama 20
menit.

Kerja :

Apakah orang tua Bapak/Ibu pernah mencoba melukai dirinya?

Apakah ia pernah mengancam atau mengatakan akan melakukan bunuh diri?

Apakah yang menyebabkan ia ingin bunuh diri?

Tanda-tanda apa saja yang Bapak/Ibu lihat sebelum lansia mengancam atau melakukan
percobaan bunuh?

Apa yang Bapak/Ibu sudah lakukan untuk menghindari perilaku bunuh diri pada orang tua
Bapak/Ibu?

Pak/bu, lingkungan yang aman perlu diciptakan keluarga agar orang tua tidak melakukan
bunuh diri : pertama, Bapak/Ibu haru menyingkirkan benda-benda yang dapat digunakan oleh
orang tua Bapak/Ibu untuk membunuh diri seperti benda tajam, alat pengikat, dan benda yang
terbuat dari kaca.

Selain itu, Bapak/Ibu sebaiknya memastikan ada yang selalu mengawasi dan menemani
orang tua Bapak/Ibu di rumah.

Bapak dan Ibu sebaiknya banyak meluangkan waktu dengan orang tua Bapak dan Ibu agar
dia merasa diperhatikan.

Bapak/Ibu sebaiknya mengajarkan cara penyelesaian masalah yang lain seperti lebih
mendekatkan diri pada Tuhan, latihan untuk meningkatkan perasaan pada orang lain, melakukan
kegiatan yang disukai, Bapak/Ibu perlu menyampaikan bahwa lansia disayang dan dicintai

Terminasi :

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita diskusi perilaku mencederai diri pada lansia?
coba Bapak/Ibu sebutkan lagi cara-cara yang dapat Bapak/Ibu lakukan untuk menghindari
perilaku mecederai diri pada orang tua Bapak/Ibu. Mulai sekarang Bapak/Ibu dapat mencoba
cara-cara tadi. Besok saya akan datang lagi untuk mendiskusikan gangguan pola tidur pada
lansia. Sampai besok, selamat pagi !!!

26
Lansia dengan Gangguan Pola Tidur
3. Tindakan untuk pasien.
Tujuan :
1. Pasien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur
2. Pasien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Tindakan Keperawatan :
1. Bersama pasien mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur
2. Diskusikan cara-cara untuk memenuhi kebutuhan tidur
a. Kurangi tidur pada siang hari
b. Minum air hangat atau susu hangat sebelum tidur
c. Hindari minum yang mengandung kafein dan coca cola
3. Anjurkan pasien untuk memilih cara yang sesuai dengan kebutuhannya
4. Berikan pujian jika pasien memilih cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya

4. Tindakan untuk keluarga


Tujuan :
1. Keluarga mengidentifikasi orang tua Bapak/Ibu dan gejala gangguan pola tidur
2. Keluarga membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur
Tindakan keperawatan :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala gangguan pola tidur pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan memfasilitasi pasien
agar pasien dapat tidur
3. Jika lansia mendapat terapi pengobatan, jelaskan pada keluarga :
a. Prinsip 5 benar minum obat (benar obat, pasien, cara, dosis, waktu)
b. Pentingnya penggunaan obat sesuai dengan anjuran dokter

27
Percakapan dengan keluarga pasien Lansia dengan Gangguan Pola Tidur

Orientasi :

Selamat pagi Pak/bu, saya suster… yang kemarin datang kesini. Bagaimana
keadaan orang tua Bapak/Ibu hari ini? Hari ini kita akan bercakap-cakap tentang
gangguan yang dialami orang tua Bapak/Ibu selama 30 menit, tempatnya disini saja.

Kerja :

Apakah keluarga merasa terganggu dengan perubahan pola tidur beliau?

Apa yang keluarga rasakan?

Apa yang Bapak/Ibu sudah lakukan untuk membantu mengatasi gangguan pola tidur pada
orang tua Bapak/Ibu?

Pak/bu, gangguan pola tidur banyak terjadi karena beliau mengalami beberapa penurunan
fungsi otak dan masalah-masalah lain.

Yang dapat Bapak/Ibu lakukan untuk membantu lansia antara lain : kurangi tidur pada
siang hari, minum air hangat atau susu hangat sebelum tidur, hindarkan minuman yang
mengandung kafein dan coca cola, mandi air hangat sebelum tidur.

Terminasi :

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi tentang gangguan tidur pada orang
tua Bapak/Ibu? Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi cara-cara yang dapat Bapak/Ibu lakukan untuk
mengatasi gangguan tidur pada orang tua Bapak/Ibu. Mulai sekarang Bapak/Ibu dapat mencoba
cara-cara tadi. Besok saya akan datang lagi untuk melihat ada tidaknya perubahan pola tidur pada
orang tua Bapak/Ibu. Selamat pagi.

5. EVALUASI :

Mengukur keberhasilan Asuhan Keperawatan yang anda lakukan dapat dilakukan dengan
menilai kemampuan pasien dan keluarga :

1. Evaluasi terhadap masalah ketidakberdayaan.

Kemampuan pasien :

a. Pasien mampu berpartisipasi dalam menentukan perawatan diri.

28
b. Pasien mampu melakukan kegiatan positif dalam menyelesaikan masalah

Kemampuan Keluarga :

a. Keluarga mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien

b. Membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki

2. Evaluasi terhadap risiko bunuh diri.

Kemampuan pasien :

a. Pasien mampu mengungkapkan ide bunuh diri

b. Pasien mampu mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri

c. Pasien mampu mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif

Kemampuan keluarga :

a. Keluarga mampu mengenali tanda dan gejala awal perilaku bunuh diri

b. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku


bunuh diri.

c. Keluarga mampu membantu pasien dalam menetapkan cara-cara yang positif untuk
mengatasi masalah

3. Evaluasi terhadap masalah gangguan pola tidur

Kemampuan pasien :

a. Pasien mampu mengungkapkan penyebab gangguan tidur

b. Pasien mampu menetapkan cara yang tepat untuk memunuhi kebutuhan tidur.

Kemampuan keluarga :

a. Keluarga mampu mengidentifikasi penyebab gangguan tidur yang dialami pasien

b. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang nyaman untuk memfasilitasi


pemenuhan kebutuhan tidur pasien.

29
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA

1. PENGKAJIAN

Demensia adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami penurunan kemampuan daya
ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Demensia atau kepikunan
seringkali dianggap wajar terjadi pada lanjut usia karena merupakan bagian dari proses
penuaan yang normal. Factor ketidaktahuan, baik dari pihak keluarga, masyarakat
maupun pihak tenaga kesehatan mengenai tandaa dan gejala demensia, dapat
menyebabkan demensia sering tidak terdeteksi dan lambat ditangani. Seiring dengan
meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, masalah demensia ini semakin sring dijumpai.
Pemahaman yang benar tentang penyakit ini penting dimiliki agar penyakit demensia
dapat di deteksi dan ditangani sedini mungkin.

Tanda-tanda demensia

 Sukar melaksanakan kegiatan sehari-hari


 Pelupa
 Sering mengulang kata-kata
 Tidak mengenal waktu, ruang dan tempat, mis., tidur diruang makan
 Cepat marah dan sulit diatur
 Daya ingat hilang
 Sulit belajar dan mengingat informasi baru
 Kurang konsentrasi
 Kurang kebersihan diri
 Resiko kecelakaan dan jatuh
 Tremor
 Kurang koordinasi gerakan

Untuk melakukn pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama anda harus
membina hubungan saling percaya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Selalu mengucapkan salam kepada pasien (mis.assalamualaikum)


2. Perkenalkan nama anda dan nama pnggilan termasuk menyampaikan bahwa
anda adalah perawat yang akan merawat pasien
3. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaanya
4. Jelaskan tujuan anda merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan

30
5. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas
tersebut
6. Bersikap empati
7. Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti
( hindari istilah yang tidak umum)
8. Bicara lambat, ucapkan kata atau klimat dengan jelas dan jika memberikan
pertanyaan beri waktu kepada pasien untuk memikirkan jawabnnya
9. Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-
kata yang sama
10. Volume suara ditingkatkan dengan nada rendah jika ada gangguan
pendengaran
11. Komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik
12. Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan
terbuka.
13. Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan pasien :
- Tidak berisik dan rebut
- Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup
14. Jarak disesuaikan untuk meminimalkan gangguan

Membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia yang mengalami demensia

“Selamat Pagi Pak/Bu!”

“Saya Pak…., Saya Senang Dipanggil Pak……, Saya Perawat Dari


Puskesmas
Yang Datang Untuk Merawat Bapak/Ibu!”

“Nama Bapak/Ibu Siapa?”

“Senang Dipanggil Siapa?”

“Bagaimana Perasaan Bapak/Ibu Hari Ini”

“Saya Mendapat Tugas Untuk Merawat Bapak/Ibu”

Untuk mengakaji pasien lansia dengan demensia, anda dapat menggunkan tekhnik
megobservasi perilaku pasien dan wawancara lagsung dengan pasien dan keluargannya.
Observasi yang anda lakukan terutama untuk mengkaji data objektif demensia :

31
 kurang konsentrasi
 kurang kebersihan diri
 rentan terhadap kecelakaan dan jatuh
 Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
 Tremor
 Kurang koordinasi gerakan
 Aktivitas terbatas
 Sering mengulang kata-kata

Aspek psikososial yang perlu dikaji adalah apakah lansia mengalami


kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil/datar/tidak sesuai.
Data subjektif didapatkan melalui wawancara dengan menggunkan Mental State
Examination (MMSE) untuk pemeriksaan fungsi kognitif. MMSE dilakukan
untuk mengkaji fungsi kognitif yang mencangkup orientasi, registrasi, atensi dan
kalkulsi serta mengingat dan Bahasa.

Gambar 15.1 pengkajian dan wawancara menggunkan MMSE

Percakapan cara mengkaji fungsi kognitif pada lansia

Orientasi :

“Selamat Pagi Pak, Nama Saya ….. Panggilannya…… Nama Bapak


Siapa? Suka Dipanggil Apa? Saya Perawat Puskesmas Yang Akan
Merawat Bapak, Saya Akan Datag Secara Berkala Setiap Tiga Hari.
Bagaimana Perasaan Bapak Pagi Ini? Bagaimana Kalau Kita Bercakap-
Cakap Tentnag Kemampuan Bapak, Selama 15 Menit?”

Kerja :

“Coba Bapak Sebutkan Hari,Tanggal,Bulan Dan Tahun Berapa


Sekarang Serta Apakah Sekarang Siang Atau Malam?”

“Dimana Bapak Sekarang Berada? Lorong,Dusun, Kampong,


Kabupaten, Provinsi”

“Bapak Saya Akan Menyebutkan Tiga Nama Benda, Nanti Bapak


Cob”A Sebutkan Lagi”

“Buku, Spatu, Bis!” (Disebutkan Satu Detik Untuk Setiap Benda),


Sekarang Bapak Ulangi!”

Coba Bapak Hitung Mundur Dari 10.000 Kebawah Dengan


Pengurangan 1000, Seperti Ini Pak….9000, 8000, Sekarang Coba Bapak
32
Lanjutkan (Hentikan Setelah Lima Hitungan). Coba Bapak Sebutkan
“Pak Ini Kertas, Sekarang Coba Bapak Lipat Menjadi Segitiga, Kemudian
Lipat Dua, Setelah Itu Lipat Tiga Membentuk Segi Empat,”

“Coba Bapak Baca Tulisan Ini (Contoh Penuisan : Pejamkan Mata), Lalu
Laksanakan Sesuai Contoh Tulisan.”

“Sekarang Coba Bapak Tuliskan Sebuah Kalimat Pada Kertas Ini


(Perawat Tidak Boleh Mendikte).”

“Pak Saya Akan Menggabar Segilima Yang Berpotongan, Nanti Bapak


Tiru Gambar Ini Ya.”

Terminasi :

“Bagaimana Perasaan Bapak Setelah Berbincang-Bincang Dengan


Suster?’

“Tampaknya Bapak Semangat Menjawab Pertanyaan Suster!”

“Nanti Coba Bapak Ingat-Ingat Apa Yang Sudah Bapak Kerjakan Dari
Pagi Sampai Menjelang Makan Siang, Saya Akan Menanyakan Kembli Hal

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan
diagnosis keperawatan :
 Gangguan proses pikir
 Pikun
 Resiko cedera
 Jatuh

33
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
Lansia demensia dengan gangguan proses pikir (pikun)

1.Tindakan keperawatan untuk pasien.

Tujuan:

1. Pasien mengenai waktu,orang dan tempat


2. pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal.

Tindakan keperawatan:

1. beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya missal,tempat
tidur, lemari, pakaian dll.
2. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan pukul
besar, kalender yang mempunyai lembar per hari dengan tulisan besar.
3. Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota keluarga
terdekat.
4. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal di mana ia berada
5. Berikan pujian jika pasien dapat menjawab dengan benar.
6. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
7. Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktivitas yang daoat dilakukannya.
8. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya.
9. Beri pujian jika pasien dapat kegiatannya.
10. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
11. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.

Percakapan dengan pasien lansia yang mengalami gangguan proses pikir.

Orientasi:

“selamat pagi pak….nama saya….saya perawat kemarin datang kesini, bagaimana keadaan bapak
hari ini? Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, sekarang kita akan mendiskusikan tentang kegiatan
yang bapak biasa lakukan, bagaimana kalau 15 menit? Tempatnya disini saja ya pak”

Kerja:

“apa yang bapak sudah lakukan dari bangun tidur sampai sekarang?”

“apa yang telah baoak lakukan pada pukul 10 tadi?”

“dimana bapak melakukannya?”

“dengan siapa bapak melakukannya?”

34
“saat bapak melakukan aktivitas, alat apa yang bapak gunakan?”

“di mana biasanya bapak menyimpan alat-alat itu?”

“bagus sekali bapak sudah mampu menjelaskan dengan benar kegiatan bapak”

“ Selain kegiatan tadi, apalagi kegiatan yang bapak lakukan setian hari?”

“bagaimana kalau kita bersama-sama membuat jadwal kegiatan yang bapak dapat lakukan?”

Terminasi:

“bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi? Coba bapak sebutkan lagi kegiatan yang dapat
bapak lakukan .bagus sekali,bapak sudah dapat mengulanginya. Mulai sekarang bapak sebaiknya
melaksanakan kegiatan sesuai jadwal. Besok suster kesini lagi untuk diskusi tentang cara-cara
menghindari cedera atau jatuh. Sampai jumpa besok dan selamat pagi.”

2. tindakan keperawatan untuk keluarga.

Tujuan:

1. Keluarga dapat mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat.


2. Keluarga menyediakan sarana yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realita.
3. Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Tindakan keperawatan:

1. Diskusi dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat pada
pasien.
2. Anjurkan keluarga untuk menyediakan pukul besar dan kalender dengan tulisan besar.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang kemampuan yang pernah dimiliki pasien.
4. Bantu keluarga memilih kemampuan yang dapat dilakukan pasien saat ini.
5. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki
oleh pasien.
6. Anjurkan keluarga untuk membantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki.
7. Anjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat.
8. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki.
9. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan
jadwal kegiatan yang sudah dibuat.

35
10. Apabila pasien mendapat obat-obatan, jelaskan pada keluarga tentang obat-obatan
tersebut, yang mencakup:
a. Prinsip lima benar minum obat (benar obat, pasien, cara, dosis, waktu)
b. Pentingnya penggunaan obat pada lansia dengan demensia.
c. Akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Efek samping obat dan hal-hal untuk menghindari efek samping obat.
e. Cara mendapatkan obat atau berobat.

Percakapan kepada keluarga dengan lansia gangguan proses pikir

Orientasi:

“selamat pagi ibu/bapak bagaimana keadaan orang tua ibu saat ini? Hari ini kita akan
mendiskusikan bagaimana cara mengatasi masalah pikun pada orang tua ibu/bapak, selama 30 menit
di sini saja ya bu/bapak.”

Kerja:

“apakah keluarga ibu/bapak mengalami kesulitan merawat bapak….? Apakah ia sering lupa
tentang nama, waktu dan tempat?”

“apa yang bapak/ibu sudah lakukan untuk mengatasinya?”

“apakah bapak/ibu sudah menyediakan kelender dengan lembar harian pukul berukuran besar
untuk memudahkannya mengenal waktu?”

“apakah kemampuan-kemampuan yang dimiliki sebelumnya?”

“menurut bapak/ibu dari kemampuan-kemampuan itu mana yang masih dapat dilaksanakan
olehnya?”

“saat ini, bapak… sudah membuat jadwal kegiatan harian, ibu/bapak dapat membantu
mengingatkannya untuk melaksanakan kegiatan, dan ibu/bapak dapat melatih dan menjadwalkan
kegiatan lain?”

“sebaiknya bapak/ibu selalu memberikan pujian setiap orang tua bapak/ibu mampu melaksanakan
kegiatannya.”

Terminasi:

“bagaimana perasaan bapak/ibu setelah diskusi tentang cara mengatasi pikun pada lansia? Dapat
ibu/bapak ulangi kembali cara-cara tersebut? Sebaiknya ibu/bapak mulai menerapkan cara-cara
tersebut. Besok saya akan datang lagi untuk menjelaskan tentang obat-obatan yang harus diminum
oleh orang tua bapak/ibu. Selamat pagi.

36
Lansia demensia dengan risiko cedera

1.tindakan keperawatn pada pasien

Tujuan:

1. Pasien terhindar dari cedera.


2. Pasien mampu mengontrol aktivitas yang dapat mencegah cedera.

Tindakan keperawatan:

1. Jelaskan factor-faktor risiko yang dapat menimbulkan cedera dengan bahasa yang
sederhana .
2. Ajarkan cara-cara untuk mencegah cedera bila jatuh panic tetap berteriak minta tolong, bila
akan kekamar mandi jangan terburu-buru.
3. Berikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebut cara-cara mencegah cedera.

Percakapan pada pasien lansia dengan risiko cedera

Orientasi:

“selamat pagi bapak…, nama saya suster… yang kemarin datang kesini, bagaimana keadaan bapak
hari ini? Apakah bapak sudah melaksanakan kegiatan sesuain sesuai jadwal? Sesuai janji kita 2 hari
yang lalu, hari ini, selama 15 menit kita akan diskusi tentang cara-cara menghindari cedera atau jatuh
pada bapak.’

Kerja:

“apakah bapak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas ke kamar mandi?”

“apakah bapak mengalami kesulitan mencari tempat tidur bapak setelah kembali dari kamar
mandi?”

“apakah bapak pernah jatuh?” jika pasien menjawab iya, jelaskan:

“pak setiap bapak ke kamar mandi, bapak minta ditrmanin anggota keluarga yang ada dirumah,
sewaktu masuk kamar mandi bapak harus pegang di dinding, mari kita coba jelaskan kekamar mandi
( ajak keluarga).jika bapak jatuh, bapak jangan panik, tetap ditempat dan tariak minta tolong pada
anggota keluarga yang ada dirumah.”

Rerminasi:

“bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi? Coba ulangi apa yang harus bapak lakukan untuk
menghindari jatuh, bagus sekali bapak dapat menyebutkaknya, sebaiknya mulai hari ini bapak

37
melaksanakan hal-hal yang sudah kita diskusi.\, 2 hari lagi sester akan datang lagi untuk melatih
kegiatan lain yang dapat bapak lakukan selain yang sudah ada dijadwal. Sampai jumpa ya,pak!”

2.tindakan keperawatan pada keluarga.

Tujuan tindakan:

1. Keluarga mampu mengidentifikasi factor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien.
2. Keluarga dapat menyediakan lingkungan yang aman untuk memcegah cedera.

Tindakan keperawatan:

1. Diskusikan dengan keluarga factor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman seperti, lantai rumah tidak licin,
jauhkan benda-benda tajam dari jangkauan pasien, berikan penerangan yang cukup, lampu
tetap menyalah di siang hari, beri alat pegangan dan awasi pasian jika merokok, tutup steker
dan alat listrik lainnya dengan plester, hindarkan alat-alat listrik lainnya dari jangkauan pasien,
sediakan tempat tidur yang lebih rendah, untuk memudahkan lansia berbaring.
3. Anjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di rumah serta memantau aktivitas harian yang
dilakukan.

Percakapan dengan keluarga lansia dengan risiko cedera

Orientasi:

“selamat pagi pak/bu, saya…. Bagaimana perasaan bapak/ibu hari in? hari ini kita akan melanjutkan
percakapan kita tentang cara merawat lansia di rumah khususnya mencegah cedera/ jatuh/ waktunya
sekitar 60 menit, dan tempatnya disini aja ya, pak/ibu!”

Kerja:

“menurut bapak, apakah lingkingan di rumah cukup aman untuk lansia yang mengalami pikun?”

“bagaimana dengan penataan alat-alat rumah tangga, kondisi lantai, penerangan dan penanganan
alat-alat listrik yang ada dirumah?”

“baiklah saya akan menjelaskan beberapa contoh bagaimana membuat lingkungan yang aman bagi
lansia. Pertama lantai jangan licin, kedua tutup steker listrik dengan plester jika tidak digunakan, ketiga
hindarkan alat-alat listrik yang dipakai dari jangkauan lansia kemudian ke empat biarkan lampu
menyala di siang hari agar memudahkan lansia melihat lingkungan rumah.”

“selain itu bapak/ibu harus memastikan bahwa lansia selalu ada yang menemani di rumah.”

Terminasi:

38
“bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita diskusi? Dapat bapak/ibu sebutkan kembali bagaimana
lingkungan rumah yang aman bagi orang tua bapak/ibu ? sebaiknya bapak/ibu mulai menata rumah
sesuai yang kita diskusikan. Dua hari lagi, saya akan datang lagi untuk melihat dan membantu
bapak/ibu mengatur lingkungan agar aman bagi lansia. Selamat pagi!”

4. EVALUASI

Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang anda lakukan, dapat dilakukan
dengan menilai kemampuan pasien dan keluarga.

Gangguan proses pikir (Pikun)

Kemampuan pasien :
 mampu menyebutkan hari,tanggal dan tahun sekarang degan benar
 mampu menyebutkan nama orang yang dikenal
 mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada saat ini
 mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadwal
 mampu mengungkapkan perasaanya setelah melakukan kegiatan

kemampuan keluarga :
 mampu membantu pasien mengenal waktu, tempat dan orang
 menyediakan kalender yang mempunyai lembaran hari dengan tulisan besar dan
pukul besar
 membaantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai jadwal yang telah dibuat
 memberikan pujian setiap kaali pasien mampu melaksanakan kegiatan harian

Resiko cedera :

Kemampuan pasien :
 menyebutkan dengan Bahasa sederhana factor-faktor yang menimbulkan cedera
 menggunakan cara yang tepat untuk mencegah cidera
 mengontrol aktivitas sesuai kemampuan

kemampuan keluarga :
 keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang menimbulkan cedera pada pasien
 menyediakan pengaman di dalam rumah mis. Pegangan dikamar mandi
 menjauhkan lat-alat listrik dari jangkauan pasien
 selalu menemani pasien dirumah
 memantau kegiatan harian yang dilakukan pasien.

39
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna Et.Al. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas EGC: Jakarta
Irawan Hendry.2013. Gangguan Depresi Pada Lanjut Usia CDK-210/Vol.40 No 11
Bandiyah, Siti 2009. Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika: Yogyakarta

40

Anda mungkin juga menyukai