Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI BBLR DENGAN ASPIRASI

Disusun oleh kelompok 14 :

Ema Ulul Azmi ( 019.01.3629 )


Chinta Virahan A ( 019.01.3622 )
Kadek Mega Mutiara Sari Putri ( 019.01.3634 )

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul “ ASKEP KLIEN BBLR DENGAN
ASPIRASI “. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.

Mataram, 21 juni 2022

Kelompok 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka
dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan
paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
Resiko aspirasi pada BBLR merupakan suatu masalah keperawatan
yang beresiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal,sekresi orofaring
benda cair atau padat kedalam saluran trakeobronkhial akibat disfungsi
mekanisme protektif saluran nafas pada BBLR yang mengalami peningkatan
sekresi kelenjar saliva di mulut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah dengan aspirasi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah dengan aspiraasi
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah dengan aspirasi
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian
prioritas masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada
bayi dengan berat badan lahir rendah dengan aspirasi
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
dengan aspirasi
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi
Resiko aspirasi pada bayi adalah suatu keadaan yang beresiko mengalami
masuknya sekresi gastrointestinal,sekresi orofaring benda cair atau padat
kedalam saluran trakeobronkhial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran
nafas.(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
adalah bayi yang pada saat lahir beratnya kurang dari 2500 gram. BBLR
disebabkan oleh dua penyebab yaitu retardasi pertumbuhan dan disebabkan
oleh umur kehamilan yang kurang. (Sofiani & Asmara, 2014). Dampak BBLR
dapat mengalami berbagai masalah seperti resiko aspirasi, kesulitan
bernafas,dan reflek menyusu yang kurang atau dapat terjadi gangguan nutrisi.
(Elizabeth, et.al, 2013) BBLR mengalami imaturitas organ-organ tubuhnya
seperti organ paru-paru sehingga BBLR mudah mengalami kesulitan bernafas,
fungsi kardiovaskuler yang menurun dan belum matur, fungsi ginjal yang
belum matur, fungsi hati dan pencernaan yang masih lema

B. Etiologi
1. Faktor resiko (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
a. Penurunan tingkat kesadaran.
b. Penurunan refleks muntah dan/atau batuk
c. Gangguan menelan
e. Kerusakan mobilitas fisik
2. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
3. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat tertentu. (Suryadi dan Yuliani, 2006 )

C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan

yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan

dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),

tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,

yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya

gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan

oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan

keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi

berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan

janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi


dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem

reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi

pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih

besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang

sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering

melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,

terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang

pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-

paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya

sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian.

Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan

absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua

bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi

lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet

rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam

absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami

rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain

yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature

meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap

infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi

premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya

fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga


bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana

jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi

dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang

normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan

lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi

sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau

kehilangan panas dalam tubuh. (Ngastiyah, 2005)


D. Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Resiko


1. Hydroamnion 1. Penurunan refleks
1. Faktor penyakit 2. Kehamilan muntah dan/atau
(toksemia
multiple/ganda batuk
gravidarum,
3. Kelainan 2. Gangguan
trauma fisik, dll)
kromosom menelan
2. Faktor usia

BBLR dgn Aspirasi

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang blm sempurna

Tidak dapat Pernafasan belum Intake nutrisi tidak


menyimpan panas sempurna adekuat

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan O2 dalam darah CO2
panas

Sel-sel kekurangan
kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi

Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan
Gangguan BB/kematian
pertukaran gas
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
E. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir
rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

F. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Pengakajian merupakan pengumpulan, pengaturan, validasi, dan
dokumentasu data yang sistematis dan berkesinambungan (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2010). Pemeriksaan fisik bayi diusahakan di bawah
pemancar panas dengan penerangan yang cukup.Mintalah ibu hadir selama
pemeriksaan.Hal-hal yang perlu di periksa (Ribek et al., 2011)
a. Biodata Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam
kandungan terganggu
b. Keluhan utama Menangis lemah ,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan
atau suhu tubuh rendah.
c. Riwayat penyakit sekarang d. Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24
sampai 37 minggu,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgar
dari 1 sampai 5 menit,0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah,4
sampai 6 kegawatan sedang, dan 7 sampai 10 normal.
d. Riwayat penyakit dahulu Ibu memiliki riwayat kelahiran
premature,kehamilan ganda hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga Adanya penyakit tertentu yang menyertai
kehamilan seperti DM, TB.paru, tumor kandungan, kista,hipertensi.
G. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)
H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia


2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
(Ngastiyah, 2005)

I. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam


mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di
rongga paru

2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

3. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.

K. Intervensi Keperawatan
NO TUJUAN INTERVENSI
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman,
keparawatan 3x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi )
gangguan jalan nafas(nafas efektif) 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas,
 Akral hangat kalau kerlu lakukan suction.
 Tidak ada 1.4. Lakukan auskultasi bunyi nafas
sianosis tiap 4 jam
 Tangisan aktif 1.5. Perthankan pemberian O2
dan kuat 1.6. Pertahankan bayi pada inkubator
 RR : 30-40x/mt dengan penghangat
 Tidak ada 1.7. Kolaborasii untuk X foto thorax
retraksi otot pernafasan
2. 2.1. Pertahankan bayi pada inkubator
dengan kehangatan 37oC
2.2. Beri popok dan selimut sesuai
Setelah mendapatkan tindakan kondisi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi 2.3. Ganti segera popok yang basah
gangguan hipotermi oleh urine atau faeces
Kriteria Hasil : 2.4. Hindarkan untuk sering membuka
 Badan hangat penutup karena akan menyebabkan
 Suhu : 36,5-37oC fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolisme
2.5. Atur suhu ruangan dengan panas
yang stabil
3.
3.1 Kaji refleks menghisap dan menelan
3.2 Monitor input dan output
Setelah tindakan keperawatan 3x24 3.3 Berikan minum sesuai program
jam tidak terjadi gangguan nutrisi lewat sonde/spin
Kriteria Hasil : 3.4 Sendawakan bayi sehabis minum
 Diet yang diberikan 3.5 Timbang BB tiap hari.
habis tidak ada residu
 Reflek menghisap
dan menelan kuat
 BB meningkat 100
gr/3hr.

L. Implementasi
Implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat sesuai denga rencana tindakan. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis, dan
interpersonal berupa berbagai upaya untuk memuhi kebutuhan dasar manusia.
Tindakan keperawatan meliputi, tindakan keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan kesehatan/keperawatan, tindakan medis yang dilakukan oleh perawat atau
tugas limpah (Suprajitno, 2004).

K. Evaluasi
Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika
pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju
pencapaian tujuan/ hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir. BBLR yang tidak
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi
meconium.
- Pasien mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi aspirasi.

B. Saran

- Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan


agar dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR
baik dari pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun
pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta :
JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai