Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

BBLR DENGAN ASPIRASI

Disusun oleh:

ADE ASMASARI

IMANSYAH

PRODI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalah rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan keluarga“ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN BBLR DENGAN ASPIRASI. makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas keperawatan kegawat daruratan.

Dalam pembuatan makalah ini penulis mengalami kesulitan. Namun berkat dorongan,
dukungan serta semangat dari orang terdekat dan berbagai pihak sehingga penulis mampu
menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih. Dengan segala kekurangan makalah ini penulis sangat membutuhkan saran dan
kritikan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik itu bagi penulis pribadi,
dunia keperawatan, dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya.

Kurang lebihnya mohon maaf wabillahitaufik walhidayah wa’alaikumussalam


Warahmatullahi Wabarakatuh.

MATARAM, MEI 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................


B. Rumusan Masalah ...................................................................
C. Tujuan .....................................................................................
D. Manfaat ................ ..................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A pengertian risiko aspirasi pada bayi BBRL.............................


B. Faktor resiko aspirasi pada bayi BBRL..................................

C. Kondisi klinis terkait dengan bayi BBRL.................................

D. Penata laksanaan pada bayi BBRL dengan resiko aspirasi....

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian...............................................................................

B. Diagnosa...................................................................................

C. Intervensi.........................................................................................

D. Implementasi..................................................................................

E. Evaluasi............................................................................................

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan............................................................................

Saran......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih
utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi
makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan
status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran,
kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah
pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan
sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon
rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan.

B. Rumusan Masalah
1) Pengertian resiko aspirasi pada bayi BBRL?
2) Apakah faktor resiko aspirasi pada bayi BBRL?
3) Bagiamana bentuk kondisi klinis ?
4) Bagaimana bentuk pelaksanaan pada bayi BBRL dengan aspirasi?
C. Tujuan
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah dengan aspirasi
b. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat
badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan
dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi
masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah dengan
aspirasi
c. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Resiko Aspirasi pada Bayi BBLR


1. Pengertian

Resiko aspirasi pada bayi adalah suatu keadaan yang beresiko mengalami

masuknya sekresi gastrointestinal,sekresi orofaring benda cair atau padat kedalam

saluran trakeobronkhial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran nafas.(Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi

yang pada saat lahir beratnya kurang dari 2500 gram. BBLR disebabkan oleh dua

penyebab yaitu retardasi pertumbuhan dan disebabkan oleh umur kehamilan yang

kurang. (Sofiani & Asmara, 2014). Dampak BBLR dapat mengalami berbagai

masalah seperti resiko aspirasi, kesulitan bernafas,dan reflek menyusu yang

kurang atau dapat terjadi gangguan nutrisi.(Elizabeth, et.al, 2013) BBLR

mengalami imaturitas organ-organ tubuhnya seperti organ paru-paru sehingga

BBLR mudah mengalami kesulitan bernafas, fungsi kardiovaskuler yang menurun

dan belum matur, fungsi ginjal yang belum matur, fungsi hati dan pencernaan

yang masih lemah.

Resiko aspirasi pada BBLR merupakan suatu masalah keperawatan yang

beresiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal,sekresi orofaring benda

cair atau padat kedalam saluran trakeobronkhial akibat disfungsi mekanisme

protektif saluran nafas pada BBLR yang mengalami peningkatan sekresi kelenjar

saliva di mulut.
2. Faktor resiko (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

a. Penurunan tingkat kesadaran.

b. Penurunan refleks muntah dan/atau batuk

c. Gangguan menelan

d. Disfagia

e. Kerusakan mobilitas fisik

f. Peningkatan residu lambung

g. Peningkatan tekanan intragastrik

h. Penurunan motilitas gastrointestinal

i. Sfingter esofagus bawah inkompeten

j. Perlambatan pengosongan lambung

k. Terpasang selang nasogastric

l. Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube

m. Trauma/pembedahan leher ,mulut dan atau wajah

n. Efek agen farmakologis

o. Ketidak matangan koordinasi menghisap ,menelan dan bernafas

Factor resiko dari BBLR adalah, penurunan reflek muntah dan / atau

batuk,gangguan menelan, ketidak matangan koordinasi menghisap,menelan dan

bernafas.

3. Kondisi klinis terkait(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).


a. Cidera kepala

b. Stroke

c. Cidera medulla spinalis

d. Guillain barre syndrome

e. Penyakit Parkinson

f. Keracunan obat dan alcohol

g. Pembesaran uterus

h. Miestenia gravis

i. Fistula trakeoesofagus

j. Striktura esofagus

k. Sclerosis multiple

l. Labiopalatoskizis

m. Atresia esofagus

n. Laringomalasia

o. Prematuritas

Kondisi klinis yang terkait dalam BBLR adalah prematuritas.

4. Penatalaksanaan

Membersihkan jalan nafas,mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban


dengan menggunakan kain yang halus/handuk.Memotong dan mengikat tali pusat

dengan teknik anti septic.Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara bayi di

bungkus dengan kain hangat dan bagian kepala memakai topi.Mendekapkan bayi

kepada ibunya dan menetekkan segera setelah lahir(Ribek, Mustika, & Sunarthi,

2011)
Factor ibu: Factor kehamilan: Factor janin:
- toxemia gravidarum -kehamilan ganda -cacat bawaan
-perdarahan -kelainan kromosom -infeksi pada rahim
-trauma fisik -perdarahan antepartus

Bayi lahir dgn BB rendah


(prematuritas murni dysmatur)

Pusat pengaturan suhu panas Pengaturan pernafasan Pencernaan


belum senpurna Penurunan system imun
badan belum sempurna belum sempurna

Tjd penguapan yg sempurna Surfaktan paru-paru Penyerapan Rentan terjadi infeksi


o.k luas badan yg besar masih kurang makan lemah

Kehilangan panas Difusi O2 dan CO2 terganggu Aktivitas otot Resiko infeksi
ventilasi paru menurun pencernaan
makanan menurun
Hipotermi Ventilasi paru menurun
Merangsang prod. HCL
Mual,muntah
meningkat
sesak

anoreksia
Perubahan pola nafas Regurgitasi isi lambung
tidak efektif
Nutrisi kurang
Resiko aspirasi dari
kebutuhan
tubuh
BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Bayi BBLR
dengan Resiko Aspirasi

1. Pengkajian

Pengakajian merupakan pengumpulan, pengaturan, validasi, dan


dokumentasudata yang sistematis dan berkesinambungan (Kozier, Erb, Berman,
& Snyder, 2010). Pemeriksaan fisik bayi diusahakan di bawah pemancar panas
dengan penerangan yang cukup.Mintalah ibu hadir selama pemeriksaan.Hal-hal
yang perlu di periksa (Ribek et al., 2011)

a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu.
b. Keluhan utama
Menangis lemah ,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah.

c. Riwayat penyakit sekarang


Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minggu,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgar dari 1 sampai 5 menit,0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7
sampai 10 normal.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memiliki riwayat kelahiran premature,kehamilan ganda hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB.paru,
tumor kandungan, kista,hipertensi.
g. ADL
1) Pola nutrisi: reflek menghisap lemah,volume lambung kurang,daya
absorpsi lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu.
2) Pola istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola aktifitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola eleminasi: BAB yang keluar pertama kali adalah meconium,produksi
urin rendah
h. Pemeriksaan
1). Pemeriksaan umum
d. Kesadaran kompos mentis
e. Nadi :180 kali permenit kemudian menurun sampai 120-140 X/menit
f. RR:80 X/menit kemudian menurun sampai 40X/menit
0
g. Suhu : Kurang dari 36,5 c

2). Pemeriksaan Fisik


a) Frekuensi nafas
Frekuensi nafas normal pada bayi baru normal ialah 30 – 60 kali/menit.tanpa

retraksi dada,tanpa suara merintih pada fase exspirasi .Pada bayi kecil (BB<2500

gram atau umur kehamilan<37 minggu) mungkin terdapat retraksi dada yang

ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodic selama beberapa detik (< 20

detik) masih dalam batas normal.Suara nafas bayi normal adalah bronkovesikuler.

Kadang ada suara grok saat bernafas ini karena ada cairan amnion terperas

keluar.Selain amnion di saluran nafas terdapat lender yang berfungsi sebagai

saringan untuk mencegah kuman dan debu masuk ke paru,tapi bila ruangan dingin

lender akan kental sehingga ada bunyi saat bernafas .Bila ada infeksi atau alergi

lendir bertambah banyak.

b) Denyut jantung
Denyut jantung normal 100-160 kali/menit, tetapi di anggap masih normal
kalau denyut jantung di atas 160 kali/menit dalam jangka waktu yang

pendek.Jantung yang besar sejak lahir kemungkinan ibu diabetes tetapi membesar

beberapa hari setelah lahir menunjukkan kegagalan jantung.

c) Suhu aksila
0
Suhu normal antara 36,5 – 37,5 C
d) Postur dan gerakan
Postur normal bayi baru lahir dalam keadaan istirahat adalah kepala tangan
longgar dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi .Bayi BBLR ekstremitas
dalam keadaan sedikit ekstensi.

e) Tonus otot atau tingkat kesadaran


Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir adalah mulai dari diam
hingga sadar penuh dan dapat di tenangkan jika rewel.Bayi dapat dibangunkan
jika diam atau sedang tidur.

f) Kulit
Selama bayi dianggap normal beberapa kelainan kulit dapat dianggap
normal.Kelainan ini disebut milia (titik putih di sekitar hidung) biasanya terjadi
pada hari pertama atau selanjutnya.Begitu juga eritema toksikum (titik merah
dengan titik pisat putih yang kecil)yang terlihat di muka,tubuh,dan punggung
pada hari kedua atau selanjutnya.Kulit bayi di daerah tubuh punggung dan
abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga masih dalam batas
normal.Sianosis sentral yaitu kebiruan pada kulit termasuk pada lidah dan bibir
hal ini biasanya berhubungan dengan jantung dan paru .Sianosis perifer yaitu
kebiruan pada kulit sedang ,lidah dan bibir merah hal ini biasanya berhubungan
dengan keracunan obat .Akrosianosis yaitu kebiruan hanya pada ujung tangan
dan kaki dan ini normal pada bayi yang baru saja lahir atau terdapat pada
keadaan stress dingin.Bayi yang lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi
preterm karena kulitnya lebih tebal .Jadi pada bayi kurang bulan kulitnya tipis
sangat halus ,dan cenderung berwarna merah tua .Pada bayi sangat kurang bulan
mudah terjadi luka memar.Warna kulit kuning pada bayi yang disebut
ikterus/jaundice .Cara memeriksanya yang baik dengan cara menekan tulang
pada hidung atau dahi biasanya tampak bila kadar bilirubin >5 mg/dl .Keadaan
ini abnormal pada bayi < 24 jam . Biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas
rhesus , sepsis dan infeksi

TORCH
Cara menentukan derajat ikterus neonatrum menurut Kramer yaitu :
(1). Pemeriksaan warna kulit dilakukan di bawah sinar biasa day light atau

natural light

(2). Penilaian ikterus dilakukan dengan cara menekankan jari telunjuk pemeriksa

pada tempat bayi yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung ,tulang dada

dan lutut.
g) Tali pusat
Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama ,mulai kering dan
mengecil dan akhirnya lepas setelah 7 hingga 10 hari .Normalnya pusar bayi rata
dengan perut bayi tapi ada juga yang menonjol yang disebut bodong atau hernia
umbilicalius dan biasanya menutup pada usia 1 tahun adaj juga sampai 6 tahun.

h) Mata
Untuk membuka mata bayi secara spontan caranya adalah bayi diangkat da
dimiringkan secara perlahan-lahan kedepan dan kebelakang atau dengan melalui
refleks moro.Refleks pupil timbul sesudah umur kehamilan 28-30 minggu .Jika
refleks pupil (-) kemungkinan bayi buta .Leukokerfea yaitu refleks pupil putih
memberi kesan katarak atau tumor .Sklera normal berwarna putih .Blenorhea :
infeksi pada mata biasanya gonore mata merah dengan sekret pus yang
banyak .Bayi bisa melihat dengan jelas kalau sudah usia 2-3 bulan denga jarak
pandang 20-35 cm dengan tatapan kiri dan kanan dengan warna hitam putih ,air
mata bisa keluar setelah 1-3 bulan .Pemeriksaan mata pada bayi BB kurang dari
1,5 Kg dan usia kehamilan kurang dari 34 minggu perlu periksa Retinopathy of
premature pemeriksaan awal ROP biasanya usia 4-6 minggu setelah kelahiran
bayi dengan bantuan oftalmoskofi.Mata ROP berpeluang menjadi mata juling ,
mata malas dan miopi(rabun jauh).

i) Kepala atau muka


Kepala bayi baru lahir dapat mengalami moulase akibat proses kelahiran ,hal

ini akan sembuh sendiri setelah 3-4 minggu .Liangkar kepala yang diukur adalah

lingkar kepala occipitofrontal yang normalnya pada bayi cukup bulan 32-37 cm. j)

Telinga.

Telinga tuli dapat di periksa dengan jentikan jari tangan atau suara

keras.Dalam keadaan normal kelopak mata akan berkedip dan terjadi refleksi

moro .Pada bayi yang tuli reaksi ini tidak terjadi

k) Abdomen
Normal hepar teraba 1-2 cm di bawah arkus kosta .Lien teraba pada arkus kosta
ginjal terutama yang kanan sering teraba

l) Reflek
Rooting reflek : sentuh bibir dan sudut pipi dengan jari tangan bayi akan
menoleh dan mebuka mulutnya secara langsung
D. Urine dan tinja
Bayi normal biasanya berak cair antara 6-8 kali per hari .Dicurigai diare jika
frekwensi menigkat ,tinja hijau atau mengandung lendir atau darah.mekoneum
seharusnya keluar dalam 48 jam setelah lahir .Perdarahan vagina pada bayi baru
lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal
ini dianggap normal. Normal panjang penis bayi baru lahir > 2 cm,hamper selalu
ada phimosis. Skrotum yang normal relative besar.

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan fase kedua pada proses keperawatan. Pada


fase diagnose, dilakukan penginterpretasi data pengkajian dan mengidentifikasi
masalah kesehatan, risiko, dan kekuatan pasien serta merumuskan pernyataan
diagnosa (Kozier et al., 2010). Pernyataan diagnosa pada penelitian ini yang
harus didapat adalah diagnosa yang berdasar pada masalah keperawatan resiko
aspirasi.

3. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang penuh


pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan keputusan untuk
menyelesaikan masalah (Kozier et al., 2010). Menurut McCloskey & Bulecheck
(2000), intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis
dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien
(Kozier et al., 2010)
Intervensi Asuhan Keperawatan Pada Bayi BBLR dengan Resiko Aspirasi Di
Ruang Perinatologi RSUD Wangaya Tahun 2018

Diagnosa NOC NIC


keperawatan
Resiko Aspirasi 1)Respitratory status:ventilation Aspiration precaution
2)Aspiration control 1)Monitor,tingkat.kesadaran,reflek
batuk dan kemampuan menelan
3)Swallowing status
2) Monitor status paru pelihara
Adapun kriteria hasil yang jalan nafas
diharapkan sebagai berikut :
3) Lakukan suction jika
1)Pasien dapat bernafas dengan diperlukan
mudah,tidak.ada.irama,frekuensi
pernafasan normal. 4)Cek nasogastrik sebelum makan
2)Pasien,mampu,menelan,mengunyah 5)Hindari makan kalau residu
tanpa terjadi aspirasi,dan mampu masih banyak
melakukan oral hygiene
6)Potong makanan kecil-kecil
3) Jalan nafas paten,mudah
bernafas ,tidak merasa tercekik dan 7) Haluskan obat sebelum
tidak ada suara nafas abnormal. pemberian
8) Posisi tegak 90 derajat atau
sejauh mungkin

Managemen hipotermi Tindakan:


Definisi Observasi
Mengidentifikasi dan mengelola - monitor suhu tubuh
suhu tubuh di bawah rentang normal -identifikasi penyebab hipotermia (mis, terpapar suhu
lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan hipotalamus,
penurunan laju metabolism, kekurangan lemak subkutan)
- monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (hipotermia
ringan: takipnea, disartria, menggigil, hipertensi, diuresis;
hipotermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati,
reflex menurun; hipotermia berat: oliguria, reflex menghilang,
edema paru, asam – basa abnormal)
Terapeutik
-sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan,
incubator)
-ganti pakaian dan/atau linen yang basah
-lakukan penghangatanpasif( mis. Selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
-lakukan penghangatan aktif eksternal(mis. Kompres hangat,
botol hangat, selimut hangat, perawatan metode kanguru)
-lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan
hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan
hangat)
Edukasi
- Anjurkan makan/minum hangat
Edukasi pencegahan infeksi Tindakan:
Definisi Observasi
Mengajarkan pencegahan dan - Periksa kesiapan dan kemampuan menerima
deteksi dini infeksi pada pasien informasi
beresiko
terapeutik
- Siapkan materi, media tentang factor-faktor
penyebab, cara identifikasi, dan pencegahan risiko
infeksi di rumah sakit maupun di rumah
- Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan
pasien dan jkeluarga
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
- Informasikan hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
Leukosit, WBC)
- Anjurkan mengikuti tindakan pencegahan sesuai
kondisi
- Anjurkan membatasi pengunjung
- Ajarkan cara merawat kulit pada area yang edema
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan kecukupan nutrisi, cairan dan istirahat
- Anjurkan kecukupan mobilisasi dan olahraga sesuai
kebutuhan
- Anjurkan latihan napas dalam dan batuk sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengelola antibiotic sesuai resep
- Ajarkan cara mencuci tangan
- Ajarkan etika batuk
Manajemen nutrisi Tindakan:
Observasi
Definisi - Identifikasi status nuitrisi
Mengidentifikasi dan mengelola - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
asupan nutrisi yang seimbang - Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet ( mis. Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yg sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrij
jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan( mis.
Pereda nyeri, aniemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

4. Implementasi
Implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai
denga rencana tindakan. Tindakan ini bersifat intelektual, teknis, dan interpersonal berupa berbagai
upaya untuk memuhi kebutuhan dasar manusia. Tindakan keperawatan meliputi, tindakan
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan/keperawatan, tindakan medis yang
dilakukan oleh perawat atau tugas limpah (Suprajitno, 2004).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah fase kelima dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan aktivitas yang

direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan professional kesehatan menentukan

kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/ hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.

Evaluasi ini akan menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan ataupun

dirubah. Evaluasi pada penelitian ini hasil yang diharapkan menurut NOC antara lain (Moorhead,

Johnson, Maas, & Swanson, 2016).

a. Klien dapat bernafas dengan mudah,tidak irama, frekuensi pernafasan normal

b. Pasien mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi aspirasi,dan mampu melakukan oral hygine

c. Jalan nafas paten, mudah bernafas tidak merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormal
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan berat lahir
yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara
kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar.
Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir
rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan
berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C..

B.Saran

Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat.


mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari pengertian,
patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan serta penerapan asuhan
keperawatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.

Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta : JNPK, KR, IDAI,
POGI.

Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.
Jakarta : EGC.

Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed.2.
Jakarta : CV. Agung Seto.

Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai