Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT BADAN


LAHIR RENDAH (BBLR)

DOSEN PEMBIMBING

ADE WULANDARI, S. Kep. Ns. M.Kep

DISUSUN OLEH :

K E L O M P O K 2 (TK.2A)
ADI ATMAN

ANA FEBRIANI

IMEL NATASYA

SAFURAWATI

KEMENKES RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BIMA


MARET 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan suatu makalah Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien Bayi Baru
Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)” yang merupakan suatu tugas dari dosen kami Ibu Ade
Wulandari, S.Kep. Ns. M.Kep.
Tidak lupa pula, kami ucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................................................ i
Kata pengantar.................................................................................................................................. ii
Daftar isi........................................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................................................. 1

Bab II Pembahasan........................................................................................................................... 2
A. Konsep Medis Bayi BBLR............................................................................................... 2
B. Asuhan Keperawatan Bayi BBLR.................................................................................... 6

Bab III Penutup................................................................................................................................. 13


A. Kesimpulan....................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka................................................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada
masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun
kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian
BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat
berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di
masa depan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia
neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan
(ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang.
BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius
pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep medis bayi BBLR
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan bayi BBLR

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS BAYI BBLR


1. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah
melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku Nanda, (2013).

Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :


a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan
dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur).
b. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya
menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan =KMK).
c. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

2. Klafikasi
BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk masa kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu,
artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilan.

3. Etilogi
a. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur
ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi trauma , dan lain-lain.
b. Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
c. Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, minum alkohol, dan status ekonomi sosial.

4. Manifestasi Klinik
a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir
mati.
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
3) Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
5) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia
gravidarum atau perdarahan ante partum.

2
b. Setelah bayi lahir
1) Berat lahir < 2500 gram
2) Panjang badan < 45 cm
3) Lingkaran dada < 30 cm
4) Lingkaran kepala < 33 cm
5) Umur kehamilan < 37 minggu
6) Kepala relatif lebih besar dari badannya
7) Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
8) Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
9) Tangisnya lemah dan jarang
10) Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
11) Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
12) Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan kepala
mengarah ke satu sisi.
13) Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif
14) Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
15) Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
16) Kulit mengkilat, licin, pitting edema
17) Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.

5. Patofisiologi
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah
utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil,
lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak
dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang “Stunting/Kuntet”
pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang
gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk
yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke
janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu
ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa
kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat
makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik anatomik maupun
fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak
aktif, produksi panas yang berkurang
b. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR, hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot
pernapasan yang masih lemah
c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari motilitas
usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan lambung bertambah
d. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine berkurang
e. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi
dan daya fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
f. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering
menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi menjadi hipoksia,

3
hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak
bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral pada
bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang rapuh.

6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta menemukan
gangguan pertumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
b. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
c. Pemerioksaan hematokrit.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.

7. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada
pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.

a. Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR


Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di lingkungan
yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih
luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan
kekurangan lemak coklat ( brown fat).
Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk
bayi dan dalam keadaan istirahat komsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh
bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan
berat badan kurang dari 2000 gr adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai
2500 gr 34C , agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C. Kelembaban
inkubator berkisar antara 50-60 persen . Kelembaban yang lebih tinggi di perlukan pada
bayi dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1 C per
minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara berangsur angsur ia dapat
diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 C-29 C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di
dekat tempat tidur bayi atau dengan menggunakan metode kangguru.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36 C-37 C adalah dengan
memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di dalam inkubator. Alat ini
berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai
digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor (thermistor probe).
Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator di kontrol oleh alat servomechanism.
Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan
sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan,
kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan
tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat – cepatnya.

b. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya
mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh
infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulin

4
serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal neotrofil, efek sitotoksik
limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapt
ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering
merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah,
letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi pernafasan meningkat, muntah, diare, berat
badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari
infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam
bentuk apapun. Digunakan masker dan abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan
luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat – alat
yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien yang idea,
mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya
asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.

c. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan
pilihan pertama jika bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan
pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi
khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip
mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus
untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam
inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat
dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan
dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan
sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan
melalui NGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi
BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan
lebih rendah.

d. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus,
bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas
akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak
dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat
lahir dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan apneu dan
defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan
jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring,
merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal,
dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium
bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga
memperkecil kematian bayi BBLR.

8. Prognosis BBLR

5
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa
gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian),
asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia
bronkopulmonal, retrolental fibro plasia, infeksi, gangguan metabolic
(asidosis,hipoglikemi,hiperbilirubinemia).
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan,
resusitasi, makanan, mencegah oinfeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia,
hiperilirunbinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).

9. Pengamatan lanjutan (follow up)


Bila bayi BBLR ini dapat mengatasi problematik yang dideritanya, maka perlu diamati
selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran,
penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat dan penyakit-penyakit seperti
hidrosefalus,serebral palsy, dsb.

10. Komplikasi
a. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna.
b. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna .
c. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan
anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan
peredaran darah sistemik.

B. ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BBLR


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien

b. Keluhan utama

c. Penyakit sekarang
1) Awitan
2) Karakteristik
3) Perjalanan sejak awitan

d. Riwayat masa lalu


1) Kehamilan (ibu)
2) Persalinan dan melahirkan
3) Kelahiran
4) Penyakit sebelumnya, operasi atau cedera
5) Alergi
6) Obat-obatan saat ini
7) Imunisasi
8) Pertumbuhan dan perkembangan
9) Kebiasaan

e. Tanda-tanda Vital

1) Nadi : 120 x/menit

2) Tekanan darah :

6
3) Pernapasan / RR : 56 x/menit

4) Suhu : 35,5 0C

f. Tinjauan Sistem
1) Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, biasanya keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

2) Kulit
Biasanya warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.

3) Kepala
Biasanya ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.

4) Mata
Biasanya warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.

5) Hidung
Biasanya terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.

6) Mulut
Biasanya bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

7) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinganya, tidak ada pembengkakan.

8) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

9) Thorax

Inspeksi : biasanya bentuk dada simetris, terdapat tarikan intercostals,


Palpasi : biasanya premitus simetris kiri/kanan
Perkusi : biasanya sonor
Auskultasi : biasanya vesikuler,suara tambahan wheezing

10) Jantung

Inspeksi : biasanya ictus cordis terlihat, frekuensi jantung > 100


Palpasi : biasanya ictus cordis teraba 1 jari di intercostal IV

7
Perkusi : biasanya pekak
Auskultasi : biasanya irama jantung tidak teratur

11) Abdomen

Inspeksi : biasanya bentuk silindris, perut cekung adanya hernia diafragma


Palpasi : biasanya hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus coatae pada
garis papilla mamae, lien tidak teraba
Perkusi : biasanya jarang dilakukan perkusi pada bayi
Auskultasi : bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi

12) Umbilikus
Biasanya tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.

13) Genitalia
Biasanya pada neonatus aterm testis turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra
pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

14) Ekstremitas
Biasanya warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

15) Refleks
Biasanya pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang

g. Pola kebiasaan sehari-hari


1) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal,
muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral
atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.

2) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekuensi, jumlah.

3) Latar belakang sosial budaya


Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.

4) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika
kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan

8
kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu
dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif

2. Diagnose Keperawatan
a. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi,
ketidakmampuan untuk mengaborpsi nutrien, mencerna makanan.
c. Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas, pemisahan ruangan ibu dan anak.
d. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas neurologis

3. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC Rasional


1 Resiko Setelah dilakukan NIC (Bulechek
ketidakseimbangan tindakan keperawatan GM,2009)
suhu tubuh b.d dalam waktu 1x24
kegagalan jam, suhu tubuh klien Newborn Care
mempertahankan tetap dalam kisaran
suhu tubuh. normal 1. Pengaturan suhu: 1. Mempertahankan
mencapai dan atau lingkungan
Definisi (Wiley, NOC mempertahankan termonetral,
Blackwell, 2009) : suhu tubuh dalam membantu mencegah
Berisiko Termoregulasi: bayi range normal stress karena dingin
mengalami baru lahir
kegagalan 2. Pantau TD, nadi, dan 2. Membantu
mempertahankan Kriteria Hasil pernapasan dengan mengatahui secara
suhu tubuh dalam tepat. dini perubahan TTV
kisaran normal - Suhu kulit pada klien
normal/stabil
Faktor Risiko : - Kaji terjadinya 3. Pantau warna dan 3. Suhu akral teraba
hypotermia suhu kulit dingin merupakan
- Pemajanan - Kaji indkator klien
suhu menghilangnya mengalami hipotermi
lingkungan panas tubuh dari
- Usia ekstrem hypertermi 4. Pantau dan laporkan 4. Membantu
- Berat badan - Tidak menggigil tanda dan gejalah mengetahui secara
ekstrem ipotermi dan dini sehingga
hipertemi mencegah kejang
berkenaan dengan
perubahan fungsi SSP
yang disebabkan
hipertermi dan
Hipotermia membuat
bayi cenderung
merasa stress karena
dingin

5. Gunakan selimut 5. Selimut memberikan

9
hangat yang rasa hangat sehingga
disesuaikan dengan mampu
kebutuhan dan mempertahankan
bedong setiap selimut suhu tetap stabil
terlepas serta ganti
popok ketika bayi
BAB/BAK

6. Program Kanguru 6. Untuk terpeliharanya


Maternal Care suhu tubuh yang
(KMC) memadai oleh bayi.

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrition Management


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan
kebutuhan tubuh dalam waktu 1x24 1. Kaji adanya alergi 1. Mengidentifikasi
b.d faktor biologi, jam, nutrisi klien dapat makanan adanya alergi
ketidakmampuan terpenuhi terhadap suatu
untuk mengaborpsi makanan, mencegah
nutrien, mencerna NOC terjadinya alergi
makanan. makanan
Nutritional Status 2. Kolaborasi dengan 2. Kebutuhan nutrisi
Definisi : Asupan Indikator : ahli gizi untuk harus sesuai dengan
nutrisi tidak cukup menentukan jumlah yang diperlukan, agar
memenuhi  Intake nutrisi (1-5) dan nutrisi yang tercapai gizi yang
kebutuhan dibutuhkan klien seimbang
 Ratio BB (1-5)
metabolik.
KriteriaHasil
Batasan Nutrition Monitoring
Karakteristik :
- Adanya
penigkatan berat 3. Monitor adanya 3. Penurunan BB
- Berat badan penurunan berat merupakan salah satu
badan sesuai
20% atau lebih badan indicator tidak
dengan tujuan
kurang dari - tercukupinya
Tidak ada tanda
ideal kebutuhan
malnutrisi
- Ketidakmampu - metabolisme
Menunjukkan
an memakan peningkatan fungsi
makanan pengecapan 4. Monitor mual dan 4. Adanya perasaan
- Kelemahan otot muntah mual dan muntah
menelan
untuk menelan dapat menurunkan
nafsu makan

5. Monitor pertumbuhan 5. Adanya peningkata


dan perkembangan npertumbuhan dan
perkembangan
merupakan salah satu
indicator
tercukupinya
kebutuhan

10
6. Monitor kalori dan metabolisme
intake nutrisi
6. Memberikan iformasi
tentang masukan
actual dalam
hubungannya dengan
perkiraan kebutuhan
untuk digunakan
dalam penyesuaian
diet.

3 Diskontinuitas Setelah dilakukan Bottle Feeding


pemberian ASI b.d tindakan keperawatan
prematuritas, selama 3 x 24 jam 1. Posisikan bayi semi 1. Memudahkan bayi
pemisahan ruangan diharapkan klien dapat fowler menelan dan
ibu dan anak. menerima ASI secara mencegah terjadinya
teratur aspirasi jika terjadi
Definisi: refluks
Penghentian NOC
kontinuitas proses 2. Letakkan pentil dot 2. Mengetahui kesiapan
pemberian ASI - Breastfeding diatas lidah bayi bayi untuk memulai
akibat maintenance menyusu
ketidakmampuan
atau kesalahan Kriteria hasil: 3. Monitor atau evaluasi 3. Menentukan metode
dalam mengubah reflex menelan pemberian makanan
posisi bayi pada - Pertumbuhan dan sebelum memberikan yang tepat dan cegah
payudara untuk perkembangan susu bayi tersedak
menyusui. bayi dalam
keadaan normal 4. Instruksikan dan 4. Kebersihan mulut
Batasan - Tetap demostrasikan kepada penting untuk
Karakteristik : mempertahankan orang tua teknik mencegah bakteri
laktasi membersihkan mulut berkembangbiak di
- Bayi tidak - Kemampuan bayi setelah diberikan area mulut
mendapat penyedia susu
nutrisi dari perawatan untuk
payudara untuk mencairkan,
beberapa atau menghangatkan,
semua menyimpan ASI
pemberian secaraaman
makanan
- Keinginan ibu
untuk
memberikan
ASI guna
memenuhi
kebutuhan
nutrisi anaknya

Faktor Yang

11
Berhubungan :

- Prematuritas
- Perpisahan ibu
dan anak

4 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway management (Ackley, 2011)


pola nafas b.d tindakan keperawatan
imaturitas selama 1x 24 jam 1. Monitor respiratory 1. Ketika respiratory
neurologis diharapkan pola nafas rate, kedalaman, rate meningkat lebih
pasien efektif. kenyamanan 30x/mnt, dilanjutkan
Definisi : Inspirasi bernapas. dengan pengukuran
dan/ atau ekspirasi NOC fisiologis lain, studi
yang tidak member menunjukkan bahwa
ventilasi. - Respiratory perubahan fisiologi
status: ventilation ssignifikan terjadi
Batasan - respiratory status:
karakteritik airway patency 2. Tentukan jika 2. Studi menunjukkan
- vital sign status penyebab, apakah penyebab dispneu
- Perubahan fisiologis atau psikologis
kedalaman Kriteria Hasil: psikologis. berhubungan dengan
pernapasan kecemasan,
- Dispneu - Menunjukkan sedangkan dispneu
- Penurunan jalan nafas yang fisiologis
kapasitas vital paten (irama nafas, berhubungan dengan
- Pernapasan frekuensi batuk, sputum,
cuping hidung pernafasan dalam danpalpitasi
- Penggunaan rentang normal,
otot aksesorius tidak ada suara 3. Baringkan pasien 3. Penelitian
untuk bernafas nafas abnormal). dalam posisi yang menunjukkan duduk
- Tanda-tanda vital nyaman, dalam posisi tegak menghasilkan
dalam rentang duduk, dengan kepala volume tidal dan
normal (tekanan tempat tidur menit ventilasi lebih
darah, nadi, ditinggikan 60-90 tinggi <45%
pernafasan). derajat.

4. Catat penggunaan 4. Ada gejala yang


otot nafas tambahan menjadi signal
yang digunakan, meningkatny
retraksi, konfusi, atau akesulitan bernafas
letargy. dan hipoksia

5. Auskultasi suara 5. Suara nafas abnormal


napas, catat dapat
penurunan dan mengindikasikan
hilangnya suara nafas, patologi respiratori
crackles atau yang berhubungan
wheezing dengan perubahan

12
Kolaborasi pola nafas

6. Monitor saturasi
oksigen secara 6. Saturasi oksigen
berkesinambungan kurang dari 90%
dengan menggunakan mengindikasikan
pulse oximetry. masalaho ksigenasi
yang signifikan.
7. Berikan oksigen
sesuai resep. 7. Pemberian oksigen
dapat mengatasi
hipoksia

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahirrendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
2. BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk masa
kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi
itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecil
untuk masa kehamilan.

3. Etilogi
a. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur
ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi trauma , dan lain-lain.
b. Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
c. Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status ekonomi sosial.

4. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada
pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.
a. Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR
b. Pencegahan Infeksi
c. Pengaturan Intake
d. Pernapasan

13
DAFTAR PUSTAKA
Kathleen. 1994. Pediatric Care Planning, Springhouse: USA
Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu Kesehatan Anak:
Jakarta
Whalley, F. Lucille; Wong, Donna L, 1991, Nursing Care Of Infant, Mosby Company:
Philadelphia
Wong, Donna L, 1997, Pediatric Nursing, Mosby Company: St Louis, Missouri
Arvin, BMK., Egman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.
Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta. EGC
Ilyas, Jumarni, dkk. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta. EGC
MacDonald. 2002. Obstetri Wilms. Jakarta. EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi Kedua. Jakarta. EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
Huda , Amin N dan Hardhi Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
NANDA & NIC-NOC Jilid 1. Jakarta : EGC
Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai