DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
K E L O M P O K 2 (TK.2A)
ADI ATMAN
ANA FEBRIANI
IMEL NATASYA
SAFURAWATI
KEMENKES RI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan suatu makalah Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien Bayi Baru
Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)” yang merupakan suatu tugas dari dosen kami Ibu Ade
Wulandari, S.Kep. Ns. M.Kep.
Tidak lupa pula, kami ucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................................................ i
Kata pengantar.................................................................................................................................. ii
Daftar isi........................................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................................................. 1
Bab II Pembahasan........................................................................................................................... 2
A. Konsep Medis Bayi BBLR............................................................................................... 2
B. Asuhan Keperawatan Bayi BBLR.................................................................................... 6
Daftar Pustaka................................................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada
masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun
kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian
BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat
berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di
masa depan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia
neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan
(ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang.
BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius
pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep medis bayi BBLR
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan bayi BBLR
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Klafikasi
BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk masa kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu,
artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilan.
3. Etilogi
a. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur
ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi trauma , dan lain-lain.
b. Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
c. Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, minum alkohol, dan status ekonomi sosial.
4. Manifestasi Klinik
a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir
mati.
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
3) Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
5) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia
gravidarum atau perdarahan ante partum.
2
b. Setelah bayi lahir
1) Berat lahir < 2500 gram
2) Panjang badan < 45 cm
3) Lingkaran dada < 30 cm
4) Lingkaran kepala < 33 cm
5) Umur kehamilan < 37 minggu
6) Kepala relatif lebih besar dari badannya
7) Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
8) Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
9) Tangisnya lemah dan jarang
10) Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
11) Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
12) Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan kepala
mengarah ke satu sisi.
13) Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif
14) Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
15) Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
16) Kulit mengkilat, licin, pitting edema
17) Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.
5. Patofisiologi
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah
utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil,
lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak
dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang “Stunting/Kuntet”
pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang
gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk
yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke
janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu
ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa
kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat
makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik anatomik maupun
fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak
aktif, produksi panas yang berkurang
b. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR, hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot
pernapasan yang masih lemah
c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari motilitas
usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan lambung bertambah
d. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine berkurang
e. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi
dan daya fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
f. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering
menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi menjadi hipoksia,
3
hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak
bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral pada
bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang rapuh.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta menemukan
gangguan pertumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
b. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
c. Pemerioksaan hematokrit.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.
7. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada
pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.
b. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya
mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh
infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulin
4
serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal neotrofil, efek sitotoksik
limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapt
ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering
merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah,
letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi pernafasan meningkat, muntah, diare, berat
badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari
infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam
bentuk apapun. Digunakan masker dan abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan
luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat – alat
yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien yang idea,
mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya
asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
c. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan
pilihan pertama jika bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan
pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi
khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip
mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus
untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam
inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat
dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan
dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan
sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan
melalui NGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi
BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan
lebih rendah.
d. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus,
bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas
akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak
dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat
lahir dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan apneu dan
defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan
jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring,
merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal,
dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian natrium
bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga
memperkecil kematian bayi BBLR.
8. Prognosis BBLR
5
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa
gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian),
asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia
bronkopulmonal, retrolental fibro plasia, infeksi, gangguan metabolic
(asidosis,hipoglikemi,hiperbilirubinemia).
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan,
resusitasi, makanan, mencegah oinfeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia,
hiperilirunbinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).
10. Komplikasi
a. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna.
b. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna .
c. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan
anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan
peredaran darah sistemik.
b. Keluhan utama
c. Penyakit sekarang
1) Awitan
2) Karakteristik
3) Perjalanan sejak awitan
e. Tanda-tanda Vital
2) Tekanan darah :
6
3) Pernapasan / RR : 56 x/menit
4) Suhu : 35,5 0C
f. Tinjauan Sistem
1) Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, biasanya keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2) Kulit
Biasanya warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
3) Kepala
Biasanya ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
4) Mata
Biasanya warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
5) Hidung
Biasanya terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
6) Mulut
Biasanya bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
7) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinganya, tidak ada pembengkakan.
8) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
9) Thorax
10) Jantung
7
Perkusi : biasanya pekak
Auskultasi : biasanya irama jantung tidak teratur
11) Abdomen
12) Umbilikus
Biasanya tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.
13) Genitalia
Biasanya pada neonatus aterm testis turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra
pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
14) Ekstremitas
Biasanya warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
15) Refleks
Biasanya pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang
2) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekuensi, jumlah.
4) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika
kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan
8
kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu
dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
2. Diagnose Keperawatan
a. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi,
ketidakmampuan untuk mengaborpsi nutrien, mencerna makanan.
c. Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas, pemisahan ruangan ibu dan anak.
d. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas neurologis
3. Perencanaan Keperawatan
9
hangat yang rasa hangat sehingga
disesuaikan dengan mampu
kebutuhan dan mempertahankan
bedong setiap selimut suhu tetap stabil
terlepas serta ganti
popok ketika bayi
BAB/BAK
10
6. Monitor kalori dan metabolisme
intake nutrisi
6. Memberikan iformasi
tentang masukan
actual dalam
hubungannya dengan
perkiraan kebutuhan
untuk digunakan
dalam penyesuaian
diet.
Faktor Yang
11
Berhubungan :
- Prematuritas
- Perpisahan ibu
dan anak
12
Kolaborasi pola nafas
6. Monitor saturasi
oksigen secara 6. Saturasi oksigen
berkesinambungan kurang dari 90%
dengan menggunakan mengindikasikan
pulse oximetry. masalaho ksigenasi
yang signifikan.
7. Berikan oksigen
sesuai resep. 7. Pemberian oksigen
dapat mengatasi
hipoksia
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahirrendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
2. BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk masa
kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi
itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecil
untuk masa kehamilan.
3. Etilogi
a. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur
ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,
infeksi trauma , dan lain-lain.
b. Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
c. Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status ekonomi sosial.
4. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada
pengaturan panas badan , pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.
a. Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR
b. Pencegahan Infeksi
c. Pengaturan Intake
d. Pernapasan
13
DAFTAR PUSTAKA
Kathleen. 1994. Pediatric Care Planning, Springhouse: USA
Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu Kesehatan Anak:
Jakarta
Whalley, F. Lucille; Wong, Donna L, 1991, Nursing Care Of Infant, Mosby Company:
Philadelphia
Wong, Donna L, 1997, Pediatric Nursing, Mosby Company: St Louis, Missouri
Arvin, BMK., Egman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.
Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta. EGC
Ilyas, Jumarni, dkk. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta. EGC
MacDonald. 2002. Obstetri Wilms. Jakarta. EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi Kedua. Jakarta. EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
Huda , Amin N dan Hardhi Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
NANDA & NIC-NOC Jilid 1. Jakarta : EGC
Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
14