PENYAKIT HIRSCHPRUNG
Dosen Pembimbing :
Kelompok 5 :
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak Dosen pembimbing sekaligus fasilitator yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
penyusun
2
LEMBAR PERNYATAAN
Kami mempunyai Salinan dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan rusak atau hilang.
Makalah ini adalah hasil dari karya kami sendri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorang pun yang membuat makalah ini
untuk kami
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku
03 April 2020
3
DAFTAR ISI
2.1 Definisi.................................................................................................. 3
2.2 Etiologi.................................................................................................. 4
2.3 Patologi ................................................................................................. 4
2.4 WOC ..................................................................................................... 6
2.5 Manifestasi Klinis.................................................................................. 7
2.6 Pemeriksaan Diagnosis .......................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan..................................................................................... 8
2.8 Komplikasi ............................................................................................ 10
2.9 Pencegahan............................................................................................ 11
A. Kesimpulan ........................................................................................... 40
B. Penutup ................................................................................................. 40
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi dari Hirschprung ?
2. Bagaiman etologi dari Hisrchpurg ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Hirschprung ?
4. Bagaimana WOC dari Hirschprung?
5. Bagaimana Manifestasi Klinik dari Hirschprung?
6. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik dari Hirschprung ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Hirschprung ?
8. Bagaimana pencegahan dari Hirschprung ?
9. Bagaimana Komplikasi dari hirschprung ?
10. Bagaimana Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada Hirschprung ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaiman penyakit hirspurgh dapat terjadi dan bagaimana tindakan
yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit ini.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Hirschsprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus
besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar
tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya .(anomia,2003)
Penyakit Hirschsprung adalah gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses atau
tinja terjebak di dalam usus.Penyakit bawaan lahir yang tergolong langka ini bisa
mengakibatkan bayi tidak buang air besar (BAB) sejak dilahirkan . (Kliegman. RM, 2016)
Penyakit Hirschsprung terjadi karena kelainan saraf yang mengontrol pergerakan usus
besar.Hal ini menyebabkan usus besar tidak dapat mendorong feses keluar, sehingga
menumpuk di usus besar dan bayi tidak bisa BAB. (Kliegman. RM, 2016)
Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling
bawah mulai dari anus hingga usus diatasnya. Saraf yang berguna untuk membuat usus
bergerak melebar menyempit biasanya tidak sama sekali atau kalaupun ada sedikit sekali.
Namun yang jelas kelainan ini akan membuat BAB bayi tidak normal, bahkan cenderung
sembelit terus-menerus. Hal ini dikarenakan tidak adanya saraf yang dapat mendorong kotoran
keluar dari anus.
Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang usus
karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melepasi usus (kontraksi ritmis ini disebut
gerakan peristaltik).Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oelh sekumpulan saraf yang
disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.Pada penyakit hirschsprung ganglion ini
tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter.
7
Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristalltik tidak dapat mendorong bahan-
bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan.Penyakit hirschsprung 5 kali lebih sering
ditemukan pada bayi laki-laki.Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya,
seperti sindroma down.
2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding
usus, mulai dari spingter ani internus kearah proksimal, 70 % terbatas didaerah rektosigmoid,
10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus dan pilorus.
Kontraksi otot pada usus membantu makanan dan cairan yang telah dicerna melalui
usus, atau disebut juga peristalsis.Saraf di antara lapisan otot memicu kontraksi.Pada penyakit
Hirschsprung, saraf tidak terdapat di suatu bagian usus, Area tanpa saraf ini tidak dapat
mendorong materi.Hal ini menyebabkan penyumbatan.Isi usus menumpuk di belakang
penyumbatan.Akibatnya, usus dan perut membengkak.Tidak jelas apa penyebab dari penyakit
Hirschsprung. Kadang penyakit ini menurun di keluarga dan pada beberapa kasus dapat terkait
dengan mutasi gen.
2.3 Patofisiologi
8
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan
distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi
obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).
Penyakit Hirschsprung adalah akibat tidak adanya sel ganglion pada dinding usus,
meluas ke proksimal dan berlanjut mulai dari anus sampai panjang yang bervariasi. Tidak
adanya inervasi saraf adalah akibat dari kegagalan perpindahan neuroblast dari usus proksimal
ke distal. Segmen yang agangloinik terbatas pada rektosigmoid pada 75 % penderita, 10%
seluruh kolonnya tanpa sel-sel ganglion. Bertambah banyaknya ujung-ujung saraf pada usus
yang aganglionik menyebabkan kadar asetilkolinesterase tinggi. Secara histologi, tidak di
dapatkan pleksus Meissner dan Auerbach dan ditemukan berkas-berkas saraf yang hipertrofi
dengan konsentrasi asetikolinesterase yang tinggi di antara lapisan-lapisan otot dan pada
submukosa.
Pada penyakit ini, bagian kolon dari yang paling distal sampai pada bagian usus yang
berbeda ukuran penampangnya, tidak mempunyai ganglion parasimpatik intramural. Bagian
kolon aganglionik itu tidak dapat mengembang sehingga tetap sempit dan defekasi terganggu.
Akibat gangguan defekasi ini kolon proksimal yang normal akan melebar oleh tinja yang
tertimbun, membentuk megakolon. Pada Morbus Hirschsprung segemen pendek, daerah
aganglionik meliputi rectum sampai sigmoid, ini disebut penyakit Hirschsprung klasik.
Penyakit ini terbanyak (80%) ditemukan pada anak laki-laki, yaitu 5 kali lebih sering daripada
anak perempuan. Bila daerah aganglionik meluas lebih tinggi dari sigmoid disebut
Hirschsprung segmen panjang. Bila aganglionosis mengenai seluruh kolon disebut kolon
aganglionik total, dan bila mengenai kolon dan hamper seluruh usus halus, disebut
aganglionosis universal.
9
2.4 WOC ( Pathway)
Penyakit Hirschsprung
Gangguan
Absorpsi air Respon Obstruksi Kongesti, edema
Gastrointestinal
tidak normal psikologis kolon distal dinding usus
misinterpretasi
Penurunan perawatan dan Mual,
Konstipasi Distensi Iskemia
pengobatan muntah,
intake Abdomen nekrosis
kembung,
cairan dinding
anoreksia
Ansietas Obstruksi
Nyeri
Resiko kolon
Defisit Akut Resiko
ketidaksei proksimal Defisit
pengetahuan Injuri
mbangan Nutrisi
cairan Intervensi
Pembedahan
Pascaoperasi
Kerusakan
jaringan
pascabedah
Resiko
Infeksi
10
2.5 Manifestasi klinis
Tanda-tanda dan gejala dari penyakit Hirschsprung bervariasi pada tingkat keparahan
kondisi. Biasanya tanda-tanda dan gejala muncul setelah persalinan, namun kadang tidak
terlihat hingga kemudian hari.
Umumnya, tanda yang paling jelas adalah gagalnya bayi untuk buang air besar dalam
48 jam setelah persalinan. Tanda-tanda dan gejala pada bayi yang baru lahir meliputi:
a) Perut bengkak
b) Muntah, termasuk memuntahkan zat berwarna hijau atau cokelat
c) Sembelit atau gas, yang dapat menyebabkan bayi rewel
d) Diare
e) Kesulitan dalam buang air kecil
f) Gagal untuk mengeluarkan mekonium setelah kelahiran
g) Jarang dan buang air yang meledak-ledak
h) Penyakit kuning
i) Menyusui dengan buruk
j) Kenaikan berat badan yang buruk
Pada anak-anak yang lebih besar, tanda-tanda dan gejala dapat meliputi:
a) Perut membengkak
b) Sembelit kronis
c) Gas
d) Sulit untuk bertumbuh
e) Kelelahan
f) Impaksi tinja
g) Malnutrisi
h) Perkembangan yang lambat
a) Foto Rontgen
Foto Rontgen dilakukan untuk melihat kondisi usus besar lebih jelas. Sebelumnya, zat
pewarna khusus berbahan barium akan dimasukkan ke dalam usus melalui selang yang
masuk dari dubur.
11
b) Tes mengukur kekuatan otot usus
Pada prosedur ini, dokter akan menggunakan alat khusus berupa balon dan sensor
tekanan untuk memeriksa fungsi usus.
c) Biopsi
Dokter akan mengambil sampel jaringan usus besar, yang selanjutnya akan diperiksa
di bawah mikroskop.
d) X-ray perut menggunakan pewarna kontras
Barium atau pewarna kontras lainnya dimasukkan ke dalam usus melalui tabung khusus
yang dimasukkan pada rektum.Barium mengisi dan melapisi lapisan usus,
menghasilkan siluet jelas dari usus besar dan rektum. X-ray seringkali menunjukkan
kontras di antara bagian sempit usus tanpa saraf dan bagian usus yang normal namun
sering bengkak di belakangnya
2.7 Penatalaksanaan
Dokter anak akan melakukan pemeriksaan dan menanyakan tentang kondisi buang air besar
anak. Dokter dapat menyarankan salah satu atau beberapa tes berikut untuk mendiagnosis
penyakit Hirschsprung:
Operasi untuk memotong bagian usus besar yang tidak memiliki sel saraf dapat
mengatasi penyakit Hirschsprung.Lapisan bagian usus yang bermasalah diangkat, dan usus
besar yang normal ditarik dari bagian dalam kolon dan dipasangkan dengan asus.Hal ini
biasanya dilakukan dengan metode yang invasif secara minimal (laparoskopik), operasi melalui
anus.
12
Pada anak-anak yang sangat sakit, operasi dapat dilakukan dalam 2 tahap.
Pertama, bagian usus besar yang abnormal diangkat dan bagian usus besar atas yang
sehat disambungkan pada lubang yang dibuat oleh ahli bedah pada perut anak.Feses kemudian
keluar dari tubuh melalui lubang ke kantung yang menempel pada ujung usus yang menjulur
melalui lubang pada perut (stoma).Hal ini memberikan waktu untuk bagian bawah usus besar
untuk pulih.
a. Ileostomi: Dokter mengangkat seluruh usus besar dan menyambungkan usus kecil
kepada stoma. Feses keluar dari tubuh melalui stoma ke dalam kantung.
b. Kolostomi: Dokter membiarkan bagian usus besar tetap utuh dan menyambungkan
pada stoma. Feses keluar dari tubuh melalui ujung usus besar.
Kemudian dokter menutup stoma dan menyambungkan bagian yang sehat dari usus ke
rektum atau anus.Setelah operasi, kebanyakan anak dapat buang air besar secara normal, walau
beberapa mengalami diare pada awalnya. Toilet training mungkin akan memakan waktu lebih
lama karena anak perlu untuk belajar mengkoordinasikan otot untuk buang air besar. Dalam
jangka panjang, ada kemungkinan untuk mengalami sembelit berlanjut, perut membengkak dan
bocornya feses.Anak-anak tetap berisiko mengalami infeksi usus (enterocolitis) setelah
operasi, terutama pada tahun peratama. Perhatikan tanda-tanda dan gejala dari enterocolitis,
dan segera hubungi dokter apabila kondisi berikut muncul:
Perubahan gaya hidup atau pengobatan rumah yang dapat dilakukan untuk mengatasi
Hirschsprung sebelum dilakukannya operasi. Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan
rumahan yang dapat membantu mengatasi Hirschsprung :
1. Berikan makanan berserat tinggi: Apabila anak Anda makan makanan yang padat, berikan
makanan berserat tinggi. Tawarkan gandum utuh, buah-buahan dan sayuran serta batasi roti
tawar dan makanan berserat rendah lainnya. Karena peningkatan makanan berserat tinggi
13
secara tiba-tiba dapat memperburuk sembelit pada awalnya, berikan makanan berserat tinggi
secara perlahan. Apabila anak Anda belum mengonsumsi makanan padat, minta dokter susu
formula yang dapat meringankan sembelit. Beberapa bayi mungkin memerlukan selang makan
untuk sementara.
2. Tingkatkan cairan: Dorong anak untuk minum lebih banyak air. Apabila sebagian atau
seluruh usus besar anak diangkat, anak mungkin akan mengalami kesulitan menyerap cukup
air. Minum lebih banyak air dapat membantu anak tetap terhidrasi, yang dapat membantu
meringankan sembelit.
3. Dorong anak untuk aktif secara fisik: Aktivitas aerobik harian dapat membantu buang air
secara rutin.
4. Laksatif: Apabila anak Anda tidak merespon atau tidak dapat mentolerir peningkatan serat,
air atau aktivitas fisik, laksatif tertentu – obat untuk membantu buang air besar- dapat
membantu mengurangi sembelit.
Pada awal masa pemulihan, anak-anak yang sudah lebih besar dapat merasa sakit ketika
buang air besar. Sedangkan anak-anak yang lebih kecil, akan rewel saat buang air besar. Selain
itu penderita juga dapat mengalami sembelit. Dalam mengatasi sembelit, pasien perlu:
1. Mendapat asupan air putih yang cukup, Asupan air putih yang cukup berguna untuk
membuat tinja lebih lunak, sekaligus memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
2. Mengonsumsi makanan yang tinggi serat, Berikan buah dan sayuran bagi anak yang sudah
bisa mencernanya. Bila belum, tanyakan kepada dokter anak, makanan apa yang bisa diberikan
kepada anak untuk mengatasi sembelit.
3. Ajak bermain, Gerakan tubuh dapat membantu melancarkan sistem pencernaan dan
meningkatkan pergerakan usus.
4. Mengonsumsi obat pencahar sesuai petunjuk dokter, Manfaat dan risiko penggunaan obat
pencahar perlu didiskusikan terlebih dahulu dengan dokter anak.
2.8 Komplikasi
Anak yang menderita penyakit Hirschsprung sangat berisiko mengalami infeksi pada
usus (enterocolitis), yang dapat mengancam nyawa.Tidak hanya dari penyakitnya, tindakan
14
operasi untuk mengobati penyakit ini juga dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang
dapat terjadi setelah pasien menjalani operasi meliputi:
2.9 Pencegahan.
Belum ada hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit Hirschsprung.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan
kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid
lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon
atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan
(Ngastiyah, 1997).
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Konstipasi, perut kembung dan muntah. Gejala lain adalah muntah dan
diare.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi,
muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa
minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada
juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi
abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya
penyakit Hirschsprung.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan
kepada anaknya.
16
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada survey umum
terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi dan takikardi dimana
menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi dan
demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan didapatkan
1. Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan
rectum dan fese akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan berbau
busuk.
2. Auskultasi : Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut
dengan hilangnya bising usus.
3. Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
4. Palpasi : Teraba dilatasi kolon abdominal
1. Sistem kardiovaskuler : Takikardia.
2. Sistem pernapasan : Sesak napas, distres pernapasan.
3. Sistem pencernaan :
Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna
hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan
merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan
mekonium atau tinja yang menyemprot.
4. Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
5. Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman : nyeri
6. Sistem endokrin : Tidak ada kelainan.
7. Sistem integument : Akral hangat, hipertermi
8. Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan.
Edukasi
18
3. Jelaskan jenis makanan yang
membantu meningkatkan
pembentukan gas
Kolaborasi
Observasi
Terpeutik
Edukasi
Kolaborasi
19
1. Konsultasi dengan tim medis tentang
penurunan atau peningkatan frekuensi
suara usus.
membaik
Berikan suplemen makanan, jika perlu
8. Frekuensi nafas
Edukasi
membaik
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
20
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
Edukasi
Terapeutik
Kolaborasi
21
Kesulitan tidur 4. Identifikasi factor yang memperberat
(-) dan meringankan nyeri
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
3.2. Kasus
22
(+), perubahan bentuk feses seperti pita (+), berbau. Hasil pemeriksaan menunjukkan
perut kembung, peristaltik menurun, terjadi distensi abdomen, mukosa mulut terlihat
kering, ubun ubun dan mata terlihat cekung, turgor kulit teraba tidak elastis, dan BB
6,5kg. Pasien juga BAB melalui kolostomi. TTV : Suhu 38°, Nadi menunjukkan pasien
mengalami takikardi yaitu 140 x / menit, dan RR 28x/menit.Berat badan sebelum masuk
RS 7kg, setelah dilakukan kolostomi dan muntah menjadi 6,5kg.
A. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama : An. N
Umur : 4 bulan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Matahari no 25, Pare Jawa Timur
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : -
Suku bangsa : Jawa Timur
Tanggal masuk : 30 Maret 2020
Tanggal pengkajian : 30 Maret 2020
Waktu : 09.00 WIB
Diagnose medis : Hirschpung post kolostomi hari ke 7
2) Penanggung jawab pasien
Nama : Ny B
Alamat : Jln. Matahari no 25, Pare Jawa Timur
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ibu
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Konstipasi, perut kembung dan muntah 3-5 kali sehari . Pasien juga mengalami
demam dengan suhu 38oC selama 3 hari.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengalami kesulitan BAB selam 5 hari, tidak mau minum, muntah, dan
demam. Pasien seminggu yang lalu baru menjalani operasi kolostomi. Dari hasil
23
pemeriksaan menunjukan perut pasien kembung, peristaltik menurun, terjadi distensi
abdomen, mukosa mulut terlihat kering, ubun ubun dan mata terlihat cekung, turgor
kulit teraba tidak elastis. Selain itu terjadi perbahan feses berbentuk seperti pita dan
berbau.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit
Hirschsprung.
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada survey umum
terlihat lemah atau gelisah.
TTV
Suhu : 38°C
Nadi : 140 x / menit, dan
RR : 28x/menit.
Terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi ditandai dengan adanya
kolostomi . Didapatkan tanda dehidrasi dan demam pada anak.
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan
didapatkan
1) Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal
lingkar abdomen 37cm . Pemeriksaan rectum dan fese akan didapatkan
adanya perubahan feses seperti pita dan berbau busuk.
2) Auskultasi : Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus terjadi
25 kali/menit , dan berlanjut dengan hilangnya bising usus.
3) Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
4) Palpasi : Teraba dilatasi kolon abdominal
1. Sistem kardiovaskuler : Takikardia.
2. Sistem pernapasan : Sesak napas, distres pernapasan.
3. Sistem pencernaan : Pasien mengalami kesulitan buang air besar,
perut kembung, muntah, dan terjadi distensi abdomen
4. Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
24
5. Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman : nyeri
6. Sistem endokrin : Tidak ada kelainan.
7. Sistem integument : Akral hangat, hipertermi
8. Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan.
1. Pertumbuhan Fisik
25
11. Kemampuan Motorik :
Bayi sudah bisa mengangkat kepalanya sejajar dengan tubuh dan menggunakan tangan
sebagai penopangnya.
12. Kemampuan Berbicara :
Terlihat mengajak bicara orangtuanya. Ia sudah bisa memerhatikan pergerakan bibir ibu.
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos abdomen tegak: terlihat kolon proximal melebar dan kolon distal
menyempit.
2. Pemeriksaan dengan barium: menunjukan kontraksi usus yang tidak teratur dibagian
usus menyempit setelah 24-48 jam.
3. Biopsi otot rektum: memperlihatkan tidak adanya sel-sel ganglion di sub mukosa
4. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase: terdapat peningkatan aktivitas enzim
asetilkolin eseterase.
E. Analisis data
26
DS: tidak mau minum ASI, Mual, muntah, kembung Nutrisi kurang dari
rewel kebutuhan
anorexia
DO: mukosa mulut kering, Intake nutrisi tidak adekuat
ubun-ubun dan mata
cekung, turgor kulit kurang Kehilangan nutrisi
elastic
Intake: pasien tidak mau Nutrisi kurang dari
minum kebutuhan
Output: cairan muntah 4-5
kali sehari, tidak BAB
selama 5 hari.
Bb awal 7kg,
Bb menjadi 6,5 kg
DS : pasien merasa demam Obstruksi kolon proksimal Risiko infeksi
Resiko infeksi
27
1. Intervensi Keperawatan
Terapeutik
2. Jadwalkan waktu
defekasi bersama px
Edukasi
1. Anjurkan mencatat
warna, frekuensi,
konsistensi, volume
feses
2. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
28
meningkatkan
pembentukan gas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
dokter anak dan dokter
bedah tentang pelaksaan
pembedahan kolostomi
Manajemen Konstipasi
(I.04155)
Observasi
Terpeutik
1. Lalukan masase
abdomen, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan etiologi
masalahdan alasan
tindakan
29
2. Anjurkan peningkatan
asupan cairan
Kolaborasi
30
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
3. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
4. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
1. Monitor status
hidrasi(mis. Frekuensi
nadi, kekuatan nadi,
akral, kelembapan
mukosa, turgor kulit.)
31
2. Monitor berat badan
harian
Terapeutik
Kolaborasi
32
1. Berikan suntikan pada
bayi di bagian
anterolateral
2. Dokumentasikan
informasi vaksinasi
Edukasi
1. Jelaskan
tujuan,manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan
efek samping
2. Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
3. Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
4. Informasikan penyedia
layanan Pekan
Imunisasi Nasional
yang menyediakan
vaksin gratis
Observasi
33
1. Monitor tanda gejala
infeksi local dan
sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah
pengunjung
Edukasi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
34
Perawatan Stoma(I.04166)
Observasi
3. Idntifikasi kemampuan
dan pengetahuan tntang
stoma
Terapeutik
2 Terapkan tehnik
antiseptic dan
keamanan Selma
merawat stoma
4 Bersihkan stoma
dengan air bersih hangat
dan sabun
35
7 Pasang kantung dan
plate stoma baru dengan
gesper
Edukasi
Kolaborasi
b) Implementasi Keperawatan
Diagnosa
Tanggal Jam Implementasi Paraf /Nama
Keperawatan
36
didapatkan
penurunan bising
usus terjadi 25
kali/menit , dan
berlanjut dengan
hilangnya bising
usus.
Perkusi :
Timpani akibat
abdominal
mengalami kembung.
Palpasi :
Teraba dilatasi kolon
abdominal
Manajemen Konstipasi
(I.04155)
37
6. Memperiksa tanda
gejala konstipasi
7. Memperiksa
pergerakan usus,
karakteristik feses
(konsistensi, bentuk,
volume, warna)
8. Mengidentifikasi
faktor resiko
konstipasi
9. Memberikan enema
atau irigasi jika perlu
11. Menganjurkan
peningkatan asupan
cairan
13. Mengkonsultasi
dengan tim medis
tentang penurunan
atau peningkatan
frekuensi suara usus.
14. Mengkolaborasikan
dengan dokter anak
dan dokter bedah
38
tentang pembedahan
kolostomi
39
1. Mengidentifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat
alergi
2. Mengidentifikasi status
imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan
kesehatan.
3. Mendokumentasikan
informasi vaksinasi
4. Menjelaskan imunisasi
pada interval waktu yang
tepat
5. Menjelaskan
tujuan,manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan
efek samping
6. Menginformasikan
imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
7. Menginformasikan
vaksinasi untuk kejadian
khusus
8. Menginformasikan
penyedia layanan Pekan
Imunisasi Nasional yang
menyediakan vaksin
gratis
40
Pencegahan Infeksi (I.4539)
2. Membatasi jumlah
pengunjung
3. Memberikan perawatan
kulit pada area edema
6. Mengajarkan cara
mencuci tangan dengan
benar
7. Mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
8. Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
9. Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
10. Mengkolaborasikan
pemberian imunisasi,
jika perlu
41
Perawatan Stoma(I.04166)
1. Memperiksa kondisi
umum pasien
2. Memperiksa kondisi
stoma pasien
2. Mengidentifikasi
kemampuan dan
pengetahuan tentang
stoma
1. Membebaskan area
stoma dari stona
2. Menterapkan tehnik
antiseptic dan keamanan
Selma merawat stoma
4. Membersihkan stoma
dengan air bersih hangat
dan sabun
42
4. Menjelaskan prosedur
yang akan dilakukan
5. 12. Mengkolaboraskan
jika terjadi herniasi,
atropi, atau perburukan
stoma
c) Evaluasi
P : Intervensi dihentikan
43
Ibu pasien mengatakan pasien bisa
mengonsumsi makanan lewat mulut
P : Intervensi dilanjutkan :
P : Intervensi dilanjutkan :
44
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Hirschsprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus
besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar
tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Hirschsprung terjadi karena
adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah mulai dari anus hingga usus
diatasnya. Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari sping terani internal kearah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit ini disebabkan oleh tidak adanya sel
ganglion parasimpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
3.2 Saran
Sebagai calon perawat harus mengerti dan memahami penyakit hirschsprung (mega
kolon congenital ). Dengan memahami dan mengerti penyakit hirschprung, sebagai calon
perawat maka bias memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan baik dan benar.
Saat melakukan perawatan lakukan pendekatan karena anak-anak cenderung takut pada
orang lain apalagi dengan tim kesehatan maka dari itu saat melakukan perawatan perhatikan
kondisi dari anak tersebut.
45
DAFTAR PUSTAKA
Amiel, J.,Et all.2013. Hirschsprung disease, associated syndromes and genetics: a review.
jmg.bmj.com on April 11, 2013
Depkes. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Dalam karya tulis Yuncie,Mariska
Stella, Sarumpaet, Muda Sori,Jemadi. Karakteristik Ibu yang melahirkan bayi dengan
kelainan Kongenital di RSUD DR.pirngadi medan tahun 2007-2011.
Pini Prato, Alessio.et All. 2013. A prospective observational study of associated anomalies in
Hirschsprung’s disease .Orphanet Journal of Rare Diseases 2013.