Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

PENYAKIT HIRSCHPRUNG
Dosen Pembimbing :

Linda Ishariani, S.kep, NS.,M.kep

Kelompok 5 :

1. Rinda Astuti ( 201801082 )


2. Rinditya Rafa Nadidah ( 201801083 )
3. Riza Zulfa Safika ( 201801085 )
4. Rizky Melina Iflacha ( 201801086 )
5. RR. Septiyani Puspitasari ( 201801087 )
6. Samuel Dewa ( 201801088 )
7. Sella Yulinda Wahyuningsih ( 201801089 )

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak Dosen pembimbing sekaligus fasilitator yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pare, 03 April 2020

penyusun

2
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan :

Kami mempunyai Salinan dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan rusak atau hilang.

Makalah ini adalah hasil dari karya kami sendri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorang pun yang membuat makalah ini
untuk kami

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku

03 April 2020

NAMA NIM Tanda Tangan Mahasiswa


Rinda Astuti 201801082 1.
Rinditya Rafa Nadidah 201801083 2.
Riza Zulfa Safika 201801085 3.
Rizky Melina Iflacha 201801086 4.

RR. Septiyani Puspitasari 201801087 5.

Samuel Dewa 201801088 6.

Sella Yulinda Wahyuningsih 201801089 7.

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................. ii

Lembar Pengesahan .......................................................................................... iii

Daftar Isi ........................................................................................................... iv

BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ........................................................................................ 3

2.1 Definisi.................................................................................................. 3
2.2 Etiologi.................................................................................................. 4
2.3 Patologi ................................................................................................. 4
2.4 WOC ..................................................................................................... 6
2.5 Manifestasi Klinis.................................................................................. 7
2.6 Pemeriksaan Diagnosis .......................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan..................................................................................... 8
2.8 Komplikasi ............................................................................................ 10
2.9 Pencegahan............................................................................................ 11

BAB III Asuhan Keperawatan ....................................................................... 12

BAB IV Penutup ............................................................................................. 40

A. Kesimpulan ........................................................................................... 40
B. Penutup ................................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan


gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rectum . Penyakit ini
mempengaruhi usus besar dan menyebabkan gangguan dalam pengeluaran feses.
Penyakit ini disebut sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak ditemukan sel
ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan inilah yang dapat
menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, sehingga spingter
rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan,
kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi
usus proksima. Penyakit ini juga bisa disebut Mega kolon kongenital.
Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan bahwa sekitar 7% dari
seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenita. Di Indonesia sendiri
terjadi kurang dari 150.000 kasus per tahun dan termasuk ke dalam penyakit langka.
Kelainan ini tergolong langka dan belum diketahui penyebabnya. Di Indonesia penyakit
hirsprug diperkirakan terjadi pada 1 per 5000 kelahiran bayi. Sehingga dengan jumlah
penduduk indonesia sebanyak 200 juta orang dan tingkat kelahiran 35 permil bisa
diperkirakan sekitar 1400 bayi lahir dengan penyakit hirsprug setiap tahunnya. Dan Insiden
lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan serta lebih sering menyerang pada
bayi Aterm daripada bayi yang lahir prematur dan pada bayi yang memiliki penyakit
bawaan seperti Down syndrom,
Oleh karena itu, kelompok kami menggambil Judul makalah penyakit hirspurg ini
dengan tujuan untuk mengetahui apa penyakit hirspurgh itu sendiri, bagaimana etiologi
atau penyebab dari penyakit ini, dan Asuhan keperawatan bagaimana yang dapat diberikan
untuk anak atau bayi dengan penyakit seperti ini .

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi dari Hirschprung ?
2. Bagaiman etologi dari Hisrchpurg ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Hirschprung ?
4. Bagaimana WOC dari Hirschprung?
5. Bagaimana Manifestasi Klinik dari Hirschprung?
6. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik dari Hirschprung ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Hirschprung ?
8. Bagaimana pencegahan dari Hirschprung ?
9. Bagaimana Komplikasi dari hirschprung ?
10. Bagaimana Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada Hirschprung ?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaiman penyakit hirspurgh dapat terjadi dan bagaimana tindakan
yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit ini.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui Definisi dari Hirsprung.


2. Mengetahui etologi dari Hirsprung.
3. Mengetahui Patofisiologi dari Hirsprung.
4. Mengetahui WOC dari Hirsprung.
5. Mengetahui Manifestasi Klinik dari Hirsprung.
6. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dari Hirsprung.
7. Mengetahui Penatalaksanaan dari Hirsprung.
8. Mengetahui Komplikasi dari Hirsprung.
9. Mengetahui Pencegahan dari Hirscprung.
10. Mengetahui Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan penyakit
Hirsprung.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hirschsprung adalah penyakit yang mempengaruhi usus besar dan menyebabkan


gangguan dalam mengeluarkan feses.Kondisi ini muncul sejak lahir (kongenital) sebagai akibat
dari sel saraf yang hilang pada otot usus besar bayi.Hal ini menyebabkan penyumbatan usus
besar akibat pergerakan otot yang buruk pada usus.Bayi baru lahir yang memiliki penyakit
Hirschsprung biasanya tidak dapat buang air besar beberapa hari setelah persalinan.Pada kasus
yang ringan, kondisi ini mungkin tidak terdeteksi hingga kemudian hari di masa kanak-kanak.

Penyakit Hirschsprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus
besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar
tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya .(anomia,2003)

Penyakit Hirschsprung adalah gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses atau
tinja terjebak di dalam usus.Penyakit bawaan lahir yang tergolong langka ini bisa
mengakibatkan bayi tidak buang air besar (BAB) sejak dilahirkan . (Kliegman. RM, 2016)

Penyakit Hirschsprung terjadi karena kelainan saraf yang mengontrol pergerakan usus
besar.Hal ini menyebabkan usus besar tidak dapat mendorong feses keluar, sehingga
menumpuk di usus besar dan bayi tidak bisa BAB. (Kliegman. RM, 2016)

Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling
bawah mulai dari anus hingga usus diatasnya. Saraf yang berguna untuk membuat usus
bergerak melebar menyempit biasanya tidak sama sekali atau kalaupun ada sedikit sekali.
Namun yang jelas kelainan ini akan membuat BAB bayi tidak normal, bahkan cenderung
sembelit terus-menerus. Hal ini dikarenakan tidak adanya saraf yang dapat mendorong kotoran
keluar dari anus.

Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang usus
karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melepasi usus (kontraksi ritmis ini disebut
gerakan peristaltik).Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oelh sekumpulan saraf yang
disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.Pada penyakit hirschsprung ganglion ini
tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter.

7
Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristalltik tidak dapat mendorong bahan-
bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan.Penyakit hirschsprung 5 kali lebih sering
ditemukan pada bayi laki-laki.Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya,
seperti sindroma down.

2.2 Etiologi

Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding
usus, mulai dari spingter ani internus kearah proksimal, 70 % terbatas didaerah rektosigmoid,
10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus dan pilorus.

Kontraksi otot pada usus membantu makanan dan cairan yang telah dicerna melalui
usus, atau disebut juga peristalsis.Saraf di antara lapisan otot memicu kontraksi.Pada penyakit
Hirschsprung, saraf tidak terdapat di suatu bagian usus, Area tanpa saraf ini tidak dapat
mendorong materi.Hal ini menyebabkan penyumbatan.Isi usus menumpuk di belakang
penyumbatan.Akibatnya, usus dan perut membengkak.Tidak jelas apa penyebab dari penyakit
Hirschsprung. Kadang penyakit ini menurun di keluarga dan pada beberapa kasus dapat terkait
dengan mutasi gen.

Beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko ketidaksempurnaan


pembentukan saraf usus besar, antara lain:

a) Berjenis kelamin laki-laki.


b) Memiliki saudara yang menderita penyakit Hirschsprung.
c) Memiliki orang tua, terutama ibu, yang pernah menderita penyakit Hirschsprung.
d) Menderita penyakit bawaaan lainnya yang diturunkan, Seperti down syndrome dan
Penyakit Jantung Bawaan .

2.3 Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer


dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic
hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan
tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga

8
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan
distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega
Colon ( Betz, Cecily & Sowden).

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi
dan relaksasi peristaltik secara normal.

Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi
obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).

Penyakit Hirschsprung adalah akibat tidak adanya sel ganglion pada dinding usus,
meluas ke proksimal dan berlanjut mulai dari anus sampai panjang yang bervariasi. Tidak
adanya inervasi saraf adalah akibat dari kegagalan perpindahan neuroblast dari usus proksimal
ke distal. Segmen yang agangloinik terbatas pada rektosigmoid pada 75 % penderita, 10%
seluruh kolonnya tanpa sel-sel ganglion. Bertambah banyaknya ujung-ujung saraf pada usus
yang aganglionik menyebabkan kadar asetilkolinesterase tinggi. Secara histologi, tidak di
dapatkan pleksus Meissner dan Auerbach dan ditemukan berkas-berkas saraf yang hipertrofi
dengan konsentrasi asetikolinesterase yang tinggi di antara lapisan-lapisan otot dan pada
submukosa.

Pada penyakit ini, bagian kolon dari yang paling distal sampai pada bagian usus yang
berbeda ukuran penampangnya, tidak mempunyai ganglion parasimpatik intramural. Bagian
kolon aganglionik itu tidak dapat mengembang sehingga tetap sempit dan defekasi terganggu.
Akibat gangguan defekasi ini kolon proksimal yang normal akan melebar oleh tinja yang
tertimbun, membentuk megakolon. Pada Morbus Hirschsprung segemen pendek, daerah
aganglionik meliputi rectum sampai sigmoid, ini disebut penyakit Hirschsprung klasik.
Penyakit ini terbanyak (80%) ditemukan pada anak laki-laki, yaitu 5 kali lebih sering daripada
anak perempuan. Bila daerah aganglionik meluas lebih tinggi dari sigmoid disebut
Hirschsprung segmen panjang. Bila aganglionosis mengenai seluruh kolon disebut kolon
aganglionik total, dan bila mengenai kolon dan hamper seluruh usus halus, disebut
aganglionosis universal.

9
2.4 WOC ( Pathway)

Respon keluarga dan psikologis Predisposisi genetic gangguan perkembangan


pada bayi / anak terhadap dari system saraf enteric dengan keadaan
hospitalisasi aganglionik pada bagian distal kolon

Konflik peran orang tua Ketidakmampuan pengembangan dan


pengempisan pada area aganglionik

Penyakit Hirschsprung

Gangguan
Absorpsi air Respon Obstruksi Kongesti, edema
Gastrointestinal
tidak normal psikologis kolon distal dinding usus
misinterpretasi
Penurunan perawatan dan Mual,
Konstipasi Distensi Iskemia
pengobatan muntah,
intake Abdomen nekrosis
kembung,
cairan dinding
anoreksia
Ansietas Obstruksi
Nyeri
Resiko kolon
Defisit Akut Resiko
ketidaksei proksimal Defisit
pengetahuan Injuri
mbangan Nutrisi
cairan Intervensi
Pembedahan

Pascaoperasi

Kerusakan
jaringan
pascabedah

Resiko
Infeksi

10
2.5 Manifestasi klinis

Tanda-tanda dan gejala dari penyakit Hirschsprung bervariasi pada tingkat keparahan
kondisi. Biasanya tanda-tanda dan gejala muncul setelah persalinan, namun kadang tidak
terlihat hingga kemudian hari.

Umumnya, tanda yang paling jelas adalah gagalnya bayi untuk buang air besar dalam
48 jam setelah persalinan. Tanda-tanda dan gejala pada bayi yang baru lahir meliputi:

a) Perut bengkak
b) Muntah, termasuk memuntahkan zat berwarna hijau atau cokelat
c) Sembelit atau gas, yang dapat menyebabkan bayi rewel
d) Diare
e) Kesulitan dalam buang air kecil
f) Gagal untuk mengeluarkan mekonium setelah kelahiran
g) Jarang dan buang air yang meledak-ledak
h) Penyakit kuning
i) Menyusui dengan buruk
j) Kenaikan berat badan yang buruk

Pada anak-anak yang lebih besar, tanda-tanda dan gejala dapat meliputi:

a) Perut membengkak
b) Sembelit kronis
c) Gas
d) Sulit untuk bertumbuh
e) Kelelahan
f) Impaksi tinja
g) Malnutrisi
h) Perkembangan yang lambat

2.6. Pemeriksaan Diagnostik

a) Foto Rontgen
Foto Rontgen dilakukan untuk melihat kondisi usus besar lebih jelas. Sebelumnya, zat
pewarna khusus berbahan barium akan dimasukkan ke dalam usus melalui selang yang
masuk dari dubur.

11
b) Tes mengukur kekuatan otot usus
Pada prosedur ini, dokter akan menggunakan alat khusus berupa balon dan sensor
tekanan untuk memeriksa fungsi usus.
c) Biopsi
Dokter akan mengambil sampel jaringan usus besar, yang selanjutnya akan diperiksa
di bawah mikroskop.
d) X-ray perut menggunakan pewarna kontras
Barium atau pewarna kontras lainnya dimasukkan ke dalam usus melalui tabung khusus
yang dimasukkan pada rektum.Barium mengisi dan melapisi lapisan usus,
menghasilkan siluet jelas dari usus besar dan rektum. X-ray seringkali menunjukkan
kontras di antara bagian sempit usus tanpa saraf dan bagian usus yang normal namun
sering bengkak di belakangnya

2.7 Penatalaksanaan

Dokter anak akan melakukan pemeriksaan dan menanyakan tentang kondisi buang air besar
anak. Dokter dapat menyarankan salah satu atau beberapa tes berikut untuk mendiagnosis
penyakit Hirschsprung:

1. Mengukur kendali otot di sekitar rektum: Tes manometri biasanya dilakukan


pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Dokter memompa balon di
dalam rektum. Otot di sekitar semustinya akan mengendur. Jika tidak, penyakit
Hirschsprung mungkin adalah penyebabnya.
2. Mengambil sampel dari jaringan usus besar untuk diuji (biopsi): Prosedur ini
adalah cara yang paling pasti untuk mengidentifikasi penyakit Hirschsprung.
Sampel biopsi dapat diambil melalui alat penyedot, kemudian diperiksa di
bawah mikroskop untuk melihat apakah sel saraf menghilang.

Operasi untuk memotong bagian usus besar yang tidak memiliki sel saraf dapat
mengatasi penyakit Hirschsprung.Lapisan bagian usus yang bermasalah diangkat, dan usus
besar yang normal ditarik dari bagian dalam kolon dan dipasangkan dengan asus.Hal ini
biasanya dilakukan dengan metode yang invasif secara minimal (laparoskopik), operasi melalui
anus.

12
Pada anak-anak yang sangat sakit, operasi dapat dilakukan dalam 2 tahap.

Pertama, bagian usus besar yang abnormal diangkat dan bagian usus besar atas yang
sehat disambungkan pada lubang yang dibuat oleh ahli bedah pada perut anak.Feses kemudian
keluar dari tubuh melalui lubang ke kantung yang menempel pada ujung usus yang menjulur
melalui lubang pada perut (stoma).Hal ini memberikan waktu untuk bagian bawah usus besar
untuk pulih.

Prosedur ostomi meliputi:

a. Ileostomi: Dokter mengangkat seluruh usus besar dan menyambungkan usus kecil
kepada stoma. Feses keluar dari tubuh melalui stoma ke dalam kantung.
b. Kolostomi: Dokter membiarkan bagian usus besar tetap utuh dan menyambungkan
pada stoma. Feses keluar dari tubuh melalui ujung usus besar.

Kemudian dokter menutup stoma dan menyambungkan bagian yang sehat dari usus ke
rektum atau anus.Setelah operasi, kebanyakan anak dapat buang air besar secara normal, walau
beberapa mengalami diare pada awalnya. Toilet training mungkin akan memakan waktu lebih
lama karena anak perlu untuk belajar mengkoordinasikan otot untuk buang air besar. Dalam
jangka panjang, ada kemungkinan untuk mengalami sembelit berlanjut, perut membengkak dan
bocornya feses.Anak-anak tetap berisiko mengalami infeksi usus (enterocolitis) setelah
operasi, terutama pada tahun peratama. Perhatikan tanda-tanda dan gejala dari enterocolitis,
dan segera hubungi dokter apabila kondisi berikut muncul:

a. Perdarahan dari rectum


b. Diare
c. Demam
d. Perut bengkak
e. Muntah

Perubahan gaya hidup atau pengobatan rumah yang dapat dilakukan untuk mengatasi
Hirschsprung sebelum dilakukannya operasi. Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan
rumahan yang dapat membantu mengatasi Hirschsprung :

1. Berikan makanan berserat tinggi: Apabila anak Anda makan makanan yang padat, berikan
makanan berserat tinggi. Tawarkan gandum utuh, buah-buahan dan sayuran serta batasi roti
tawar dan makanan berserat rendah lainnya. Karena peningkatan makanan berserat tinggi

13
secara tiba-tiba dapat memperburuk sembelit pada awalnya, berikan makanan berserat tinggi
secara perlahan. Apabila anak Anda belum mengonsumsi makanan padat, minta dokter susu
formula yang dapat meringankan sembelit. Beberapa bayi mungkin memerlukan selang makan
untuk sementara.

2. Tingkatkan cairan: Dorong anak untuk minum lebih banyak air. Apabila sebagian atau
seluruh usus besar anak diangkat, anak mungkin akan mengalami kesulitan menyerap cukup
air. Minum lebih banyak air dapat membantu anak tetap terhidrasi, yang dapat membantu
meringankan sembelit.

3. Dorong anak untuk aktif secara fisik: Aktivitas aerobik harian dapat membantu buang air
secara rutin.

4. Laksatif: Apabila anak Anda tidak merespon atau tidak dapat mentolerir peningkatan serat,
air atau aktivitas fisik, laksatif tertentu – obat untuk membantu buang air besar- dapat
membantu mengurangi sembelit.

Pada awal masa pemulihan, anak-anak yang sudah lebih besar dapat merasa sakit ketika
buang air besar. Sedangkan anak-anak yang lebih kecil, akan rewel saat buang air besar. Selain
itu penderita juga dapat mengalami sembelit. Dalam mengatasi sembelit, pasien perlu:

1. Mendapat asupan air putih yang cukup, Asupan air putih yang cukup berguna untuk
membuat tinja lebih lunak, sekaligus memenuhi kebutuhan cairan tubuh.

2. Mengonsumsi makanan yang tinggi serat, Berikan buah dan sayuran bagi anak yang sudah
bisa mencernanya. Bila belum, tanyakan kepada dokter anak, makanan apa yang bisa diberikan
kepada anak untuk mengatasi sembelit.

3. Ajak bermain, Gerakan tubuh dapat membantu melancarkan sistem pencernaan dan
meningkatkan pergerakan usus.

4. Mengonsumsi obat pencahar sesuai petunjuk dokter, Manfaat dan risiko penggunaan obat
pencahar perlu didiskusikan terlebih dahulu dengan dokter anak.

2.8 Komplikasi

Anak yang menderita penyakit Hirschsprung sangat berisiko mengalami infeksi pada
usus (enterocolitis), yang dapat mengancam nyawa.Tidak hanya dari penyakitnya, tindakan

14
operasi untuk mengobati penyakit ini juga dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang
dapat terjadi setelah pasien menjalani operasi meliputi:

a) Munculnya lubang kecil atau robekan pada usus


b) Inkontenesia Tinja
c) Kekurangan gizi dan dehidrasi
d) Megakolon

2.9 Pencegahan.

Belum ada hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit Hirschsprung.

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan.

1. Pengkajian
a) Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan
kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid
lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon
atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan
(Ngastiyah, 1997).
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Konstipasi, perut kembung dan muntah. Gejala lain adalah muntah dan
diare.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi,
muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa
minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada
juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi
abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya
penyakit Hirschsprung.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan
kepada anaknya.

16
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada survey umum
terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi dan takikardi dimana
menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi dan
demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan didapatkan
1. Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal. Pemeriksaan
rectum dan fese akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan berbau
busuk.
2. Auskultasi : Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut
dengan hilangnya bising usus.
3. Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
4. Palpasi : Teraba dilatasi kolon abdominal
1. Sistem kardiovaskuler : Takikardia.
2. Sistem pernapasan : Sesak napas, distres pernapasan.
3. Sistem pencernaan :
Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna
hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan
merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan
mekonium atau tinja yang menyemprot.
4. Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
5. Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman : nyeri
6. Sistem endokrin : Tidak ada kelainan.
7. Sistem integument : Akral hangat, hipertermi
8. Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan.

3. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil


a) Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau terdapat
gambaran obstruksi usus rendah.
b) Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran
kontraksi usus yang tidak teratur di bagian menyempit, enterokolitis pada
segmen yang melebar dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam.
c) Biopsi isap, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa.
d) Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
17
e) Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat peningkatan
aktivitas enzim asetilkolin eseterase.

4. Diagnosis yang mungkin muncul


Menurut buku NANDA edisi 11 tahun 2018-2020 pada pasien atau klien Hisprung
ditemukan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Konstipasi berhubungan dengan penyempitan kolon, sekunder, obstruksi mekanik
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan keluar cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan
absorbs nutrisi oleh tubuh.
3. Nyeri akut berhubungan dengan distansi abdomen
No NANDA SLKI SIKI

1. Konstipasi Dalam 2x24 jam Manajemen Fekal (I.04151)


(00011) diharapkan
Observasi
 Distansi
1. Identifikasi masalah usus
abdomen
menurun 2. Monitor buang air besar(mis.warna,
frekuensi, konsistensi, volume)
 Nyeri menurun
3. Monitor tanda gejala diare, kosntipasi,
 Konsistensi
atau impaksi.
feses membaik
Terapeutik
 Peristaltik usus
membaik 1. Berikan air hangat setelah makan

2. Jadwalkan waktu defekasi bersama px

Edukasi

1. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,


konsistensi, volume feses

2. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

18
3. Jelaskan jenis makanan yang
membantu meningkatkan
pembentukan gas

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberiat obat


supositorial anal, jika perlu

Manajemen Konstipasi (I.04155)

Observasi

1. Periksa tanda gejala konstipasi

2. Periksa pergerakan usus, karakteristik


feses (konsistensi, bentuk, volume,
warna)

3. Identifikasi faktor resiko konstipasi

Terpeutik

1. Lalukan masase abdomen, jika perlu

2. Berikan enema atau irigasi jika perlu

Edukasi

1. Jelaskan etiologi masalahdan alasan


tindakan

2. Anjurkan peningkatan asupan cairan

3. Ajarkan cara mengatasi konstipasi


atau impaksi

Kolaborasi

19
1. Konsultasi dengan tim medis tentang
penurunan atau peningkatan frekuensi
suara usus.

2. Ketidaksei Dalam 2x24 diharapkan Manajemen nutrisi (I.03119)


mbangan
1. Nyeri abdomen Observasi
nutrisi:
menurun
kurang dari  Identifikasi status nutrisi
kebutuhan 2. Frekuensi
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
(00002) makan
nutrien
membaik
 Monitor asupan makanan
3. Bising usus
membaik  Monitor berat badan

4. Membran  Monitor hasil laboratorium


mukosa
Terapeutik
membaik

 Lakukan oral hygiene sebelum makan,


5. Kekuatan nadi
jika perlu
membaik

6. Turgor kulit  Fasilitasi menentukan pedoman diet

membaik  Berikan makanan tinggi kalori dan

7. Suhu tubuh tinggi protein

membaik
 Berikan suplemen makanan, jika perlu

8. Frekuensi nafas
Edukasi
membaik
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu

2. Ajarkan diet yang diprogamkan

Kolaborasi

20
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.

Manajemen cairan (I.03098)

Edukasi

1. Monitor status hidrasi(mis. Frekuensi


nadi, kekuatan nadi, akral,
kelembapan mukosa, turgor kulit.)

2. Monitor berat badan harian

3. Monitor berat badan sebelum dan


sesudah makan

Terapeutik

1. Catat intake-output dan hitung


balance cairan 24 jam

2. Berikan asupan cairan, sesuai


kebutuhan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian diuretic, jika


perlu

3. Nyeri Dalam 2x24 jam Manajemen Nyeri(I.08238)


akut(00132) diharapkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Frekuensi nadi durasi, frekuensi kualitas, intensitas
membaik nyeri

 Nafsu makan 2. Identifikasi skala nyeri


membaik
3. Identifikasi nyeri secara verbal
 Meringis (-)

21
 Kesulitan tidur 4. Identifikasi factor yang memperberat
(-) dan meringankan nyeri

 Pola nafas 5. Identifikasi pengetahuan dan


membaik keyakinan tentang nyeri

 Pola tidur 6. Monitor efek samping penggunaan


membaik analgetik

Terapeutik

1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri

2. Fasilitasi istirahat dan tidur

3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri


dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi mengurangi nyeri

3. Anjurkan tehnik nonfarmakologis


untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu

3.2. Kasus

Pada hari Senin, 30 Maret 2020 Ny B di ruang Dahlia mengeluhkan anaknya


yang berumur 4 bulan, rewel terus menerus, tidak mau minum, muntah 4-5 kali ,tidak
bisa BAB selama 5 hari , dan demam selama 3 hari pasca operasi hari ke 7, kolostomi

22
(+), perubahan bentuk feses seperti pita (+), berbau. Hasil pemeriksaan menunjukkan
perut kembung, peristaltik menurun, terjadi distensi abdomen, mukosa mulut terlihat
kering, ubun ubun dan mata terlihat cekung, turgor kulit teraba tidak elastis, dan BB
6,5kg. Pasien juga BAB melalui kolostomi. TTV : Suhu 38°, Nadi menunjukkan pasien
mengalami takikardi yaitu 140 x / menit, dan RR 28x/menit.Berat badan sebelum masuk
RS 7kg, setelah dilakukan kolostomi dan muntah menjadi 6,5kg.

A. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama : An. N
Umur : 4 bulan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Matahari no 25, Pare Jawa Timur
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : -
Suku bangsa : Jawa Timur
Tanggal masuk : 30 Maret 2020
Tanggal pengkajian : 30 Maret 2020
Waktu : 09.00 WIB
Diagnose medis : Hirschpung post kolostomi hari ke 7
2) Penanggung jawab pasien
Nama : Ny B
Alamat : Jln. Matahari no 25, Pare Jawa Timur
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ibu

B. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Konstipasi, perut kembung dan muntah 3-5 kali sehari . Pasien juga mengalami
demam dengan suhu 38oC selama 3 hari.
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengalami kesulitan BAB selam 5 hari, tidak mau minum, muntah, dan
demam. Pasien seminggu yang lalu baru menjalani operasi kolostomi. Dari hasil

23
pemeriksaan menunjukan perut pasien kembung, peristaltik menurun, terjadi distensi
abdomen, mukosa mulut terlihat kering, ubun ubun dan mata terlihat cekung, turgor
kulit teraba tidak elastis. Selain itu terjadi perbahan feses berbentuk seperti pita dan
berbau.
 Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit
Hirschsprung.
 Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada survey umum
terlihat lemah atau gelisah.
 TTV
Suhu : 38°C
Nadi : 140 x / menit, dan
RR : 28x/menit.
Terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi ditandai dengan adanya
kolostomi . Didapatkan tanda dehidrasi dan demam pada anak.
 Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum akan
didapatkan
1) Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal
lingkar abdomen 37cm . Pemeriksaan rectum dan fese akan didapatkan
adanya perubahan feses seperti pita dan berbau busuk.
2) Auskultasi : Pada fase awal didapatkan penurunan bising usus terjadi
25 kali/menit , dan berlanjut dengan hilangnya bising usus.
3) Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
4) Palpasi : Teraba dilatasi kolon abdominal
1. Sistem kardiovaskuler : Takikardia.
2. Sistem pernapasan : Sesak napas, distres pernapasan.
3. Sistem pencernaan : Pasien mengalami kesulitan buang air besar,
perut kembung, muntah, dan terjadi distensi abdomen
4. Sistem saraf : Tidak ada kelainan.

24
5. Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman : nyeri
6. Sistem endokrin : Tidak ada kelainan.
7. Sistem integument : Akral hangat, hipertermi
8. Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan.

 Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-data


yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui
mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan
seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan
perkembangan anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan
anak agar pemeriksaan berjalan lancar.

1. Pertumbuhan Fisik

Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan pengukuran


antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya,
pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh
kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada
baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji
pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala.

1. Berat Badan (BB)


Berat badan 7 Kg sebelum masuk RS, 6,5 Kg saat di RS
2. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan diukur saat masuk RS 65 cm
3. Sistem kardiovaskuler : Takikardia.
4. Sistem pernapasan : Sesak napas, distres pernapasan.
5. Sistem pencernaan : Pasien mengalami kesulitan buang air besar, perut
kembung, muntah, dan terjadi distensi abdomen
6. Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
7. Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman : nyeri
8. Sistem endokrin : Tidak ada kelainan.
9. Sistem integument : Akral hangat, hipertermi
10. Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan.

25
11. Kemampuan Motorik :
Bayi sudah bisa mengangkat kepalanya sejajar dengan tubuh dan menggunakan tangan
sebagai penopangnya.
12. Kemampuan Berbicara :

Terlihat mengajak bicara orangtuanya. Ia sudah bisa memerhatikan pergerakan bibir ibu.

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos abdomen tegak: terlihat kolon proximal melebar dan kolon distal
menyempit.
2. Pemeriksaan dengan barium: menunjukan kontraksi usus yang tidak teratur dibagian
usus menyempit setelah 24-48 jam.
3. Biopsi otot rektum: memperlihatkan tidak adanya sel-sel ganglion di sub mukosa
4. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase: terdapat peningkatan aktivitas enzim
asetilkolin eseterase.
E. Analisis data

Data Etiologi Masalah keperawatan


DS : anak terus rewel Segment pendek/ segment Konstipasi
panjang
DO: konstipasi, tidak ada
mekonium > 24-48 jam Peristaltic dalam segment
pertama, kembung, distensi
abdomen, bentuk feses Obstruksi kolon
seperti pita, suara bising
usus menurun menjadi Konstipasi
25x/menit dan berlanjut
hilangnya suara bising usus

26
DS: tidak mau minum ASI, Mual, muntah, kembung Nutrisi kurang dari
rewel kebutuhan
anorexia
DO: mukosa mulut kering, Intake nutrisi tidak adekuat
ubun-ubun dan mata
cekung, turgor kulit kurang Kehilangan nutrisi
elastic
Intake: pasien tidak mau Nutrisi kurang dari
minum kebutuhan
Output: cairan muntah 4-5
kali sehari, tidak BAB
selama 5 hari.
Bb awal 7kg,
Bb menjadi 6,5 kg
DS : pasien merasa demam Obstruksi kolon proksimal Risiko infeksi

DO : hipertermi (suhu 38o C Intervensi pembedahan


selama 3 hari setelah
operasi) Kerusakan jaringan pasca
pembedahan

Resiko infeksi

E. Diagnosa berdasarkan prioritas:


Pre Operasi
1. Konstipasi berhubungan dengan penyempitan kolon, sekunder, obstruksi mekanik
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan keluar cairan tubuh dari
muntah, ketidakmampuan absorbs nutrisi oleh tubuh.
Post Operasi
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.

27
1. Intervensi Keperawatan

No NANDA SLKI SIKI

1. Konstipasi Dalam 2x24 jam diharapkan Manajemen Fekal (I.04151)


(00011)
 Distansi abdomen Observasi
menurun
1. Identifikasi masalah usus
 Nyeri menurun
2. Monitor buang air
 Konsistensi feses besar(mis.warna,
membaik frekuensi, konsistensi,
volume)
 Peristaltik usus
membaik 3. Monitor tanda gejala
diare, kosntipasi, atau
impaksi.

Terapeutik

1. Berikan air hangat


setelah makan

2. Jadwalkan waktu
defekasi bersama px

Edukasi

1. Anjurkan mencatat
warna, frekuensi,
konsistensi, volume
feses

2. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

3. Jelaskan jenis makanan


yang membantu

28
meningkatkan
pembentukan gas

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan
dokter anak dan dokter
bedah tentang pelaksaan
pembedahan kolostomi

Manajemen Konstipasi
(I.04155)

Observasi

2. Periksa tanda gejala


konstipasi

3. Periksa pergerakan usus,


karakteristik feses
(konsistensi, bentuk,
volume, warna)

4. Identifikasi faktor resiko


konstipasi

Terpeutik

1. Lalukan masase
abdomen, jika perlu

2. Berikan enema atau


irigasi jika perlu

Edukasi

1. Jelaskan etiologi
masalahdan alasan
tindakan

29
2. Anjurkan peningkatan
asupan cairan

3. Ajarkan cara mengatasi


konstipasi atau impaksi

Kolaborasi

1. Konsultasi dengan tim medis


tentang penurunan atau
peningkatan frekuensi suara
usus.

2. Kolaborasi dengn dokter


anak dan dokter bedah tentang
pembedahan kolostomi

2. Ketidakseimban Dalam 2x24 diharapkan Manajemen nutrisi (I.03119)


gan nutrisi:
9. Nyeri abdomen Observasi
kurang dari
menurun
kebutuhan 1. Identifikasi status
(00002) 10. Frekuensi makan nutrisi
membaik
2. Identifikasi kebutuhan
11. Bising usus membaik kalori dan jenis nutrien

12. Membran mukosa 3. Monitor asupan


membaik makanan

13. Kekuatan nadi 4. Monitor berat badan


membaik
5. Monitor hasil
14. Turgor kulit membaik laboratorium

15. Suhu tubuh membaik Terapeutik

16. Frekuensi nafas


membaik

30
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu

2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet

3. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein

4. Berikan suplemen
makanan, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk,


jika mampu

Kolaborasi

2. Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan.

Manajemen cairan (I.03098)

Edukasi

1. Monitor status
hidrasi(mis. Frekuensi
nadi, kekuatan nadi,
akral, kelembapan
mukosa, turgor kulit.)

31
2. Monitor berat badan
harian

3. Monitor berat badan


sebelum dan sesudah
makan

Terapeutik

1. Catat intake-output dan


hitung balance cairan 24
jam

3. Berikan asupan cairan,


sesuai kebutuhan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian diuretic,


jika perlu

3. Resiko Infeksi Dalam 2x24 jam diharapkan Manajemen


(00004) Imunisasi/Vaksinasi (I.14508)
 Demam (-)
Observasi
 Nafsu makan
membaik 1. Identifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat
 Bengkak (-)
alaergi
 Kemerahan (-)
2. Identifikasi status

 Integritas kulit imunisasi setiap

membaik kunjungan ke pelayanan


kesehatan.
 Imtegritas mukosa
membai Terapeutik

32
1. Berikan suntikan pada
bayi di bagian
anterolateral

2. Dokumentasikan
informasi vaksinasi

3. Jelaskan imunisasi pada


interval waktu yang
tepat

Edukasi

1. Jelaskan
tujuan,manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan
efek samping

2. Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah

3. Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus

4. Informasikan penyedia
layanan Pekan
Imunisasi Nasional
yang menyediakan
vaksin gratis

Pencegahan Infeksi (I.4539)

Observasi

33
1. Monitor tanda gejala
infeksi local dan
sistemik

Terapeutik

1. Batasi jumlah
pengunjung

2. Berikan perawatan kulit


pada area edema

3. Cuci tangan sebelum


dan sesudah kontak
dengan pasien

Edukasi

1. Jelaskan tanda gejala


infeksi

2. Ajarkan cara mencuci


tangan dengan benar

3. Ajarkan cara memeriksa


kondisi luka atau luka
operasi

4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

5. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

34
Perawatan Stoma(I.04166)

Observasi

1. Periksa kondisi umum


pasien

2. Periksa kondisi stoma


pasien

3. Idntifikasi kemampuan
dan pengetahuan tntang
stoma

Terapeutik

1 Bebaskan area stoma


dari stona

2 Terapkan tehnik
antiseptic dan
keamanan Selma
merawat stoma

3 Buang dan bebaskan


stoma dari kantung
sebelumnya

4 Bersihkan stoma
dengan air bersih hangat
dan sabun

5 Ukur stoma dengan


pedoman pengukuran

6 Siapkan plate dan


kantung stoma baru

35
7 Pasang kantung dan
plate stoma baru dengan
gesper

Edukasi

1 Jelaskan prosedur yang


akan dilakukan

Kolaborasi

1. Kolaborasi jika terjadi


herniasi, atropi, atau
perburukan stoma

b) Implementasi Keperawatan
Diagnosa
Tanggal Jam Implementasi Paraf /Nama
Keperawatan

Konstipasi (00011) Senin, 30 09.00 Manajemen Fekal (I.04151) TTD


Maret 2020
1. Mengidentifikasi Perawat AN
masalah usus
(Kelainan saraf pada
usus besar, saraf yang
berfungsi untuk
melebar dan
menyempitkan usus
dengan cara
Inspeksi: Tanda
khas didapatkan
adanya distensi
abnormal lingkar
abdomen 37cm .
Auskultasi :
Pada fase awal

36
didapatkan
penurunan bising
usus terjadi 25
kali/menit , dan
berlanjut dengan
hilangnya bising
usus.
Perkusi :
Timpani akibat
abdominal
mengalami kembung.
Palpasi :
Teraba dilatasi kolon
abdominal

2. Memonitor buang air


besar(mis.warna,
frekuensi,
konsistensi, volume)
3. Memberikan minum
(ASI)
4. Menjadwalkan
waktu defekasi
bersama px
5. Menganjurkan
mencatat warna,
frekuensi,
konsistensi, volume
feses

Manajemen Konstipasi
(I.04155)

37
6. Memperiksa tanda
gejala konstipasi

7. Memperiksa
pergerakan usus,
karakteristik feses
(konsistensi, bentuk,
volume, warna)

8. Mengidentifikasi
faktor resiko
konstipasi

9. Memberikan enema
atau irigasi jika perlu

10. Menjelaskan etiologi


masalahdan alasan
tindakan

11. Menganjurkan
peningkatan asupan
cairan

12. Mengajarkan cara


mengatasi konstipasi
atau impaksi

13. Mengkonsultasi
dengan tim medis
tentang penurunan
atau peningkatan
frekuensi suara usus.

14. Mengkolaborasikan
dengan dokter anak
dan dokter bedah

38
tentang pembedahan
kolostomi

Ketidakseimbangan Senin, 30 09.30 Manajemen nutrisi (I.03119) TTD


nutrisi: kurang dari Maret 2020 1. Mengidentifikasi status
Perawat AN
kebutuhan (00002) nutrisi dan jenis nutrien
2. Memonitor asupan
makanan
3. Memonitor berat badan
4. Mengkolaborasikan
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan.
Manajemen cairan (I.03098)
1. Memonitor status
hidrasi(mis. Frekuensi
nadi, kekuatan nadi,
akral, kelembapan
mukosa, turgor kulit.)
2. Memonitor berat badan
harian
3. Memonitor berat badan
sebelum dan sesudah
makan
4. Mencatat intake-output
dan hitung balance cairan
24 jam
5. Memberikan asupan
cairan, sesuai kebutuhan
Resiko infeksi Senin, 30 10.30 Manajemen Imunisasi/Vaksinasi TTD
(00004) Maret 2020 (I.14508)
Perawat AN

39
1. Mengidentifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat
alergi

2. Mengidentifikasi status
imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan
kesehatan.

3. Mendokumentasikan
informasi vaksinasi

4. Menjelaskan imunisasi
pada interval waktu yang
tepat

5. Menjelaskan
tujuan,manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan
efek samping

6. Menginformasikan
imunisasi yang
diwajibkan pemerintah

7. Menginformasikan
vaksinasi untuk kejadian
khusus

8. Menginformasikan
penyedia layanan Pekan
Imunisasi Nasional yang
menyediakan vaksin
gratis

40
Pencegahan Infeksi (I.4539)

1. Memonitor tanda gejala


infeksi local dan sistemik

2. Membatasi jumlah
pengunjung

3. Memberikan perawatan
kulit pada area edema

4. Mencuci tangan sebelum


dan sesudah kontak
dengan pasien

5. Menjelaskan tanda gejala


infeksi

6. Mengajarkan cara
mencuci tangan dengan
benar

7. Mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi

8. Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi

9. Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan

10. Mengkolaborasikan
pemberian imunisasi,
jika perlu

41
Perawatan Stoma(I.04166)

1. Memperiksa kondisi
umum pasien

2. Memperiksa kondisi
stoma pasien

2. Mengidentifikasi
kemampuan dan
pengetahuan tentang
stoma

1. Membebaskan area
stoma dari stona

2. Menterapkan tehnik
antiseptic dan keamanan
Selma merawat stoma

3. Membuang dan bebaskan


stoma dari kantung
sebelumnya

4. Membersihkan stoma
dengan air bersih hangat
dan sabun

5. Mengukur stoma dengan


pedoman pengukuran

6. Menyiapkan plate dan


kantung stoma baru

3. Memasang kantung dan


plate stoma baru dengan
gesper

42
4. Menjelaskan prosedur
yang akan dilakukan

5. 12. Mengkolaboraskan
jika terjadi herniasi,
atropi, atau perburukan
stoma

c) Evaluasi

Diagnosa keperawatan Tanggal Jam Perkembangan SOAP

Konstipasi (00011) Senin, 30 16.00 S : Ibu pasien mengatakan pasien sudah


Maret 2020 bisa BAB

Tingkat kenyamanan terpenuhi

O : Warna feses normal, feses lembut


dan berbentuk

Klien merasa lebih nyaman


A : Masalah teratasi :

Ibu pasien mengatakan pasien sudah bisa


mengeluarkan BAB

Pasien terlihat nyaman dan tidak rewel

P : Intervensi dihentikan

Ketidakseimbangan Senin, 30 17.00 S : Ibu pasien mengatakan pasien bisa


nutrisi: kurang dari Maret 2020 mengonsumsi makanan melalui
kebutuhan (00002) mulut

O : Nafsu makan pasien kembali normal

A : Masalah teratasi sebagian :

43
Ibu pasien mengatakan pasien bisa
mengonsumsi makanan lewat mulut

P : Intervensi dilanjutkan :

Kaji kembali kebutuhan nutrisi


pasien
Ingatkan ibu pasien tentang
kebutuhan nutris pasien
Resiko infeksi (00004) Senin, 30 17.50 S: Ibu pasien mengatakan tidak ada
Maret 2020 kemerahan di sekitar luka operasi

O : Tidak terlihat adanya tanda infeksi


(kalor, dolor, tumor, lubor, fungsiolesa)
di sekitar luka

A : Masalah teratasi sebagian

Klien terlihat agak nyaman dan tidak


rewel

P : Intervensi dilanjutkan :

Monitor terus daerah sekitar luka


Lakukan perawatan luka dengan
teknik yang sesuai
Ganti kantong ostomi dengan tepat

44
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Hirschsprung (mega kolon kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus
besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar
tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Hirschsprung terjadi karena
adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah mulai dari anus hingga usus
diatasnya. Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari sping terani internal kearah proksimal dengan panjang yang
bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit ini disebabkan oleh tidak adanya sel
ganglion parasimpatis dari pleksus Auerbach di kolon.

3.2 Saran

Sebagai calon perawat harus mengerti dan memahami penyakit hirschsprung (mega
kolon congenital ). Dengan memahami dan mengerti penyakit hirschprung, sebagai calon
perawat maka bias memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan baik dan benar.

Saat melakukan perawatan lakukan pendekatan karena anak-anak cenderung takut pada
orang lain apalagi dengan tim kesehatan maka dari itu saat melakukan perawatan perhatikan
kondisi dari anak tersebut.

45
DAFTAR PUSTAKA

Amiel, J.,Et all.2013. Hirschsprung disease, associated syndromes and genetics: a review.
jmg.bmj.com on April 11, 2013

Depkes. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Dalam karya tulis Yuncie,Mariska
Stella, Sarumpaet, Muda Sori,Jemadi. Karakteristik Ibu yang melahirkan bayi dengan
kelainan Kongenital di RSUD DR.pirngadi medan tahun 2007-2011.

Kartono, Darmawan, 2004. Penyakit Hirschsprung.. Jakarta : Sagung Seto, 3-82.

Pini Prato, Alessio.et All. 2013. A prospective observational study of associated anomalies in
Hirschsprung’s disease .Orphanet Journal of Rare Diseases 2013.

Rusmini,M. et all. 2013. Induction of RET Dependent and Independent Pro-Inflammatory


Programs in Human Peripheral Blood Mononuclear Cells from Hirschsprung Patients,
Volume 8 March 2013.

Wyllie, Robert, 2000. Megakolon Aganglionik Bawaan (Penyakit Hirschsprung) .Behrmann,


Kliegman, Arvin. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15, Jilid II. Jakarta: EGC,
1316-1319

Anda mungkin juga menyukai